Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120278 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chempaka Syahbuddin
"ABSTRAK
Dalam satu tahun terakhir topik diskusi mengenai gay atau homoseksual
semakin terbuka diperbincangkan di masyarakat Jakarta. Tulisan-tulisan di media
cetak, acara-acara di media elektronik sudah semakin sering membahas tentang
kehidupan kaum homoseksual. Akhir tahun 2003, Indonesia dikejutkan dengan
film "Arisan" yang mengangkat masalah gay dalam kehidupan masyarakat
perkotaan. Dengan diluncurkan film "Arisan" keberanian untuk memproklamirkan
status gay dalam ruang public saat ini sudah dapat dianggap lumrah untuk
beberapa lingkup pekerjaan, seperti pekerjaan di bidang seni,hiburan dan gaya
hidup.
Namun untuk beberapa lingkungan yang masih cenderung konservatif, pasti
akan sulit bagi kaum gay untuk membuka status seksual mereka. Hal ini
dikarenakan menurut beberapa riset menunjukkan semakin sering kontak
interpersonal dengan gay men dan lesbian semakin berkurang prasangska individu heteroseksual terhadap lesbian dan gay men (Harmon, Herek & Capitano dalam
Nelson, 2002). Lingkungan Pegawai Negeri Sipil tentunya bisa dikategorikan
sebagai lingkungan kerja yang konservatif menjadi tempat dimana sedikit sekali
kontak interpersonal terhadap kaum homoseksual.
Menurut Boswell, dalam Nelson (2002), dengan orientasi dan perilaku
heteroseksual sebagai norma dalam masyarakat kontemporer, heteroseksual
dianggap sebagai kelompok yang tidak menarik perhatian. Sementara individu yang memiliki orientasi seksual pada gender yang sama dipandang sebagai wakil dari
kaum minoritas yang terpisah, sering menyulut ketidak setujuan, ketakutan atau
kebencian karena menunjukkan ketidak normalan dan.ketidak sehatan. Atas dasar uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai jarak sosial pada pegawai negeri sipil terhadap rekan kerja gay. Untuk
mendapatkan perbandingan yang jelas, penulis melakukan penelitian di dua bidang
pekerjaan yang bertolak belakang, yaitu PNS dan pegawai radio swasta di Jakarta.
Dengan menggunakan skala jarak sosial Bogardus yang telah dimodifikasi dan dianalisa dengan skala Guttman, penulis mendapatkan hasil bahwa jarak sosial pada PNS lebih besar dibanding pegawai radio.
Jarak sosial yang lebih besar ditunjukkan oleh PNS kemungkinan juga
dikarenakan belum tersosialisasi dengan baik kesetaraan gender dalam lingkungan
kerja mereka. Sebuah studi mengindikasikan individu yang kurang menerima
kesetaraan gender cenderung kurang toleran pada (dan lebih berprasangka
terhadap) gay men dan lesbian (Haddock dkk dalam Nelson, 2002)."
2004
S3369
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjung, Shafwan Adi Purwara
"ABSTRAK
Mahasiswa adaiah mahluk sosial, yang berarti mereka ditakdirkan untuk
hidup bersama-sama dengan yang lain. Hubungan dengan orang Iain ini
kemudian akan berkembang dari hubungan dengan anggota keluarga, menjadi
hubungan dengan orang Iain dalam Iingkungan bermasyarakat. Pada saat
seorang manusia menginjak masa remaja, biasanya akan timbul persaan
tertarik pada Iawan jenisnya. Akan tetapi, dalam masyarakat ditemukan juga
hubungan antar jenis seks yang sama yaitu, wanita dan wanita atau pria dan
pria yang biasa disebut hubungan homoseksual.
Hubungan Pasangan sejenis ini cederung dianggap sebagai sesuatu
yang menyimpang karena hubungan ini ternyata sudah melibatkan keseluruhan
aspek yang ada pada diri individu, termasuk aspek emosi dan pemuasan
kebutuhan seksual seperti halnya pada hubungan intim antara pria dan wanita.
Karena dianggap sebagai perbuatan menyimpang maka orang yang memiliki
perilaku homoseksual ini ,masih merasa sebagai bagian dari sebuah
masyarakat minoritas yang harus dikucilkan.
Namun sepertinya belakangan ini, kaum homoseksual sudah
mulai terbuka dalam melakukan aktivitasnya, seperti adanya perkawinan
dimana istri atau suaminya adalah seorang homoseks atau adanya suatu
organisasi kelompok homoseksual yang terdiri dari berbagai Iapisan
masyarakat.
Melihat pada data diatas, terlihat bahwa kondisi sosiai di Indonesia
pada dasarnya belum sepenuhnya mengakui bentuk hubungan homoseksual,
namun disisi lain data-data menunjukkan bahwa bentuk hubungan homoseksual
ini makin muncul walaupun secara tertutup.
Mahasiswa yang dianggap sebagai sebuah kelompok yang memiliki
inielektual dan dianggap lebih peka terhadap masalah dilingkungan
memungkinkan adanya kemampuan merespons setiap gejala dan segala
fasilitas sosial berdasarkan objektifitas akademis yang ada. Disisi iain mahasiswapun memiliki nilai-nilai dan norma~norma serta kebiasaan inteleklual
yang akan menimbulkan derajat penerimaan seseorang dalam melakukan
hubungan interpersonal.
Mengapa peneliti tertarik dalam hal lni, karena menurut Bogardus
(1954) kontak dan interaksi sosial antara individu dan atau kelompok seringkali
dapat membuka peluang bagi keduanya untuk menjalin hubungan sosial.
Hubungan yang terjadi ini dapat berupa hubuungan ?kedekatan? maupun
'kejauhan'. Kejauhan ini terlihat bila individu memiliki pengertian simpatik yang
rendah terhadap anggota sesbuah kelompok tertentu. 'Kedekatan itu baru ada
bila individu menunjukkan pengertian simpatik yang besar.
Masalah homoseksual seperti yang telah dijelaskan diatas merupakan
salah satu fenomena sosial yang ada di sekitar kita. Selain itu perilaku
homoseksual ini juga masih dianggap sebagai perbuatan yang menyimpang
dan mempunyai resiko untuk mengalami hambatan dalam penerimaan sosial di
dalam masyarakat. Oleh karena itu secara Iebih terarah peneliti ingin
menjajagi dan melihat bagaimana penerimaan mahasiswa terhadap para
homoseksual.
Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa (pria dan wanita) dan
untuk mengetahui penerimaan mahasiswa terhadap kaum homoseksual,
peneliti menggunakan skala Bogardus yang terdirl dari 8 buah pernyataan yaitu
menerima sebagai suami/istri, anggota keluarga karena perkawinan, sahabat
karib, teman kuliah, teman biasa, tetangga, tamu dan menolak hubungan
apapun.
Alat yang sudah siap ini kemudian diberikan pada responden
mahasiswa yang kuliah disekitar Jakarta dan Depok. Setelah seluruh
kuesioner terkumpul, maka dilakukan analisa dan interpretasi hasil. Teknik
pengolahan data yang dilakukan adalah dengan menghitung besar frekwensi
dan persentase dari tiap-tiap pernyataan dari skala jarak sosial yang
diberikan. Untuk melihat gambaran banyaknya subjek digunakan cross
tabulation dari SPSS for windows release 6.0. Sementara hasil tambahan dari
penelitian ini dihitung dengan rumus chi-square dari SPSS for Windows release
6.0.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa rata-rata mahasiswa yang
merupakan sampel dari penelitian ini dapat menerima kehadiran kaum
homoseksual disekeliling dirinya. Berdasarkan frekwensi yang diperoleh dari
dari penelitian ternyata frekwensi terbesar adalah menerima sebagai teman
kuliah diikuti oleh teman biasa, , sahabat karib, tetangga, tamu, anggota
keluarga karena parkawinan dan sebagai suami/istri.
Saran untuk penelilian selanjutnya adaiah agar memperluas sampel
penelitian serta Iebih proporsional perbandingannya sehingga hasilnya bisa
Iebih jelas dan dapat diolah lebih rinci."
2000
S3008
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Routledge, 1995
306.76 Gay
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ezra Ollyn C.
"Keberadaan homoseksual di Indonesia masih belum dapat diterima. Masyarakat masih menganggap homoseksual sebagai sebuah gangguan. Bentuk penolakan ini jika diinternalisasi dapat memberikan dampak negatif bagi harga diri seseorang. Padahal harga diri merupakan komponen esensial bagi kesehatan mental seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan harga diri laki-laki heteroseksual dan homoseksual di Indonesia. Penelitian di Barat menunjukkan bahwa kelompok seksual minoritas (homoseksual) memiliki harga diri yang lebih rendah dibandingkan heteroseksual. Subyek dalam penelitian ini adalah laki-laki heteroseksual dan homoseksual yang berusia antara 20-40 tahun. Harga diri diukur dengan menggunakan Coopersmith Self Esteem Inventory. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laki-laki homoseksual memiliki harga diri yang lebih rendah dibandingkan laki-laki heteroseksual.

The presence of homosexuals in Indonesia is still not acceptable. Society still regards homosexuality as a disorder. This form of rejection when internalized can adversely affect a person's self esteem. Whereas self-esteem is an essential component for one's mental health. This study aimed to see differences in self-esteem in heterosexual men and homosexual in Indonesia. Research suggests that sexual minority groups (homosexuals) have a lower self-esteem than heterosexuals. The subjects in this study were heterosexual men and homosexual age 20-40. Self-esteem was measured using the Coopersmith Self Esteem Inventory. The results showed that homosexual men have a lower self-esteem than heterosexual men."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45022
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erol Kurniawan
"ABSTRAK
Path sebagai platform media sosial banyak digunakan oleh kelompok homoseksual di Indonesia untuk mengekspresikan homoseksualitas. Secara umum kelompok homoseksual di Indonesia masih mengalami kesulitan untuk mengekspresikan diri di ruang publik. Hal ini dikarenakan homoseksualitas masih dianggap sebagai penyimpangan seksual dan perbuatan dosa sehingga visibilitasnya di ruang publik masih rentan dengan berbagai bentuk kekerasan. Akan tetapi, di tengah berkembangnya wacana-wacana dominan yang terus diproduksi untuk memarginalisasi kelompok homoseksual, Path hadir sebagai ruang publik baru yang menawarkan privasi bagi penggunanya untuk bebas menyuarakan diri tanpa harus khawatir akan serangan dari pihak-pihak yang menentang eksistensi mereka. Penelitian ini mengambil studi kasus terhadap dua akun Path homoseksual Indonesia yang mengunggah konten-konten homoseksualitas. Penelitian ini mengungkap bagaimana homoseksualitas direpresentasikan di media sosial Path dan melihat bagaimana media sosial ini digunakan oleh mereka untuk mengafirmasi dan mengkontestasi wacana-wacana dominan yang memarginalisasi kelompok homoseksual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum homoseksualitas di Indonesia masih direpresentasikan dengan cara yang sangat normatif. Di sisi lain, usaha untuk mensubversi wacana-wacana heteronormativitas juga ditemukan di media sosial Path melalui unggahan-unggahan yang ditujukan kepada wacana agama dan wacana biomedis.

ABSTRACT
As a social media platform, Path is now mostly utilized by many Indonesian gay men to express homosexuality. In general, Indonesian gay men are unable to express their sexuality in public space since homosexuality is still perceived as sexual disorder and sinful sexuality. Therefore, they tend to experience various kinds of violence if they appear in public space. Amongst the discourses on homosexuality frequently produced and constructed to marginalise homosexual people, Path appears as a new public sphere which offers privacy to its users to actively voice their interests without having to worry about the other parties trying to oppose their existence. Two active gay Path users are taken as case study in this research. Both are active in sharing homosexuality related contents in their Path accounts. This research also reveals how homosexuality is articulated in Path and examines how far Path as a social media platform is used to affirm and contest the dominant discourse on homosexuality in Indonesia. Reserach findings show that, in general, homosexuality is still articulated in a very normative way similar to heterosexuality. In one side, some attempts to subvert heteronormativity are also identified in this research through shared contents which are addressed to religion and bio medical discourses."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T50223
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizah Resti Permata
"Remaja homoseksual sangat rentan mengalami diskriminasi dari teman sebaya yang berdampak remaja mengalami depresi, harga diri rendah, perilaku kekerasan, dan percobaan bunuh diri. Diskriminasi terjadi karena keyakinan yang negatif terhadap homoseksual yang berawal dari minimnya pengetahuan tentang homoseksual. Penelitian yang menggunakan desain deskriptif sederhana bertujuan menggambarkan tingkat pengetahuan remaja tentang homoseksual.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 76,8% remaja SMA memiliki tingkat pengetahuan yang kurang dan 23,2% memiliki tingkat pengetahuan yang cukup. Penelitian ini memberikan rekomendasi untuk penelitian yang lebih lanjut mengenai tingkat pengetahuan yang dihubungkan dengan sikap remaja terhadap homoseksual untuk pencegahan dini gangguan psikososial pada remaja.

Homosexual teens are vulnerable to discrimination from other teens that resulted depression, low self-esteem, violent behavior, and suicide attempts. Discrimination in homosexual teens occurs because of the negative beliefs toward homosexual and this beliefs stems from the lack of knowledge about homosexuality. Descriptive study using simple descriptive design aims to describe the level of knowledge about homosexual teens.
The result showed that as many as 76.8% of teens who had lack the knowledge level and 23.2% who had sufficient level of knowledge. This study gives recommendation for further research regarding the level of knowledge about homosexual teens associated with the attitudes toward homosexuals for early prevention of violent behavior, depression, low self-esteem, and suicide risk in adolescents.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47304
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Adihartono Reksodirdjo
"Since the sexual revolution began in Europe,the sexual discourse i.e.homosexuality, lesbianism, bisexuality and transexuality could be a scientific discourse and many scholars start doing research this area. The development of sexual revolution is also bring up the movement of homosexual revolution communities.Thia thesis describe and analize the same sex marriage policy in the Netherlands,Belgium and Spain from the interational perspective..The Netherlands is one of the European states which is having a free and liberal sexual tradition because the government could accomodate the sexual attitude into non-bias gender policy.The legalization of homosexuality in the Netherlands took by the French through "French Napoleonic code 1811. The code explained that the liberation and marriage of homosexuality itsguarantee by policy.This code is follow by the Dutch government and they make a non-bias gendewr policy such as same sex marriage policy and also Prostitution policy.From the democracyn theory ,it is visible that the Netherlands have a sexual social democracy because they give the tolerance for the another aspiration,expression,the difference and human right. The liberal democration in the Netherlands,it should be like a pioner for the other Europen countries.After dutch government legalize the same sex marriage policy in 2001, belgium is also legalize it in 2003.One of the European countries which is surprised all over the world is Spain.Spain is the country in the Mediterranian bay which have a strong catholic tradition,but the Spanish government could accoudate the homosexual communities with the same sex marriage policy in 2005"
2007
JKWE-III-1-2007-139
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Adihartono Reksodirdjo
"Since the sexual revolution began in Europe, the sexual discourse i.e. homosexuality, lesbianism, bisexuality and transexuality could be a scientific discourse and many scholars start doing research this area. The development of sexual revolution is also bring up the movement of homosexual revolution communities.
This thesis describes and analyzes the Same Sex Marriage Policy in the Netherlands, Belgium and Spain from the international perspective. The Netherlands is one of the European states which is having a free and liberal sexual tradition because the government could accommodate the sexual attitude into non-bias gender policy. The legalization of homosexuality in the Netherlands took by the French through "French Napoleonic Code at 1811. The code explained that the liberation and marriage of homosexuality is guarantee by policy. This Code is follow by the Dutch government and they make a non-bias gender policy such as Same Sex Marriage Policy and also Prostitution Policy. From the democracy theory, it is visible that the Netherlands have a "Sexual Social Democracy" because they give the tolerance for another aspiration, expression, the difference and human rights.
The liberal democration in the Netherlands, it should be like a pioneer for the other European countries. After Dutch government legalizes the Same Sex Marriage Policy in 2001, Belgium is also legalizing it in 2003. One of the European countries which is surprised all over the world is Spain. Spain is the country in the Mediterranean bay which has a strong Catholic tradition, but the Spanish government could accommodate the homosexual communities with the Same Sex Marriage Policy in 2005. From this point of view, the Netherlands it should be use a "latent" ideology to marketization their liberal democration. This pattern is one of the contemporary powers at the global era which is named Soft Power. This power is like a psychological power because they use values, morals and cultures as a dominant power. The method is to promote the attractive values and cultures, not with the repression but with the persuasion and argumentation.
The method of this research is descriptive. After describing the whole problems then we analyze it from the cases. In the mean time, the data's research technique of this thesis is from books, scientific journals, newspapers, the documents and internet.
In brief, this thesis analyzes the Same Sex Marriage Policy in the Netherlands, Belgium and Spain, complete with the international debates regarding this policy. On chapter 4 and 5, the researcher make a differentiation between homosexual communities in Europe and Indonesia, and this differentiation will be a challenge to advocate them to achieve their rights as a human being.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T18768
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shibutani, Tamotsu
Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall, 1961
301.15 SHI s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Alvina Rahmawati
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran keluhan sesuai Infeksi Menular Seksual (IMS), gambaran perilaku berisiko waria dalam penularan IMS dan hubungan antara keduanya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan desain studi potonglintang. Partisipan penelitian sebanyak 48 waria binaan Puskesmas Kedung Badak Kota Bogor. Sebagian besar waria berada pada usia lebih dari 29 tahun, pendidikan terakhirnya SMA, belum menikah, dan homoseksual. Sebanyak 14,6% waria mengalami keluhan sesuai IMS. Berdasarkan hubungan keduanya, diketahui bahwa status pernikahan dan pemakaian NAPZA suntik memiliki hubungan yang signifikan dengan timbulnya keluhan sesuai IMS.

The purpose of this research is to overview symptoms in sexually transmitted infestions (STIs), risk behaviours in STI among Kedung Badak Health Cares patronage transvestities, and indicate the correlation between risk behaviour and the symptoms. This research uses quantitative method with crossectional design. The participants of this research consist of 48 Kedung Badak Health Cares patronage transvertism. The majority of transgender is more than 29 years old, the last education is SHS, unmarried, and homosexual. This research indicate that 14,6% transgender show the symptoms of STIs. The correlation has significant in marriage status and drug injections use.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47198
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>