Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186249 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Udin Yulianto
"ABSTRAK
Untuk meningkatkan profesionalisme Polri, pimpinan Polri berusaha
meningkatkan kualitas sumber daya manusia anggotanya melalui pendidikan,
terutama pendidikan yang bersifat akademis. Untuk itu pimpinan Polri
memberikan kesempatan pada anggotanya untuk melaksanakan pendidikan di
Perguruan Tinggi. Anggota Polri yang melaksanakan pendidikan di Perguruan
Tinggi dibedakan menjadi dua kelompok yaitu kelompok anggota Polri yang
melaksanakan tugas belajar dan anggota Polri yang mendapatkan ijin belajar dari
pimpinan Polri. Masing-masing kelompok tentu mempunyai motivasi meraih
sukses dan motivasi menghindari kegagalan yang berbeda-beda dalam
melaksanakan belajarnya, karena kedua kelompok tersebut mendapatkan tugas
dan perlakuan yang berbeda dari pimpinannya
Dalam kaitan itu semua, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara kecenderungan meraih
sukses dan kecenderungan menghindari kegagalan anggota Polri yang
melaksanakan tugas belajar dan ijin belajar di Perguruan Tinggi.
Penelitian ini mengunakan sampel sebanyak 70 orang, dengan perincian
35 orang dari anggota Polri tugas belajar dan 35 orang lainnya dari anggota Polri
yang ijin belajar. Pengambilan sampel menggunakan metode incidental sampling.
Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner skala kecenderungan
berprestasi yang terdiri dari motif meraih sukses dan motif menghindari kegagalan
yang diadaptasi dari Mehrabian dan ditambah beberapa item hasil elisitasi.
Pengolahan data dengan menggunakan analisis mean dan t-test.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa motivasi meraih sukses antara
anggota Polri yang melaksanakan tugas belajar dan anggota Polri yang ijin belajar
berbeda secara signifikan, yaitu lebih tinggi anggota Polri yang melaksanakan
tugas belajar. Demikian pula dengan motivasi menghindari kegagalannya.
Dengan hasil yang demikian, penelitian ini memberikan gambaran bahwa
motivasi meraih sukses dan motivasi menghindari kegagalan anggota Polri yang
tugas belajar dan anggota Polri yang ijin belajar berbeda secara signifikan.
Perbedaan tersebut dipengaruhi antara lain oleh faktor perbedaan tugas dan
perbedaan perlakuan yang diterima kedua kelompok tersebut.
Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar menggunakan pendekatan
gabungan antara kualitatif dan kuantitatif, agar diperoleh data yang lebih
mendalam, sehingga hasil penelitian lebih sempurna."
2003
S3195
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3282
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Tabah
Jakarta: Mitra Hardhasuma, 2002
363.2 ANT m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hairil Susanto
"ABSTRAK
Institusi kepolisian adalah penegak hukum sebagai salah satu dari komponen
criminal justice system. Kriminalitas erat hubungannya dengan tugas Reserse sebagai
salah satu fungsi teknis operasional kepolisian yang mengemban tugas dalam
penegakan hukum yaitu investigasi kriminalitas yang artinya adalah serangkaian
tindakan penyidikan pada setiap perbuatan yang terbukti melanggar hukum pidana.
Rangkaian tindakan Reserse itu disebut tindakan represif yang terdiri dari
penyelidikan, pemanggilan, penangkapan, pemeriksaan, penggeledahan, penyitaan,
penahanan, dan penyerahan berkas perkara.
Tugas investigasi kriminalitas Reserse sebagai polisi membutuhkan kehadiran
langsung seorang polisi/Reserse yang tidak dapat digantikan oleh tehnologi yang
paling canggih sekalipun (Kunarto, 1995), sebab sumber dasar kepolisian adalah
manusianya, tehnologi hanyalah sebagai alat bantu dalam melaksanakan tugas
kepolisian (Bayley, 1994). Sebagai penyidik kejahatan dan penegak hukum, Reserse
merupakan pekerjaan yang berkaitan kejahatan dan kekerasan yang dapat
menimbulkan stres. Beberapa aspek pekerjaan polisi/Reserse yang dapat
menimbulkan stres yaitu sistem pengadilan, administrasi kepolisian, sarana/peralatan,
hubungan dengan masyarakat, sistem pergantian tugas, tanggung jawab terhadap
tugas dan keterpisahan sosial (Kroes, Margolis, dan Hurrel, 1974).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumber stres dan coping stres
anggota Reserse dalam tugas investigasi kriminalitas di Jakarta serta strategi coping
apa yang paling banyak digunakan. Metode pengambilan sampel penelitian ini adalah
non-probability sampling dengan teknik purpusive sampling. Desain penelitian ini
bertipe non experimental design yang bersifat ex posi facto field study yang dilakukan
di Polda Metro Jaya dan jajarannya dengan subyek 146 orang anggota Reserse Polri.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sumber stres anggota Reserse Polri
dalam tugas investigasi kriminalitas di Jakarta berdasarkakan intensitasnya berturutturut
yaitu: administrasi kepolisian, tanggung jawab terhadap tugas, sistem pergantian
dalam tugas, hubungan dengan masyarakat, sistem pengadilan, keterpisahan sosial,
dan yang terahir sarana dan prasarana.
Strategi coping yang digunakan anggota Reserse Polri dalam tugas
investigasi kriminalitas di Jakarta yaitu Problem-Focused Coping. Emotion-Focused
Coping, dan Maladaptive Coping. Problem-Focused Coping lebih banyak digunakan
oleh anggota Reserse Polri dalam tugas investigasi kriminalitas di Jakarta, kemudian
diikuti Emotion-Focused Coping dan Maladaptive Coping. "
2003
S3247
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prasetyo Dwi Laksono
"Sejarah panjang Kepolisian Negara Republik Indonesia telah membentuk sikap dan perilaku anggota Polri cenderung militeristik dan merugikan masyarakat. Integrasi Polri dengan ABRI selama Orde Baru ternyata membawa dampak buruk terhadap kineija Polri di masyarakat. Polri cenderung bertindak sebagai aparat penguasa yang melindungi kepentingan pemerintah dan mengabaikan kepentingan masyarakat. Pada tanggal 1 April 1999 Polri resmi berpisah dari ABRI dan kemudian pada tanggal 1 Juli 2000 Polri benar-benar menjadi lembaga independen dibawah Presiden (Polri Mandiri). Perubahan ini kemudian membawa dampak kepada perubahan paradigma Polri dari kecenderungan mengabdi pada kepentingan penguasa menjadi institusi sipil yang mengabdi kepada masyarakat (civilian police). Berbagai kebijakan dan strategi Polri Mandiri yang gencar digalakkan Polri merupakan salah satu upaya Polri dalam memaksimalkan peran, fungsi dan tugasnya sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan sikap anggota Polri dan masyarakat terhadap Polri Mandiri. Sampel diambil menggunakan metode non probability sampling dengan teknik Occidental sampling, dengan jumlah sampel 200 orang yang terdiri dari 100 anggota Polri dan 100 masyarakat. Untuk melihat perbedaan sikap tersebut dilakukan perhitungan t-test for independent sample pada skor rata-rata sikap masing-masing kelompok. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan perbedaan sikap yang signifikan antara anggota Polri dan masyarakat terhadap Polri Mandiri.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa anggota Polri mempunyai kecenderungan sikap yang favorable terhadap Polri Mandiri, sedangkan masyarakat mempunyai kecenderungan sikap yang unfavorable terhadap Polri Mandiri. Perbedaan ini disebabkan karena adanya beberapa faktor yang berpengaruh dalam pembentukan sikap seperti pengalaman langsung masyarakat ketika berurusan dengan polisi, pengaruh orang lain, media massa dan juga faktor-faktor emosional. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya perbedaan sikap antara anggota Polri dan masyarakat terhadap Polri Mandiri adalah indentitas sosial, faktor ingroupoutgroup, dan juga prasangka kelompok."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3340
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Wasono
"ABSTRAK
Polri merupakan salah satu fungsi pemerintahan negara yang memiliki
tugas dalam bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak
hukum, perlindungan dan pelayanan masyarakat masyarakat (ps. 2 UU RI No.2,
2002 tentang Polri). Oleh karena itu tugas Polri tidaklah mudah karena harus
selalu berhubungan dengan masyarakat sehingga menuntut setiap anggota Polri
untuk memiliki kemampuan dan profesional yang tinggi (Kunarto,1997).
Salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalisme Polri yaitu dengan
membagi tugas Polri dalam 5 fungsi teknis kepolisian, diantaranya adalah fungsi
Reserse dan fungsi Sabhara yang memiliki tugas dan peranan yang berbeda.
Reserse dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari lebih cenderung bersifat Represif
(penindakan) sedangkan Sabhara, lebih menjurus pada tindakan yang bersifat
pencegahan (Kunarto, 1997).
Walaupun terdapat adanya perbedaan dalam peran maupun tugas, pada
dasarnya setiap anggota polisi memiliki tugas untuk memberikan pelayanan pada
masyarakat, sehingga bisa dikatakan profesi ini memiliki tugas yang kompleks
karena profesi ini mengurusi segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara
(Adlow, dalam Tabah 2001). Untuk itu profesi ini dinilai memiliki derajat
tingkatan stres yang cukup tinggi (Donzinger, dalam Tabah 2001)
Stres merupakan suatu keadaan yang timbul karena adanya suatu tuntutan
atau kebutuhan pada individu yang menuntut adanya sumber daya atau
kemampuan individu tersebut untuk memenuhinya (Lazarus, 1976) dan Lazarus
juga mengatakan bahwa ada 2 kelompok sumber stresor yaitu Physical stressor
dan Psychological atau psychosocia/ stressor.
Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimanakah
perbedaan rating (urutan) stres dari anggota Polri pada fungsi Reserse dan
Sabhara terhadap kejadian sehari-hari yang bisa menimbulkan stres pada diri
mereka. Intrument penelitian yang digunakan adalah Law Enforcement Critical
Life Events Scale dari Sewell (dalam Yarmey, 1990) yang telah diadaptasikan
pada anggota polisi di Indonesia.
Penelitiaan ini dilakukan pada anggota Polri fungsi Reserse dan Sabhara di
wilayah Polda Metro Jaya. Sampel diambil mulai dari jenjang tamtama hingga
bintara yang berjumlah 100 orang, dengan gambaran 50 orang dari fungsi Reserse
dan 50 orangdari fungsi Sabhara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara anggota Polri pada fungsi
Reserse dengan Sabhara terdapat perbedaan dalam rating stresnya. Pada fungsi
Reserse, kejadian yang menempati urutan tertinggi dalam rating stres adalah ikut
berpartisipasi dalam korupsi di kepolisian, diskors, penyalahgunaan obat-obatan
terlarang secara pribadi, mengkonsumsi alkohol saat bertugas dan terlibat secara
pribadi dalam peristiwa penembakan, sedangkan pada fungsi Sabhara yaitu
pemecatan, diskors, penggunaan obat-obatan terlarang, pengurangan gaji dan ikut
berpartisipasi dalam korupsi di kepolisian. Kemudian kejadian yang menempati
urutan stres terendah pada fungsi Reserse adalah menerima surat pengahargaan
dari masyarakat, liburan, penghargaan administrasi, menerima penghargaan dari
kelompok masyarakat dan kenaikan gaji, sedangkan pada fungsi Sabhara yaitu
promosi kenaikan jabatan dengan ditugaskan di unit lain, menerima penghargaan
dari kelompok masyarakat, penghargaan administrasi, kenaikan gaji serta liburan."
2003
S3216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Frans Bona
Jakarta: Restu Agung, 2005
378.17 BON m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gregorius Michael Patria Tama
"Kegiatan penelitian melalui analisis perspektif motivasi kerja anggota Sat Resnarkoba dalam manajemen kepolisian Polres Metro Jakarta Barat, merupakan penjabaran dari hasil kerja anggota dalam rangka mengungkap dan menangkap para pelaku kejahatan narkoba (pengedar dan pengguna) yang telah merusak moril dan mental generasi muda. Metode penulisan menggunakan penelitian kualitatif. Kesimpulan dari penelitian ini, ada faktor yang mempengaruhi motivasi anggota Sat Resnarkoba Polres Metro Jakarta Barat dalam rangka pemberantasan narkoba, antara lain : sumber daya manusia anggota Polri yang direkrut harus berdasarkan hasil seleksi yang ketat, kemudian proses rekruitmen secara transparan dan akuntabel serta penggunaan teknologi untuk menentukan keberhasilan kelulusan yang menunjukan kompetensi atau kemampuan personel Polri tersebut. Kemudian ada faktor ketidakpuasan dan faktor kepuasan motivasi atau hygine motivator atau faktor intrnsik-ekstrinsik dalam perspektif anggota Sat Resnarkoba Polres Metro Jakarta Barat, terwujud karena adanya dukungan prestasi kerja melalui bantuan teknologi Direction Finder (DF) dan pemberian reward yang didasari pada keputusan Pimpinan Polri, bagi anggota yang berhasil dalam mengungkap kasus peredaran narkoba. Dan ada harapan kondisi yang ideal dalam rangka memaksimalkan motivasi kerja anggota Sat Resnarkoba Polres Metro Jakarta Barat, antara lain : setiap anggota Sat Resnarkoba mampu melakukan antisipasi setiap menghadapi kasus-kasus yang berkaitan dengan narkoba, mampu melakukan komunikasi dua arah baik kepada pimpinan maupun kepada bawahan serta penataan manajemen kepolisian melalui reformasi organisasi maupun struktur jabatan, diberikan reward yang disesuaikan dengan peraturan Polri sesuai Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2016 tentang Administrasi Kepangkatan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Hasil penelitian disarankan pemberian reward perlu diberikan berdasarkan aturan yang berlaku di Polri bagi anggota Sat Resnarkoba Polres Metro Jakarta Barat yang telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Dukungan alat Direction Finder (DF) perlu lebih dioptimalkan lagi melalui pengadaan alat baru hingga mencapai 5 unit setiap Polres, perpanjangan lisensi dan dukungan biaya pemeliharaan material khusus (Harmatsus) yang digunakan anggota Sat Resnarkoba Polres Metro Jakarta Barat. Perlu dipertahankan budaya reward berupa pemberian Pin Emas Kapolri, Pendidikan Alih Golongan (PAG), Promosi Sekolah Inspektur Polisi (SIP), Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB), Kenaikan Pangkat Luar Biasa Anumerta (KPLBA) bagi anggota yang gugur dalam melaksanakan tugas, serta pemberian Piagam Penghargaan disertai uang kesejahteraan guna mewujudkan motivasi kerja yang optimal.

Research activities through analysis of the perspective of work motivation of members of Sat Resnarkoba in the management of the West Jakarta Metro Police, is an elaboration of the work of members in order to uncover and arrest drug offenders (dealers and users) who have damaged the morale and mentality of the younger generation. The writing method uses qualitative research. The conclusion from this study, there are factors that influence the motivation of West Jakarta Metro Police Sat Resnarkoba members in the context of eradicating narcotics, including: the human resources of Polri members who are recruited must be based on the results of strict selection, then the recruitment process is transparent and accountable and the use of technology to determine the success of graduation which shows the competency or ability of the Polri personnel. Then there are dissatisfaction factors and motivational satisfaction factors or hygine motivators or intrinsic-extrinsic factors in the perspective of West Jakarta Metro Police Narcotics Unit members, manifested due to support for work performance through the help of Direction Finder (DF) technology and awarding rewards based on the decisions of the National Police leadership, for members who succeed in uncovering cases of drug trafficking. And there is hope for ideal conditions in order to maximize the work motivation of West Jakarta Metro Police Sat Resnarkoba members, including: every member of the Narcotics Sat Residency is able to anticipate every time they face cases related to drugs, able to carry out two-way communication both to leaders and to subordinates as well as structuring police management through organizational reforms and position structures, rewards are given according to Polri regulations according to the Regulation of the Head of the National Police of the Republic of Indonesia Number 3 of 2016 concerning Administration of the Ranks of Members of the Indonesian National Police. The results of the study suggest that giving rewards needs to be given based on the rules in force at the National Police for members of the West Jakarta Metro Police Narcotics Residency Unit who have carried out their duties properly. Direction Finder (DF) support needs to be further optimized through the procurement of new tools up to 5 units per Polres, license extensions and support for maintenance costs for special materials (Harmatsus) used by members of the West Jakarta Metro Police Sat Resnarkoba. It is necessary to maintain a reward culture in the form of giving the National Police Chief's Gold Pin, Class Transfer Education (PAG), Police Inspector School Promotion (SIP), Extraordinary Rank Promotions (KPLB), Posthumous Extraordinary Rank Promotions (KPLBA) for members who fall in carrying out their duties, and the awarding of a Certificate of Appreciation along with welfare money in order to realize optimal work motivation.."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik Dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jakarta : Dharmapena Multimedia , 2001
363.22 ANT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>