Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187400 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. Bastian M.
"ABSTRAK
Studi terhadap penghalusan butir terus dikembangkan untuk mendapatkan sifat mekanis yang lebih baik pada baja karbon rendah. Slab baja karbon rendah berbentuk tangga dideformasi dengan metode warm rolling dengan temperature 500 0C, 550 0C, dan 600 0C untuk mendapatkan butir halus. Slab baja karbon rendah berbentuk tangga dideformasi sebesar 50 %, 66,67 %, 75 %, dan 80% di setiap temperatur, kemudian didinginkan dengan air. Rekristalisasi dinamis terjadi pada temperatur warm working di penelitian ini. Pengujian kekerasan dan hydrogen charging test dilakukan. Ketahanan baja karbon rendah terhadap serangan hidrogen dapat ditingkatkan dengan penghalusan butir ferit. Besar butir yang dihasilkan dari warm rolling mempengaruhi kekerasan dan ketahanannya terhadap serangan hidrogen.

ABSTRACT
Studiy of grain refinement have been developed to obtain better mechanical properties in low carbon steel. Wedge Shaped low carbon steel slabs were deformed with warm rolling method at temperature 500 0C, 550 0C, and 600 0C to obtain the refine grains. Wedge Shaped low carbon steel slabs were deformed with degree of deformation 50 %, 66,67 %, 75 %, and 80%. Dynamic recrystallization was confirmed at warm working temperature in this study. Hardness and hydrogen charging test had been done. Low carbon steel resistance to hydrogen attack can be improved with grain refinement. Grain size which been resulted from warm rolling process has an effect to hardness and hydrogen attack resistance."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S872
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alief Indra Pratama
"Grain refinement is known to lead improvements in strength of material. A complete understanding of how refinement, grain size, and processing affect the corrosion resistance of low carbon steel has not yet been fully developed. Determining a definitive „grain size-corrosion resistance‟ relationship, if one exists, in inherently complex as the processing needed to achieve grain refinement also imparts other changes to the microstructure (such as texture, internal stress, and impurities segregation).
This work evaluates how variation in grain size and processing impact the corrosion resistance of SS 400 Low Carbon Steel Structural Steel. SS 400 samples with a range of grain size ~8μm to ~10.5μm, were produced using Thermomechanically Processing (TMP) with multi pass reversible method in warm rolling. Hardness measurement, tensile testing, electrochemical polarization and hydrogen embrittlement (HE) studies have been carried out to assess the mechanical and corrosion behavior of the low carbon steel.
By applying rolling deformation process in warm working temperature, low carbon steel will have fine ferrite grain structures made its mechanical properties increased, its corrosion rate decreased and also its ability to absorb hydrogen decreased. The applied mechanisms of pass deformation are reversible which are 20%, 20% +20%, 20% +20% +20% and 20% +20% +20% +20% with initial thickness ho 6 mm. By applying this mechanism, it is expected that fine ferrite grains will influence the corrosion rate of low carbon steel SS 400 structural steel."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44372
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrini Wulandari
"Berbagai penelitian telah dilakukan terhadap proses canai untuk mendapatkan material dengan sifat mekanis yang baik namun nilai ekonomisnya tetap tinggi. Penghalusan ukuran butir ferit melalui kontrol proses termo mekanikal merupakan salah satu metode yang digunakan untuk peningkatan sifat mekanik baja karbon rendah. Pada penelitian ini slab baja karbon rendah dideformasi dengan metode warm rolling, kemudian diuji kekerasan dan ketahanan korosi-nya melalui hydrogen charging test. Salah satu penguatan material terhadap serangan difusi hidrogen adalah dengan penghalusan butir ferit melalui proses deformasi. Sehingga dapat dibuat suatu hubungan antara deformasi dengan perubahan struktur mikro ferritic dan ketahanan korosi baja karbon rendah.
Ukuran butir yang diperoleh dalam penelitian ini diukur dengan metode garis intercept. Hasilnya berupa ukuran diameter butir baja karbon rendah yang lebih kecil dibanding dengan diameter butir baja karbon rendah yang tidak dideformasi. Sementara ketahanan korosi baja karbon rendah terhadap pengaruh proses difusi hidrogen untuk benda uji yang ukuran butirnya lebih kecil cenderung meningkat. Peningkatan kekuatan-nya diamati melalui pengujian kekerasan setelah sebelumnya benda uji diaplikasi ke dalam larutan 0,5M H2SO4 + 100 mg/L Thiourea CS(NH2)2 selama 10 menit.

Various studies have been carried out on rolling process to achieve materials with good mechanical properties but its economic value remains high. Grain refinement through thermo-mechanical process control is one of many methods used to improve low carbon steel mechanical properties. On this paper, low carbon steel is deformed with warm rolling method, then the deformed material is applied to hardness test and corrosion resistance test against hydrogen charging. Hydrogen introduction into material may occur in many ways and one of physical properties of material against this introduction is through microstructure refinement of ferrite grain size by deformation process. So there is a connection between the deformation with the change in ferritic microstructure and corrosion resistance of low carbon steel.
The grain size was measured by intercept line method. The result is grain size of the deformed steel is smaller than the undeformed one. In addition, there is an improvement of corrosion resistance of low carbon steel with smaller grain size against hydrogen diffusion. The improvement can be seen from the result of hardness test. Before the hardness test began, the deformed specimen are introduced to 0,5M H2SO4 + 100 mg/L Thiourea CS(NH2)2 solution for 10 minutes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1637
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tampubolon, Juristy Jerry Hartarto
"Telah diketahui bahwa deformasi plastis pada temperatur tinggi dapat meningkatkan sifat mekanis dari logam. Peningkatan sifat mekanis ini disebabkan oleh pengendalian struktur mikro. Sifat mekanis yang dihasilkan dipengaruhi oleh ukuran butir ferrit yang terbentuk. Pada penelitian kali ini dilakukan proses termomekanik terhadap baja HSLA A572 untuk mengetahui pengaruh besar reduksi pada temperatur tinggi terhadap distribusi ukuran butir ferrit.
Didapatkan bahwa ukuran butir ferrit pada bagian ketebalan memiliki nilai yang berbeda. Perbedaan ukuran antara permukaan atas dan bawah tidak memiliki nilai yang sangat signifikan terhadap nilai kekerasan. Sementara itu ukuran butir bagian tengah pada dimensi ketebalan sampel memiliki nilai yang paling rendah untuk setiap variasi besar reduksi.

It has been known that plastic deformation at high temperatures could increase the mechanical properties of a metal. Improved mechanical properties is due to the microstructure control. The resulting mechanical properties is influenced by the ferrite grain size. In the present study thermomechanical process was performed on A572 HSLA steels to investigate the influence of hot roll reduction at elevated temperature to the ferrite grain size distribution.
It was found that the ferrite grain size on the thickness has a different value for each position. Difference in size between the upper and lower surfaces have no significant value to the value of hardness properties. While the grain size at the center of the sample thickness dimension has the lowest value for any of the variation reduction.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53029
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyo Antarikso
"Karakteristik strain aging pelat baja canai panas dari dua tipe C-Mn-Ti, yang dalam aplikasinya digunakan sebagai bahan baku tabung gas elpiji telah diamati melalui percobaan simulasi laboratorium. Pemberian regangan plastis pada spesimen uji tarik diikuti dengan pemberian temperatur pemanasan menunjukkan pengaruhnya terhadap sifat mekanik baja, khususnya kekuatan luluh dan elongasi.Regangan plastis sebesar 3, 8 dan 12% yang diberikan terhadap spesimen uji menggambarkan besarnya deformasi yang dialami lembaran baja saat mengalami proses pembuatan tabung gas (deep drawing). Sedangkan untuk menggambarkan kejadian static strain aging, spesimen yang telah dideformasi tersebut kemudian dipanaskan pada temperatur 100, 120, dan 160°C dengan waktu tahan 60 menit. Perubahan sifat mekanik yang terjadi merupakan bukti adanya peristiwa strain aging pada baja. Regangan plastis memberikan pengaruh yang paling signifikan terhadap berkurangnya elongasi (loss of ductility). Elongasi sisa terendah yang masih dimiliki sebesar 15% untuk baja tipe C-0.BMn-Ti dan 14% untuk baja C- 1.4Mn-Ti. Sedangkan peninpkatan kekuatan luluh terbesar akibat strain hardening hingga mencapai 20kg/mm untuk baja tipe C-0.BMn-Ti dan 18kg/mm2 untuk baja C-1.4Mn-Ti. Meskipun memberikan perubahan terhadap kekuatan luluh dan elongasi, namun temperatur pemanasan yang diterapkan tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Pengukuran dengan metode pelebaran garis difraksi sinar-x memberikan gambaran adanya peningkatan kerapatan dislokasi akibat pemberian regangan plastis, yang ditunjukkan dengan peningkatan lebar garis difraksi. Sedangkan akibat pemberian temperatur pemanasan pada selang 100° - 160°C, tampak adanya fenomena recovery, yang ditunjukkan oleh adanya penurunan lebar garis difraksi pada bidang (110)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T39705
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
James Handaja
"Variabel-variabel proses canai panas dapat ditentukan sedemikian rupa untuk memproduksi baja paduan dengan ukuran butir ferritdan sifat mekanis yang spesifik. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model ukuran butir ferrit akhir baja HSLA 0,028% Nb berdasarkan variabel-variabel operasional canai panas serta model kekerasan Vickers berdasarkan ukuran butir ferrit akhir.
Hasilnya adalah bahwa ukuran butir ferrit akhir dapat diprediksi dari ukuran butir austenit semula, regangan, laju regangan, temperatur canai, dan laju pendinginan. Didapatkan juga bahwa kekerasan Vickers dapat diprediksi dari ukuran butir ferrit akhir, regangan, laju regangan, dan temperatur canai.

Hot rolling variables can be determined as such to produce alloy steels having specific ferrite grain size and mechanical properties. The aim of this research is to develop model of ferrite grain size of 0,028%-Nb HSLA steel based on hot rolling operational variables and model of Vickers hardness based on the final ferrite grain size.
Results show that ferrite grain size can be predicted based on the initial austenite grain size, strain, strain rate, rolling temperature, and cooling rate. It is also found that Vickers hardness can be predicted based on the final ferrite grain size, strain, strain rate, and rolling temperature.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bondan Tiara Sofyan
"ABSTRAK
Paduan serbuk Cu-Sn merupakan paduan yang abnyak digunakan untuk bantalan berpori karena sifat-sifatnya yang tahan aus dan mudah diproduksi. Kandungan timah putih (Sn) pada paduan dapat mempengaruhi sifat-sifat paduan tersebut seperti porositas dan kekerasannya. Proses metalurgi serbuk mencakup pecampuaran dan pengadukan, kompaksi dan sinter.
Timah putih yang dipadu bervariasi pada 5, 10, dan 15%. Sedangkan tekanan kompaksi yang dikenakan sebesar 300MPa dan temperatur sinter 850°C. Sementara tu pengujian yang dilakukan meliputi densitas (kerapatan), porositas, kekerasan makro dan mikro dan kausan (wear). Kemudian produk sinter difoto mikro.
Pada penelitian ini diperoleh porositas terbuka produk sinter semakin banyak dan laju keausan semakin menurun dengan semakin tingginya kandungan Sn yang terdapat dalam paduan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Pramana Kusuma
"Material kuningan yang memiliki kekerasan yang tinggi, kekuatan tarik yang tinggi, ketangguhan yang baik, machineability yang baik dan low cost semakin dibutuhkan dan diinginkan. Salah satu metode efektif untuk menjawab kebutuhan tersebut adalah dengan metode penghalusan butir seperti ECAP (equal channel angular pressing) dengan diberikan post heat treatment.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari post heat treatment pada material ECAP 4 pas Cu-30%Zn terhadap sifat mekanis dan ukuran butirnya. Pengujian kekerasan mikro vickers, uji tarik, serta SEM pada perpatahannya dilakukan untuk mengevaluasi sifat mekanis tersebut dan pengujian metalografi dilakukan untuk mengevaluasi struktur mikro beserta pengukuran ukuran butirnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ECAP 4 pas akan mengurangi ukuran butir rata-rata dari 34 μm pada sebelum ECAP hingga menjadi 1,402 μm, meningkatkan kekerasan dari sebesar 92 HV menjadi 248 HV, tensile strength dari 379 MPa menjadi 878 MPa, yield strength dari 212 MPa menjadi 627 MPa, dan penurunan elongasi dari 64 % menjadi 19%.
Post heat treatment yang dilakukan setelah proses ECAP akan menyebabkan terekristalisasinya shear band menjadi butir-butir ultra halus yang equiaxed sehingga kekerasan, tensile strength, dan yield strength menurun, sedangkan elongasinya meningkat. Post heat treatment 300°C selama 15 menit dipilih sebagai nilai optimum karena rekristalisasi sempurna telah terjadi.

Brass material which has a high hardness, high tensile strength, good toughness, good machineability, and low cost are increasingly required and desired. One of effective method for answering the demand is by using grain refinement methods such as ECAP (equal channel angular pressing) with post heat treatment.
This study was conducted to determine the effect of post heat treatment on material 4 pass ECAP Cu-30% Zn against mechanical properties and grain size. Vickers microhardness testing, tensile testing, and SEM fraktography of tensile testing were used for evaluating the mechanical properties and metallographic tests were used for evaluating the microstructure with grain size measurement. Results of this study showed that ECAP 4 pass will reduce the average grain size of 34 μm at before ECAP up to 1.402 μm, increased the hardness from 92 HV to 248 HV, tensile strength from 379 MPa to 878 MPa, yield strength from 212 MPa to 627 MPa, and the elongation decreased from 64% to 19%.
Post heat treatment that done after ECAP process will make the shear band recrystallized into equiaxed ultra fine grains so the hardness, tensile strength, and yield strength will decreased, while the elongation increased. Post heat treatment of 300°C for 15 minutes was chosen as the optimum value because of the fully recystallization already occurred.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47760
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Calista Gitta K.
"Magnesium merupakan kandidat material yang banyak dikembangkan untuk aplikasi implan tulang yang mampu luruh. Pada penelitian ini dikembangkan paduan Mg-1,6Gd dengan diberikan perlakuan canai hangat menyilang dan searah dengan reduksi ketebalan masing-masing 30% dan dilihat pengaruhnya terhadap laju degradasi. Mg-1,6Gd dilakukan pre-heating selama 5 jam pada temperatur 550°C lalu dilakukan proses pencanaian. Empat buah sampel untuk masing-masing metode dilakukan canai dengan variasi temperatur yang berbeda. Laju degradasi diukur dalam larutan Ringer Laktat dan larutan Kokubo Simulated Body Fluid (SBF) masing-masing dengan metode polarisasi dan imersi.
Proses pencanaian menyilang lebih efektif menurunkan laju degradasi Mg-1,6Gd dibandingkan proses pencanaian menyarah. Hal ini disebabkan karena mikrostruktur yang dihasilkan dari proses pencanaian menyilang cenderung lebih homogen. Hubungan temperatur pencanaian dengan laju degradasi menunjukkan hasil yang fluktuatif akan tetapi memiliki kecenderungan laju degradasi yang lebih tinggi seiring dengan peningkatan temperatur.
Pengujian dalam larutan Kokubo SBF menunjukkan laju degradasi yang lebih rendah dibandingkan dalam larutan Ringer Laktat. Pada larutan Ringer Laktat laju degradasi paling rendah dicapai pada sampel menyilang berkode D yaitu 1,321 mm/yr. Sementara itu, pada larutan Kokubo SBF laju degradasi paling rendah dicapai pada sampel canai menyilang berkode C dengan laju degradasi mencapai 0,724 mm/yr.

Magnesium has been developed as a strong candidate material for biodegradable bone implant. In this study, Mg-1,6Gd is warm rolled with two different method, cross rolling and single pass-rolling each being reduced into 30% thickness and the influence into its corrosion behavior was observed. Mg-1,6Gd was preheatead at 550oC in 5 hours before rolling. Four samples for each method was rolled at different temperature. Degradation rate was measured in Ringer Lactate solution and Kokubo SBF by polarization and immersion test.
The result shows that cross roll method was more effective than single pass roll method in decreasing degradation rate of Mg-1,6Gd. The reason is microstructure of cross roll method is more homogenous than single pass method. The effect of rolling temperature is quite fluctuative but show a positive trend to degradation rate.
Measurement of degradation rate in Kokubo SBF shows lower value than in Ringer Lactate Solution. The lowest degradation rate in Ringer Lactate solution is achieved by cross-rolled sample "D" with degradation rate 1.321 mm/yr. For Kokubo SBF the lowest degradation rate is achieved by cross-rolled sample "C" with degradation rate 0,724 mm/yr.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58211
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Ronald Hasian
"Baja karbon rendah banyak digunakan di industri pipa, dimana dipersyaratkan memiliki sifat mekanik yang baik. Sifat mekanik bergantung pada struktur mikro logamnya. Baja karbon rendah dipasaran memiliki struktur mikro ferit dengan sifat mekanik rendah. Penelitian ini bertujuan mendapatkan struktur mikro ferit dengan butir lebih halus, diharapkan akan meningkatkan kekuatan dan ketangguhan baja ini. Penelitian dilakukan pada baja karbon rendah 0,12 % C dengan pemanasan temperatur 1100 0C ditahan selama 20 menit, diturunkan pada 650 0C dan ditahan selama 5 jam. Kemudian dilakukan proses pencanaian pada 600 0C dengan derajat deformasi 0 % untuk spesimen A, 50 % untuk spesimen B dan 70 % untuk spesimen C. Kem ian dilakukan pengujian metalografi, kekerasan, pengujian korosi. Hasil penelitian menunjukkan struktur mikronya ferit dan semakin kecil butir maka kekerasan dan ketahanan korosinya semakin baik. Butir terkecil pada spesimen C sebesar 12,77 ?m memiliki kekerasan 167,755 VHN dan laju korosi 5,055 mpy.

Low carbon steel mainly used in pipe industries, which have good mechanical requirement. It, which is in market, has ferrite microstructure with poor mechanical properties. This experiment purposes to get fine grain of ferrite microstructure, so that will increase strength and toughness of steel. It uses low carbon steel 0.12 % C with austenized at 1100 0C for 20 min, then cooled to and maintained at 650 0C for 5 hr. After cooling at 600 0C, specimens were rolled in range 0 %, 50 %, and 70 %. The testing used Vickers hardness test, corrosion test. The microstructure of specimens is ferrite. The results showed that the finest grain in specimen C has diameter 12,77 ?m, get maximum hardness 167,755 VHN and corrosion rate 5,055 mpy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51652
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>