Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112546 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
02/Day/p-2
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
02 Day p-3
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Banarwoto
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan panas pasca las terhadap sifat mekanis sambungan las tabung LPG 3 kg. Pengelasan dilakukan pada baja karbon rendah JIS SG 295 yaitu material yang banyak digunakan untuk fabrikasi tabung LPG 3 kg.
Teknik pengelasan yang digunakan adalah Submerged Arc Welding (SAW) selanjutnya dilakukan proses perlakuan panas pasca las. Penelitian dilakukan dengan melakukan variasi perlakuan panas pasca las terhadap sambungan las tabung LPG 3 kg meliputi : tanpa perlakuan panas, dengan perlakuan panas temperatur 6000C dan 6500C, masing masing dengan waktu 10, 30, 45 dan 60 menit. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan panas pasca las terhadap sifat mekanisnya, dilakukan beberapa pengujian yang meliputi uji tarik, uji kekerasan serta foto struktur makro dan mikronya.
Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa waktu dan temperatur perlakuan panas pasca las tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kekuatan mekanis sambungan las tabung LPG 3 Kg. Namun demikian ditemukan ketidaksesuaian bentuk sambungan joggle offset terhadap ketentuan SNI 1452-2007.

This study aims to determine the effect of post weld heat treatment on mechanical properties of weld joint of 3 kg LPG bottle. Welding is performed on low carbon steel JIS SG 295 as a widely used material for the manufacture of 3-kg LPG bottle.
Welding technique used is Submerged Arc Welding (SAW) and continued with the process of post weld heat treatment. Research was carried out by doing a variation of post weld heat treatment for 3 kg LPG bottle including : no heat treatment, heat treatment with temperature of 6000C and 6500C, with a holding time of 10, 30, 45 and 60 minutes respectively. To study the effect of post-weld heat treatment on the mechanical propertiy ? structure relationship, a number of examination was performed, including : tensile test, hardness test, macrostructure and microstructure examination.
The results obtained concluded that the time and temperature post-weld heat treatment does not have a significant effect on mechanical properties of weld joint of 3 Kg LPG bottle. However, we found that the join design (joggle offset) not comply with SNI 1452-2007.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
T21632
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Rachman
"ABSTRAK
Masalah yang melatarbelakangi penelitian ini adalah, bahwa dalam fabrikasi sambungan las paduan Aluminium 6061 pada beberapa komponen konstruksi tertentu masih terjadi hasil sambungan yang kurang sempurna ditinjau dari segi spesifikasi dan kekuatannya.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari kondisi hasil penyambungan las paduan Aluminium 6061 yang optimal dengan variabel masukan panas dan variabel perlakuan panas sesudah pengelasan. Teknik las yang digunakan adalah "Tungsten Inert Gas" (TIG).
Dalam penelitian ini akan diamati perubahan sifat-sifat mekanis seperti kekuatan tarik, kekerasan dan struktur mikro dari daerah sambungan las dan daerah pengaruh panas (HAZ) sebagai akibat dari variabel pengelasan tersebut. Juga akan diamati pengaruh dari variabel-variabel terhadap umur lelah daerah sambungan las.

ABSTRACT
The background of the research is based on the facts that in the manufacturing of weld joint aluminum 6061 of several certain aircraft components the results frequently did not fulfill its strength requirements and specifications.
The research is intended to find optimum condition of weld joint aluminum 6061 by taking heat input and aging after welding (post weld treatment) as its variables. The method of welding technique is Tungsten Inert Gas (TIG).
In this research the changing of mechanical properties such as tensile strength, hardness and its microstructures of both welding zone and heat-affected zone caused by above variables will be observed. Further, the effects of those variables on fatigue life will also be investigated.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Djawadi
"Telah dilakukan penelitian khusus pada baja ASSAB-709 akibat perlakuan panas (diannil), kemudian dilengkung (ditekuk) dengan variasi jari-jari dan dimasukan dalam medium korosif yang dapat menyebabkan terjadinya korosi , kelelahan bahan (fatigue), dan kegagalan (fracture). Adapun media yang digunakan dengan sistim kabut garam (salt spray) dengan kandungan larutan 5% NaCl dalam ruang korosif selama 120 jam atau 32 hari tidak kontinyu, menggunakan mesin kabut garam merk: Weiss Technik, Tegangan 220 volt, 50 Hz Capasitas 3 KVA, buatan Jerman.
Dalam pelaksanaanya menggunakan 2 metode:
1. NDT - Non Destructive Test.
2. DT - Destructive Test.
Untuk menganalisa kerusakan digunakan beberapa cara yaitu:
- Uji mekanis termasuk; tank (tensile stress), tumbuk (impact) dan kekerasan (Vickers)
- SEM (Scanning Electron Microscope)-EDAX untuk menganalisa morfologi permukaan, dan pemetaan unsur.
- EPMA (Electron-Probe Analyzer) ; untuk komposisi/unsur kimia.
Dari hasil penelitian dan percobaan dimaksudkan dapat memberi masukan untuk penentuan pemilihan material yang tepat guna."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rajagukguk, Jenni Ria
"Baja Perkakas (Tool Steel) sebelum digunakan membutuhkan perlakuan panas. Perlakuan panas yang diberikan meliputi : pemanasan awal (pre heating), pengerasan dan penemperan. Pada penelitian ini diteliti sejauh mana pengaruh perlakuan panas terhadap sifat mekanis baja perkakas H-13. Untuk maksud tersebut maka dilakukan perlakuan panas dengan variasi temperatur austenisasi yang berkisar antara 9000 C hingga 11000 C ditahan selama satu jam dan didinginkan di udara. Sedangkan proses penemperan dilakukan di antara 4500 C sampai dengan 6500 C ditahan dua jam kemudian didinginkan di udara. Proses perlakuan panas tersebut mengikuti standar yang diterapkan di pabrik untuk baja perkakas standar ALSI H-13. Setelah diberi perlakuan panas, kemudian dilakukan pengujian sifat mekanis yaitu pengujian kekerasan (Hardness test), pengujian takik (Impact test), pengujian aus (Wear test), pengamatan struktur mikro (Metallografi), permukaan patahan (Faklografi). Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa kondisi optimal perlakuan panas adalah suhu austenisasi 10000 C dan suhu temper 5000 C. Kondisi optimal tersebut ditentukan dari sifat mekanisnya meliputi kekerasan, kekuatan impact, ketangguhan, keausan dan didukung oleh metallografi dan faklografi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanungkalit, Ucok P.
"Dalam perkembangan ilmu logam sering dilakukan penelitian untuk rnenemukan bahan-bahan alternarif yang mempunyal biaya produksi (cost of prodl'clion) re!atif lebih rendah dengan mutu (ql'aliry) yang dapat diandalkan. Material yang sering digunakan untuk komponen otomotif adalah baja dan untuk memperoleh material aiternatif dari baja dlkembangkan besi tuang nodular iferro casting ductile) yang mempunyai blaya produksi dan biaya pennesinan yang lebih rendah dibandingkan baja. Untuk meningkatkan s:ifat mekanis besl tuang ini dapat dBakukan proses perlakuan panas (heat treatmenl) terhadap besi tuang nodular. Tujuan penelltian ini adalah untuk mengetahui pengaruh proses perlaku panas quenching-tempering terhadap slfat mekanis besi tuang bergrafit bulat (FCD 50) untuk mendapatkan material alternatif yang dapat digunakan untuk kompQnen otomotif sepcrti crankshaft dengan blaya produksi yang lebih rnurah. Dalam penelitian untuk memastikan bahwa mateiai yang dipakai adalah FCD 50, dilakukan pengujian komposisi menggunakan speCtrometer dan pengujian struktur mikro, Setelah itu maka dilakukan proses laku panas dengan metode quenchillf!~lemperi!ig. Dilakukan iaku panas quenching pada beberapa temperatur austenisasl dan dilakukan penahanan selama 30 menlt Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diketahui temperatur austenisasi yang mengbasilkan kekerasan optimal setelah proses quenching Selanjutnya temperatur austenisasi optimal ini dijadikan acuan untuk melakukan percobaan tempering dengan wah.'tU tahan selama 30 menit pada dua temperatur untuk mengetahui temperatur tempering yang menghasilkan kekerasan yang optimal. Selanjutnya pada temperatur tempering ini dilakukan penguJtan kekuatan tarik. Penguj ian kekerasan yang dilakukan menggunakan rnesm uji kekerasan Brinell type Hardness Tester Torsee, BH3CS, pengujian kekuatan tarik dilakukan menggunkan mesin uji tarik Shimadzu type UH-100A dan pengujian mikrostruktur menggunakan microscope Unlo, Versament 2. Hasil yang diperoleh dari percobaan dianalisa mengapa dan bagaimana hast I tersebut dapat diperoleh, berdasarkan pembahasan tersebut dibuat kesimpulan mengenai pengaruh temperatur austenisasi terhadap kekerasan, pengaruh temperatur tempering terhadap kekerasan dan pengaruh per\akuan panas quenching-tempering terhadap kekuatan tarik. Besi tuang FCD 50 setelah menga)ami proses austenisasi pada temperatur 870°C, ditahan selam 30 menit kemudian quenchmg dengan menggunakan media oli setelah itu dilakukan tempering pada temperatur 400°C dapat meningkatkan kekuatan tarik lebih dari 1,5 kali lipat dan meningkatkan kekerasan 3 kali lipat. Dengan sifat seperti ini material dapat digunakan sebagai material aJtematif pengganti baja tempa untuk pembuatan crankshaft."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S37114
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S37031
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Handoko
"Dalam pengelasan antara baja karbon rendah dengan baja tahan karat banyak ditemukan masalah. Namun demikian di lapangan sering ditemui kondisi yang memaksa harus dilakukan pengelasan antara kedua baja tersebut, seperti pada peralatan atau konstruksi untuk tekanan tinggi, untuk pemakaian suhu tinggi atau lingkungan korosif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh masukan panas terhadap sifat mekanis sambungan las antara baja karbon rendah dengan baja tahan karat. Bahan yang digunakan adalah baja karbon rendah ST 41 Kelas E (BKI) dan baja tahan karat AIS1 304. Teknik pengelasan yang digunakan adalah las busur listrik menggunakan kawat las AWS E 309 denganvariasi masukan panas. Pengujian sambungan las meliputi uji tarik, uji tekuk, uji kekerasan dan metalografi. Dari penelitian ini diperoleh kuat tarik yang hampir sama yaitu sekitar 49,30 Kg/mm2 pada masukan panas 7291 - 6742 Joule/Cm dengan keuletan sekitar 27.97 %. Kegagalan uji tekuk terjadi pada masukan panas 7291 Joule/Cm dan 6742 Joule/Cm. Kekerasan rata-rata sebesar 299,9804 Hv dicapai pada logam las bagian atas dengan masukan panas 6742 Joule/Cm. Uji metalografi dengan mikroskop optik dan SEM-EDAX menunjukkan bahwa struktur mikro HAZ - baja tahan karat mengalami presipitasi karbida serta terbentuk retak pada struktur perbatasan antara logam las dengan baja karbon rendah. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa masukan panas yang besar menghasilkan kuat tarik dan elongasi yang hampir sama dan lebar HAZ yang lebih besar, sebaliknya masukan panas yang kecil menghasilkan nilai kekerasan yang tinggi.

There are many problems encountered in welding mild and stainless steels. However there are many conditions forcing to weld between those steels., for instance in high pressure, high temperature or corrosive environmental condition. The purpose of this research was to study the influence of heat input on the mechanical properties of weld joint between low carbon steel and stainless steel. In this research low carbon steel ST 41 class E (BKI) and stainless steel AIS1 304 were used. Different heat inputs were applied by SMAW process and the welding electrodes used were AWS E 309 type. The tests of weld joint include tensile test, bending test, hardness test and metalography. The results show that the average tensile strength is of 49,30 Kg/mm2 obtained based on heat input 7291 and 6742 Joule/Cm with elongation of 27,97 %, The failure of bending test occured for heat input at 7291 Joule/Cm and 6742 Joule/Cm. The heat input of 6742 J/Cm gives an average hardness values about 299,9804 Hv. The metalographic examination with microscope optical and."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 1999
JIRM-1-3-Des1999-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>