Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6648 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amien Rahardjo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia,
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Amien Rahardjo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia,
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Helmi P.
"Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) dari sekitar 66.000 desa di Indonesia, baru sekitar 78 % atau 51.000 desa yang sudah terlistriki, sedangkan yang belum terlistriki meliputi 15.000 desa. Desa yang belum terlistriki umumnya terdapat di daerah terpencil (remote areas) yang tidak terjangkau oleh jaringan listrik PLN. Untuk memenuhi kebutuhan listrik di desa-desa tersebut maka pengembangan sumber energi setempat terutama energi terbarukan seperti energi mikrohidro, surya, angin dan lain-lain merupakan altematif yang tepat Karena jenis-jenis energi tersebut tidak menggunakan bahan bakar dan tidak merusak lingkungan.
Pembangkit listrik energi terbarukan umumnya berkapasitas kecil dan tidak dapat digunakan terus-menerus, sehingga untuk meningkatkan kapasitas dan keandalannya dua atau lebih pembangkit listrik energi terbarukan yang berbeda sumber energinya dipadukan, membentuk suatu sistem pembangkit listrik energi terbarukan terpadu. Masalah utama pada pengembangan sistem pembangkit semacam ini adalah masalah pembiayaannya. Karena itu studi keekonomian pembangkit listrik energi terbarukan terpadu menjadi sesuatu yang penting untuk dilakukan.
Biaya-biaya Pembangkit Listrik Energi Terbarukan Terpadu (P.L.E.T.T.) bergantung pada pilihan dari pembangkit yang digunakan dan pola beban dari desa yang akan dilistriki. Untuk kondisi di Indonesia paduan pembangkit listrik energi surya dan pembangkit listrik mikro hidro yang membentuk suatu Pembangkit Listrik Energi Terbarukan Terpadu Surya - Mikro Hidro (P.L.E.T.T. S - MH) seperti yang terdapat di desa Teratak, Kecamatan Satukliang, Kabupaten Lombok Tengah, kiranya dapat merupakan alternatif yang baik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16914
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Rais
"Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan tingkat populasi penduduk di Indonesia yang semakin tinggi, maka permintaan akan energi listrik juga meningkat. Diperlukan terobosan baru untuk dapat memenuhi kebutuhan listrik, salah satunya pemanfaatan panas buang heat recovery system dari turbin gas yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik dengan sistem ORC. Pada penelitian ini, sistem ORC menggunakan sumber panas dari exhaust turbin gas dengan temperatur rata-rata 350 C. Sistem ORC ini terdiri dari evaporator, turbin, kondensor dan pompa. Panas dari gas buang turbin akan menguapkan fluida kerja, yang kemudian akan menggerakkan turbin sehingga akan menghasilkan listrik pada generator. Fluida kerja dipilih berdasarkan aspek temodinamika, safety dan lingkungan, Pada penelitian ini, fluida kerja yang paling sesuai adalah toluena. Untuk mengetahui jumlah kerja yang dihasilkan dari sistem ORC, disimulasikan dengan software cycle tempo 5.1. Hasilnya sistem ORC mampu menghasilkan energi listrik sebesar 2947,67 kW. Dari analisis keekonomian, sistem ORC akan memberikan keuntungan dengan nilai NPV sebesar USD 979.636, IRR sebesar 15 dan payback period 11,40 tahun. Dari levelized cost ORC didapat harga jual sebesar Rp. 1133/kWh. Apabila dibandingkan antara tarif dasar listrik TDL PLN Gol. Rumah tangga R-1 sebesar Rp. 1472/kWh. Harga listrik yang dihasilkan dari sistem ORC lebih murah Rp. 442/kWh atau sebesar 30 dari harga tarif dasar listrik TDL PLN.

Along with economic growth and the rate of population in Indonesia is higher, the demand for electrical energy is also increasing. The new breakthrough is needed to meet electricity needs, one of which utilization of waste heat heat recovery system of a gas turbine that can be harnessed to generate electricity with ORC system. In this study, ORC systems use a source of heat from the exhaust gas turbine with an average temperature of 350 C. ORC system consists of evaporator, turbine, condenser and pump. The heat from the turbine exhaust gas will evaporate the working fluid, which then drives a turbine that will generate electricity by a generator. Working fluid selection based on thermodynamic aspects, safety and environment. In this study, the most appropriate working fluid is toluene. To determine the amount of work generated from ORC systems, simulated by software cycle tempo 5.1. The result ORC system is able to generate electrical energy by 2947.67 kW. From the economic analysis, the ORC system will provide benefits to the value of USD 979 636 NPV, IRR 15 and a payback period of 11.40 years. Levelized cost of ORC obtained selling price of Rp. 1133 kWh. When compared between the basic electricity tariff TDL PLN Gol. Household R 1 to Rp. 1472 kWh. The price of electricity generated from ORC system is cheaper Rp. 442 kWh or 30 of the price of basic electricity tariff PLN."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T47264
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Almanda
"Pembakaran bahan bakar fosil pada pembangkit untuk menghasilkan energi listrik umumnya berlangsung kurang sempurna akibatnya dihasilkanlah emisi CO2, NOx dan SOx. Emisi itu sendiri besarnya ditentukan oleh produksi energi listrik dan angka koefisien emisi pembangkit. Karena konsumsi energi listrik terus meningkal akibatnya produksi energi listrik juga meningkat dan sebagai konsekuensinya emisinya pun juga meningkat. Produksi listrik yang dalam perkembangannya terus meningkal berasal dari pembangkit batu bara, sedang produksi listrik dari pembangkit minyak dan pembangkit gas terus menurun. Sementara itu koefisien emisi CO2 pembangkit batu bara yang paling besar dan koefisien emisi SOx pembangkit gas yang paling kecil. Dengan demikian emisi yang terhesar adalah CO2 yang berasal dari pembangkit batu tiara dan yang terkecil adalah SOx yang berasal dari pembangkit gas.
Untuk mengelahui dengan "tepat" berapa besar emisi pembangkit listrik di masa depan digunakanlah pendekatan sistem dinamis. Sistem dinamis ini dioperasikan dengan menggunakan perangkat lunak yang disebut powersim. Data yang digunakan adalah data konsumsi energi listrik, data fraksi (rugi T&D, pemakaian sendiri energi listrik dun pembangkit-pembangkit) serta data koefisien pembangkit. Keunggulan perangkat lunak powersim adalah dapat menghitung emisi pembangkit listrik sebanyak 81 macam dalam waklu singkat.
Emisi pembangkit listrik yang datum perkembangannya sudah menghawatirkan adalah emisi CO2 PLTU-B untuk itu perlu dikendalikan atau dikurangi. Pengendalian emisi ini dapat dilakukan dengan menghemat energi, melakukan diversifikasi energi, memberlakukan pajak karbon dan menerapkan teknologi baru (meningkatkan efiisiensi dan memperkecil koefisien emisi)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14942
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amien Rahardjo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia,
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Uno Bintang Sudibyo
"Suatu sistem pembangkitan daya listrik yang masih sangat baru, menggunakan alternator bertegangan 150 kV bahkan sampai 400 kV, bernama powerformer dengan lilitan kumparan statomya berupa kabel daya tegangan tinggi XLPE (Cross Linked Poly Ethylene) yang dimodiflkasi.
Selama ini, sistem pembangkitan daya listrik menggunakan alternator bertegangan maksimum 30 kV di pembangkit listrik tenaga air atau termal, menaikkan tegangannya sampai 150 kV atau lebih dengan transformator daya penaik tegangan, kemudian mentransmisikannya melalui saluran udara tegangan tinggi atau ekstra tinggi ke pusat - pusat beban.
Karena tegangan keluarannya sudah tinggi pembangkit powerformer tidak memerlukan transformator daya penaik tegangan dan langsung dapat dihubungkan ke saluran udara tegangan tinggi. Dengan peralatan, pekerjaan sipil dan luas tanah lebih sedikit, sistem pembangkit powerformer relatif lebih rendah biaya investasi, operasi dan pemeliharaannya dibandingkan sistem gabungan alternator - transformator daya penaik tegangan.
Studi ini membandingkan secara teknis suatu sistem pembangkit powerformer dan sistem gabungan alternator - transformator daya penaik tegangan 150 kV, 40 MVA untuk pembangkit listrik tenaga air."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Blessmiyanda
"Wilayah perairan Indonesia yang sangat luas berakibat pada besarnya potensi sumberdaya laut yang ada. Sumberdaya ini perlu diupayakan agar penggunaannya memperhatikan daya dukung dan kelestarian, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
Kebutuhan energi listrik di Indonesia terutama di Pulau Jawa yang berfluktuasi dan cenderung meningkat, diperkirakan dalam periode 1986 - 2010 diperlukan tambahan pembangkit listrik sebesar 26.500 MW. Untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut, Pemerintah melalui Perusahaan Listrik Negara merencanakan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Muara Tawar yang memiliki kapasitas 2400 MW. PLTGU Muara Tawar yang direncanakan dibangun di atas lahan seluas 39,6512 Ha yang termasuk Desa Segara Jaya dan Desa Pantai Makmur Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi Propinsi Jawa Barat.
Berdasarkan studi Analisis Mengenal Dampak Lingkungan (AMDAL) yang telah dilakukan, jenis kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak pada tahap konstruksi meliputi mobilisasi personil, peralatan dan material, pematangan lahan, pemancangan tiang pondasi dan pembangunan kanal pendingin dan demiaga sementara.
Mengingat aktivitas konstruksi PLTGU ini diperkirakan menimbulkan dampak lingkungan di wilayah pesisir tempat proyek dibangun, maka dilakukan pemantauan pada komponen - komponen lingkungan hidup yang berpotensi menimbulkan dampak. Penelitian lapangan yang dilaksanakan pada tahap konstruksi (Mei 1995 - Mei 1996) meliputi pengamatan dalam bidang Sosial Ekonomi, Kualitas Air Laut, dan Kualitas Udara. Pengamatan ini dilakukan terhadap aspek - aspek dan di lokasi yang diperkirakan mendapatkan dampak langsung dari aktivitas proyek. Hipotesis dari Tesis ini adalah : Konstruksi Proyek PLTGU Muara Tawar akan menimbulkan dampak pada lingkungan pesisir.
Dari penelitian diketahui sebanyak 29,25 % dari total pekerja non skilled diserap dari tenaga local/penduduk disekitar tapak proyek. Penyerapan tenaga kerja lokal ini menyebabkan perubahan lapangan pekerjaan beberapa penduduk yang sebelumnya nelayan menjadi buruh proyek PLTGU. Hasil analisis Statistik menunjukkan tingkat pendapatan penduduk yang bekerja sebagai buruh PLTGU ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bekerja sebagai nelayan.
Sebagian besar responden ( 91 %) menyatakan tidak keberatan terhadap keberadaan proyek, karena dipandang memberikan kesempatan kerja dan juga memajukan kesempatan berusaha bagi masyarakat setempat. Responden yang keberatan, berpendapat proyek ini membuat laut menjadi lebih dangkal dan berkurangnya hasil tangkapan udang dari pinggir pantai.
Berdasarkan pengukuran kedalaman yang telah dilakukan, menunjukkan adanya pendangkalan perairan. Pendangkalan ini disebabkan proses sedimentasi yang tinggi yang telah terjadi sebelum adanya proyek PLTGU. Proses sedimentasi terlihat dari kandungan bahan padatan tersuspensi (TSS) yang telah melampaui baku mutu menurut Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. 0211/1988. Kandungan TSS terbesar terjadi saat kegiatan pengerukan pantai dan pemancangan tiang pondasi. Hasil analisis statistik menunjukkan ada pengaruh dari pembangunan proyek PLTGU Muara Tawar pada tingginya kandungan TSS di perairan .
Hasil pemantauan kualitas air laut, dijumpai adanya beberapa parameter logam berat yang kandungannya meningkat sejak adanya proyek PLTGU bila dibandingkan dengan kondisi sebelum adanya proyek. Parameter logam berat yang meningkat ini adalah Cd, Ni, dan Pb. Kandungan logam berat ini meningkat sebanding dengan meningkatnya curah hujan dan menurun seiring dengan menurunnya curah hujan. Logam berat ini bukan berasal dari proyek PLTGU tetapi menunjukkan limbah perkotaan yang terbawa aliran sungai masuk ke perairan pantai. Keadaan ini diduga juga dipengaruhi oleh berkurangnya hutan bakau yang tumbuh di pantai. Diketahui bahwa salah satu fungsi dari hutan bakau adalah sebagai penyerap lumpur karena adanya sistim akar yang padat sehingga partikel yang sangat halus mengendap di sekeliling akar bakau membentuk kumpulan lapisan sedimen yang sekali mengendap biasanya tidak dialirkan keluar lagi. Logam berat yang terbawa aliran sungai akan tersaring oleh lumpur hutan bakau sehingga tidak masuk ke perairan pantai, namun jika hutan bakau ini musnah, maka aliran sungai yang mengandung logam berat akan langsung masuk ke perairan pantai. Berdasarkan studi yang dilakukan saat AMDAL dijumpai hutan bakau sebanyak 1500 pohon/ha , namun saat penelitian pada tahap konstruksi ini hutan bakau yang ada tinggal 1135 pohon/ha.
Kandungan debu dan tingkat kebisingan terbesar terjadi di lokasi tapak proyek, kemudian semakin menurun pada daerah sekitar tapak dan nilainya kecil di daerah pemukiman yang jauh dari tapak proyek. Disini terlihat bahwa besarnya curah hujan juga ikut berperan terhadap kandungan debu. Pada saat curah hujan tinggi, kandungan debu rendah. Sedangkan saat curah hujan rendah, kandungan debu tinggi bahkan melampaui baku mutu yang ditetapkan menurut Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 660.31/SK1694-BKPMD182.
Persepsi penduduk menunjukkan bahwa mereka yang tinggal di dekat tapak proyek merasa terganggu oleh debu dan kebisingan, sedangkan yang tinggalnya_ jauh dari tapak proyek tidak merasa terganggu. Hasil analisis Statistik menunjukkan adanya pengaruh antara lokasi tempat tinggal penduduk dengan persepsi terhadap gangguan debu, selain itu analisis Statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh antara lokasi tempat tinggal penduduk dengan persepsi terhadap gangguan kebisingan.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa konstruksi prayek PLTGU Muara Tawar menimbulkan dampak terhadap lingkungan pesisir.

Impact of the Contstruction of the Power Plant on the Coastal Environment (A Case Study in the Gas-Generated Power Plant at Muara Tawar-Bekasi, West Java)The vast area of Indonesian waters offers a wide variety of natural resources. It is very critical to conserve the use of these resources. The ecosystem along the coastal area is also sensitive due to its natural changes that shape the coastline. There is a steady concern of new development that will endanger the coastal ecosystem. Increasing awareness of the communities of any new development can prevent coastal destruction.
In Java the need of electricity is on the rise. It is estimated that from 1986 to 2010 as much as 26.500 MW is needed. Indonesia is building a gas-generated power plant (Perusahaan Listrik Tenaga Gas Uap or PLTGU) in Muara Tawar with a capacity of 2.400 MW. This plant is constructed on a 396,512 ha land in East Java.
Based on the environmental impact assessment (Analysis Mengenai Dampak Lingkungan or AMDAL) the development of this power plant will affect on the coastal ecosystem and environment. This study was conducted to investigate the impacts of PLTGU on water and air quality, and social economy of the coastal community.
The levels of some heavy metals such as Cd, N, and Pb, have increased since the development of the power plant. It was suspected that the heavy metals originated from the city sewage rather than from the PLTGU. Naturally the mangroves filter these heavy metals. However, the density of mangrove has declined from 1,500 trees/ha to 1,135 trees/ha after the PLTGU project was developed. It was noted that the levels of these heavy metals increased with the increasing amount of rainfall.
Project PLTGU also has affected the noise intensity and dust density around the area. It was found that the dust density and amount of rainfall are inversely related. When there was a high amount of rainfall, the dust density was low, and vice versa. Local communities around the project were greatly affected by the amount of dust and noise intensity. Statistics showed the impact of the dust density problem and of the noise intensity on the residential sites.
It was found that 29.25% of the local non-skilled workers who were fishermen have now become power plant workers. Power plant workers tend to have higher income than the fishermen. Individuals (91%) who are in favor of the power plant project consider that the plant will result in a higher employment rate. However, others feel that the plant will cause sedimentation and reduction in the ocean harvest. Sedimentation due to total suspended solids (TSS) has occurred even before the plant started and its rate will continue to increase as the plant developed.
In conclusion, the development of PLTGU Muara Tawar will impact on its coastal environment.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T983
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sadika Nuraini Hamid
"Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan pemanfaatan tenaga angin sebagai pembangkit listrik di Francis. Metode yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini adalah metode penulisan sejarah, yaitu merekonstruksi peristiwa-peristiwa sejarah dan situasi yang melatarbelakanginya. Penelitian dalam skripsi ini diawali dengan dengan uraian mengenai sejarah perkembangan bentuk dan pemanfaatan mesin pengolah angin di dunia dan di Francis. Melalui uraian ini dapat diketahui sumbangan Prancis bagi pengembangan mesin pembangkit listrik tenaga angin di dunia. Untuk memperoleh gambaran mengenai perkembangan pemanfaatan energi angin sebagai pembangkit listrik di Prancis secara menyeluruh, selanjutnya dipaparkan pembangunan berbagai instalasi di berbagai daerah di Prancis, perkembangan peran dan kebijakan pemerintah Prancis dalam pengembangan energi angin serta berbagai masalah dalam pembangunan instalasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemanfaatan energi angin sebagai pembangkit listrik di Prancis berkembang secara lambat. Kelambatan ini disebabkan oleh berbagai hambatan yang berasal antara lain dari pemerintah maupun dari masyarakat. Akan tetapi, instalasi pembangkit listrik tenaga angin mempunyai keunggulan teknis, potensi keuntungan ekonomis dan sifat ramah lingkungan sehingga menjadikannya sumber energi alternatif yang perkembangannya sangat diperhatikan pemerintah Prancis. Pembangunan instalasi pembangkit listrik tenaga angin pun tetap digalakkan dan secara perlahan terus dikembangkan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S14532
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Katili, Anton
"ABSTRAK
Keandalan sistem pembangkit tergantung pada keandalan unit pembangkit dan besarnya cadangan daya tersedia (spinning reserve). Kalau kapasitas cadangan daya tersedia tinggi, maka tingkat keandalan serta biaya energinya di sisi sistem pembangkit semakin tinggi pula. Jenis pembangkit yang dapat melayani perubahan beban yang dinamis adalah Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Dalam kontrak jual-beli bahan bakar unluk pembangkit PLTGU Gas alam dan PLTP tercantum persyaratan minimum jual-beli antar swasta dan P.T. PLN (Persero), disebabkan hal tersebut, maka salah satu kendala pengembangan PLTU Batubara adalah persyaratan pembelian bahan bakar tersebut.
Pada umumnya batas minimal kontrak pembelian energi listrik dari perusahaan listrik swasta, sebesar 80 persen dari seluruh energi listrik yang dibangkitkannya. Pembelian energi tersebut dapat dioptimalisasikan oleh P.T. PLN (Persero), dengan pola pengoperasian pembangkit swasta, memakai metode dua blok. Kendala dari pengoperasian pembangkit tersebut, adalah persyaratan minimum yang tercantum dalam kontrak jual-beli energi listrik antar swasta dan P.T. PLN (Persero). Kendala lainnya adalah total kapasitas blok pertama dan kedua, adalah sama dengan kapasitas nominal, dengan besaran kapasitas blok pertama dan blok kedua serta waktu pengoperasiannya bervariasi.
Keuntungan pola pengoperasian tersebut, secara umum adalah mengoptimalkan kapasitas pembangkit listrik swasta. Pala pengoperasian dengan metode satu blok, kapasitas pembangkit yang dipergunakan hanyalah 80 persen dari kapasitas nominal, sedangkan pola pengoperasian metode dua blok, kapasitas pembangkit yang dipergunakannya sebesar kapasitas nominal.
Dengan mengoptimalkan kapasitas pembangkit swasta, diharapkan pengurangan penambahan kapasitas pembangkit tenaga listrik pemikul beban puncak, dan selanjutnya dapat mengurangi biaya energi listrik di sisi sistem pembangkit. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>