Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188189 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Masitha Nisa Noorrahma
"Diabetes melitus ditandai dengan kadar gula darah yang melebihi normal (hiperglikemia) sebagai akibat dari tubuh yang kekurangan insulin relatif maupun absolut. Enzim α-glukosidase menghidrolisis karbohidrat menjadi glukosa. Pada pasien diabetes, penghambatan terhadap enzim α-glukosidase menyebabkan peghambatan terhadap absorbsi glukosa dan menurunkan hiperglikemia.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase dari beberapa tanaman obat yang digunakan di Indonesia. Serbuk simplisia diekstrak dengan cara refluks menggunakan pelarut etanol 80%. Aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase dilakukan dengan mengukur serapannya secara spektrofotometri. Akarbose digunakan sebagai standar. Penghambatan enzim α-glukosidase paling besar ditunjukkan pada ekstrak biji Swietenia mahagoni dengan nilai IC50 7,03 ppm diikuti oleh ekstrak daun Anacardium occidentale, biji Luffa cylindrical, umbi Dioscorea hispida, daun Blumea balsamifera, daun Catharanthus roseus, Allium cepa, daun Physalis angulata, herba Ocinum americanum dan daun Tectona grandis dengan nilai IC50 9,11 ppm; 17,46 ppm; 26,05 ppm; 28,01 ppm; 36,08 ppm; 50,58 ppm; 55,89 ppm; 80,78 ppm; dan 87,38 ppm. Ekstrak biji Swietenia mahagoni menunjukkan aktivitas penghambatan kompetitif. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan semua ekstrak mengandung saponin dan glikosida.

Diabetes mellitus is characterized by exceed blood sugar level to normal (hyperglycemia) caused by a relative or absolute deficiency in insulin. α-Glucosidase hydrolyzes carbohydrates into glucose. In diabetic patients, inhibition of this enzymes causes the restraint of glucose absorption and decreases the postprandial hyperglycemia.
The purpose of this research was to evaluate the inhibitory activity of α-glucosidase in some medicinal plants used as antidiabetic in Indonesia. Crude drug powder was extracted by reflux using 80% ethanol. Inhibitory activity of α-glucosidase was evaluated by measuring the absorbance with spectrophotometry. Acarbose used as a standard. The biggest inhibitory activity of α-glucosidase demonstrated in Swietenia mahagoni seed extract with IC50 value of 7.03 ppm followed by Anacardium occidentale leaf, Luffa cylindrical seed, Dioscorea hispida root, Blumea balsamifera leaf, Catharanthus roseus leaf, Allium cepa, Physalis angulata leaf, Ocinum americanum leaf, and Tectona grandis leaf extracts with IC50 value of 9.11 ppm, 17.46 ppm, 26.05 ppm, 28.01 ppm, 36.08 ppm, 50.58 ppm, 55.89 ppm, 80.78 ppm, and 87.38 ppm. Swietenia mahagoni seed extract shown to be a competitive inhibitor. The result of phytochemical screening showed that all of the extracts contain saponin and glycoside."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S867
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ary Andriani
"Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia dan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Penderita DM di dunia terus meningkat seiring dengan perkembangan populasi. Berawal dari kondisi ini, upaya pencarian sumber-sumber pengobatan DM selalu dilakukan. Salah satu terapi yang digunakan dalam mengobati DM adalah agen penghambat α-glukosidase. α-Glukosidase merupakan enzim yang dapat memecah karbohidrat kompleks menjadi gula sederhana. Penghambatan enzim ini dapat memperlambat pencernaan karbohidrat sehingga menunda absorpsi glukosa.
Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi kandungan golongan senyawa dan menguji kemampuan dalam menghambat aktivitas α-glukosidase pada ekstrak etanol dari beberapa tanaman yang digunakan sebagai obat antidiabetes. Uji penghambatan aktivitas α-glukosidase dilakukan dengan metode spektrofotometri. Serbuk simplisia diekstrak dengan cara refluks menggunakan etanol 80%.
Berdasarkan uji penghambatan aktivitas α-glukosidase, semua ekstrak tanaman dapat menghambat aktivitas α-glukosidase. Tiga ekstrak paling aktif adalah ekstrak kulit batang Ceiba pentandra (L.) Gaetern, ekstrak akar Saccharum officinarum, dan ekstrak kulit batang Persea americana Mill. dengan nilai IC50 berturut-turut, 5,16 ppm; 10,35 ppm; dan 10,83 ppm. Ketiganya mengandung glikosida, tanin, dan saponin. Berdasarkan uji kinetika penghambatan enzim diketahui bahwa ekstrak kulit batang randu memiliki aktivitas penghambatan kompetitif.

Diabetes mellitus (DM) is a group of metabolic disorders characterized by hyperglicemia and associated with abnormalities in carbohydrate, fat, and protein metabolism. Patients with DM in the world continues to increase along with population growth. Starting from this condition, the search for sources of DM treatment was always performed. One therapy used in treating DM is α-glucosidase inhibitor. α-Glucosidase is an enzyme that can break down complex carbohydrate into simple sugar. Inhibiton of this enzyme can retard the rate of carbohydrate digestion resulting in a delay in glucose absorption.
The purpose of this study was to identify the content of chemical compound and to test the α-glucosidase inhibitory activity in ethanolic extracts of some plants used as antidiabetic. α-Glucosidase inhibitory activity test carried out by spectrophotometric method. The simplisia powder was extracted by reflux using 80% ethanol.
Based on α-glucosidase inhibitory activity test, all the plant extracts were active in inhibiting α-glucosidase. The three most active extracts were Ceiba pentandra (L.) Gaetern bark extract, Saccharum officinarum root extract, and Persea americana Mill. bark extract with IC50 of 5.16 ppm; 10.35 ppm; and 10.83 ppm, respectively. They were contain glycoside, tannin, and saponin. From the test results of the kinetics of inhibition of the enzyme is known that the bark extract of randu have competitive inhibitory activity.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S1141
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kun Fitriana Mahmudah
"Diabetes melitus adalah suatu gangguan metabolisme yang ditandai oleh hiperglikemia maupun abnormalitas dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Salah satu pengobatan hiperglikemia ialah mengurangi penyerapan glukosa dengan menekan pencernaan karbohidrat oleh inhibitor α-glukosidase. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas penghambatan α-glukosidase dan golongan senyawa kimia beberapa tanaman obat Indonesia yang digunakan untuk pengobatan diabetes melitus. Metode yang digunakan untuk menguji aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase adalah spektrofotometri. Serbuk simplisia direfluks dengan etanol 80%. Dalam uji aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase diperoleh ekstrak yang berpotensi tinggi memiliki aktivitas penghambatan yaitu ekstrak buah ketapang (Terminalia catappa L.), biji kesumba (Bixa orellana L.) dan daun srikaya (Annona squamosa L.) dengan nilai IC50 -1-1 -1 berturut-turut 3,02 µg mL ; 28,61 µg mL ; dan 90,47 µg mL . Uji kinetika enzim menunjukkan bahwa ekstrak buah ketapang mempunyai aktivitas penghambatan kompetitif. Dari hasil identifikasi kimia yang dilakukan ternyata ekstrak buah ketapang, biji kesumba dan daun srikaya memiliki kandungan kimia alkaloid, terpen dan glikosida.

Diabetes Mellitus is a group of metabolic disorders characterized by hyperglycemic and abnormalities in carbohydrate, fat, and protein metabolism. One of the hyperglycemic remedies is glucose absorption reduction by suppressing carbohydrate digestion due to utilization of α-Glucosidase inhibitors (AGIs). The purpose of this research was to determine α-glucosidase inhibitory activity and to screen phytochemicals of some Indonesian medicinal plants which used to treat diabetes mellitus. The inhibitory activity of α-glucosidase enzyme was assayed by spectrophotometric method. Simplisia powder was refluxed with 80% ethanol. In α-Glucosidase inhibitory activity assay, extracts that have high-potential inhibitory activity are Terminalia catappa fruits, Bixa orellana seeds, and Annona squamosa leaves extracts with IC50 values respectively 3.02 µg -1-1 -1 mL ; 28.61 µg mL ; and 90.47 µg mL . The result of enzyme kinetics showed that Terminalia catappa fruits extract has a competitive inhibitory activity. Phytochemical identification indicated that Terminalia catappa fruits, Bixa orellana seeds, and Annona squamosa leaves extracts contained alkaloid, terpen, and glycoside. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S786
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Deddy Rifandi Laurens
"Produksi berlebih dan kurangnya ekskresi asam urat dalam tubuh dapat menyebabkan hiperurisemia. Xantin oksidase merupakan enzim yang berperan dalam mengkatalisis oksidasi hipoxantin dan xantin menjadi asam urat.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tanaman obat yang memiliki aktivitas penghambatan enzim xantin oksidase serta identifikasi golongan kandungan kimianya. Metode yang digunakan menguji aktivitas penghambatan enzim xantin oksidase adalah Continous Spectrophotometric Rate Determination. Serbuk simplisia diekstrak dengan cara refluks menggunakan pelarut etanol 80%. Dengan uji aktivitas penghambatan enzim xantin oksidase didapatkan ekstrak yang aktif yaitu ekstrak akar sidaguri (Sida rhombifolia), ekstrak kulit batang nyamplung (Callophylum inophyllum), dan ekstrak daun gandarusa (Justicia gendarussa) yang mempunyai nilai IC50 berturut-turut 1622 ppm, 2832 ppm, dan 5824, 49 ppm. Dari hasil uji kinetika enzim diketahui bahwa ekstrak akar sidaguri mempunyai aktivitas penghambatan kompetitif. Identifikasi kimia pada ekstrak sidaguri menunjukkan adanya alkaloid, flavonoid, tanin, dan saponin. Pada ekstrak kulit batang nyamplung mengandung flavonoid, tanin, dan saponin, sedangkan pada ekstrak daun gandarusa menunjukkan adanya alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan antrakuinon.

Overproduction and excessive excretion of uric acid in the body can cause hyperuricemia. Xanthine oxidase is an enzyme that plays a role in catalyzing the oxidation hypoxanthine and xanthine into uric acid. The purpose of this study is to find medicinal plants which have inhibited the enzyme xanthine oxidase activity and identification the chemical contain. The method used to test the inhibitory activity of the enzyme xanthine oxidase is a Continous Spectrophotometric Rate Determination. The simplisia powder was extracted by reflux using 80% ethanol solvent. By testing the enzyme xanthine oxidase inhibitory activity obtained an active extract, that is sidaguri (Sida rhombifolia) root extract, nyamplung (Calophyllum inophyllum) bark extract, and gandarusa (Justicia gendarussa) leaf extract with IC50 values 1622 ppm, 2832 ppm, and 5824,49 ppm. The kinetics results are known to sidaguri root extract have a competitive inhibitory activity. Chemical identification in sidaguri root extract is showed alkaloids, flavonoids, tannins, and saponins. Nyamplung bark extract is contain flavonoids, tannins, and saponins, while gandarusa leaf extract showed alkaloids, flavonoids, tannins, saponins, and anthraquinone."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S33203
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Yuliastuti
"Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah sebagai akibat resistensi insulin, insufisiensi sekresi insulin, atau keduanya. Salah satu jenis DM adalah Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (DM tipe 2) dan salah satu cara pengobatannya yaitu dengan penghambatan kerja enzim α-glukosidase. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase dari ekstrak etanol 80% beberapa simplisia dari famili Apocynaceae dan Rubiaceae, untuk mengetahui jenis mekanisme penghambatan dari ekstrak yang memiliki aktivitas paling baik, dan untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terkandung pada ekstrakekstrak tersebut. Pengujian aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase dilakukan secara in vitro menggunakan metode spektrofotometri. Nilai IC50 ekstrak-ekstrak dalam penelitian ini berkisar antara 3,64 µg/mL sampai dengan 181,90 µg/mL. Ekstrak daun Amaracarpus pubescens Blume. memiliki aktivitas penghambatan paling baik. Jenis mekanisme penghambatan kerja enzim α-glukosidasenya adalah penghambat campuran (mixed inhibitor). Kandungan golongan senyawa kimia yang banyak ditemukan pada ekstrak etanol 80% dari lima simplisia famili Apocynaceae dalam penelitian ini adalah tanin, glikosida, saponin, dan antrakuinon. Sedangkan, pada ekstrak etanol 80% dari sepuluh simplisia famili Rubiaceae dalam penelitian ini adalah alkaloid, flavonoid, terpenoid, tanin, glikosida, dan antrakuinon.

Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disorder characterized by high blood sugar levels as a result of insulin resistance, insulin secretion insufficiency, or both. One type of DM is Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (type 2 DM) and one way of its treatment is by inhibiting the α-glucosidase. The purpose of this study was to determine the α-glucosidase inhibitory activity of ethanol 80% extracts of several symplicia from the Apocynaceae and Rubiaceae, to determine inhibitory mechanism type of the extract that has the best activity, and to screen the phytochemical compounds contained in these extracts. Inhibitory activity testing of the α-glucosidase was performed in vitro using spectrophotometric methods. IC50 value of extracts in this study ranged from 3.64 µg/mL to 181.90 µg/mL. Amaracarpus pubescens Blume. leaf extract has the best inhibitory activity. Its type of enzyme inhibition mechanism is the mixed inhibitor. The phytochemical compounds which are found in ethanol 80% extracts of five symplicia of Apocynaceae in this study are tannins, glycosides, saponins and anthraquinones. Meanwhile, in ethanol 80% extracts of ten symplicia of Rubiaceae in this study are alkaloids, flavonoids, terpenoids, tannins, glycosides, and anthraquinones."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S744
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Marista Gilang Mauldina
"Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai oleh tingginya kadar gula darah dan telah banyak diderita oleh masyarakat Indonesia. Pengobatan tradisional untuk penyakit diabetes dilakukan menggunakan berbagai macam tanaman obat. Penelitian ini dilakukan untuk menguji adanya aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase pada 15 jenis tanaman yang secara tradisional digunakan sebagai antidiabetes. Pengujian dilakukan secara in vitro terhadap ekstrak etanol tanaman menggunakan enzim α-glukosidase dan substrat P-Nitrofenil-α-D-Glukopiranosida yang menghasilkan produk paranitrofenol. Produk tersebut diukur serapannya menggunakan Spektrofotometer UV-Vis pada λ 400 nm. Parameter adanya aktivitas penghambatan yang dimiliki oleh ekstrak ditunjukan oleh nilai %inhibisi dan IC50. Hasil pengujian aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase menunjukkan bahwa hampir semua ekstrak memiliki aktivitas penghambatan, kecuali buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dan umbi wortel (Daucus carota L.), sedangkan ekstrak yang memiliki daya penghambatan terbaik adalah kulit batang kayu manis (Cinnamomum burmanii (Nees & T.Nees) Blume) dengan nilai IC50 2,11 μg/mL, diikuti oleh kulit batang jamblang (Syzygium cumini (L.) Skeel) dengan nilai IC50 3,78 μg/mL, kulit batang bidara laut (Strychnos lucida R.Br.) dengan nilai IC50 5,40 μg/mL, dan bunga cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry) dengan nilai IC50 5,78 μg/mL. Golongan senyawa yang dikandung oleh ekstrak tanaman yang memiliki aktivitas penghambatan yang tinggi adalah glikosida dan tanin.

Diabetes mellitus is a disease with high blood glucose levels, and this is one of the common diseases in Indonesia. A traditional medication for diabetes mellitus did by using the medicinal plants. The aim of this research was to determine an α-glucosidase inhibiting activity from 15 ethanolic extracts of Indonesian medicinal plants that had been used for diabetes mellitus. The method was an in vitro model using α?glucosidase and P-Nitrophenyl-α-D-Glucopyranoside as enzyme and substrate that produced p-nitrophenol. The product was measured by Spectrophotometer UV-Vis at λ 400 nm. The parameters of inhibiting activity were indicated by the values of % inhibition and IC50. The results indicated that almost of the extracts have inhibiting activity, except the Averrhoa bilimbi L. fruits and the Daucus carota L. tubers. The high activities are belong to the cortexes of Cinnamomum burmanii (Nees & T.Nees), Blume, Syzygium cumini L., Strychnos lucida R.Br. and the flowers of Syzygium aromaticum L. with IC50 value of 2.11 μg/mL, 3.78 μg/mL, 5.40 μg/mL, and 5.78 μg/mL. The phytochemical screening indicated that the extracts with high inhibiting activity contain glycosides and tannins as their chemical compounds."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S1475
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bangun, Anastasia
"Diabetes melitus (tipe 1 dan 2) merupakan penyakit hiperglikemia yang jumlah penderitanya di dunia terus meningkat setiap tahun. Diabetes tipe 2 lebih umum terjadi pada populasi penderita diabetes. Pada diabetes melitus tipe 2, penghambatan enzim α-glukosidase merupakan terapi yang bermanfaat untuk menunda absorpsi glukosa setelah makan. Namun obat sintetik yang beredar di pasaran menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan sehingga perlu pilihan alternatif yang lebih baik. Salah satu sumber penghambat enzim α-glukosidase berasal dari tanaman. Pada penelitian ini dilakukan skrining berdasarkan pendekatan kemotaksonomi untuk mengetahui aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase dan mengetahui golongan kandungan kimia pada beberapa tanaman famili Euphorbiaceae. Serbuk simplisia diekstraksi menggunakan pelarut etanol 80% dengan cara refluks. Pengukuran aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-VIS. Hasil uji aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase menunjukkan 14 ekstrak memiliki daya hambat terhadap enzim α-glukosidase yang lebih rendah dari akarbose (IC50 117,20 μg/mL) dengan nilai IC50 antara 2,34 μg/mL hingga 64,78 μg/mL. Eksrak daun Antidesma celebicum memiliki aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase terbaik dengan nilai IC50 sebesar 2,34 μg/mL. Hasil uji penapisan fitokimia diketahui golongan senyawa kimia pada 15 ekstrak umumnya mengandung golongan senyawa glikosida, terpenoid/sterol, tanin, saponin dan alkaloid.

Diabetes mellitus (types 1 and 2) is recognized as a serious global health problem that characterized by hyperglycemia. Type 2 diabetes is more common in diabetic populations. In type 2 diabetes mellitus, inhibition of α-glucosidase is a useful treatment to delay the absorption of glucose after meals. Avoiding the adverse effects of current agents, it is still necessary to search alternative for better options. Plants have been a rich source of α-glucosidase inhibitors. In this research, screenings based on chemotaxonomic approach to determine the class of chemical constituents and to know α-glucosidase inhibiting activity of some plants from Euphorbiaceae. The simplisia powder was extracted using ethanol 80% by reflux. Measurement of inhibitory activity of α-glucosidase performed using a spectrophotometer UV-VIS. In vitro assays of α-glucosidase activity showed 14 extracts had IC50 values of between 2.34 μg/mL and 64.78 μg/mL, which were lower than that of acarbose (117.20 μg/mL). Leaves extract from Antidesma celebicum had the highest α-glucosidase inhibiting activity with an IC50 of 2.34 μg/mL. The results of phytochemical screening in 15 extracts generally contain glycosides, terpenoids/sterols, tannins, saponins and alkaloids."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S1088
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Kurnia Septiana
"Diabetes melitus adalah penyakit yang serius dan kronis di mana tingkat terjadinya meningkat seiring dengan peningkatan obesitas dan penuaan. Salah satu pendekatan terapi untuk mengurangi hiperglikemia postprandial adalah dengan memperlambat penyerapan glukosa karena adanya penghambatan terhadap α-glukosidase.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui beberapa tanaman yang memiliki aktivitas penghambatan α-glukosidase serta melakukan identifikasi golongan kandungan kimia dari famili Apocynaceae dan Clusiaceae.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga ekstrak yang memiliki nilai IC50<5μg/ml, yaitu ekstrak daun dan kulit batang Garcinia daedalanthera serta ekstrak daun Garcinia kydia menunjukkan nilai IC50 2,33 µg/ml, 3,71 µg/ml dan 3,88 µg/ml. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan bahwa famili Apocynaceae mengandung alkaloid, saponin, terpen, dan glikosida, sedangkan famili Clusiaceae mengandung tanin, terpen, saponin dan glikosida.

Diabetes mellitus is a most serious and chronic disease whose incidence rates are increasing with incidences of obesity and aging of the general population over the world. One therapeutic approach for decreasing postprandial hyperglycemia is to retard absorption of glucose by inhibition of a-glucosidase.
The aim of this research was to screen some plants that had α-glucosidase inhibiting activity and identified chemical groups of the Apocynaceae and Clusiaceae families. The results showed that three extracts have IC50 value<5μg/ml. The leaves and barks extracts of Garcinia daedalanthera also leaves extract of Garcinia kydia showed high inhibitory activities, with IC50 values of 2.33 µg/ml, 3.71 µg/ ml and 3.88 µg/ml.
The results of phytochemistry screening showed that Apocynaceae family contains class of alkaloid, terpen, saponin and glycoside, while Clusiaceae family contains tannin, terpen, saponin and glycoside."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S669
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilya Tri Susanti
"Diabetes melitus dianggap sebagai suatu masalah kesehatan yang serius. Komplikasi diabetes melitus seperti komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular, sering menimbulkan kecacatan dan kematian. Inhibitor α-glukosidase dapat digunakan sebagai terapi diabetes melitus karena memiliki potensi untuk menormalkan kadar gula darah. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak etanol dari herba meniran (Phyllanthus niruri L.) memiliki penghambatan aktivitas α-glukosidase yang kuat dengan IC50 = 2,32 μg/mL. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa fraksi metanol dari ekstrak etanol herba meniran merupakan fraksi paling aktif (IC50 = 1,67 μg/mL). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan penghambatan aktivitas α-glukosidase pada fraksi-fraksi dari ekstrak metanol herba meniran dan golongan senyawa dari fraksi paling aktif. Serbuk herba meniran direfluks berturut-turut dengan pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol. Ekstrak metanol dikromatografi menggunakan fase diam Sephadex LH-20 dan metanol 50% sebagai eluennya. Enam fraksi terpilih diuji penghambatan aktivitas α-glukosidase. Uji penghambatan aktivitas α-glukosidase dilakukan dengan metode spektrofotometri menggunakan microplate reader. Nilai IC50 dari fraksi paling aktif adalah18,82 μg/mL. Fraksi ini memiliki jenis penghambatan nonkompetitif. Penapisan fitokimia menunjukkan bahwa fraksi paling aktif mengandung flavonoid dan glikosida.

Diabetes mellitus is recognized as a serious global health problem. The complications of diabetes mellitus such as microvascular and macrovascular complications, often resulting in morbidity and mortality. α-Glucosidase inhibitors have been used as therapy of diabetes mellitus because of the potential to normalize blood-glucose level. The previous study showed the ethanolic extract of Phyllanthus niruri herb had a potent α-glucosidase inhibitory activity with IC50=2.32 μg/mL. The other study showed the methanolic fraction from ethanolic extract of Phyllanthus niruri herb as the most active fraction (IC50= 1.67 μg/mL). This research aims to know α-glucosidase inhibitory activity from fractions of methanolic extract of Phyllanthus niruri herb and the class compounds from the most active fraction. The powder of Phyllanthus niruri herb was refluxed by nhexane, ethyl acetate, and methanol, successively. The methanolic extract was chromatographed by Sephadex LH-20 as stationery phase and 50% methanol as mobile phase. Selected six fractions were assayed for α-glucosidase inhibition activity. The α-glucosidase inhibition assay was performed by spectrophotometric method with microplate reader. The IC50 value of the most active fraction was 18.82 μg/mL. This fraction had a noncompetitive inhibitory activity. Phytochemical screening showed the most active fraction contained flavonoid and glycoside."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42685
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Masitoh
"ABSTRAK
α-Glukosidase merupakan enzim yang mengkatalisis tahap akhir proses pencernaan karbohidrat. Penghambat enzim tersebut merupakan salah satu cara pengobatan untuk diabetes melitus karena dapat menahan pelepasan glukosa dari oligosakarida dan disakarida. Hasil yang didapatkan adalah penundaan absorpsi glukosa dan penurunan kadar glukosa plasma postprandial. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase oleh ekstrak etanol beberapa tanaman obat di Indonesia dan penapisan fitokimia pada ekstrak etanol. Tanaman obat diekstraksi dengan etanol 80 % dengan cara refluks. Uji aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase menggunakan metode Spectrophotometric Stop Rate Determination. Absorbansi p-nitrofenol yang dilepaskan dari p-nitrofenil-α-D-glukopiranosa sebagai substrat diukur pada panjang gelombang 400 nm menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak etanol herba Phyllanthus niruri L., akar Erythrina subumbrans (Hassk.) Merrill, dan akar Caesalpinia sappan L. memiliki aktivitas penghambatan paling kuat terhadap enzim α-glukosidase dengan nilai IC50 masing-masing 2,32 ppm; 4,83 ppm; dan 8,82 ppm. Golongan senyawa yang terdapat pada ekstrak etanol herba Phyllanthus niruri L. adalah glikosida, flavonoid, terpen, dan tanin. Ekstrak etanol akar Erythrina subumbrans (Hassk.) Merrill mengandung glikosida dan saponin, sedangkan ekstrak etanol akar Caesalpinia sappan L. mengandung glikosida, tanin, dan saponin.

ABSTRACT
α-Glucosidase is enzyme which catalyzes thefinal step in the digestive process of carbohydrates. Inhibition of this enzyme is one of treatment that available for diabetes mellitus becauses it can retard the liberation of glucose from oligosaccharides and disaccharides. The result is delay the glucose absorption and reducement of postprandial plasma glucose levels. The purpose of this research was to study α-glukosidase inhibitory activity of several medicinal plants in Indonesia and followed by phytochemical screening of ethanolic extract. Medicinal plants were extracted with 80 % ethanol under conditions of reflux. α-Glucosidase inhibitory activity test was performed by Spectrophotometric Stop Rate Determination method. The absorbance of p-nitrophenol released from p-nitrofenil-α-D-glukopiranosa as substrat was measured at 400 nm by UV-Vis Spectrophotometer. The result showed that ethanolic extract from the herbs of Phyllanthus niruri L., the roots of Erythrina subumbrans (Hassk.) Merrill, and the roots of Caesalpinia sappan L. have the strongest α-glucosidase inhibitory activity with IC50 values of 2.32 ppm, 4.83 ppm, and 8.82 ppm. Phytochemical screening showed that ethanolic extract from Phyllanthus niruri L. contained glycosides, flavonoids, terpenoids, and tannins. Ethanolic extract of Erythrina subumbrans (Hassk.) Merrill roots contained glycosides and saponins, while Caesalpinia sappan L. roots contained glycosides, tannins, and saponins. "
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S943
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>