Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142831 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Endro Sampurna
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4547
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahnia Chairawaty
"Penelitian ini menjelaskan mengenai konflik ekologi politik antara negara versus masyarakat lokal di Ogoni, Nigeria. Konflik ini bermula dari aktivitas eksploitasi minyak dan dampaknya pada degradasi lingkungan di tanah Ogoni. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain eksplanatif.
Penelitian ini memfokuskan pada gambaran akan konflik kepentingan diantara dua aktor tersebut, yang terjadi selama kurun waktu tahun 1993-1998, melalui perspektif ekologi politik. Ada kecenderungan, bahwa semua aksi dan strategi yang dilakukan oleh kedua aktor tersebut dalam konflik ekologi politik ini juga diakibatkan dari adanya hubungan yang tidak sejajar (asimetris) antara negara dan masyarakat.
Hasil dari penelitian ini berkesimpulan bahwa ada perbedaan kepentingan yang mendasar antara negara dan masyarakat, terkait dengan kepentingan mereka mengenai sumber daya alam dan lingkungan, yang menyangkut kepentingan ekonomi politik dan ekologi politik.

This research was explain about political-ecological conflict between state and grassroots actors in Ogoni, Nigeria. This conflict was beginning from the oil exploitation activities that caused impacts on environmental degradation in Ogoniland. This research was a qualitative research with explanative design.
By using political ecology perspective, this research was focus on the illustration about conflict of interest between state and grassroots actors in Ogoni, during 1993-1998. There also a tendency, that all the action and strategy which done by these two actors in environmental conflict, was the impact of unequal (asymmetric) relations between state and society.
The result of the research concluded that there are different basic interests between state and society about natural recourses and environmental, that related to economy politic and ecology politic."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Manalu, Dame
"Sebagai salah satu negara dengan jumlah gunung api aktif terbanyak di dunia Indonesia berisiko tinggi pada ancaman letusan vulkanik Berdasarkan penelitian hampir 60 dari total populasi hidup di 16 kawasan gunung api aktif di berbagai wilayah kepulauan di Indonesia Masyarakat yang tinggal di wilayah gunung api dan masih mempraktekkan cara hidup tradisional dianggap memiliki risiko tinggi karena praktik tradisional dapat mempengaruhi resiliensi mereka untuk menghadapi ancaman bencana Studi ini bertujuan untuk mengkaji faktor ekologi sosial yang berkontribusi terhadap usaha resiliensi masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana Gunung Api Rokatenda Palue untuk menuju kemampanan Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif kualitatif Teori sistem ekologi sosial dalam perspektif resiliensi menjelaskan kompleksitas hubungan yang dinamis antara manusia dan lingkungan terutama pada masyarakat adat yang hidupnya bergantung pada sumber daya alam Teori ini digunakan dalam mengidentifikasi kerentanan dan mengkaji aspek ekologi sosial yang mendukung dan menghambat resiliensi masyarakat adat di Dusun Koa yang tinggal di kawasan rawan bencana Gunung Rokatenda di Kabupaten Sikka NTT Studi ini menunjukkan bahwa aspek ekologi sosial yang terdapat pada masyarakat adat sangat berpengaruh pada kerentanan dan kapasitas dalam menghadapi potensi ancaman letusan gunung api.

As one of the countries with the largest number of active volcanoes in the world Indonesia is at high risk of the threat of volcanic eruption Based on previous studies it was stated that nearly 60 of the total population living in 16 areas of active volcano in various islands of Indonesia People who live in the area of the volcano and still practice the traditional way of life considered as high risk community because it may affect their resilience to face the threat of disaster This study aims to analyze social ecological factors that contribute to resilience efforts toward sustainability of the community living in disaster prone area of Rokatenda Volcano in Palu 39 e Island This study applied a qualitative approach with qualitative descriptive method Social ecological systems theory in the perspective of resilience explains the complexity of the dynamic relationship between man and the environment especially in the indigenous communities whose life depend on natural resources The theory is applied in identifying the risks and analyzing social ecological aspects as supporting and hindering factors for community resilience in indigenous people of Koa who live in the disaster prone area of Mount Rokatenda This study showed that social ecological aspects existing in an indigenous community was highly influence the vulnerability and capacity of the community to face a potential threat of volcanic hazard."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erik Lauzia Nugraha
"ABSTRAK
Tesis ini adalah mengenai konstruksi sosial atas kemiskinan pada masyarakat Wae Rebo di Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Dengan mengunakan pendekatan kualitatif, penulis melihat bagaimana proses, faktor-faktor yang mempengaruhi serta implikasi konstruksi sosial atas kemiskinan terhadap kehidupan masyarakat Wae Rebo. Realitas kemiskinan dalam hal ini dilihat dan dianalisis menggunakan teori konstruksi sosial Peter L. Berger dan Thomas Luckmann yang melihat hubungan manusia dan dunia sosialnya sebagai hubungan dialektis saling membentuk, menentukan yang terjadi melalui tiga proses simultan yakni eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.Hasil penelitian menunjukkan: pertama, karakteristik geografis dan kehidupan sosial di Wae Rebo dan Kombo merupakan faktor penting yang mempengaruhi konstruksi sosial atas kemiskinan. Kedua, proses konstruksi sosial atas kemiskinan sebagian besar terjadi dalam rutinitas kehidupan sehari-hari di kedua tempat tersebut. Ketiga, miskin l ngg dan kaya bora menjadi status sosial-ekonomi yang didasarkan pada persamaan dan perbedaan atas pekerjaan dan penghasilan. Keempat, pariwisata di sini lain semakin mempertegas perbedaan dan menimbulkan kesenjangan sosial di antara sesama warga Wae Rebo. Kesenjangan sosial ini bukan hanya dapat menjadi pemicu konflik sosial, lebih jauh hal tersebut pada gilirannya dapat mempengaruhi relasi sosial, merubah identifikasi diri dan basis stratifikasi sosial masyarakat Wae Rebo.

ABSTRACT
This thesis explains the social construction of poverty in Wae Rebo community located in Manggarai, East Nusa Tenggara. Using qualitative approach, the researcher highlights the processes, the influencing factors, and the implications of existing social construction of poverty to the people of Wae Rebo. The poverty situations in this study are observed and analyzed by using the theory of social construction by Peter L. Berger and Thomas Luckmann. The theory views the links between humans and their social circumstances as a dialectical relationship mutually shaping, determining which occurs through 3 three simultaneous processes, that are externalization, objectivation, and internalization.The study resulted in 4 four conclusions first, the geographical characteristics and social life of Wae Rebo and Kombo are the critical factors influencing the poverty rsquo s social construction in both communities. Second, the establishment of social construction of poverty mostly occurs within daily routine. Third, the poor l ngg and the rich bora developed into socio economic status due to the similarities and differences over employment situation and income. Fourth, resources for tourism industry are affirming the socio differences and fashioning social inequalities among fellow members of Wae Rebo community. The existing social gap in the community is not only contribute negatively to social conflict, but also influencing the social relations, altering self identification and forming social stratification within Wae Rebo community"
2017
T49071
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisha Afdanty Ferkin
"Kesendirian tanpa adanya anggota keluarga yang merawat dan mendampingi menjadi ketakutan besar ketika menghadapi masa tua nanti. Akan tetapi, kondisi ini yang harus dirasakan oleh banyaknya lansia di Desa Tengku Lese, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Sosok anak-anak yang idealnya memiliki kapabilitas sebagai pendamping terdekat lansia tidak ada di sisi mereka karena bermigrasi ke kota dan bahkan ke luar pulau akibat terhimpit kondisi perekonomian. Kondisi ini mendorong lansia dalam kondisi kian rentan, yang sejatinya memerlukan pendamping, harus juga berperan menjadi pendamping untuk merawat cucu yang ditinggalkan oleh anak-anak mereka. Di sisi lain, fenomena migrasi membentuk sebuah relasi kepedulian antara lansia dan tenaga kesehatan utama di desa, yaitu perawat dan bidan, sebagai pihak yang bertanggung jawab demi keberlangsungan kesehatan masyarakat Desa Tengku Lese, termasuk lansia. Walaupun dilihat sebagai sosok yang memiliki tanggung jawab atas kesehatan lansia, perawat dan bidan juga berada dalam kondisi rentan dengan kesulitan-kesulitan yang dirasakan ketika mengemban tugasnya. Penelitian ini dilakukan dengan observasi partisipan dan wawancara para lansia serta perawat dan bidan. Tulisan ini mencoba menganalisis relasi kepedulian yang terbentuk dari sebuah rasa kerentanan, dengan melihat contoh kasus lansia yang tidak memiliki pendamping dan harus menjadi pendamping bagi cucunya, serta tenaga kesehatan yang berperan dalam merawat lansia.

Loneliness without family members to care for and accompany them becomes a great fear when facing old age. However, this is the reality experienced by many elderly people in Desa Tengku Lese, Manggarai Regency, East Nusa Tenggara. The ideal figure of children who could serve as close companions for the elderly is absent because they have migrated to cities or even off the island due to economic pressures. This situation leaves the elderly more vulnerable, as they not only need companionship but also often find themselves taking on the role of caregivers for their grandchildren, left behind by their children. On the other hand, the phenomenon of migration has forged a relationship of care between the elderly and the primary healthcare providers in the village—nurses and midwives—who are responsible for the community's health, including that of the elderly in Desa Tengku Lese. Despite being seen as responsible for the elderly's health, nurses and midwives themselves face vulnerabilities and challenges in carrying out their duties. This research was conducted through participant observation and interviews with the elderly and healthcare workers. This paper try to analyze the caregiving relationships formed from a sense of vulnerability, examining cases where the elderly lack companionship and must care for their grandchildren, as well as the role of healthcare workers in elderly care."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fulgensius Surianto
"Tesis ini membahas tentang tujuan jangka menengah PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Nampar Macing. Pendekatan penelitian yang digunakan ialah kualitatif-deskriptif dengan penekanan pada evaluasi sumatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya tujuan jangka menengah PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Nampar Macing telah tercapai. Pencapaian itu tidak terlepas dari beberapa faktor pendukung dan juga faktor penghambat. Oleh karena itu, perlu memanfaatkan faktor pendukung dan meminimalkan faktor penghambat agar pembangunan desa wisata tetap berkelanjutan.

This thesis discuss about the medium-term objective of PNPM Mandiri Pariwisata in Rural Tourism Nampar Macing. The study used a qualitative-descriptive approach with emphasis on summative evaluation. The results showed the medium-term objective of PNPM Mandiri Pariwisata in Nampar Macing Village has been achieved. The achievement can not be separated from the supporting and inhibiting factors. Therefore, needs to take advantage of the supporting factors and minimize the inhibiting factors so that rural tourism development remain sustainable.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43322
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pirade, Henry
"Ada kaidah sosial yang menegaskan bahwa selama dalam sebuah masyarakat ada perbedaan kepentingan dan pada setiap masyarakat pasti ada perbedaan kepentingan maka sepanjang itu pula konflik akan hadir tak terelakan. Konflik tidak selamanya harus dimaknai pertikaian atau permusuhan, tetapi juga bisa mengandung makna kompetisi, tegangan (tension) atau sekedar ketidaksepahaman. Itu sebabnya, kehadiran konflik itu sesungguhnya menjadi sangat wajar, alami, bahkan harus diterima sebagai sebuah realitas dimanapun, oleh siapapun, kapanpun, apalagi dalam sebuah komuniti besar bernama komunitas atau masyarakat. Semakin besar perbedaan kepentingan terjadi, akan semakin besar pula kemungkinan konflik terjadi. Semakin banyak pihak yang memiliki perbedaan kepentingan, akan semakin banyak pula kemungkinan pihak-pihak yang terlibat konflik. Semakin tidak jelas tujuan berkonflik dan semakin konflik itu menyentuh nilai-nilai inti maka semakin keras dan lamalah konflik akan berlangsung. Celakanya, konflik sering berubah menjadi disfungsional ketika sudah mengarah kepada proses yang kaotik, destruktif dan anarkhis, seperti yang terjadi di Tuapukan dan Naibonat, Timor Barat.
Berdasarkan fenomena tersebut diatas maka penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi di dua daerah konflik di wilayah Timor Barat yaitu Tuapukan dan Naibonat. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif untuk menjelaskan permasalahan khususnya mengenai konflik yang ada dan bagaimana konflik itu berlangsung. Penyebab konflik, lamanya konflik, kerasnya konflik yang sangat berhubungan dengan realistik dan non-realistik konflik serta fungsi konflik itu sendiri. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang dipilah karena dianggap lebih efektif digunakan dalam menemukan dimensi-dimensi penting dari struktur tindakan kolektif yang berhubungan dengan terjadinya konflik di Timor Barat. Sumber data utama penelitian ini adalah data primer yang digali dari beberapa sumber yang terkait dengan dinamika konflik yang terjadi, baik dari kalangan masyarakat lokal, pengungsi maupun pemerintah dan lembaga sosial yang bekerja di lokasi target penelitian.
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah focus group discussion dan wawancara mendalam untuk memperlengkapi hasil diskusi serta pengamatan langsung. Informan yang digunakan adalah informan yang dipilih mewakili tiap kelompok yang telah ditentukan. Data yang dihasilkan kerudian diolah dan dianalisis secara kualitatif dengan menyeleksi dan menyederhanakan data. Kemudian data tersebut dihubungkan kembali dengan konsep dan permasalahan serta tujuan penelitian. Kerangka konseptual dalam penelitian ini dibangun dari pola konflik yang terjadi di target penelitian yaitu penyebab konflik, lamanya konflik, kerasnya konflik dan fungsi konflik. Hal ini sangat terkait dengan pertanyaan; apakah konflik yang terjadi tersebut sifatnya realistik ataukah non-realistik? Penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa konflik yang terjadi disebabkan oleh gangguan terhadap keteraturan sosial yang ada serta adanya pelanggaran terhadap konsensus dalam suatu komunitas. Situasi ini kemudian diperuncing dengan adanya rasa frustasi dan ketidakadilan dalam bermasyarakat. Kondisi ini kemudian memacu penguatan identitas kolektif pada masyarakat yang kemudian menimbulkan konflik. Penelitian ini juga membuktikan bahwa konflik yang terjadi bersifat non-realistik dengan tidak terdefinisinya tujuan berkonflik secara jelas atau samar-samar yang mengakibatkan konflik yang terjadi menjadi lama waktunya. Terlebih lagi, konflik yang terjadi menyentuh nilai-nilai inti seperti tindakan yang mempengaruhi harga diri yang mengakibatkan timbulnya rasa dendam dan menjadikan konflik berlangsung keras. Lama dan kerasnya konflik yang terjadi membuat persoalan menjadi semakin lebar sehingga penanganannya menjadi lebih rumit. Proses penanganan yang dilakukan terhadap konflik yang terjadi bervariasi, baik itu melalui pendekatan represif maupun pendekatan pemerintah melalui pemimpin, tidak terlalu berdampak signifikan. Persoalan yang mengemuka memberikan indikasi bahwa kohesi sosial antara masyarakat dengan masyarakat lainnya dan masyarakat dengan pemimpinnya tidaklah terlalu berat sehingga kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh para pemimpinnya tidak terlalu mempengaruhi pemahaman pada level bawah.
Dari hasil penelitian dan pengalaman yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa pola penanganan dan pendekatan yang terbaik yang dapat dilakukan terhadap konflik yang terjadi di Timor Barat ini adalah dengan transformasi konflik melalui pendekatan penguatan dan pemberdayaan masyarakat dalam upaya pengembangan perdamaian. Konsep ini telah dilakukan oleh beberapa lembaga kemanusiaan di beberapa wilayah konflik dan cukup baik dalam menata kembali hubungan antar masyarakat paska konflik melalui pelembagaan kegiatan-kegiatan yang merupakan kebutuhan masyarakat baik dari segi pengembangan sosial kemasyarakatan maupun penguatan ekonomi. Berdasarkan kesimpulan tersebut maka diusulkan saran-saran yaitu: perlunya diupayakan program-program rekonsiliasi melalui kerjasama semua pihak terkait dan kegiatan bersama khususnya bagi kelompok yang bertikai untuk membangun nilai-nilai kebersamaan antara individu dan antar kelompok serta melembagakan nilai-nilai toleransi. Upaya ini dapat diselenggarakan dalam bentuk program pengembangan dan pemberdayaan komunitas."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12091
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Syuraih Muchtar
"Air bersih berperan penting pada kesejahteraan hidup dan pembangunan wilayah. Karakteristik wilayah Labuan Bajo berupa kepulauan dengan kondisi geomorfologi berupa perbukitan menyebabkan masalah krisis air bersih. Masalah penelitian adalah adanya pengembangan wilayah di Labuan Bajo yang tergolong kawasan semi-arid untuk keperluan pariwisata berpotensi menimbulkan krisis air bersih. Penelitian ini bertujuan menganalisis ketersediaan sumber air bersih, melihat kebutuhan air domestik dan pariwisata, menganalisis daya dukung air dan sosial, serta merumuskan model pengeloaan air bersih yang berkelanjutan. Metode yang digunakan adalah metode campuran berupa analisis daya dukung, deskriptif, analisis spasial, dan metode fuzzy topsis untuk penentuan pengambilan keputusan. Hasil penelitian menunjukan kebutuhan air pariwisata pada tahun 2028 akan melebihi kebutuhan air domestik. Daya dukung air pada 56,87% wilayah di Kabupaten Manggarai Barat berstatus defisit. Biaya pengeluaran air rumah tangga di lokasi penelitian rata-rata Rp 192.000 atau sebesar 10% dari pendapatan. Pengelolaan air bersih di Labuan Bajo agar berkelanjutan perlu dilakukan dengan mengoptimalkan pemanfaatan air permukaan menggunakan teknologi yang mudah dikelola oleh masyarakat dan mampu melestarikan nilai kearifan lokal Borang Wae. Pemukiman penduduk yang berada di sempadan sungai dapat menggunakan pemurnian air sungai berbasis lahan basah buatan, dan pemanen air hujan untuk pemukiman yang berada di pesisir dan pulau-pulau kecil. Kebutuhan air pariwisata pada pulau-pulau kecil dan pesisir dapat dilakukan dengan desalinasi air laut dan Watergen Technology

Clean water is essential for the welfare of life and regional development. Characteristics of the Labuan Bajo region are an archipelago and geomorphological conditions in the form of hills that cause clean water crisis problems. Regional development in Labuan Bajo, classified as a semi-arid area for tourism needs, can potentially cause a clean water crisis. This study aims to analyze the availability of clean water sources, look at domestic and tourism water needs, analyze water and social carrying capacity, and create a sustainable clean water management model. This research used a mixed carrying capacity analysis, descriptive, spatial analysis, and topsis fuzzy methods to determine decision-making. The results show that tourism water demand in 2028 will exceed domestic water demand. The carrying capacity of water in 56.87% of the area in West Manggarai Regency has a deficit status. The cost of household water in the research location is an average of IDR 192,000 or 10% of income. Clean water management in Labuan Bajo, to be sustainable, needs to optimize the use of surface water using technology that is manageable for the community and can preserve the value of Borang Wae's local wisdom. Residential settlements on river banks can use river water purification based on artificial wetlands and rainwater harvesting for settlements on the coast and small islands. Tourism water demand on small islands and coastal areas can be used by seawater desalination and Watergen Technology."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Sudharman
"On religious rites of Manggarai people in Nusa Tenggara Timur Province, Indonesia"
Yogyakarta: Ombak, 2013
390SUDP002
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Sudharman
"On religious rites of Manggarai people in Nusa Tenggara Timur Province, Indonesia"
Yogyakarta: Ombak, 2013
390SUDP001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>