Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116761 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Harjanto
"ABSTRAK
Logam busa (metallic foam) aluminium menjadi perhatian para peneliti bebeberapa dekade ^ belakangan ini karena sifat dan karakteristiknya yang unik. Kemampuannya menyerap energi impak yang sangat besar dan ringan tetapi kaku menjadikan logam busa aluminium memiliki ^ spektrum aplikasi yang penting dan luas. Penelitian ini bertujuan imtuk mengkaji proses pembuatan logam busa aluminium dengan metode injeksi gas. Tahap pertama difokuskan pada pemahaman proses fabrikasi logam busa aluminium (mumi dan paduan, Al-Si) dengan injeksi gas. Kontrol parameter dan optimasi pada saat pembusaan menjadi titik perhatian untuk menghasilkan logam busa aluminium. Peleburan dan pembusaan dilakukan pada temperatur 650 - 780°C. Nitrogen dan argon digunakan sebagai gas yang akan diinjeksikan ke dalam logam cair aluminium. Peningkatan viskositas logam cair untuk meningkatkan kestabilan gelembung yang terbentuk, dilakukan dengan penambahan serbuk alumina sintesis dan dross aluminium. Selanjutnya, karakterisasi fisika logam busa aluminium berupa densitas, fraksi busa dan bentuk gelembung diamati, demikian ^ pula dengan struktur makro logam busa dan struktur mikronya. Pada tahap kedua, penelitian difokuskan pada studi yang lebih detil antara sifat mekanik seperti kekuatan, kemampuan penyerapan energi, sifat peredam dengan morfologi logam busa. Tahap terakhir penelitian memiliki fokus pada pemantapan reproduksibilitas kontrol parameter proses sehingga siap untuk upaya peningkatan skala produksi logam busa aluminium. Prototype proses pembuatan logam busa aluminium diharapkan dapat terlaksana setelah penelitian tahap ke-3."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Raina Diva Callista
"Penelitian ini betujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur cetakan dan temperatur tuang terhadap hasil pengecoran piston pada material aluminium AC8A menggunakan metode gravity die casting dengan program simulasi Z-Cast. Penelitian ini menggunakan simulasi pengecoran. Simulasi ini menggunakan software Z-Cast Pro 3.0 dan desain pada penelitian ini menggunakan software Solid Works 2021 untuk menghasilkan gambar 3D. Penelitian ini menggunakan produk piston dengan variasi variabel temperatur cetakan dan temperatur tuang. Variasi variabel temperatur cetakan yang digunakan adalah 250°C, 300°C, dan 350°C. Variabel yang digunakan untuk variasi temperatur tuang adalah 660°C, 700°C, dan 750°C. Shrinkage karena adanya proses pembekuan atau solidifikasi yang tidak merata pada produk, disebabkan oleh penyusutan volume logam cair pada proses pembekuan serta tidak mendapatkan pasokan logam cair dari riser. Pada penelitian tidak menggunakan riser dengan keadaan optimal pada temperatur cetakan 250°C dan temperatur tuang 660°C, penggunaan riser berukuran 40 mm didapatkan hasil temperature cetakan 350°C dan temperatur tuang 750°C , ukuran riser 50 mm dengan keadaan optimal pada temperatur cetakan 250°C dan temperatur tuang 660°C. Upaya untuk mengurangi cacat dengan membesarkan ukuran riser, dengan ukuran riser 50 mm akan menghasilkan produk coran denga temperatur cetakan dan temperatur tuang yang rendah. Shrinkage pada riser 50 mm lebih sedikit dibandingkan ukuran 40 mm dan tidak menggunakan riser.

This research aims to determine the effect of mold temperature and pouring temperature on the results of piston casting on AC8A aluminum material using the gravity die casting method with Z-Cast simulation program. This research uses casting simulation. This simulation uses Z-Cast Pro 3.0 software and the design in this research uses Solid Works 2021 software to produce 3D images. This research uses piston product using variable variations in mold temperature and pouring temperature. The variable of mold temperature variations used are 250°C, 300°C, and 350°C. The variables used to vary the pouring temperature are 660°C, 700°C, and 750°C. Shrinkage is due to the uneven solidification process in the product, due to the shrinkage of the liquid metal volume during the solidification process and not getting a supply of liquid metal from the riser. In the research without using a riser with optimal conditions at a mold temperature of 250°C and a pouring temperature of 660°C, using a 40 mm riser resulted in a mold temperature of 350°C and a pouring temperature of 750°C, a riser size of 50 mm with optimal conditions at the mold temperature 250°C and pouring temperature 660°C. Efforts to reduce defects by increasing the riser size, with a riser size of 50 mm will produce cast products with low mold temperatures and casting temperatures. Shrinkage on a 50 mm riser is less than the 40 mm size and does not use a riser."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Herman Yuwono
Depok: Universitas Indonesia, 1994
S40866
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Satria
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S40777
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Suhendri
"Kondukfor ACSR (Aluminium Conducfor Steel Reinforced) konvensional yang digunakan saat ini dapat dioperasikan secara kontiniu pada suhu 90°C dan mempunyai kapasitas hantar arus (KHA) yang relatif rendah. Untuk meningkafkan KHA, kondukfor mesti dioperasikan pada suhu yang lebih tinggi dan oleh karena itu mesti terbuat dari paduan aluminium tahan panas ( Thermo-Resistant ). Penggunaa konduktor paduan aluminium tahan panas ini yang disebut dengan TAL (Thermo Resistant Aluminium Alloy) dipandang cukup bagus karena dapat memberikan peningkatan KHA, terutama untuk daerah tropis dimana suhu lingkungan (ambient temperature) pada umumnya relatif tinggi. Kondukfor TAL ini dapat dioperasikan secara kontiniu pada suhu 150 °C atau lebih tinggi dengan KHA sekitar 1,5-1,6 kali konduktor ACSR.
Penelitian tehadap sifaf mekanis dan struktur mikro konduktor TAL bertujuan untuk mergetahui sifaf-sifaf mekanis dari konduktor TAL dan perbandingannya dengan konduktor aluminium konvensional serta mempelajari bagaimana hubugan sifat mekanis dergan struktur mikronya. Penelitian lakukan terhadap kawat TAL dengan diameter 3,20 mm. Ada dua jenis kawat TAL yang digunakan, yaitu : TAL+, kawat TAL yang dalam proses pembuatannya ditambahkan RE (rare earth metal) atau logam tanah jarang dan TAL-, tanpa penambahan RE. Sebagai pembanding digunakan kawat AAC (All Aluminium Conductor) dengan diameter yang sama.
Sifat mekanis yang diuji adalah kuat tarik, elongasi, kekerasan, sifaf tahan panas dan sifat 'creep'. Pengujian kuat tarik dan elongasi dengan Mesin Uji Tarik Shimadzu AG8-1000B dengan mengukur gaya (BF, breaking force) dan elongasi pada saat putus. Kekerasan diukur dengan Vickers hardness testet. Pengujian sifat tahan panas dilakukan dergan mergukur kuat tarik sampel yang dipanaskan pada suhu 230 °C selama 1 sampai 5 jam dan pemanasan selama satu jam pada suhu 90 sampai 275°C. Kemudian dibandingkan dengan kuat tarik sampel sebelum dipanasksan. Pengujian creep dengan Mesin Uji Creep SSI Satec inc. dergan metoda creep-rupfure, diamati perpanjangan (creep-strain) dan waktu putus (tR1 time to rupture). Untuk mamperoleh struktur kawat TAL dilakukan pengamatan dengan mikroskop optik, Scaning Electron Microscope (SEM) dan Transmision Electron Miosroscape (TEM).
Dari pergujian didapatkan bahwa kuat tarik rata-rata kawaf TAL adalah 18,28 kg/mm2, lebih kuat dari kawat AAC (16,99 kg/mm2). Kuat tarik rata-rata kawat TAL+ adalah 19,35 kg/mm2, sedangkan TAL- 17,20 kg/mm2. Elongasi rata-rata kawaf TAL 2,69%, sedangkan AAC 2,44%. Elongasi TAL+ adalah 2,85% dan TAL- 253%. Hasil pergujian sifat tahan panas (TR) menunjukan bahwa kawat TAL mempunyai sifaf tahan panas lebih tinggi dibangding kawaf AAC. Pemanasan selama satu jam pada suhu 230o c menyebabkan kuat tarik; kawat TAL+ turun menjadi 18,11 kg/mm2 (TR 93,60%), TAL- menjadi 16,41 kg/mm2 (TR=95,44%) dan ACC turun menjadi 14,36 kg/mm2 (TR=84,55%). Hasil pengujian creep diperoleh kecenderungan kawat TAL mempunyai waktu putus (tr, time to rupture) lebih panjang disbanding ACC. Kawat TAL- mempunyai waktu putus lebih panjang dari TAL+. Pada struktur mikro konduktor TAL+ dan TAL- terdapat presipitat ZrAl3 pada matriks aluminium. Peningkatan sifat tahan panas dan sifat creep ini disebabkan pembentukan presipitat ZrAl3 akibat adanya penambahan Zr. ZrAl3 ini dapat berfungsi sebagai pemaku (pinning) daerah batas butir dan sebagai penghalang gerakan dislokasi. Pada pengamatan dengan TEM dihasilkan pola difraksi electron yang dapat digunakan untuk menentukan jenis presipitat yang terdapat pada matriks aluminium."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilarius Wibi Hardani
"Salah satu metode penguatan logam yang paling banyak diterapkan pada logam-Iogam ringan seperti Aluminium adalah penambahan unsur penghalus butir. Pada proses pengecoran logam, struktur halus benda tuang dapat diperoleh dengan cara memberikan unsur-unsur perangsang nukleasi ke dalam logam cair. Pada saat pembekuan, unsur-unsur tambahan ini diharapkan dapat mendorong nukleasi dan membentuk inti bagi pertumbuhan kristal logam dasar. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh penambahan penghalus butir Titanium-Boron terhadap penghalusan butir paduan Al-Si ADC-12 yang mengandung kadar Si sekitar 12%. Dalam penelitian ini, komposisi tuangan dihasilkan dengan dapur krusibel, sedangkan cetakan yang digunakan adalah cetakan ingot. Kuantitas penghalus butir divariabelkan, dan selanjutnya dilihat pengaruh penghalusan butir tersebut terhadap kekerasan dan konduksivitasnya. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa penambahan penghalus butir Titanium-Boron sebesar 0.2% berat logam menghasilkan benda tuang yang nilai kekerasamqya paling tinggi (82 BHN) namun nilai konduktivitas Iistriknya paling rendah (21.9 %IACS) , sedangkan dari hasil penuangan yang tampa penghalus butir didapatkan nilai konduktivitas Iistrik yang paling tinggi (24.4 % IACS), namun nilai kekerasannya paling rendah (78 BHN). Hasil yang optimum didapat dari AELT-2, dengan penambahan Ti-B 0.1% berat Iogam, di mana nilai kekerasan yang diperoleh cukup tinggi (81 BHN) dan nilai konduktivitas listriknyajuga cukup baik (22.5 %IACS)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47854
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Baktiyono
"Paduan aluminium ADC 12 merupakan paduan yang banyak digunakan dalam industri otomotif yang dewasa ini industri tersebut berkembang dengan pesat. Paduan harus memiliki sifat mekanis seperti yang diinginkan. Sifat mekanis tuangan diantaranya adalah sifat kekerasan, dipengaruhi oleh struktur mikro. Sedangkan struktur mikro dipengaruhi kecepatan pembekuan dari tuangan. Pada penelitian ini dilakukan pengujian kecepatan pembekuan pada benda uji yang memiliki variasi ketebalan 15, 35, 55 dan 80 mm dan pengaruh penggunaan cil dan riser (penambah) untuk mempenga uhi kecepatan pembekuan. Dari hasil pengujian kekerasan memperlihatkan, bahwa pada ketebalan 15 mm yang menggunakan cil memiliki kecepatan pembekuan yang tinggi dan struktur mikro yang halus dengan nilai kekerasan terbesar (14 HN). Sedangkan penggunaan penambah (riser) sebagai kompensasi untuk mencegah cacat akibat penyusutan pada ketebalan 35 mm, menyebabkan kecepatan pembe kuannya lambat dan bentuk struktur mikro yang kasar dengan nilai kekerasan terendah (68 BHN)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47852
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wawas Swathatafrijiah
"Lapisan tipis Keramik Alumina pada substrat Aluminium Alloy dibuat dengan metoda pelapisan Sputtering RF Magnetron. Pelapisan dilakukan pada tekanan dasar sistem 1.7 - 3.3 x 10-5 torr dan tekanan gas Argon saat pelapisan berlangsung dipertahankan sekitar 15 mtorr. Komposisi Atomik Substrat sebelum pelapisan diuji dengan SEM/EDAX hasilnya adalah 69 % Al - 28 996 Si - 2.5 % Mg dan terdapat unsur Fe dan Ni yangjumlahnya kurang dari 1%. Sedangkan Target mempunyai fasa a-A1203 yang dianalisa deNgan menggunakan XRD. Pada pelaksanaan Pelapisan dibuat tiga jenis ketebalan yaitu: 3100 A° , 5600 A° dan 8550 A°. Mengingat pengukuran ketebalan pada saat pelapisan kurang memuaskan, dilakukan uji ketebalan dengan menggunakan ellipsometer dan perhitungan hasil uji spectrophotometer. Dilakukan proses anil sampai temperatur 12003 C terhadap sampel hasil pelapisan tujuannya untuk mendapatkan Alumina kristal [9]. Secara visual, morfologi permukaan pada sampel baik sebelum pelapisan rnaupun setelah pelapisan dapat dilihat dengan menggunakan foto optik dan SEM. Pengujian dengan XRD terhadap hasil pelapisan baik sebelum proses anil maupun sesudah dilakukan anil tidak menunjukkan sistem krisialin, hal ini diperkuat dengan hasil analisa SEM. Hasil Kekerasan (mikro hardness) menunjukkan bahwa hasil pelapisan lebih keras dibandingkan substrat sebelum dilapisi, selain itu makin tebal lapisan nilai kekerasan makin bertambah."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Irfan Ismail
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S40892
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>