Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163835 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3172
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trinzi Mulamawitri
"ABSTRAK
Masuknya tenaga kerja asing (TKA) ke Indonesia adalah suatu fenomena yang sudah tidak asing lagi apalagi dengan semakin maraknya globalisasi. Namun bertugas di luar negeri apalagi jika negara tersebut memiliki latar belakang budaya berbeda adalah hal yang tidak mudah. Selama tinggal di luar negeri, TKA akan mengalami akulturasi psikologis yaitu perubahan yang terjadi pada diri individu akibat kontak dengan budaya lain yang berlangsung secara terus menerus (Graves dalam Berry & Kim, 1988). Selama proses akulturasi inilah acap kali muncul berbagai sumber stres yang diakibatkan adanya perubahan tersebut (Berry, 1994). Adanya nilai-nilai budaya yang bertentangan antara negara asal dan negara yang didatanginya juga meningkatkan stres akulturatif yang dihadapinya (Adler, 1991). Penelitian ini akan melihat gambaran sumber stres akulturatif serta strategi coping yang dilakukan TKA Amerika ketika bekerja di Indonesia. Negara asal Amerika dipilih sebab jumlah ekspatriat terbanyak dari negara Barat berasal dari negara ini (Depnaker, 2002).
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif melalui wawancara dan observasi. Subyek yang diperoleh adalah 3 orang manajer Amerika yang telah tinggal di Indonesia selama 1,5 tahun hingga 2,8 tahun. Berbagai masalah dalam pekerjaan yang diakibatkan perbedaan budaya yang dikemukakan oleh Shuetzendorf (1989 dalam Ruky, 2000) serta permasalahan lainnya ternyata dialami oleh semua subyek. Sumber stres utama yang ditemukan pada ketiga subyek adalah adanya penekanan pada hubungan baik dan harmonitas kelompok saat bekerja daripada kinerja individu. Sumber stres lain adalah masalah kurangnya keterbukaan karyawan dalam berkomunikasi, kurangnya inisiatif karyawan dan kurangnya rasa tanggung jawab personal karyawan.
Berdasarkan analisis dengan menggunakan teori Hofstede (1995), Ruky (2000) dan Koentjaraningrat (1997 dalam Ruky, 2000) maka memang terbukti bahwa masalah-masalah tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan-perbedaan dimensi nilai dalam budaya kerja Amerika dan Indonesia yang mengganggu TK A saat melaksanakan pekerjaannya. Perbedaan utama terlihat dari dimensi individualisme dan kolektivisme antara dua negara yang saling bertentangan. Kemudian adanya kesenjangan power distance juga kerap menimbulkan berbagai masalah. Dalam penelitian ini berdasarkan strategi coping yang dikemukakan oleh Carver, Scheier & Weintraub (1989) ditemukan bahwa strategi coping yang sering digunakan semua subyek untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah strategi active coping.- Strategi emotion focused coping berbentuk acceptance juga sering digunakan secara bersamasama dengan active coping.
Adanya kesamaan latar belakang budaya Amerika dan budaya perusahaan asing tempat mereka bekerja kemungkinan mempengaruhi stressor akulturatif yang dihadapi. Untuk mendapatkan gambaran stressor akulturatif yang lebih kaya maka penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan subyek yang berasal dari berbagai negara dan bekerja untuk perusahaan dalam negeri. Saran terutama diberikan pada perusahaan agar memberikan informasi lebih lanjut tentang budaya kerja Indonesia pada TKA untuk mendorong keterbukaan terhadap budaya lain. Kegiatan konseling bagi TKA untuk mengatasi stres akulturatif juga akan sangat bermanfaat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3101
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ani Widyasari Soeyitno
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3173
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dalimunthe, Katris Lamira Abadi
"Pada tahap dewasa muda, rnenurut Havighurst (dalam Turner & Helms, 1995), salah satu tugas perkembangan individu yang harus dipenuhi adalah memperoleh keintiman melalui pemikahan. Melalui pemikahan terdapat persatuan dua sistem keluarga secara keseluruhan dan pembangunan sebuah sistem ke-tiga yang bare (Santrock, 2002). Ketika seseorang memutuskan untuk menikah, sebenamya ia telah masuk ke dalam lingkungan barn dengan pola aturan dan kebiasaan yang .kemungkinan berbeda dart dirinya. Kebutuhan untuk menyesuaikan dirt semakin besar ketika setelah menikah pasangan berencana untuk linggal bersama mertua. Berdasarkan penelitian Duvall (dalam Phelan, 1979), ditemukan bahwa mertua perempuan lebih sering terlibat masalah dengan mertua perempuan karena peran gender yang menuntut pada hubungan interpersonal yang dekat dengan keluarga. Perempuan juga cenderung menghadapi masalahnya dengan berusaha mengelola emosi yang ditimbulkan akibat permasalahan tersebut Kandisi ini tentunya akan berpotensi menimbulkan masalah dan juga mempengaruhi hubungan atau interaksi apabila terjadi antara dua individu yang berjenis kelamin perempuan. Mereka akan berusaha menyelesaikan masalahnya dengan cara-cara yang mengedepankan emosi. Oleh karenanya tinggal seatap bersama mertua tidak selalu perkara yang mudah dan kerap kali memicu konflik dalam rumah tangga keluarga. Jika is merasa bahwa tuntutan yang ditujukan padanya melebihi kemampuan yang dimiliki, maka tingkat stres yang dirasakan pun akan meningkat. Untuk mengatasinya, Taylor berpendapat bahwa cara individu berespon terhadap stres berbeda-beda. Menurut Carver, Scheier dan Weintraub (1989), terdapat tiga strategi yang bisa dilakukan individu dalam menghadapi sires, yaitu: problem focused coping, emotion focused coping dan maladaptive coping. Salah satu faktor yang mempengaruhi individu dalam pemilihan strategi coping, yaitu: dukungan sosial. Sarafino (1994) menjelaskan arti penting dukungan sosial dalam membantu individu mengatasi styes. Menurut Rodin dan Salovey (dalam Smet, 1989), perkawinan dalam keluarga merupakan sumber dukungan sosial yang paling penting. Begitu halnya suami sebagai orang terdekat bagi pasangan merupakan salah satu bentuk dukungan sosial yang memiliki peran besar dalam membantu istri mengatasi stres dengan mertua dan membantu menciptakan hubungan yang harmonis antara menantu dan mertua.
Dalam penelitian ini yang altar digali adalah sumber stres, strategi coping yang digunakan seat mengalami masalah dengan ibu mertua mertua dan ketersediaan dukungan suami yang diberikan pada subyek dalam mengatasi sumber sues. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan teknik pengambilan sampel wawancara dan observasi. Subyek penelitian ini ada tiga orang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa instrumen penelilian yaitu alai perekam dan pedoman wawancara.
Dari data yang didapat serta berdasarkan basil analisis dapat terliaht bahwa sum ber sires utama yang dihadapi ketiga subyek adalah masalah berkaitan dengan dominansi ibu mertua terhadap urusan rumah langga mereka dan pandangan ibu mereka yang masih konservatif. Umumnya subyek memilih strategi problem focused coping yaitu active coping dimana subyek secara asertif menyuarakan pendapat pada mertua jika terjadi perbedaan pendapat. Dukungan suami yang diberikan pada istri untuk mengatasi sumber stres yang ditemukan pada semua subyek adalah dukungan emosi berupa mendengarkan keluh kesah subyek dan menghibur subyek saat dalam keadaan sedih."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18066
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Musdalifah
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3064
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmat Dartono
"Penugasan di daerah konflik mempunyai banyak konsekuensi yang harus dihadapi oleh anggota Brimob yang sedang mendapat tugas. Konsekuensi negatif yang dihadapi berpotensi menimbulkan stres pada anggota Brimob tersebut. Agar mereka bisa tetap survive selama bertugas maka mereka harus mengembangkan strategi coping untuk mengatasi stres yang dihadapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumber stres anggota Brimob selama bertugas di konflik Aceh dan strategi coping apa yang paling banyak digunakan. Penelitian ini dilakukan di Mako Korps Brimob Kelapa Dua dengan sampel anggota Brimob yang baru pulang dari penugasan di Aceh.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sumber stres anggota Brimob selama bertugas di Aceh terdiri dari sumber stres fisiologis, psikologis, dari dalam diri, dari keluarga dan dari lingkungan. Keluarga dan lingkungan ternyata lebih potensial menjadi sumber stres. Diikuti kemudian sumber stres fisiologis, psikologis, dan dari dalam diri. Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa sumber stres dari keluarga pada anggota Brimob yang sudah menikah lebih besar dibandingkan yang belum menikah. Hal ini disebabkan beban keluarga yang ditanggung oleh mereka yang sudah menikah lebih besar. Mengenai strategi coping, ternyata anggota Brimob menggunakan ketiga strategi coping yang ada yaitu Problem-Focnsed Coping, Emotion- Focused Coping, dan Maladaptive Coping.
Namun demikian Problem- Focnsed Coping lebih banyak digunakan oleh anggota Brimob selama bertugas di Aceh, kemudian diikuti Emotion-Focused Coping dan Maladaptive Coping. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa anggota Brimob yang berpangkat Perwira lebih banyak menggunakan Problem-Focnsed Coping dibandingkan yang berpangkat Bintara maupun Tamtama. Fenomena ini disebabkan karena fungsi, peran, dan tanggung jawab seorang Perwira yang dituntut untuk menyelesaikan setiap masalah secara efektif. Anggota Brimob yang pernah bertugas di daerah konflik juga lebih banyak menggunakan Problem-Focnsed Coping karena mereka sudah terbiasa dengan lingkungan penugasan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3190
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Ferdayanti
"Stres merupakan kondisi yang timbul karena adanya tuntutan situasi di luar kemampuan seseorang. Waria termasuk dalam kategori transeksual, dimana transeksual termasuk dalam gender identity disorder (Nevid, Rathus, Greene, 2000). Penyimpangan identitas gender adalah persepsi individu yanmg tidak konsisten terhadap anatomi biologisnya sebagai wanita atau pria (Kelly,2001). Jadi waria termasuk kondisi abnormal, sehingga orang disekitamya menuntut agar dia menjadi normal. Hal tersebut menyebabkan timbulnya stres pada waria. Pada penelitian meneliti sumber-sumber stres pada waria. Menurut Sarafino (2002) sumber stres ada tiga macam, yaitu sumber stres yang berasal dari diri sendiri, keluarga, dan komunitas serta masyarakat. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan menggunakan teknik incidental-purposive sampling. Peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat ukur, yang berupa skala sumber stres, kuesioner tersebut dibuat oleh peneliti sebab belum ada alat ukur sumber stres, berdasarkan teori sumber stres Sarafino (2002). Subyek dalam penelitian ini adalah waria yang tinggal di Jabotabek, usia antara 22-40 tahun, dan lama menjadi waria minimal 2 tahun. Untuk menjawab hasil penelitian, pengolahan data menggunakan perhitungan mean item dan f-test dengan program SPSS 11.5 dan urutan/ranking. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa urutan pertama adalah sumber stres yang berasal dari komunitas dan masyarakat, urutan kedua sumber stres yang berasal dari keluarga, dan urutan terakhir adalah sumber stres yang berasal dari diri sendiri. Secara keseluruhan sumber stres tertinggi adalah dikejar atau ditangkap kamtib atau polisi. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3358
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Rina Jericho
"Jumlah tenaga kerja perempuan di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Hal ini mulai menggeser peran gender tradisional menjadi egaliter sehingga memunculkan struktur keluarga baru, yaitu dual earner. Pasangan dual earner merupakan suami dan istri yang bekerja keduanya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara stres eksternal dan stres internal. Selain itu, penelitian ini ingin mengetahui apakah common dyadic coping dapat memoderasi hubungan stres internal dan stres eksternal. Partisipan penelitian merupakan 164 individu dari pasangan dual earner yang berusia di atas 20 tahun. Alat ukur yang digunakan adalah Multidimensional Stress Questionnaire For Couples (MSF-P) dan Dyadic Coping Inventory (DCI). Analisis data menggunakan analisis korelasi dan regresi untuk melihat efek moderasi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara stres eksternal dan stres internal (r=0.742, p<0.01, one tailed). Selain itu, hubungan keduanya dimoderasi oleh common dyadic coping secara signifikan (b = 0.11, 95% CI [0.02, 0.19], t = 2.55, p<0.05). Hasil ini dapat dijadikan acuan intervensi mengenai common dyadic coping untuk meminimalisasi tingkat stres eksternal dan internal pada pasangan dual earner.

The number of female workers in Indonesia continues to increase every year. This has begun the shift of traditional gender role to egalitarian gender role which gives a rise to a new family structure, namely the dual earner. Dual earner couples are husband and wife who both work. The aim of this study is to assess whether there is a significant positive relationship between external stress and internal stress. Aside from that, this study aims to the role of common dyadic coping in moderating the relationship between external stress and internal stress. Participants of this study are 164 individuals of dual earner couple aged above 20 years. Measuring instruments in this study are Multidimensional Stress Questionnaire For Couples (MSF-P) dan Dyadic Coping Inventory (DCI). The datas were analyzed using correlation analysis and regression analysis to assess the moderation effect. Results indicated that there is a significant positive relationship between external stress and internal stress (r=0.742, p<0.01, one tailed). Furthermore, that relationship is moderated by common dyadic coping significantly (b = 0.11, 95% CI [0.02, 0.19], t = 2.55, p<0.05). These results can be used as a reference for interventions regarding common dyadic coping to minimize external stress and internal stress levels in dual earner couple."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharsi Anindyajati
"ABSTRAK
Konflik peran merupakan suatu kondisi yang dapat menyebabkan stres pada atlet
mahasiswa. Stres yang dialami oleh atlet mahasiswa berpengaruh pada unjuk
kerjanya dalam kegiatan akademik dan olahraga. Stres dapat menurunkan unjuk
kerja dan menimbulkan berbagai gangguan emosi, fisik, dan tingkah laku. Di sisi
lain, stres dapat meningkatkan unjuk kerja. Upaya untuk membatasi efek negatif
stres menurut Greenberg adalah melalui manajemen stres.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara sebagai
metode pengumpulan data yang utama. Metode penunjang yang digunakan
adalah observasi. Dalam penelitian ini juga digunakan berbagai alat bantu,
seperti, pedoman wawancara, lembar observasi, dan alat perekam. Subyek dalam
penelitian ini adalah empat orang atlet mahasiswa Universitas Indonesia yang
berasal dari fakultas dan program studi yang berbeda.
Hasil penelitian terhadap keempat atlet mahasiswa menunjukkan bahwa mereka
mengalami konflik peran dengan intensitas dan kualitas yang berbeda. Keempat
subyek juga memiliki persepsi yang berbeda terhadap konflik peran. Konflik
peran pada atlet mahasiswa timbul karena adanya tuntutan dari dalam diri dan
lingkungan subyek untuk dapat menjalankan dua perannya dengan baik.
Kesulitan yang dialami subyek dalam memenuhi tuntutan tersebut akan
menimbulkan stres pada dirinya. Walaupun seluruh subyek mengahadapi sumber
stres yang sama, namun respons yang diberikan berbeda pada tiap subyek. Dari
hasil penelitian juga ditemukan bahwa stres yang disebabkan oleh konflik peran
tidak selalu membawa efek negatif, tetapi juga positif. Untuk mengatasi efek
negatif stres, setiap subyek melakukan manajemen stres yang berbeda.
Intensitas dan kualitas konflik peran mempengaruhi persepsi subyek terhadap
konflik peran. Intensitas dan kualitas konflik peran yang tinggi menyebabkan
persepsi negatif terhadap konflik peran. Konflik peran ini terjadi terutama karena
adanya tuntutan dari dalam diri keempat subyek untuk dapat menjalankan
kegiatan akademik dan olahraganya dengan baik. Untuk mengatasi efek negatif
stres, intervensi terhadap situasi yang merupakan sumber stres adalah teknik
manajemen stres yang paling sering dilakukan oleh keempat subyek. Peranan
berbagai pihak yang terkait sangat diperlukan dalam memberikan pelatihan
khusus dan sosialisasi berbagai teknik manajemen stres bagi para atlet mahasiswa."
2001
S3060
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Yuga Utami
"Penelitian ini membahas tentang intervensi psikoedukasi kepada calon TKI (Tenaga Kerja Indonesia) penata laksana rumah tangga (PLRT) (selanjutnya disebut dengan calon TKI PLRT). Calon TKI PLRT yang baru pertama kali berangkat memiliki pengetahuan yang kurang memadai baik dari segi bahasa, budaya, situasi kerja termasuk stres yang terkait situasi dan kondisi calon TKI PLRT di negara tujuan, dampaknya serta cara mengatasi stres yang baik. Di sisi lain, penyiapan calon TKI PLRT dari sisi psikologis masih kurang memadai. Oleh karena itu penelitian ini mencoba memberikan intervensi psikoedukasi yang bertujuan untuk memberikan pemahaman pada calon TKI PLRT mengenai karakteristik dan situasi kerja, stres dan teknik mengatasi stres yang baik.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil asesmen awal menunjukkan bahwa motivasi bekerja para calon TKI PLRT adalah faktor ekonomi, majikan menjadi sumber stres utama serta calon TKI PLRT tidak memiliki gambaran bekerja di luar negeri selain tentang perlakuan majikan terhadap mereka. Materi Psikoedukasi yang diberikan yaitu karakteristik pekerjaan PLRT, sumber stres terkait kondisi kerja, definisi, gejala, dampak stres serta coping terhadap stres. Setelah psikoedukasi, ada peningkatan pemahaman calon TKI PLRT mengenai materi karakteristik pekerjaan sebagai penata laksana rumah tangga dan teknik coping stres.

This research is about psycho-education intervention to Indonesian immigrant worker candidate as domestic worker (hereinafter called as Indonesian domestic worker candidate). Indonesian domestic worker candidate who will work abroad for the first time, do not have enough knowledge include language, culture, work situation and also stress related to situation and condition in destination country, stress effect and a good way to cope with stress. In the other hand, there are inadequate psychological preparations for Indonesian domestic worker candidate. Because of that, this research try to give psycho-education intervention which aimed to give awareness and understanding about characteristics and work situation, stress and coping stress to Indonesian domestic worker candidate.
This study is used qualitative approach. The need assessment's results show that working motivation of Indonesian domestic worker candidate is economic motive, employee as stressor and they don't have other description about working abroad beside employee's behaviors to them. The psycho-education contents are work characteristics as domestic workers, stressor related to work, definition, symptom, effect and coping stress. After psycho-education, there are increasing understandings on Indonesian domestic worker candidate related to content job characteristic as domestic worker and coping stress.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T38618
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>