Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129046 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indra Notowidigdo
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3336
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Achaddiani Tjahjaningsih
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1990
S2528
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lea Santiar Saat
"Skripsi ini adalah skripsi linguistik bahasa Jepang dengan tema Data Kerja Majemuk Bahasa Jepang (Nihongo no Fukugodoshi). Dalam bahasa Jepang terdapat kata kerja majemuk (fukugodoshi), yaitu kata kerja yang terdiri dari 2 unsur pembentuk atau lebih. Seorang ahli linguistik Jepang, Nomura Masaaki berpendapat bahwa unsur pembentuk fukugodoshi dapat terdiri unsur-unsur sebagai berikut a. Noun + Verb; b. Adjective + Verb; c. Verb + Verb. Dalam skripsi ini secara khusus penulis membahas fukugodoshi dengan unsur pembentuk Verb + Verb, dengan lambang V1V2. Data-data untuk penelitian diambil dari buku Nihongo I dan Nihongo II yang dikeluarkan oleh Tokyo Gaikokugo Daigaku Fuzoku Nihongo Gakko, Jepang. Tujuan penulisan skripsi ini adalah mencari hubungan antara unsur-unsur pembentuk fukugodoshi dengan fukugodoshi yang dibentuknya. Penelitian ini dilakukan secara morfolo_gis dan semantis. Penelitian morfologis dilakukan untuk mengetahui pembentukan fukugodoshi, sedangkan penelitian semantis dilakukan untuk mengetahui apakah arti fukugodoshi mengandung arti kedua unsur pembentuknya, atau apakah arti fukugodoshi merupakan arti bentukan yang tidak dipengaruhi oleh arti unsur pembentuknya, atau apakah diantara unsur pembentuknya terdapat salah satu komponen yang berfungsi se_bagai kata bantu kata kerja Pertama-tama penulis mencoba meneliti pembentukan fukogodoshi (penelitian morfologis). Pembentukan fukugodo_shi adalah sebagai berikut: V1 + V2 = fukugodoshi (V1V2) dimana VI bergabung dengan V2 dalam bentuk renyokei atau lebih sering dikenal dengan sebutan bentuk masu. Contoh: kangae(masu)komu ii(masu)tsutaeru; Dari hasil penelitian semantik, penulis mengelompokkan fukugodoshi menjadi 5 kelompok. a. Fukugodoshi dimana V1 tidak memberikan artinya kepada keseluruhan anti fukugodoshi. Arti keseluruhan fukugodoshi dibentuk hanya oleh V2. b. Fukugodoshi dimana V1 maupun V2 sama-sama memberikan artinya pada fukugodoshi yang dibentuknya. Arti fukugodoshi dapat diuraikan dengan pola: V1 /V1shite V2 suru , artinya melakukan V1 kemudian melakukan V2. Fukugodoshi dimana VI berdiri sebagai objek. Fukugodoshi dimana VI berdiri sebagai keterangan. d. Fukugodoshi dimana kompononen pembentuk fukugodoshi VI maupun V2 mengalami pergeseran arti dalam proses membentuk arti fukugodoshi. e. Fukugodoshi dimana komponen pembentuknya tidak memberikan artinya pada arti fukugodoshi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S13727
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kania Dea Paramita
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan antara pemain musik klasik yang tampil secara solo, duo dan trio atau lebih dalam hal kecemasan performa musikal. Responden dalam penelitian ini adalah 90 murid sekolah musik di wilayah Jabodetabek yang pernah melakukan penampilan musik klasik. Kecemasan performa musikal diukur menggunakan alat ukur Kenny-Musical Performance Anxiety Inventory yang dikonstruksi dan dikembangkan oleh Kenny (2006). Hasil dari Penelitian ini adalah tidak adanya perbedaan tingkat kecemasan performa musikal yang signifikan antara pemain musik klasik yang tampil secara solo, duo, dan trio atau lebih.

The aim of this research is to find if there are any differences between classical music players who perform solo, duo, and trio or more in the matter of their musical performance anxiety. Respondents for this study are 90 music school students in Jabodetabek who has performed in a classical music performance. Musical Performance Anxiety is measured by Kenny-Musical Performance Anxiety Inventory constructed and developed by Kenny (2006). This research found that there is no level difference of musical performance anxiety between classical music players who perform solo, duo, and trio or more."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45965
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhila Nuhanisa Radian
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara trait emotional intelligence dengan lamanya individu mengikuti pendidikan musik klasik. Dalam Data diambil dari sekolah musik yang secara khusus mengajarkan musik klasik. Penelitian ini menggunakan partisipan sebanyak 52 orang, dengan lama belajar musik klasik minimal 5 tahun. Untuk mengukur trait emotional intelligence, penulis menggunakan Trait Emotional Intelligence-Short Form (TEIQue-SF) yang dikembangkan oleh Petrides dan Furnham. Hasil dari penelitian menunjukkan ada korelasi yang signifikan sebesar 0.397 antara trait emotional intelligence dengan lamanya individu mengikuti pendidikan musik klasik.

The objective of this study is to find out the relationship between trait emotional intelligence and the length of classical music education. Participants were taken from music schools which are specilized in teaching classical music. This study involved 52 participants, with at least 5 years of classical music training. Trait emotional intelligence was measured by Trait Emotional Intelligence-Short Form (TEIQue-SF) that developed by Petrides and Furnham. The result showed that there was a 0.397 significant relationship between trait emotional intelligence and length of classical music training.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55313
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Celine Ayunda Meirani
"Studi ini meneliti dinamika kompleks yang membentuk niat partisipasi berkelanjutan orang tua dalam pendidikan musik anak-anak mereka, dengan fokus pada peran nilai yang dirasakan, kepercayaan, keterlibatan orang tua, dan efek mediasi dari motivasi dan keterlibatan anak-anak. Berdasarkan sampel 165 pasang orang tua dan siswa berusia 6- 16 tahun yang sedang mengikuti pelajaran musik di Indonesia, data dikumpulkan melalui survei online. Temuan menunjukkan pengaruh langsung yang signifikan dari nilai yang dirasakan orang tua terhadap niat partisipasi berkelanjutan mereka, dengan kepercayaan dan keterlibatan orang tua sebagai mediator dalam hubungan ini. Namun, motivasi dan keterlibatan anak-anak dinyatakan tidak memediasi hubungan ini. Meskipun begitu peneliti menyoroti interaksi yang rumit antara konstruk-konstruk ini. Temuan ini menegaskan pentingnya memupuk kepercayaan dan keterlibatan orang tua yang aktif dalam program pendidikan musik anak-anak untuk menjaga keterlibatan orang tua dari waktu ke waktu dan meningkatkan motivasi dan keterlibatan anak dalam belajar musik. Implikasi bagi pendidik musik dan peneliti dibahas, dengan saran untuk meningkatkan dukungan dan keterlibatan orang tua dalam perkembangan musikal anak-anak.

This study examines the complex dynamics that shape parents' intentions for continued participation in their children's music education, focusing on the roles of perceived value, trust, parental involvement, and the mediating effects of children's motivation and engagement. Based on a sample of 165 pairs of parents and students aged 6-16 years who are taking music lessons in Indonesia, data were collected through an online survey. The findings show a significant direct impact of parents' perceived value on their intention for continued participation, with trust and parental involvement acting as mediators in this relationship. However, children's motivation and engagement were found not to mediate this relationship. Despite this, the researchers highlight the complex interactions among these constructs. These findings underscore the importance of fostering trust and active parental involvement in children's music education programs to sustain parental engagement over time and to enhance children's motivation and engagement in learning music. Implications for music educators and researchers are discussed, with suggestions to enhance parental support and involvement in children's musical development."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria A. Mutiacandra
"ABSTRAK
Prestasi matematika merupakan gambaran obyektif dari kecakapan dan
keterampilan matematika, yang dalam banyak bagiannya menuntut kecakapan
dan keterampilan bekerja dengan simbol sebagai suatu bentuk bahasa.
Sementara itu diketahui bahwa prestasi matematika dipengaruhi oleh banyak
faktor, antara Iain inteligensi dan status sosial-ekonomi.
Beberapa penelitian menunjukkan hasii meningkatnya prestasi matematika
secara umum, serta ingatan numerik dan verbal secara khusus, setelah anak
mendapat Iatihan musik secara teratur, sistematis dan terstmktur. Selain itu,
sudah sejak lama kegiatan musik digunakan sebagai alat terapi kesulitan belajar.
Secara urnum, kegiatan musik dapat merangsang perkembangan kognitif, afektif,
motorik, dan sosial anak.
Ditinjau dari penjelasan neuro-psikologi, belajar musik berarti mengaktifkan
hemisphere kanan otak dan menambah ketebalan corpus callosum, yang
menjembatani hemisphere kanan dan kiri. Pengaktifan hemisphere kanan akan
mengakibatkan aktifnya hemisphere kiri, yang merupakan pusat pengolahan
bahasa dan Iogika, yang penting untuk belajar matematika. Dilihat dari proses
belajar menurut Bruner, belajar musik berarti belajar bekerja dan berpikir dengan
simbol dalam bentuk notasi musik. Secara alami, sifat musik lebih bebas dan
menyenangkan, sehingga diharapkan terjadi transfer sikap dan prinsip berpikir
dari bidang musik kepada matematika. Karena belajar sendiri merupakan
proses, diduga bahwa lamanya belajar musik memiliki peranan yang cukup besar
dalam meramalkan prestasi matematika anak.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi matematika yang dilihat
dari rata-rata nilai ulangan formatif dan sumatif subyek, sementara variabel
bebasnya adalah belajar musik, yang dilihat dari Iamanya subyek mengikuti
kegiatan belajar musik. Variabel-variabel sekunder yang pada pengolahan data
diperlakukan sebagai variabel bebas tambahan adalah inteligensi yang dilihat
dari skor mentah tes Raven's Standard Progressive Matrices, dan status sosial-
ekonomi yang dilihat dan besarnya pengeluaran keluarga subyek per bulan.
Subyek penelitian adalah murid kelas VI SD yang berusia kira-kira 12 tahun.
pernah belajar musik, tapi tidak pernah mengikuti pelajaran tambahan
matematika. Dari 5 Sekolah Dasar di Jakarta, diperoleh 113 subyek. Alat
penggali data yang digunakan adalah tes Raven's SPM, kuesioner yang diisi oleh
subyek, kuesioner yang diisi oleh orang tua subyek, dan data nilai matematika
dan guru.
Pengolahan data dengan teknik perhitungan multiple regression analysis
secara hirarkis menunjukkan bahwa lamanya subyek belajar musik tidak dapat
sacara signifikan meramalkan prestasi matematika, pada los. 0.05. Namun
melalui perhitungan t-test dengan los. 0.05 diperoleh hasil-hasil: (1) Tidak
terdapat perbedaan prestasi matematika antara kelompok subyek yang belajar
musik kurang dari setahun dengan kelompok subyek yang belajar musik selama
minimum satu tahun. (2) Tidak terdapat perbedaan prestasi matematika antara
kelompok subyek yang belajar musik kurang dari enam tahun dengan kelompok
subyek yang belajar musik selama minimum enam tahun. (3) Tidak terdapat
perbedaan prestasi matematika antara kelompok subyek yang menguasai not
balok dengan kelompok subyek yang tidak menguasai not balok. (4) Terdapat
perbedaan prestasi matematika yang signifikan antara kelompok subyek yang
menguasai not balok dan not angka, dengan kelompok subyek yang sama sekali
tidak menguasai not balok dan not angka.
Diskusi dan saran berdasarkan hasil penelitian ini menyangkut karakteristik
dan proporsi subyek, desain penelitian, serta atat ukur untuk masing-masing
variabel yang terkait."
1999
S2789
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianipar, Tarida S.
"Musisi adalah orang yang mencipta, memimpin, atau menampilkan musik (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989; (\v\vw.wikipedia.org). Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa menjadi seorang musisi perlu memiliki keterampilan bermusik. Keterampilan bermusik tidak hanya diperoleh karena bakat musik, tetapi juga diperoleh karena pengalaman, tugas, motivasi, dan proses belajar yang mendukung (Sloboda, 1994b). Perbedaan suatu keterampilan bermusik itu dapat dilihat dari peforma musik, seperti performa musik pada musisi klasik dan musisi jazz. Perbedaan yang mendasar dari kedua musisi itu adalah improvisasi, yaitu penuangan ide atau mood yang terjadi secara spontan. Musisi klasik dituntut untuk memainkan partitur komposisi secara tepat dan akurat. Ekspresi musik dituangkan melalui improvisasi berupa interpretasi dari komposisi itu harus terpaku pada notasi musik. Sedangkan musisi jazz diharapkan melakukan improvisasi untuk mengembangkan kreativitas dan keterampilan teknik musik (Reimann, 2003). Hal ini menimbulkan ketertarikan bagi penulis untuk melakukan penelitian mengenai gambaran respon musik terhadap rangkaian melodi pada musisi piano klasik dan musisi piano jazz. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui metoda wawancara dan observasi terhadap tujuh subjek penelitian yang terdiri dari tiga musisi piano klasik dan tiga musisi piano jazz. Pedoman wawancara dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan berdasarkan teori respon musik yang dikemukakan oleh Copland (1955), Wingell (1983), dan Denecke (1997) yang terdiri dari respon fisik (respon yang berhubungan dengan gerak tubuh), respon musik tingkat sensori atau respon afektif (respon yang berhubungan dengan perasaan yang muncul pertama kali tanpa berpikir), respon musik tingkat asosiatif (respon musik yang berhubungan dengan imajinasi, memori, dan pengalaman masa lalu), respon musik tingkat ekspresif (respon musik yang berhubungan dengan kekuatan ekspresif atau makna dari musik), respon musik tingkat musikal (respon musik yang berhubungan dengan kesadaran terhadap musik dan yang terjadi di dalam musik itu sendiri). Respon musik yang akan dilihat adalah respon musik ketika mendengarkan rangkaian melodi dan respon musik ketika menampilkan performa musik. Selain itu, penelitian ini juga hendak melihat performa musik yang ditampilkan oleh musisi klasik dan musisi Jazz. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah musisi klasik dan musisi jazz memiliki persamaan dalam memberikan respon fisik dan respon musik tingkat sensori atau respon afektif. Persamaan ini diungkapkan oleh masingmasing musisi mengenai hal-hal yang mereka rasakan yang berhubungan dengan kedua respon musik tersebut ketika mendengarkan rangkaian melodi dan ketika menampilkan performa musik dari rangkaian melodi. Selain itu, hasil lain yang ditemukan adalah musisi klasik dan musisi jazz memiliki perbedaan dalam memberikan respon musik tingkat asosiatif, respon musik tingkat ekspresif, dan respon musik tingkat musikal. Ketiga respon musik ini adalah respon musik yang sudah memiliki tingkat lebih tinggi dari dua respon musik sebelumnya, karena tidak hanya sekedar menikmati musik saja. Hal ini menunjukkan bahwa musisi klasik memiliki imajinasi, ekspresi, dan pengamatan terhadap musik yang berbeda dengan musisi jazz sehingga tidak mengherankan mereka memiliki gaya performa musik yang berbeda. Untuk penelitian lanjutan, disarankan agar observasi dilakukan dengan menggunakan alat bantu seperti kamera-video. Selain itu, untuk penelitian lanjutan dapat dilakukan penelitian persepsi musik pada musisi yang memiliki keahlian bermain instrumen musik lain. Saran praktis dari penelitian ini adalah sebaiknya dikembangkan pengajaran musik mengenai kemampuan mendengarkan musik dan memberikan respon musik yang dapat membantu peserta didik untuk lebih memiliki tingkat musikalitas yang baik."
2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>