Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102705 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
I Nyoman Sumantra
"ABSTRAK
Dalam tesis ini, dibahas usulan penyederhanaan jaringan telekomunikasi nasional, untuk kondisi saat ini dan untuk kondisi masa depan. Untuk kondisi saat ini, diusulkan melakukan penyederhanakan jaringan PSTN dan jaringan jarak jauh.
Untuk jaringan PSTN, diusulkan memanfaatkan sentral kapasitas besar (kapasitas >150.000 SST), sebagai pengganti dari sejumlah sentral kapasitas kecil (kapasitas < 50.000 SST) yang saat ini banyak uioperasikan di lingkungan PT. TELKOM. Sedangkan untuk jaringan jarak jauh diusulkan menerapkan sistem SDH dengan topologi ring, sebagai pengganti dari sistem PDH topologi star.
Hasil penyederhanaan pada jaringan PSTN adalah adanya pengurangan jumlah sentral lokal, sedangkan hasil penyederhanaan pada jaringan jaringan jarak jauh adalah dapat dikuranginya jumlah hirarki yang semula 3 level menjadi 2 level saja.
Dengan berdasarkan kepada karakteristik daerahnya masing-masing (kondisi geografis, potensi sarana/perangkat eksisting), dalam tesis ini diusulkan secara makro suatu konfigurasi jaringan.
Untuk kondisi masa depan, di mana pada waktu itu pelayanan telekomunikasi sudah memasuki era pelayanan pita lebar, diusulkan adanya pemisahan dalam hal pengelolaan jaringan ke dalam 2 kelompok, yakni kelompok penyedia pelayanan dan kelompok penyedia jaringan. Dengan adanya pemisahan ini diharapkan tercapai efisiensi yang maksimal dalam hal pemanfaatan sumber daya yang ada.

ABSTRACT
This thesis discuss proposal on the simplification of a national telecommunication network for both the present and the future condition. For the current condition, it is proposed a simplification of local (PSTN) networks and long distance networks.
For the local networks, it is suggested to use large capacity switch (capacity > 150.000 L.U), as a replacement for a number of small capacity switch (capacity < 50.000 L.U) being operated a lot by PT. TELKOM. For the long distance networks, it is proposed to implement the SOH system with ring topology to replace star topology.
The result of the simplification on the local network is the decrease of the local switches, and the result of the simplification on long distance networks is the decrease of the amount of hierarchies from 3 levels at the beginning into 2 levels.
Based on the characteristic of each area, such as geographical condition and existing equipment, this thesis proposes the macro design of the network configuration.
For the future condition in which telecommunication services entered broadband era, it is recommended that network management to be divided into 2 groups, service provider and network provider. Hoping by the separation, a maximum efficiency could be achieved in used of telecommunication infrastructure.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mong Wishnu Wardhana
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S38250
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Dehotman
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S38268
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Nurmayni
"Sistem komunikasi merupakan salah satu bagian penting pada Wireless Sensor Network (WSN), karena sistem komunikasi tersebut dapat mendukung proses pengiriman data traffic dari beberapa grup sensor traffic surveillance ke Base Station. Umumnya, Zigbee adalah standar yang digunakan untuk protokol komunikasi wireless dengan menggunakan radio digital berukuran kecil dan berdaya rendah yang memiliki standar IEEE 802.15.4.
Pada penelitian ini telah dirancang pemodelan scheduling protocol sensor AMR dan video kamera dengan menggunakan metode queueing CBQ (Class Based Queueing) dan algoritma scheduling WRR (Weighted Round Robin) untuk memperoleh performansi QoS (Quality of Service) sistem dari segi throughput, packet delivery ratio, dan packet loss rate yang lebih baik. Simulasi pemodelan scheduling protocol dilakukan menggunakan software Netwok Simulator (NS-2) dengan dua skenario simulasi yaitu skenario perubahan interval transmisi dan skenario perubahan ukuran payload paket data. Analisis yang dilakukan adalah saat sistem menggunakan pemodelan scheduling protocol yang dirancang dan tanpa scheduling protocol.
Hasil penelitian ini, diperoleh pada skenario perubahan interval transmisi mempunyai throughput paling bagus dari grup sensor video sebesar 36,008 Kbps pada interval transmisi 0,02 detik, packet delivery ratio sebesar 99,915 %, dan packet loss rate sebesar 0,0845 %. Sedangkan, pada skenario perubahan ukuran payload paket data diperoleh throughput grup sensor video sebesar 91,368 Kbps pada ukuran paket 100 byte, packet delivery ratio sebesar 99,94 % pada ukuran 50 byte, dan packet loss rate 0,06 % pada ukuran 50 byte. Pemodelan scheduling protocol pada penelitian ini dapat meningkatkan throughput rata-rata sekitar 96,80 % - 388,25 %, meningkatkan packet delivery ratio rata-rata sekitar 25,5 % - 51,6 %, serta mengurangi packet loss rate rata-rata sekitar 58,51 % - 73,16 %.

Communication system is an essential part in Wireless Sensor Network (WSN), because it supports sending traffic data between groups of traffic surveillance sensor and the base station. Generally, ZigBee is a standard that is used in wireless communication protocols using small-sized and low power digital radio which has the IEEE 802.15.4 standard.
In this research, the scheduling protocol modeling of AMR and camera video is proposed using CBQ (Class Based Queueing) queueing method and WRR (Weighted Round Robin) scheduling algorithm. The proposed modelling aim to obtain QoS (Quality of Service) system performance that is better throughput, packet delivery ratio and packet loss rate. This modelling schedulling protocol is simulated by using the Network Simulator (NS-2) software. The simulation scenarios are varying the transmission intervals and changing packet data payload size. The simulation analysis are comparing when use scheduling protocol modeling and without scheduling protocol modeling.
The result of this research are in transmission interval scenario achieved by video sensor group which have the best throughput is 36.008 kbps in transmission interval 0.02 second. The packet delivery ratio is 99.915%. The packet loss rate is 0.0845%. In payload size of packet data scenario, the best throughput achieved by video sensor group is 91.368 kpbs in the packet size of 100 byte. The packet delivery ratio is 99.94% in size of 50 byte. The packet loss rate is 0.06% in the packet size of 50 byte. Modeling of scheduling protocol in this research can improve QoS (Quality of Service) system. Increase average throughput is about 96.80 % - 388,25 %. Increase average packet delivery ratio is about 25,5 % - 51,6 %. Decrease average packet loss rate is about 58,51 % - 73,16 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T42893
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 1995
S26909
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Jaringan Broadband PLe standar terkini berpotensi menjadi salah satu pendukung infrastruktur komunikasi broadband untuk modernisasi sistem tenaga Iistrik menuju smart grid, terutama terkait monitor dan kontrol tersebar pada jaringan distribusi tenaga Iistrik. Variasi beban dan dinamika tenaga Iistrik umumnya bersifat acak, akibatnya memicu sensor-synchrophasor membangkitkan dan mentransmisikan data monitoring secara acak yang bisa menurunkan efisiensi kanal Broadband PLe. Karakteristik trafik data acak dari sejumlah sensor-synchrophasor juga mempengaruhi estimasi dan kontrol layanan sistem smart grid, sehingga menjadi isu penting. Namun, sedikit sekali riset terkait masalah tersebut [11. Analisis model overflow antrian trafik data acak dengan Markov Arrival Process untuk menunjukkan sifat antrian trafik data acak maupun dinamika populasinya pada sub-station jaringan Broadband PLe berbasis Homeplug A V. Dengan satu kanal transmisi keluaran sub-station; kapasitas buffer terbatas; saat kondisi buffer penuh terjadi overflow layanan antrian. Sehingga, memungkinkan terjadi loss paket dengan nilai probabilitas tergantung laju kedatangan maupun layanan, serta kapasitas buffer. Simulasi sistem antrian menunjukkan, saat 1000 kedatangan paket data dengan laju kedatangan acak 14 Mbps hingga 150 Mbps; kapasitas buffer 64 Mbyte; laju keberangkatan 100 Mbps, diperoleh rata-rata probabilitas loss paket sebesar 0,0675. Kenaikan laju keberangkatan bisa lebih memperbaiki probabilitas loss paket dibanding penambahan kapasitas buffer, meskipun penambahan itu melebihi laju kedatangan."
620 JURTEL 16:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yeremia Nikanor Nugroho
"ABSTRAK
Deteksi anomali merupakan solusi bagi operator seluler untuk mengatasi sulitnya kontrol kualitas terhadap penggunaan telepon seluler yang marak. Sistem pemantauan jaringan telekomunikasi dengan deteksi anomali memungkinkan penemuan masalah segera sebelum menjadi kompleks. Sistem pemantauan meliputi proses manajemen dan pengolahan data, visualisasi, serta analisis deteksi anomali dilakukan dengan berbagai modul ELK. Penelitian mengimplementasikan integrasi jaringan telekomunikasi dengan
deteksi anomali untuk membentuk sistem pemantauan cerdas.
Sistem diujicobakan menggunakan lingkungan kerja yang nyata. Lingkungan kerja tersebut bersifat portabel karena hanya menggunakan sebuah komputer dengan menerapkan emulator. OpenAirInterface (OAI) merupakan alternatif membentuk jaringan telekomunikasi seluler secara portabel dengan bantuan perangkat USRP B210 yang dapat mengimplementasikan sinyal radio secara fleksibel. Jaringan telekomunikasi dalam penelitian ini mengimplementasikan berbagai elemen dalam teknologi LTE seperti HSS, MME, SGW, PGW, eNB, dan UE untuk menghasilkan data real-time yang diteruskan ke ELK.
Penelitian yang dikembangkan mampu mengimplementasikan sistem pemantauan dengan deteksi anomali yang memiliki keakuratan rata-rata sebesar 91,5%. Analisis tersebut didukung rata-rata nilai proporsi dari keadaan normal yang diprediksi dengan benar sebesar 99,31%. Di sisi lain, sistem tetap dapat mempertahankan fungsionalitas dari
jaringan telekomunikasi seluler dengan predikat sangat baik pada kualitas layanan.

ABSTRACT
Anomaly detection is a solution for cellular operators to overcome the difficulty of quality control over the proliferation of cellular phone usage. The telecommunications network monitoring system with anomaly detection enables immediate discovery of problems before they become a complex one. The monitoring system includes the process of data management and processing, visualization, and anomaly detection analysis performed with various ELK modules. Our research implements the integration of telecommunications networks with anomaly detection to form an intelligent monitoring system.
The system was tested using a real work environment. The work environment is portable because it only uses a computer by implementing an emulator. OpenAirInterface (OAI) is an alternative to forming cellular telecommunications networks in a portable manner with the help of USRP B210 devices that can implement radio signals flexibly. The telecommunications network in this study implements various elements in LTE technology such as HSS, MME, SGW, PGW, eNB, and UE to produce real-time data that is forwarded to ELK.
We implemented a monitoring system with an anomaly detection mechanism which has an average accuracy of 91.5%. This analysis is supported by an average value of the proportion of normal conditions that is correctly predicted at 99.31%. On the other hand, the system can still maintain the functionality of the cellular telecommunications network with an excellent predicate on service quality."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Nina Evawaty
"PT. CAC merupakan pendatang baru (new comer) di dibidang Sistem Telekomunikasi Bergerak Seluler (STBS), dimana PT. CAC mendapatkan lisensi pada jaringan DCS 1800 pada Eekuensi operasi uplink 1775-1785 MHZ., downlink 1870-1880 MHz dan WCDMA FDD uplink 1920-1935 MHz dan Downlink 2110- 2125 MHz serta WCDMA TDD uplink dan downlink pada frekuensi 2010 MHz. Sebagai pendatang baru PT.CAC harus melakukan identifikasi dan analisis dari kondisi jaringan existing yang dimiliki oleh tiga operator yaitu PT. Telkomsel, PT. Indosat dan PT. Excelcom dengan memperhatikan kemampuan dan kendala dari intemal dan ekstemal untuk mencapai rencana yang diinginkan dalam bentuk Rencana Induk (Master Plan) yang akan menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembangunan dan pengembangan jaringan telekomunikasi dalam jangka waktu 5 tahun untuk meningkatkan produktifitas dan eiisiensi PT. CAC. Berdasarkan hasil analisis kesenjangan (gap analysis) yang mencakup Spesifikasi teknis, infrastruktur dan bisnis, PT. CAC perlu melakukan penggelaran jaringan secara bertahap. Adanya kewajiban PT. CAC untuk mernbangun jaringan pada tahun 2005, maka pembangunan harus dimulai pada tahun 2005 dengan cakupan wilayah awal daerah DKI Jakarta Rencana Induk Perencanaan Jaringan Telekomunikasi PT. CAC mencakup:
1. SpesifikasiTelmis
Kapasitas jaringan telekomunikasi yang dibangun akan memberikan kuali tas sinyal yang lebih baik dari best practice;
2. Cakupan Jaringan
Cakupan jaringan akan mancakup wilayah nasional pada akhir tahun 2009 dengan menggunakan jaringan tulang punggung (backbone) yang disewa dan dibangun sendiri di seluruh wiiayah Indonesia;
3. Infrastruktur
Jumlah infiastruktilr yang dibangun sebanyak sites 9.935 sites untuk 2.5G pada akhir tahun 2009 sehingga dapat menjadi operator ke-2 terbesar di Indonesia. Sedangkan infrastruktur untuk 3G sebanyak 300 sites yang colocated dengan 2.5G akan dibangun pada tahun 2006. PT. CAC hams tetap melanjutkan pembangunan ll1&3S\I1.I.k11l1? 3G tanpa perlu menunggu keputusan tender ulang 1isensi3G.
4. Peningkatan CAPEX sebanding dengan peningkatan infrastruktur jaringan. Sedangkan peningkatan OPEX tezjadi karena adany faktor penyusutan (depreciation and amortisation) dan faktor pemeliharaan dan perawatan (operation and maintenance);
5. Time Frame Implementasi
Implementasi dijadualkan secara ketat dan konsisten untuk mencapai target infrastruktur dengan menggunakan skala prioritas.

PT. CAC ls a new comer in the mobile communications industry, where PT. CAC have been awarded a licence to operate a DCS 1800 network with its Uplink on 1775-1785 MI-iz frequency band, and Downlink on 1870-1880 MHZ, as well as WCDMA with its FDD Uplink on 1920-1935 MHz and Downlink on 2110-2125 MHz in addition to WCDMA TDD Uplink and Downlink on the 2010 MI-lz frequency. As a new comer, PT.CAC must identify and analyse conditions for existing networks run by the three major operators PT. Telkomsel, PT. [ndosat and PT. Excelcom, paying attention to current capabilities and obstacles both internally and extemally in order to tiillil targets elaborated in its Master Plan, which sets out guidelines in network implementation and development over a 5-year period aimed at enhancing overall productivity and efficiency at PT. CAC. Based on a gap analysis covering specifications on the technical, infrastructure and business perspectives, PT. CAC must roll-out its network in stages. As PT. CAC is under the legal obligation to start building its network in 2005, implementation must commence in 2005 with an initial coverage area spanning the whole DK1 Jakarta. The Master Plan for PT. CAC?s Network Planning covers:
1. Technical Specitications
implemented capacity of telecommunication network will have a better quality compared to the best practice;
2. Network Coverage
National coverage will be achieved in 2008 by using backbone that will be rented and built all over Indonesia.
3. Inlifastructure
The 9.935 sites of 2.5G will be deployed until the end of 2009 then CAC will be the second largest operator in Indonesia. The 300 sites of 3G will be collocated with 2.5G sites, these 300 sites will be deployed in 2006. PT. CAC shall continue the development of 3G infrastructure without waiting for the decision of re-tender of 3G licence by government.
4. CAPEX and OPEX
The CAPEX will increase along with the network irL?&'astructure. The OPEX will increase every year due to depreciation and amortisation and operation and maintenance factor.
5. The Time Frame for Implementation
A tight and consistent schedule of implementation will be applied by using priority scale to pursue the target.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16126
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Itsnanta Muhammad Fauzan
"Pasca merger antara MNO-1 dan MNO-2 menjadi entitas baru 'MNO-M', ada beberapa kewajiban dari pemerintah: Diperlukan untuk membuat pengembalian pita frekuensi 2x5 MHz pada 2,1 GHz, menambahkan situs baru untuk layanan hingga 2025, dan untuk meningkatkan Kualitas Layanan (QoS). Di atas kewajiban tersebut, selama konsolidasi jaringan, ada beberapa tantangan seperti kompleksitas infrastruktur jaringan besar dari MNO-1 &; MNO-2, konsolidasi jaringan harus dilakukan pada jaringan langsung yang berpotensi berdampak pada pengalaman pelanggan, dan banyak situs 3G yang mengharuskan sunset sebagai bagian dari government complianc. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah dengan menganalisis data sekunder dari MNO-M dan review literatur ilmiah sebagai referensi pendukung. Strategi untuk dapat menghadapi tantangan adalah dengan membangun platform dan alat yang akan memberikan visibilitas end-to-end ke jaringan multi-operator.  Makalah ini memperkenalkan konsep dan solusi operasi digital baru bernama DIAMON (Digital Intelligence Automation Multi-Operator Network). DIAMON mengintegrasikan semua Network Elements (NEs) multi-vendor end-to-end dan memberikan visibilitas penuh untuk manajemen operasi jaringan (pemantauan jaringan, manajemen kinerja, kualitas layanan, dan manajemen pengalaman pelanggan). Platform dan alat operasi digital yang kuat melalui DIAMON juga sangat penting dalam mendukung jaringan multi-operator untuk menghadapi tantangan konsolidasi jaringan dan memberikan layanan operasional yang unggul di Indonesia.

Post-merger between MNO-1 and MNO-2 become new entity 'MNO-M', there are some obligations from government: It is required to make a frequency band return of 2x5 MHz at 2.1 GHz, adding new sites for services until 2025, and to improve its Quality of Service (QoS). On top of those obligations, during the network consolidation, there are some challenges such as big network infrastructure complexity from MNO-1 & MNO-2, network consolidation must be done on the live network which potentially impact to customer experience, and many 3G sites which require to be sunset as part of government compliance. The method that is used in this paper is by analysis secondary data from MNO-M and review of scientific literature as supporting reference. The strategy to be able to face the challenges by building a platform and tool that will provide end-to-end visibility to multi-operator networks.  This paper introduces a new digital operation concept and solution named DIAMON (Digital Intelligence Automation Multi-Operator Network). DIAMON integrates all of Network Elements (NEs) multi-vendor end-to-end and provides full visibility for network operations management (network monitoring, performance management, service quality, and customer experience management). A strong digital operation platform and tool through DIAMON is also very important to support the multi-operator network to face network consolidation challenges and provide excellence operational services in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>