Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194849 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S40834
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Purnomowati
"Proses karburisasi pada umumnya merupakan proses pengerasan permukaan (case hardening) yang bertujuan untuk meningkutkan kekerusan permukaan baja karena semakin keras sifat baja maka ketahahanan ausnyu pun akan meningkat pula.
Penelitian tentang karburisasi padat dengan menggunakan Green Petroleum Cokes sebagai media karburisasi dan CaCO3 sebagai energizer terhadap Baja SCM 435 (JIS G 4105) dilakukan untuk mengetahui pengaruh media karburisasi tersebut terhadap kekerasan Baja SCM 435 yang dilakukan pada temperatur karburisasi yang berbeda, yaitu 850, 900 dan 950° C dengun waktu tahan selama 4 jam dan kemudian di-quench ke dalam Castrol Oil dan air.
Kekerasan rata-rata permukaan dan kedalaman pengerasan Baja SCM 435 hasil proses karburisasi yang dilakukan pada temperatur 850, 900, dan 950°C yang kemudian ditahan selama 4 jam dan dilakukan pencelupan nada Castrol oil dan air meningkat. Kekerasan Baja SCM 435 yang dicelup dalam air Iebih besar dibandingkan dengan yang dicelup dalam Castrol Oil.
Peningkatan kekerasan Baja SCM 435 hasil proses karburisasi padat yang cukup tinggi menunjukkan bahwa Green Petroleum Cokes dapat digunakan sebagai altematd media karburisasi padat yang sudah ada dan sering digurakan sepertiarang kayu. Demikian pula halnya dengan CaCO3 dapat digunakan sebagai energizer pada proses karburisasi padat untuk meningkatkan kekerasan Baja SCM 435."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S41617
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Army Laksana
"Beton telah menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia khususnya dalam bidang konstruksi. Berbagai faktor seperti pembebanan yang melebihi beban rencana dapat menyebabkan kerusakan pada struktur beton bertulang. Selain itu, pengaruh lingkungan seperti udara, air, dan suhu dapat menyebabkan kerusakan pada beton yang pada akhirnya dapat mempersingkat umumur bangunan. Perbaikan yang sedini mungkin sangat diperlukan untuk mencegah kerusakan yang lebih besar dan biaya perbaikan yang cukup tinggi. Metode yang umum dilakukan untuk mendeteksi kerusakan pada beton adalah dengan mengukur regangan yang terjadi pada beton dengan menggunakan sebuah alat pengukur regangan (strain gage). Kesulitan dan keterbatasan dalam penggunaannya serta biaya yang relatif mahal menjadi kendala dari penggunaan strain gage tersebut sebagai alat untuk memonitor kerusakan pada beton. Usaha untuk mencari alternatif lain yang lebih praktis dan efektif, baik dari segi biaya maupun kemudahan dalam penggunaannya, menjadi dasar utama dilakukannya penelitian smart concrete. Smart concrete atau beton pintar merupakan suatu material beton yang dapat menggantikan peranan dari strain gage dalam mengukur regangan yang terjadi berdasarkan perubahan hambatan listrik. Penelitian ini memanfaatkan karbon mutu 90 % (Green Petroleum Coke) yang diharapkan mampu memberikan sifat sensitif terhadap perubahan hambatan listrik pada beton, dengan kata lain beton diharapkan mempunyai hambatan listrik yang kecil sehingga perubahan hambatan yang terjadi dapat diketahui nilainya. Dari penelitian ini, akan diperoleh suatu persentase kandungan karbon yang paling optimal, serta diperoleh hubungan antara beban, regangan, lendutan dan hambatan pada beton pintar sehingga dapat diketahui besarnya gage factor yang dimiliki oleh beton pintar. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan karbon menyebabkan penurunan kuat tekan dan kuat lentur beton. Kerapatan beton akibat penambahan karbon menjadi kecil. Hal ini juga terlihat dari nilai transit time pada kubus beton pintar yang semakin besar akibat penambahan kandungan karbon. Hambatan awal balok beton pintar pengalami penurunan hingga 90 % akibat penambahan beton. Nilai gage factor yang diperoleh akibat penambahan karbon mempunyai nilai negatif yang menunjukkan perubahan hambatan yang negatif atau dengan kata lain semakin besar regangan maka semakin kecil hambatan balok. Dari hasil tersebut terbukti bahwa dalam batasan kandungan karbon 0, 3, 5 dan 10 %, semakin besar kandungan karbon GPC dalam beton maka semakin besar nilai gage factor yang berarti beton pintar semakin sensitif terhadap regangan yang terjadi. Kandungan karbon mutu 90 % (Green Petroleum Coke) yang paling optimum adalah sebesar 3 % di mana terjadi penurunan yang paling kecil terhadap kuat tekan (323,7 kg/cm_ atau berkurang 14 %) dan tegangan lentur (42,16 kg/cm_) serta gage factor yang lebih besar daripada beton tanpa karbon. Hambatan awal balok dengan kendungan karbon 3 % memiliki nilai yang paling kecil yaitu 3117,64 ohm (penurunan 92 % dari hambatan awal balok beton tanpa karbon). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan akan menambah khasanah ilmu pengetahun mengenai pengaruh kandungan karbon mutu 90 % terhadap perilaku beton pintar. Selain itu juga diharapkan juga hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi penelitian selanjutnya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34760
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robiati
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S41593
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Donanta Dhaneswara
"ABSTRAK
Baja AISI 3215 merupakan salah satu kelas baja karbon rendah, yang penggunaannya untuk machinery steels. Dalam aplikasinya material ini mengalami gesekan dan pembebanan kejut.
Dalam penelitian ini dilakukan proses karburisasi padat dengan menggunakan media karburisasi yang berbeda, yaitu Green Petroleum Cokes dan Arang Tempurung Kelapa. Proses karburisasi dilakukan pada temperatur 890°C, 920°C dan 950°C dengan waktu tahan 1 jam, 2 jam, 3 jam dan 4 jam.
Dengan peningkatan waktu tahan dan temperatur, secara umum harga kekerasan permukaan Baja AISI 3215 semakin meningkat dari 223 HVN menjadi 958 HVN, demikian pula untuk kedalaman kulit hasil karburisasi dari 0 Pm mencapai 1910 pm.
Dari kedua media karburisasi, ternyata media Green Petroleum Coke lebih baik jika dibandingkan dengan media Arang Tempurung Kelapa."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Mahmudah
"Kebuiuhan akan material rekayasa yang memiliki sifat ketahanan aus yang baik, kekerasan permukaan dan ketangguhan yang tinggi menjadi alasan pentingnya proses karburisasi padat dengan metode pencelupan yang bervariasi. Proses karburisasi padat dapat meningkatkan kekerasan permukaan material, sementara bagian intinya tetap lunak. Penambahan 25% energizer, pemilihan temperatur proses serta pemilihan metode peucelipan terientu, merupakan fungsi kontrol proses untuk mendapatkan kekerasan dan kedalaman pengerasan (case depth) sesuai kebutuhan.
Proses karburisasi padat umunmya dilakukan pada range temperatur 850-925°C, tetapi wniuk aplikasi tertenta dapat digunakan temperatur overheating (/050°C). Proses karburisasi dilakukan dengan media arang batok kelapa ditambah 25% energizer (NaxCQ;), Penambahan 25% energizer dapat mengakibathan oksidasi pada permukaan material, karena jumiah oksigen yang berlebihan. Media pencelupan yang digunakan adalah air dengan metode pencelupan langsung, pencelupan tunggal dan pencelupan ganda, Ketiga metode ini menghasilkan kekerasan dan kedalaman pengerasan yang berbeda-beda.
Pemanasan material sampai temepratur austenisasi, ferufuma pada femperatur overheating akan menghasilkan austenit sisa dalam jumiah yang signifikan, apabila dicelup langsung ke dalam media celup. Hal ini akan mengurargi kekerasan kekerasan permukaan yang dihasilkan, Austenit sisa tersebut dapat dikurangi dengan melakukan proses pencelupan kedua."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S41579
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putra Satria
"Peningkatan kekerasan dari baja karbon rendah (mild steel) yang dilakpkan dengan memanaskannya sampai fasa austenisasi dengan variasi temperatur 900°C, 925°C dan 950°C dan mencelupkan sampel dalam media air dengan perbandingan berat sampel terhadap volume (gr : ml) yaitu I : 5, 1 1 10, 1 : 15 didapatkan bahwa dengan meningkatnya temperatur austenisasi akan menurunkan lcekerasan dan naiknya perbandingan volume media celup akan menaikkan njlai kekerasan.
Kekerasan yang meningkat sebanding dengan meningkatnya martensit pada stmlctur mikro hasil perlakuan panas pengerasan"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41264
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noverta Rezeki
"ABSTRAK
Pada industri manufaktur logam, barang impor tidak hanya berupa bahan dasar saja, akan tetapi juga banyak dalam bentuk barang jadi, sehingga bangsa Indonesia hanya sebagai konsumen saja. Hal ini sangat merugikan karena mengakibatkan ketergantungan terhadap barang impor. Untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memberdayakan industri kecil sebagai usaha menghidupkan perekonomian kerakyatan. Salah satunya dengan peralatan panas dengan metode progressive flame hardening dengan menggunakan dua torch. Sehingga pada penelitian ini berusaha meneliti kinerja dari alat progressive flame hardening dengan variabe! Kecepatan translasi benda kerja serta jarak antara dua torch terhadap kekerasan permukaan pisau potong.
Pada penelitian ini kecepatan translasi benda kerja yang digunakan yaitu 7 mm/s, 8 dan 9 mm/s' dengan jarak antara dua torch 5 cm. Sedangkan untuk variabel jarak antara dua torch menggunakan jarak 3,5 cm; 5 cm; dan 7,5 cm dengan kecepatan translasi 8 mm/s. Kedua variabel diatas menggunakan posisi pemanas dari samping karena terbukti dengan pemanasan dari samping benda uji tidak mengalami peleburan pada saat pemanasan. Selain itu proses yang digunakan adalah Single pass, karena diharapkan dengan penggunaan dua torch maka masukan panas akan lebih besar sehingga temperatur pengerasan yang diinginkan dapat tercapai.
Pada kecepatan translasi benda kerja, temperatur pengerasan maksimum yang dapat dicapai pada kedalaman 7 mm adalah 597 ?C pada kecepatan translasi 8 mm/s dengan nilai kekerasan mencapai 523 VHN ( 51 HRC) dan total kedalaman pengerasan 2135206 pm (2,l mm). Demikian halnya dengan variabel jarak antara dua torch, temperatur maksimum yang dapat dicapai yaitu sebesar 597C pada jarak antara dua torch 5 cm. Sedangkan nilai kekerasan tertinggi diperoleh pada jarak antara torch 7,5 cm sebesar 566 VHN (52 HRC) dengan total kedalaman pengerasan sebesar 2575,39 pm (2,6 mm).

"
2001
S41471
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>