Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151422 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mone Stepanus Andrias
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4558
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Prasetya Taswanda
"Struktur industri telekomunikasi selular bidang jasa komunikasi bergerak ( GSM ) menjadi hal yang vital bagi pemerintah selaku regulator mengingat struktur tersebut dapat memberikan informasi mengenai keadaan pertelekomunikasian selular di Indonesia. Penelitian tentang struktur, kinerja, dan perilaku industri ini menggunakan paradigma SCP (Structure, Conduct, Performance). Paradigma SCP dapat menjelaskan mengenai keadaan struktur, perilaku dan performa para pelaku industri telekomunikasi seluler di Indonesia. Untuk mendapatkan struktur, perilaku dan performa dilakukan penelitian terhadap para pelaku industry telekomunikasi seluler bidang jasa komunikasi bergerak (GSM) di Indonesia dari tahun 2001 hingga tahun 2007. Penelitian ini menggunakan rasio konsentrasi, Herfindahl-Hirschman Index serta Minimum Efficient Scale sebagai alat ukur struktur, kemudian pola integrasi dan kepemilikan saham, perilaku harga serta welfare cost sebagai alat ukur perilaku dan rasio efisiensi, rasio likuiditas, rasio solvabilitas serta rasio efisiensi sebagai alat ukur kinerja.Setelah analisa deskriptif dilakukan, berikutnya adalah analisa secara ekonometrika untuk mengetahui kondisi yang berlaku pada industri ini. Kondisi struktur, perilaku dan performa para pelaku industri telekomunikasi seluler di Indonesia diharapkan dapat memberi masukan bagi pemerintah untuk membuat regulasi guna memperbaiki struktur industri telekomunikasi seluler.

Structure of cellular telecommunication industry is an important things for the government as a regulator due to the fact that the structure can give information about the fact of telecommunication industry. Research in this case uses an SCP ( Structure Conduct Performance ) paradigm. SCP paradigm can explain about the structure, conduct and performance of stakeholder in telecommunication industry. The object of this research is stakeholder of cellular telecommunication industry in GSM area from 2001 until 2007. This research uses concentration ratio , Herfindahl-Hirschman Index and Minimum Efficient Scale as indicator of structure of industry, Then integration of company, shareholder, price activity and welfare cost as indicator of conduct of industry. Then efficiency ratio, liquidity ratio, leverage ratio and profitability ratio as indicator of perform of industry. After descriptive analysis then econometric analysis is used to identify the condition of industry. This research can give suggestion for the government as the regulator to repair current condition."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50385
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurinawati
"Pulp merupakan salah satu dari 10 komoditi andalan ekspor penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia yang dicanangkan oleh pemerintah. Perkembangan industri pulp yang pesat didukung keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia, membuat investor tertarik untuk menanamkan modal. Industri pulp merupakan industri padat modal. Hal ini memunculkan perusahaan-perusahaan besar dengan modal kuat yang dapat membentuk konsentrasi kekuatan dalam pasar.
Berdasarkan paradigma Structure Conduct Performance, konsentrasi pasar akan mempengaruhi struktur pasar, sedangkan struktur pasar akan mempengaruhi kinerja pasar. Untuk mengetahui ada tidaknya konsentrasi pasar dalam industry pulp di Indonesia dapat dilakukan dengan mengidentifikasi struktur pasar. Setelah itu, kinerja pasar juga akan diidentifikasi untuk melihat bagaimana pengaruh struktur terhadap kinerja. Variabel-variabel yang digunakan untuk mengidentifikasi struktur industri pulp di Indonesia adalah konsentrasi pasar dan hambatan masuk. Sedangkan, untuk mengidentifikasi kinerja industri digunakan variabel tingkat keuntungan. Setelah itu, analisis ekonometri digunakan untuk mengetahui apakah struktur berpengaruh terhadap kinerja.
Dari penelitian, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: Industri pulp di Indonesia memiliki struktur oligopoli dengan konsentrasi tinggi. Rata-rata konsentrasi industri untuk 4 perusahaan terbesar adalah sebesar 0,906 dan rata-rata konsentrasi industri untuk 3 perusahaan terbesar adalah sebesar 0,782. Rata-rata nilai Herfindahl-Hirschman Index adalah sebesar 0,254; Kinerja industri pulp di Indonesia yang ditunjukkan oleh rata-rata nilai Price-Cost Margin sebagai indikator tingkat keuntungan sebesar 0,392 mengindikasikan bahwa perusahaan-perusahaan dalam industri pulp di Indonesia memiliki kekuatan pasar; Dalam industri pulp di Indonesia, struktur industri berpengaruh positif terhadap kinerja industri.

commodities that contribute a huge amount of exchange for Indonesia. The progress of pulp industry supported by the comparative advantage owned by Indonesia, has make the investors interested to invest in the industry. Pulp industry is a capital intensive industry. It emerges huge companies with strong investment which has the capability to form market concentration.
Based on Structure Conduct Performance paradigm, market concentration will affect market structure, and market structure will eventually affect market performance. To detect whether there is a form of market concentration or not in pulp industry in Indonesia, we can carry out market structure identification. Then, market performance will also be identified to figure out how the structure affect the performance. The variables used to identify the structure of pulp industry in Indonesia are market concentration and entry barrier. Whereas, variable used to identify the performance of the industry is profit level. Afterwards, econometric analysis is used to figure out whether the structure affects the performance or not.
From the research, we could conclude that: Pulp industry in Indonesia has the structure of oligopoly with high concentration. The average value of industry concentration for 4 largest companies is 0,906 and 0,782 for 3 largest companies. The average value of Herfindahl-Hirschman Index is 0,254; Industry performance showed by the average value of Price-Cost Margin as the indicator of profit margin as much as 0,392 indicates that the companies in pulp industry in Indonesia have market power; In pulp industry in Indonesia, industry structure affects industry performance positively.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50316
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Utami
"Industri penyiaran televisi merupakan industri yang sangat diregulasi. Baik karena kelangkaan spektrum maupun karena dampak informasi yang ditayangkan terhadap sikap dan perilaku masyarakat. Tujuan dart penulisan tesis ini yaitu mengetahui dan menganailsis instrumen regulasi di industri penyiaran televisi serta kebijakan persaingan yang diberlakukan di industri penyiaran televisi.
Metode yang digunakan dalam penelitlan ini adalah metode penelitian deskriptis analitis yaitu dengan membuat analisis secara sistematis faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah di industri penyiaran televisi dan implikasinya. Masalah yang dibahas dalam tulisan ini dibatasi hanya pada Industri penyiaran televisi di Jawa. Periode pembahasan masalah yaitu pada kurun waktu 2002-Juli 2003.
Hasil anallsis terhadap UU NO. 32 tentang penyiaran Tahun 2003 memperlihatkan bahwa instrumen yang digunakan untuk meregulasi industri penyiaran televisi Indonesia adalah melalui Pembatasan Lisensi dan kepemilikan, Pembatasan kepemilikan terhadap media lain, Pembatasan Iklan, Pembatasan Program, Pengaturan Institusi, dan Penyediaan waktu untuk slaran ikian layanan masyarakat. Instrumen Regulasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia tersebut sama dengan instrumen regulasi yang dilakukan oleh beberapa negara di Eropa (seperti Inggris, Perancis, Jerman, Itali dan Spanyol) serta Australia. Bedanya di industri penyiaran televisi Eropa dan Australia tidak ada kewajiban untuk menyediakan waktu guna siaran ikian layanan masyarakat.
Di Indonesia regulasi mengenai kepemilikan dan kepemilikan silang belum ada penjelasannya secara rinci sementara di negara Eropa dan Australia hal tersebut telah dlbatasi secara rinci dan pelaksanaan regulasi tersebut telah diatur oleh lembaga yang sudah exist. Di Indonesia Komisi Penyiaran Indonesia yang ditugaskan untuk melaksanakan tugas tersebut baru dalam proses pembentukan karena memang UU penyiaran Indonesia relatif masih baru yaitu disahkan pada tanggal 28 Desember 2002.
Tentang ketentuan berjaringan bagi lembaga penyiaran swasta yang sudah memiliki stasiun relay sebelum adanya UU penyiaran, maka Anteve sudah siap mengantisipasinya dengan sistem waralaba. TPI bekerjasama (berjaringan) dengan Jawa Pos TV. Sementara Metro TV bekerjasama dengan TV Manado dan Jawa Pos Tv.
Kebijakan persaingan di industri penyiaran televisi Indonesia berdasarkan UU NO. 32 Tahun 2002 menetapkan membatasi lisensi dan kepemilikan di industri penyiaran televisi juga melarang adanya kepemilikan silang media. Realitasnya saat ini ada kepemilikan silang media yaitu PT Bimantara pemilik televisi swasta RCTI juga menjadi pemilik radio Trijaya FM. PT RCTI juga menjadi salah satu pemilik dan Lembaga Penyiaran Beriangganan INDONUSA. Televisi swasta PT SCTV juga menjadi pemilik Metro TV. Realitas tentang kepemilikan silang Inilah yang harus segera ditindaklanjuti begitu Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) terbentuk nantinya. Namun terlebih dahulu KPI harus membuat aturan yang jelas dan menerapkan aturan tersebut secara tegas seperti di Australia.
Kebijakan persaingan di Industri penyiaran televisi Eropa lebih ditujukan untuk membatasi merger dan kepemilikan diantara perusahaan di industri penyiaran televisi dan antara perusahaan televisi dengan produsen program televisi Masyarakat Eropa. Di Amerika Serikat kebijakan persaingan di industri penyiaran televisi juga ditujukan untuk mengatur dan mengawasi merger dari perusahaan yang memiliki posisi dominan di pasar atau memiliki share pasar terbesar. Kebijakan persaingan di industri penyiaran televisi Australia mengatur mengenai pembatasan kepemilikan silang media (sama seperti di Indonesia)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T12568
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herfy Rithuesa Hardiani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan struktur perilaku dan kinerja industri besar sedang dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia
Metode yang digunakan yaitu analisis kuantitatif deskriptif dan estimasi ekonometrika data panel. Analisis struktur perilaku dan kinerja industri dianalisis dengan data panel dengan hasil bahwa konsentrasi rasio empat perusahaan terbesar CR4 dan biaya input advertensi berpengaruh signifikan terhadap profit Kinerja industri juga dianalisis dengan data panel yang menunjukkan bahwa profit upah tenaga kerja riil teknologi dan output berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Indonesia.
Koefisien variabel profit 0 05 teknologi 0 04 dan output 0 09 yang bermakna kenaikan satu persen porsi profit atau teknologi atau output akan meningkatkan jumlah penyerapan tenaga kerja sedangkan variabel upah tenaga kerja riil 0 27 yang bermakna jika terjadi kenaikan upah riil sebesar 1 juta maka akan tingkat penyerapan tenaga kerja akan turun.

The focus of this study aims to determine the development of the structure conduct and performance of large and medium industry are employment in Indonesia.
This study used quantitative descriptive methods and econometric of panel data. Analysis of the structure conduct and performance of large and medium industry were analyzed by profit approach with econometric model of the panel which shows that the concentration ratio of the four biggest companies CR4 and input cost advetise significantly influence the profit. Industry performance is also analyzed with panel data showing that profit real wages of labor technology and output have a significant effect on employment in Indonesia.
The coefficient of profit is 0 05 technology is 0 04 and output is 0 09 which indicate if increase 1 percent of the portion profit technology or output will increase the employment rate while the coefficient of wages 0 27 indicate increase 1 million of the portion real wages the employment rate will reduce.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T45450
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Affan Alamudi
"ABSTRAK
Dengan judul seperti di atas, penulis sebenarnya ingin mengetahui secara lebih mendalam perangkat hukum yang digunakan oleh pihak Pemerintah dalam.mengusahakan sumber alam yang terpenting bagi kehidupan dan pembangunan bangsa ini. Untuk mencapai tujuan di atas, penulisan karya ini menggunakan dua metode penelitian yang paling umum digunakan dalam ilmu-ilmu sosial, yaitu penelitian _ kepustakaan serta penelitian lapangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, "Kontrak Production Sharing" yang digunakan dalam usaha penambangan minyak di negeri ini sebenarnya dapat digolongkan sebagai SU§. tu perjanjian khusus yang berada di luar KUHPerdata. Hal ·. ini karena perjanjian ini mempunyai aspek-aspeknya sendiri yang tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu jenis perjanjian khusus yang berada di dalam KUHPerdata. Dalam perjanjian yang menjadi objek bahasan skripsi ini pu,n masalah kebebasan berkontrak sedikit banyak telah kehilangan artinya, hal ini karena dalam banyak hal kontraktor harus manerima apa yang telah ditetapkan oleh pemerintah, tanpa dapat dirundingkan lagi, misalnya tentang p~mbagian minyak yang dihasilkan. Hal lainnya yang menarik dari penelitian ini adalah tentang pembiayaan serta resiko yang diatur dalam :Perjanjian. Tentang yang pertama, dapat dikatakan di sini bahwa semua biaya yang harus dikeluarkan.dalam rangka kontrak ini harus ditanggungkan seluruhnya oleh kontraktor. Biaya ini akan dikembalikan seluruhnya apabila minyak ditemukan oleh kontraktor dan dapat diusahakan secara komersial. Dalam hal minyak sama sekali tidak ditemukan atau ditemukan tetapi tidak dapat diusahakan secar.a komersial, maka semua resiko dan biaya yang telah dikeluarkan ditanggung oleh kontraktor sendiri. Dari tiga sistem yang pernah ada dalam sejarah industri perminyakan di Indonesia, nampaknya sistem "Kontrak. Production Sharing" merupakan yang terbaik. Hal ini karena tidak saja karena manajemen kontrak berada di tangan Pertamina, tetapi juga karena pemgembalian daerah kontrak yang cepat dari sistem- sistem yang terdahulu."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Mayang Bestari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur dan kinerja industri rokok di Indonesia, serta hubungan variabel struktur dan tarif cukai terhadap kinerja industri rokok di Indonesia dengan menggunakan analisis Struktur Perilaku dan Kinerja.Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi menggunakan metode OLS dan yang digunakakan adalah data di tingkat perusahaan pada industri rokok kretek dan industri rokok putih dari tahun 2005 sampai 2012. Berdasarkan hasil penelitian struktur industri rokok di Indonesia memiliki struktur oligopoli ketat untuk industri rokok putih, sedangkan industri rokok kretek memiliki struktur oligopoli sedang. Selanjutnya, variabel struktur signifikan mempengaruhi kinerja perusahan di industri rokok kretek dan industri rokok putih. Kenaikan pada tariff cukai akan menaikan keuntungan dari industri rokok kretek sedangkan pada industri rokok putih, kenaikan tarif cukai akan menurunkan kinerja perusahaan.

This study aims to determine the structure and performance of the cigarette industry in Indonesia and the relationship of structure and rates of excise variables on the performance of the cigarette industry in Indonesia by using structure conduct performance analysis In this research using descriptive analysis and regression analysis using OLS method In this study using firm level data on clove cigarretes industry and white cigarretes industry from 2005 to 2012 Based on the results of the study structure of the cigarette industry in Indonesia has a tight oligopoly structure for white cigarette industry while clove cigarette industry has an moderate oligopoly structure Structural variables are siginificantly affect the performance of the company in clove cigarette industry and white cigarette industry The increase in the excise tariff will increase the profits of clove cigarette industry while in white cigarette industry the increase in excise will reduce the performance of the company."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S60693
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anandita Laksmi Wardhani
"Keberadaan Industri Rokok, khusus nya rokok kretek di Indonesia semakin menimbulkan dilema. Pada satu sisi, industri rokok kretek yang lebih unggul dibandingkan industri rokok putih secara keseluruhan telah menyumbangkan porsi yang cukup besar bagi pendapatan negara, Salah satunya melalui pendapatan cukai rokok. Namun tak dapat disinyalir rokok adalah produk yang berbahaya bagi kesehatan, dan menyebabkan kematian bagi jutaan jiwa tiap tahunnya.
Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah dalam mengurangi tingkat konsumsi rokok namun juga tak ingin kehilangan pendapatan yang cukup besar dari industry ini. Dimulai dari penetapan kebijakan, penentuan tarif harga jual eceran, hingga pembatasan dalam bidang promosi atau periklanan.
Pada penelitian ini, akan dipaparkan dinamika industri rokok kretek di Indonesia dengan menggunakan metode analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja (SCP) dengan pembatasan hanya kepada Struktur dan Kinerja saja . Data menggunakan data sekunder. Penelitian ini menggunakan rasio konsentrasi empat perusahaan teratas dan MES (Minimum Efficiency of Scale) atau skala minimum efisiensi sebagai alat ukur struktur, dan untuk kinerja akan digunakan proksi PCM (Price Cost Margin).
Setelah analisa deskriptif dilakukan, berikutnya adalah analisa secara ekonometrika untuk mengetahui hubungan antara struktur dengan kinerja pada industri ini. Pada hasil penelitian didapat strukur pasar industri bersifat oligopoly dengan nilai CR4 pada 0.594 hingga 0.717 serta nilai PCM berkisar antara 0.61 hingga 0.721 yang mengindikasikan bahwa industri ini memiliki kekuatan pasar serta terbukti bahwa struktur mempengaruhi kinerja.

The existence of clove cigarettes in Indonesia apparently causes a more and more dilemma. At one side, clove cigarettes which is totally more superior than common cigarettes have already contributed large portion of income for the country. This can be proved by the large amount of cigarette tax that comes into the government's income. But in other way, cigarettes are still the dangerous product for health and cause a high death-rate of millions people annually.
Various kinds of effort have been done by the government in order to decrease the consumption level of cigarettes, but in the contrary, the government itself does not want to loose a large amount of income from this industry. The efforts start from the determination of policy, the appointment of tariff of sell price per piece, and the limitation of promotion activity and advertisement.
Through this research, the dynamic of clove cigarettes industry in Indonesia will be clearly explained by the approximation of SCP (Structure, Conduct, and Performance) analysis with the limitation of Structure and Performance only and use secondary data. This research is using the four largest companies concentration ratio and MES (Minimum Efficiency of Scale) as the measuring tool of structure. PCM (Price Cost Margin) will be used to analyze performance.
After the descriptive analysis has been done, the next is to analyze the relation between structure and performance by econometric analysis. In this research founded that structure indicated oligopoly size with the CR4 value range of 0.594 - 0.717 and indicates that companies performance have market power with the range of PCM value in 0.61 - 0.721 and also prove that structure influence performance.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50300
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aziis Priyanto
"Persaingan usaha yang sehat akan menguntungkan bukan hanya konsumen, akan tetapi juga masyarakat secara keseluruhan. Persaingan sehat akan menghasilkan tingkat harga yang relatif lebih rendah bagi konsumen. Selain itu, pasar dengan persaingan yang sehat juga akan memaksa perusahaan beroperasi dengan lebih efisien. Semua hal ini berarti konsumen, perusahaan dan negara akan diuntungkan atas banyaknya pilihan produk dan proses yang lebih efisien. Dalam berbagai literatur, untuk menganalisis suatu persaingan usaha dalam industri maka pendekatan structure, conduct, performance (SCP) adalah pendekatan yang paling banyak digunakan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur, perilaku dan kinerja dari industri jaringan tetap nirkabel telekomunikasi di Indonesia. Dalam penelitian ini digunakan metodologi structure, conduct, performance (SCP) sebagai alat analisis untuk mengetahui kondisi sesungguhnya dari industri ini. Selain itu juga dilakukan pengujian ekonometrik untuk mengetahui apakah dalam industri ini berlaku market power hypothesis atau efficient structure hypothesis.
Berdasarkan paradigma Structure Conduct Performance, konsentrasi pasar akan mempengaruhi struktur pasar, sedangkan struktur pasar akan mempengaruhi perilaku pasar dan pada akhirnya mempengaruhi kinerja pasar. Untuk mengetahui struktur pasar dalam industri jaringan tetap nirkabel dapat dilakukan dengan mengidentifikasi konsentrasi pasar, serta hambatan masuknya. Perilaku pasar dapat diketahui dengan melihat strategi harga, periklanan serta kolusi. Sedangkan kinerja pasar dapat dilihat dari profitabilitasnya. Setelah itu, juga akan dilihat pengaruh struktur terhadap kinerja, apakah mendukung market power hypothesis atau efficient structure hypothesis.
Kesimpulan dari penelitian ini selain berguna untuk memperkaya informasi untuk publik, juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi instansi terkait untuk dapat melihat kasus ini secara lebih menyeluruh sehingga dapat dihasilkan keputusan yang lebih komprehensif. Semua hal ini bermuara pada upaya untuk menciptakan persaingan usaha yang sehat pada industri jaringan tetap nirkabel telekomunikasi di masa mendatang.

Perfect and healthy competition will grant consumer a great advantage and either do society. Perfect competition produces relatively low price level for consumer. Besides, market with healthy competition can make company operates more efficient by compulsion. This means consumer, company and country will gain profit as a consequence of product diversity and more efficient process. In many literature, structure conduct performance (SCP) approaches is the most used paradigm to analyze market competition in an industry.
This research objective is to analyze market structure, conduct and performance form fixed wireless line telecommunication industry in Indonesia. In this reserach, structure conduct performance methodology is expended as an analysis tool to identify factual condition from the industry. Futhermore, econometric testing is conducted in order to identify which hypothesis prevail in the industry, is it market power hypothesis or efficient structure hypothesis.
Based on structure conduct performance paradigm, market concentration will influences market structure, while market structure will influences market conduct and market performance. To identify market structure of fixed wireless line telecommunication industry, we can carry out market concentration and entry barrier identification. Market conduct can be identified by pricing strategy, advertising, and collution. Whereas, market performance is identified form its profitability. Then, there will also be identified how the structure affect the performance, whether it support market power hypothesis or efficient structure hypothesis.
The conclusion from the research besides as an information resources for public, can also be used as a consideration for associated instance with the aim of producing comprehensive decision. This whole things have intention to construct healthy and perfect competition in fixed wireless line telecommunication industry in upcoming time.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50338
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Niftahul Janah
"Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mendorong pesatnya penggunaan telepon selular dan nirkabel sehingga pertumbuhan telepon tetap kabel di Indonesia kian melambat. Melalui penelitian ini, akan dikaji struktur, perilaku, kinerja dan sistem monopoli dalam industri jaringan tetap kabel di Indonesia untuk mengetahui gambaran yang komprehensif mengenai kondisi industri ini. Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sebagian besar merupakan data dari laporan tahunan dan keuangan perusahaan monopolis (yang menguasai 99% pasar). Selain itu, digunakan juga data penunjang dari lembaga peneliti terkait, seperti BPPT, BPS, KPPU dan LAPI ITB.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri jaringan tetap kabel di Indonesia memiliki tingkat konsentrasi yang sangat tinggi. Kekuatan monopoli ini awalnya diperoleh dari proteksi pemerintah, tetapi setelah diberlakukannya liberalisasi telekomunikasi, sumber monopoli industri ini diperoleh secara alamiah. Berdasarkan analisis Porter, kekuatan industri ini terletak pada rendahnya ancaman dari pendatang baru, besarnya hambatan masuk serta lemahnya daya tawar pembeli dan penjual.
Ancaman terbesar industri ini adalah keberadaan barang substitusi/pelengkap. Dengan kekuatan pasar yang besar, monopolis hanya mampu melakukan diskriminasi harga karena pemerintah telah mencanangkan regulasi penetapan tarif yang ketat dalam industri ini. Hal ini mendorong buruknya kinerja keuangan industri ini dibandingkan dengan industri selular yang berada di pasar kompetitif. Akan tetapi, dengan peran pemerintah sebagai monopolis itu sendiri, biaya kesejahteraan sosial industri ini menjadi lebih kecil daripada industri selular.

The wide use of cellular and wireless phone, as a result of the growing development in ICT, has had a major contribution to the decrease of the fixed wire line industry's growth in Indonesia. Thus, this research studied the structure, conduct, performance and the monopoly system of the fixed wire line industry in Indonesia so as to get a more comprehensive observation over the cited industry. The major secondary data used in this research was taken from the major player in the industry (Telkom) for its control over 99% of the market, and also from the related research institution, such as BPPT, BPS, KPPU and LAPI ITB.
The study shows that the fixed wire line industry is concentrated over one major player. This market power initially came from the government protection. However, after the liberalization of telecommunication was implemented, it has come as the natural one. From the Porter framework, the power belongs to the lack of industry rivalry, the huge entry barrier, and the weakness of buyer and seller bargaining power, while the biggest threaten comes from the substitution products.
The monopoly analysis shows that as a result of the price regulation's implementation, the game tool left for the monopolist has come only from the price discrimination. The regulation has also directed to the poor performance of this industry compared with the cellular one in competitive market. However, as the government takes part as a major shareholder in the monopolist, the social expenses of the industry were lower than that of the cellular.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50283
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>