Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138117 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratulangie, Bunga
"Perubahan banyak memakan biaya dan tenaga, namun harus dilakukan apabila perusahaan tidak ingin tertinggal dari perusahaan lain. Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensinya perusahaan harus mengubah cara-cara lama yang digunakan untuk menjalankan perusahaan. Salah satu bentuk perubahannya adalah restrukturisasi perusahaan. Dalam melakukan perubahan, unsur terpentingnya adalah manusia yang bekeija di perusahaan karena merekalah yang menjalankan perubahan. Untuk itu perlu diperhatikan bagaimana sikap individu terhadap perubahan. Sikap individu terhadap perubahan tidak terlepas dari pengaruh berbagai hal, salah satunya adalah stressor dalam lingkungan kerjanya. Bagaimana individu mempersepsikan stressor dapat mempengaruhi sikap terhadap perubahan organisasi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran hubungan antara stressor dalam lingkungan kerja dengan sikap terhadap perubahan organisasi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel dengan menggunakan tehnik non probability sampling tipe Occidental sampling. Subyek Penelitian ini adalah pegawai di perusahaan BUMN X dan BUMN Y sebanyak 135 orang, dengan pendidikan terakhir SLTA/ sederajat, dan telah bekerja minimal 2 tahun.
Metode pengambilan data dengan menggunakan kuesioner dengan skala 1-6. Penelitian ini menggunakan 2 kuesioner, yaitu kuesioners stressor dalam lingkungan kerja yang dibuat berdasarkan teori Ivancevich & Matteson (1982) dan kuesioner sikap terhadap perubahan organisasi yang dibuat berdasarkan teori dari beberapa tokoh. Stressor dalam lingkungan kerja yang ingin dilihat hubungannya dengan sikap terhadap perubahan organisasi adalah dimensi stressor organisasi, stressor kelompok, stressor pekerjaan, stressor karir.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara stressor dalam lingkungan keija dengan sikap tehadap perubahan. Untuk dimensi stressor kelompok, stressor pekerjaan, stressor karir juga tidak terdapat hubungan yang signifikan. Untuk dimensi stressor organisasi, terdapat hubungan negatif signifikan pada sikap terhadap perubahan organisasi. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi stressor dalam organisasi maka semakin rendah penerimaannya terhadap perubahan.
Penelitian ini masih memerlukan penelitian lanjutan dengan menambah jumlah item kuesioner sehingga jumlah item setiap dimensi seimbang. Selain itu masih diperlukan perbaikan-perbaikan pada alat ukur, metode pengumbulan data juga perlu dilakukan wawancara dengan pegawai yang perusahaannya mengalami perubahan. Hal ini diharapkan dapat memberikan data kualitatif yang cukup mendalam dan menunjang hasil penelitian yang lebih baik. Selain itu juga perlu dilihat pengaruh/ peran faktor-faktor lain pada sikap terhadap perubahan organisasi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3127
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aritonang, Meylind
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S2780
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marcella Melanie Somba
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3150
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiyana Pratiwi
"Perubahan yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini memberi dampak pada organisasi BUMN. Tidak terkecuali pada karyawan organisasi BUMN itu sendiri. Cara karyawan memandang lingkungan kerjanya yang mengalami perubahan terlihat dari sikapnya terhadap perubahan. Sikap seorang karyawan perlu mendapatkan perhatian karena seperti yang dikemukakan Newstrom & Davis (1997) sikap negatif karyawan dapat mengurangi daya saing badan usaha. Perubahan yang teijadi meliputi juga perubahan struktur organisasi yang juga menyebabkan perubahan lingkungan kerja. Menurut Mowday, Porter & Steers perubahan seperti ini dapat mempengaruhi keikatan (komitmen)antara karyawan dengan organisasi. Komitmen terhadap organisasi dapat dihubungkan dengan sikap terhadap perubahan hal ini seperti yang dinyatakan oleh Schweiger & De Nisi (1991) dalam Judge et.al. (1999) bahwa sikap negatif terhadap perubahan diasosiasikan dengan rendahnya komitmen.
Berdasarkan hal di atas tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat hubungan antara komitmen terhadap organisasi dengan sikap terhadap perubahan. Adapun teori komitmen terhadap organisasi yang digunakan mengacu pada teori Allen & Meyer (1990) dimana komitmen terhadap organisasi terdiri dari komitmen afektif, continuance dan normatif.
Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah Incidental Random Sampling dimana subyek diambil dengan sengaja merupakan anggota dari kelompok yang memiliki karakteristik yang sama yaitu karyawan BUMN yang mengalami perubahan struktur. Selain itu subyek mempunyai karakteristik berpendidikan minimal SMA, memiliki masa keija minimal 2 tahun yang terdiri dari selunih tingkatan jabatan. Jumlah responden berjumlah 263 orang. Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner dengan penilaian berdasarkan skala Likert
Hasil penelitian yang didapatkan adalah ternyata terdapat hubungan yang signifikan positif antara komitmen terhadap organisasi dengan sikap terhadap perubahan, namun komitmen tidak dapat menjadi prediktor yang cukup kuat untuk memprediksi sikap terhadap perubahan dalam organisasi BUMN tersebut. Penelitian ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah responden yang lebih besar dan meliputi BUMN lain yang bergerak di bidang yang berbeda-beda."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3180
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Fauzie
"Perubahan yang terjadi di dunia makro telah membuat banyak perusahaan terpaksa melakukan berbagai perubahan dalam manajemennya, antara lain adalah restrukturisasi. Perubahan pada struktur ini dapat terjadi karena merger atau bergabungnya dua perusahaan atau lebih untuk mencapai efisiensi dan meningkatkan daya saing dengan perusahaan saingan (Harris, 1997). Efisiensi pada perusahaan akan sangat tergantung pada manusia sebagai pelaksana dari perusahaan tersebut. Dalam hal ini manusia memiliki sejumlah predisposisi yang menentukan tingkah laku yang akan dumunculkannya pada saat-saat tertentu. Diantara predisposisi itu adalah sikapnya terhadap perubahan dan gaya belajar yang dimilikinya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran sikap karyawan BUMN terhadap perubahan, gambaran gaya belajar mereka dan hubungan antara gaya belajar dan sikap terhadap perubahan ini. Dalam hal ini yang menjadi variabel bebas adalah gaya belajar dan variabel terikatnya adalah sikap terhadap perubahan.
Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan sampel secara purposive sampling. Responden penelitian ini minimal telah bekerja di BUMN selama minimal dua tahun. Dari data kontrol didapatkan 218 orang yang memenuhi syarat untuk diolah data-datanya. Metode pengambilan data menggunakan kuesioner gaya belajar dan Change Inventory. Kuesioner gaya belajar diadaptasi dari Learning Style Questionnaire (LSQ) yang dikembangkan oleh Peter Honey dan Alan Mumford sebagai pengembangan dari Teori Experiential Learning yang digagas oleh David A. Kolb (1984). Sikap terhadap perubahan diukur dengan Change Inventory yang diadaptasi dari Eales-White (1994).
Hasil penelitian memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan antara gaya belajar dan sikap terhadap perubahan. Ini berarti bahwa kedua konstruk yang diukur terbukti secara statistik memiliki hubungan satu sama Iain. Selebihnya didapat pula gambaran bahwa sebagian besar karyawan memiliki gaya belajar Reflektor dan sikap terhadap perubahan Logika Rasional.
Penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan, diantaranya yaitu kurangnya jumlah frekuensi yang mengisi tiap sel dalam tabulasi silang sehingga diusulkan dalam penelitian lanjutan hal ini dapat diatasi terlebih dahulu. Selain itu juga diusulkan dilihat sumbangan tiap gaya belajar terhadap sikap terhadap perubahan dan juga hubungan masing-masing gaya belajar dengan tiap sikap terhadap perubahan, sehingga akan terlihat gambaran yang lebih jelas mengenai hubungan kedua konstruk ini."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S2786
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
C. Hirania Wiryasti
"Stroke adalah penyakit kronis yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan penderitanya. Sebagai akibatnya penderita stroke akan mengalami sties. Untuk dapat menangani stresnya, penderita stroke membutuhkan dukungan sosial. Efektifitas dukungan sosial dalam membantu penanganan stres penderita stroke dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu persepsi terhadap tipe dukungan sosial dan kepuasan terhadap sumber dukungan sosial.
Penelitian dilakukan untuk menemukan hubungan antara persepsi terhadap tipe dukungan sosial dan kepuasan terhadap sumber dukungan sosial dengan stres pada penderita stroke (N=39). Ada tujuh tipe dukungan, yaitu: Keterikatan. Integrasi Sosial, Penghargaan. Hubungan yang Dapat Diandalkan, Bimbingan, Kesempatan Untuk Mengasuh, dan Instrumental. Selanjutnya, ada tiga kategori sumber dukungan: Pasangan Hidup, Keluarga, dan Non-Keluarga. Untuk mendapat gambaran yang lebih mendalam, maka hendak diketahui pula hubungan antara persepsi terhadap tiap tipe dukungan dan kepuasan terhadap tiap kategori sumber dukungan dengan stres pada penderita stroke.
Pengambilan data dilakukan dengan Kuesioner Stres Pada Penderita Stroke* Modifikasi Social Provisions Scale, dan Kuesioner Kepuasan Terhadap Sumber Dukungan Sosial. Proses face validity dilakukan terhadap ketiga alat tersebut dengan menggunakan experl judgment. Selanjutnya, terhadap dua alat pertama juga telah dilakukan uji reliabilitas dengan metode koefisien alpha Cronbach pada program SPSS 10.01.
Uji signifikansi dilakukan dengan metode korelasi producl-inomenl Pearson pada program SPSS 10.01. Hasil perhitungan menunjukkan, hipotesa adanya hubungan antara persepsi terhadap tipe dukungan sosial dengan stres pada penderita stroke diterima, dan hipotesa adanya hubungan antara kepuasan terhadap sumber dukungan sosial dengan stres pada penderita stroke tidak diterima. Selanjutnya, persepsi terhadap tipe dukungan yang berhubungan dengan stres pada penderita stroke adalah Integrasi Sosial, Kesempatan Untuk Mengasuh, dan Bimbingan. Sedangkan, kepuasan terhadap tiap kategori sumber dukungan tidak ada yang berhubungan dengan stres pada penderita stroke.
Kesimpulannya, tidak semua tipe dukungan dapat membantu penanganan stres penderita stroke. Hal ini tergantung pada kebutuhan masing-masing penderita. Selanjutnya, merasa puas terhadap sumber dukungan ternyata tidak mempengaruhi tingkat stres yang dirasakan oleh penderita stroke. Peneliti menyarankan, agar lingkungan sosial memahami dengan baik kebutuhan dari penderita stroke yang menerima dukungan darinya. Terakhir, untuk penelitian selanjutnya disarankan agar dilakukan perbaikan alat dan metodologi penelitian."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3143
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zani Afrinita
"Kerja merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan dewasa muda. Seorang dewasa yang normal adalah orang yang mampu untuk mencintai dan bekerja (Freud dalam Craig, 1986). Yang dimaksud dengan kerja adalah pekerjaan dimana individu mendapatkan bayaran sebagai imbalan. Dalam bekerja, individu pada umumnya mempunyai tujuan-tujuan tertentu namun kadangkala tujuan ini tidak selalu dapat dipenuhi. Tidak terpenuhinya tujuan ini dapat menimbulkan stres bagi individu (Quick & Quick, 1983). Stres yang dialami individu dalam dunia kerja ini disebut sebagai stres kerja (Soewondo, 1991). Stres kerja dapat dibedakan menjadi stres yang bersumber dari pekerjaan dan kehidupan sehari-hari (Greenberg 8. Baron, 1993).
Salah satu hal yang dapat digunakan untuk mengatasi stres kerja adalah dukungan sosial (Quick & Quick, 1983). Lobel (1994) mengemukakan dukungan sosial ini dapat diberikan dalam 4 bentuk, yaitu dukungan emosional, instrumental, informasional dan penilaian. Adanya dukungan sosial dapat menurunkan stres pada individu karena dengan mempersepsi adanya orang lain yang dapat dan akan membantunya maka individu akan menilai bahwa ancaman yang tadinya berada di luar kemampuannya dapat diatasi sehingga individu tidak lagi memandang hal tersebut sebagai ancaman.
Di tempat kerja dukungan sosial ini dapat diperoleh individu dari sahabat. Yang dimaksud dengan sahabat di sini adalah sahabat ditempat kerja. Mengingat pentingya fungsi dukungan sosial dalam mengatasi stres dan salah satu sumber dukungan sosial di tempat kerja adalah sahabat, maka penalitian ini bertujuan untuk melihat persepsi dewasa muda mengenai fungsi sahabat sebagai sumber dukungan sosial dalam menghadapi stres kerja.
Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data melalui skala yang mengukur persepsi dewasa muda mengenai fungsi sahabat sebagai sumber dukungan sosial dalam menghadapi stres kerja. Subyek penelitian adalah dewasa muda dengan pendidikan minimal SLTA dan bekerja purna waktu sekurang-kurangnya selama 6 bulan pada perusahaan swasta. Jumlah keseluruhan subyek adalah 119 orang yang terdiri dari 55 subyek pria dan 64 subyek wanita.
Hasil pengolahan data dengan menggunakan metode statistik deskriptif menunjukkan bahwa dewasa muda mempersepsi sahabat sebagai sumber dukungan sosial dalam menghadapi stres kerja. Dukungan sosial ini dipersepsi diberikan dalam bentuk dukungan emosional, informasional dan penilaian dalam menghadapi stres kerja yang bersumber dari pekerjaan. Sedangkan pada stres kerja yang bersumber dari kehidupan sehari-hari, subyek mempersepsi sahabat memberikan dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional, informasional, penilaian dan instrumental.
Di samping itu uji perbedaan dengan menggunakan teknik t-test diperoleh hasil bahwa pada persahabatan lawan jenis subyek pria dan wanita tidak mempersepsi adanya perbedaan dukungan sosial yang diberikan oleh sahabatnya, namun pada persahabatan sesama jenis subyek wanita mempersepsi sahabatnya lebih tinggi memberikan dukungan emosional dibandingkan dengan persepsi subyek pria terhadap dukungan emosional yang diberikan oleh sahabatnya. Hal ini tampaknya dipengaruhi oleh pola persahabatan yang berbeda antara pria dan wanita dimana persahabatam wanita lebih menekankan pada aspek emosional. Namun pada pesahabatan lawan jenis, perbedaan ini tidak muncul karena baik subyek pria maupun subyek wanita mempersepsi adanya dukungan sosial yang sama diberikan oleh sahabat pria maupun wanita."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2760
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Januar J. Rasyid
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1987
S2147
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3268
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Novelia
"Di Indonesia pada saat ini sedang terjadi krisis ekonomi dimana harga semua barang menjadi naik, tak terkecuali harga kendaraanpun ikut naik dua kali lipat disbanding harga sebelumnya. Semakin tinggi harga barang ternyata tidak diikuti oleh daya beli yang tinggi pada masyarakat. Untuk mengantisipasi masalah diatas maka para pemilik kendaraan berusaha merawat dan memperbaiki kendaraannya ke bengkel agar umur kendaraan Iebih panjang. Keterampilan merawat dan memperbaiki kendaraan di bengkel diberikan pada Mekanik.
Menurut Levisque (1992) perusahaan menuntut para karyawannya agar bekerja secara produktif, begitupun Mekanik dituntut juga agar dapat bekerja secara produktif dengan alasan supaya penyerahan kendaraan tepat waktu, adanya persaingan antar bengkel yang ketat dan untuk mendapatkan kepuasan dan kepercayaan konsumen.
Ada beberapa macam hal yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja, salah satunya adalah stres (dalam Organizational Behavior, 1993). Datangnya stres dalam kerja dipicu oleh penyebab stres dalam kerja juga yang terdiri dari lima aspek (Hurrel Dkk, 1988). Kemudian ada penelitian dari Cooper & Straw (1995) menyebutkan bahwa bidang teknik merupakan salah satu bidang pekerjaan yang dapat menyebabkan stres.
Oleh karena itu peneliti hendak mengetahui bagaimana mekanik yang bekerja di bidang teknik mempersepsi aspek-aspek penyebab stres dalam kerja. Daiam penelitian ini juga akan dilihat perbedaan yang muncul antara empat bagian unit kerja di bengkel dalam mempersepsi aspek intrinsik dalam kerja.
Penelitian ini dilakukan pada 65 Mekanik di beberapa bengkel kendaraan di Bogor, yang diambil dengan menggunakan teknik incidental-purposive sampling. Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner yang terdiri dari tiga kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan cara menyebarkan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari kelima aspek penyebab stres dalam kerja, ada tiga aspek yaitu 2 aspek intrinsik dalam kerja, aspek hubungan daiam kerja dan aspek struktur dan iklim organisasi yang dipersepsikan agak menyebabkan stres oleh Mekanik. Sedangkan dua aspek lainnya yaitu aspek peran individu dalam organisasi dan aspek pengembangan karir dipersepsikan tidak menyebabkan stres oleh Mekanik. Kemudian berdasarkan pembagian unit kerja di bengkel dibagi menjadi empat kelompok yaitu : pengecatan, pengelasan, perawatan dan perbaikan mesin dan finishing. Ke empat unit kerja ini mempersepsi aspek-aspek penyebab stres dalam kerja, dan hasilnya unit kerja bagian pengelasan lebih merasa stres dibandingkan ketiga unit kerja lainnya.
Hasii penelitian ini diharapkan memberi masukkan pada bengkel mengenai hal-hal penyebab stres kerja pada Mekanik khususnya di Bogor. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2980
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>