Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171267 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rini Nur Aini
"Manusia, seiring dengan perkembangan usianya,' menjalani berbagai peranan dan fungsi dalam hidup. Di dalamnya tercakup pelaksanaan tugas-tugas perkembangan. Secara lebih khusus, dalam tahapan usia dewasa muda seseorang dihadapkan pada adanya fenomena seputar karir dan pernikahan. Dua hal tersebut merupakan tahap yang harus dilalui dan hasilnya akan menentukan kehidupan seseorang pada tahap perkembangan hidup selanjutnya.
Kehidupan masyarakat kota identik dengan adanya modernisasi dalam segala bidang. Dalam pelaksanaannya saat ini, tidak hanya pria yang terlibat aktif, melainkan wanita pun turut mempunyai andil yang besar dalam menjalani arus perkembangan modernisasi yang ada. Pekerjaan yang dulunya selalu diidentikkan dengan pria sekarang menjadi bergeser dengan adanya pengakuan terhadap fungsi dan peranan wanita.
Dengan adanya tuntutan yang lebih besar bagi para wanita saat ini di bidang pengembangan karir, sedikit banyaknya berpengaruh pada gaya hidup yang dijalani. Salah satunya adalah gaya hidup melajang yang saat ini sudah banyak ditemukan di hampir semua kota-kota besar. Pilihan untuk tidak menikah atau yang lazimnya disebut hidup melajang rupanya menjadi suatu fenomena yang terjadi dan menarik untuk disimak. Hal ini mengingat kodrat dan pandangan umum yang mengemukakan bahwa selayaknya wanita melakukan pernikahan dan membangun rumah tangga. Tentu saja hal ini menimbulkan pandangan-pandangan yang pro dan kontra dari masyarakat, yang pada akhirnya menimbulkan stereotip bagi yang para wanita yang mengalaminya.
Beberapa tokoh mengemukakan bahwa wanita yang tidak menikah cenderung memiliki well-being yang tinggi, yang ditandai oleh terpenuhinya kebutuhan akan keahlian (yang berasal dari pekerjaan) dan kesenangan (kualitas dari pekerjaan yang diperoleh). Selain itu juga wanita yang tidak menikah dapat lebih memiliki kesempatan yang besar untuk melakukan pengembangan dan perubahan diri, serta lebih memiliki kebebasan dalam hidup. Di sisi lain ada pula tokoh yang mengemukakan bahwa pada wanita yang tid^k menikah, well-being yang dimiliki cenderung rendah terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan akan kesenangan karena tidak terciptanya hubungan yang akrab dengan seseorang. Selain itu mereka juga kadang diidentikkan dengan ketidakbahagiaan dan kecenderungan depresi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut tentang gambaran konsep diri yang dimiliki oleh para wanita yang memutuskan untuk tidak menikah, mengetahui alasan-alasan yang menyebabkan mereka mengambil tindakan tersebut, dan seberapa besar pengaruh lingkungan terhadap diri mereka sehubungan dengan adanya keputusan untuk tidak menikah.
Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, digunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian studi kasus, di mana dengan pendekatan ini akan memungkinkan penulis untuk mempelajari isu-isu secara mendalam dan mendetil yang dirasakan individu mengenai topik yang akan dibahas.
Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa gambaran konsep diri pada mereka adalah cenderung positif. Mereka menganggap bahwa dengan tidak menikah mereka menjadi mandiri dan memiliki well- being yang tinggi. Dalam hal ini well-being lebih dikaitkan dengan dimilikinya keahlian tertentu yang diperoleh melalui pekerjaan dan kualitas pekerjaan tersebut. Kebutuhan untuk mendapatkan penilaian positif dari orang lain juga terpenuhi meskipun ada beberapa pihak yang tetap menentang keputusan mereka. Mereka juga memiliki kepuasan diri yang tinggi, setidaknya mereka telah cukup puas menjalani hidupnya hingga saat ini.
Alasan utama yang menyebabkan mereka memutuskan untuk tidak menikah adalah alasan yang lebih bersifat internal, meliputi adanya pengalaman-pengalaman pribadi yang menunjukkan bahwa pernikahan acapkali menampilkan ketidakbahagiaan, dan adanya faktor sifat diri atau kepribadian. Selain itu adanya keinginan untuk merasakan kebebasan hidup tanpa campur tangan dari orang lain dan adanya keinginan untuk membuktikan ketidakbenaran persepsi yang negatif mengenai stereotip wanita yang tidak menikah.
Alasan eksternal yang juga mempengaruhi mereka adalah adanya persepsi mereka terhadap pengalaman-pengalaman orang lain dalam dunia pernikahan yang juga acapkali menampilkan ketidakbahagiaan. Meskipun demikian ada seorang subyek yang hingga saat ini mengalami keraguan akan kondisi dirinya. Sebenarnya ia tidak secara langsung membuat keputusan untuk tidak menikah, namun ia lebih menyerahkan kehidupannya pada Tuhan sehingga pada akhirnya ia menerima kondisinya yang harus hidup melajang dengan pemikiran yang positif bahwa kehendak Tuhan pastilah yang terbaik untuknya.
Secara umum, keputusan mereka untuk tidak menikah berasal dari pengaruh internal. Artinya keputusan mereka benar-benar merupakan keputusan yang diperoleh dari diri sendiri tanpa adanya pengaruh dari orang lain. Dengan demikian faktor ektemal tidak secara signifikan berpengaruh pada kondisi mereka sehubungan dengan keputusan yang mereka pilih.
Dari hasil penelitian ini, diperoleh informasi baru bahwa ternyata semua subyek memiliki konflik dengan ayah. Hal ini menarik untuk diteliti lebih lanjut untuk memperkaya hasil penelitian sehubungan dengan adanya pengaruh kedekatan dengan ayah terhadap keputusan subyek untuk tidak menikah."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3114
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfatiane Putrini
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3163
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Trisna
"ABSTRAK
Hubungan interpersonal merupakan hal yang penting dalam menjalani
kehidupan, karena sebagian besar perjalanan hidup kita terbentuk berdasarkan
adanya keijasama dengan orang lain. Ketika telah mencapai tahap dewasa muda,
seseorang memiliki tugas penting yaitu mengembangkan intimate relationship
melalui pacaran. Dalam menjalani hubungan pacaran terkadang timbul
ketidakcocokan dan ketidakpuasan baik terhadap hubungan itu sendiri maupun
terhadap pasangan. Jika masalah sulit teratasi, maka alternatif cara untuk
mengatasinya adalah dengan mengakhiri hubungan. Salah satu masalah yang
menyebabkan putusnya hubungan dengan pasangan adalah perselingkuhan.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran pengambilan keputusan untuk
mengakhiri hubungan pacaran pada wanita dewasa muda yang pasangannya
berselingkuh.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data
dilakukan melalui metode wawancara dan didukung oleh metode observasi.
Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam pedoman wawancara mengacu
pada teori tahapan pengambilan keputusan untuk mengakhiri hubungan yang
diungkapkan oleh Loren Lee. Wawancara dan observasi ini dilakukan pada lima
orang subyek berusia 20-25 tahun dengan lama hubungan pacaran di atas enam
bulan, dan memiliki intensitas pertemuan minimal tiga kali dalam satu minggu.
Subyek juga telah mengakhiri hubungan dengan pasangan yang berselingkuh.
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tahapan yang diungkapkan
oleh Loren Lee tidak dengan mudah diterapkan secara utuh dalam mengambil
keputusan, khususnya dalam kasus pengakhiran hubungan karena perselingkuhan.
Lima tahapan yang diungkapkan oleh Loren Lee adalah discovery of
dissatisfaction, exposure, negotiation, resolution, dan transformation. Tiga orang
subyek telah melewati lima tahap secara berurutan dan memutuskan hubungan
dengan pasangan dengan membicarakannya berdua. Namun, dua orang subyek
tidak secara keseluruhan melalui lima tahap tersebut. Tahapan yang terlewat
adalah tahap negotiation, dimana kedua subyek tersebut tidak mendiskusikan
kelanjutan hubungan pacaran dengan pasangan. Satu subyek memutuskan melalui
pesan singkat (sms), dan satu subyek lain putus dalam keadaan tidak jelas. Untuk penelitian selanjutnya peneliti menyarankan agar dilakukan
wawancara terhadap pihak yang berselingkuh; wawancara terhadap subyek
dengan karakteristik yang bervariasi; dan menggunakan subyek yang lebih
banyak. Bagi wanita yang pernah mengalami perselingkuhan, untuk menghindari
kejadian perselingkuhan di masa datang hendaknya sejak awal mengembangkan
komunikasi dan keterbukaan dengan pasangan. Ini ditujukan untuk mengetahui
ketidakpuasan dan masalah sejak dini."
2002
S3175
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3164
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3162
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lailatul Badriyah
"Kemampuan dalam pengambilan keputusan merupakan awal bagi remaja menentukan karir kedepannya. Menentukan keputusan karir dapat mengasah kompetensi yang berhubungan dengan karir yang ditekuni sehingga mencapai potensi dan berfungsi secara sosial. Tujuan penelitian mendeskripsikan proses pengambilan keputusan karir remaja di SOS Children’s Village Jakarta dengan pendekatan kualitatif deskriptif menggunakan wawancara mendalam, dan Focus Group Discussion. Hasil penelitian: 1) tugas perkembangan remaja di SOS Children’s Village yaitu mengembangkan keterampilan mengambil keputusan dan 2) proses pengambilan keputusan karir pada remaja di SOS Children’s Village dilakukan melalui program CDP, IDP dan aftercare.

The ability to make decisions is the beginning for teenagers to determine their future careers. Determining career decisions can hone competencies related to the career they are engaged in so that they reach their potential and function socially. The purpose of the study was to describe the career decision-making process of adolescents at SOS Children’s Village Jakarta with a descriptive qualitative approach using in-depth interviews and Focus Group Discussions. The results of the study: 1) adolescent development tasks at SOS Children’s Village are developing decision-making skills and 2) the career decision-making process for youth at SOS Children's Village is carried out through CDP, IDP and aftercare programs."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Khalista Dwi Asri
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3484
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harlita NTB
"ABSTRAK
Bekerja merupakan salah satu upaya dalam membangun kemandirian
terutam dalam hal ekonomi. Pada individu dewasa muda , hal ini mulai dibangun
dan berkelanjutan (Santock, 2002). Sebagai proses yang terus berkelanjutan, proses
penentuan dan pengubahan pekeijaan merupkan hal yang penting pada individu
dewasa muda, sehingga dalam pelaksanaannya akan melibatkan banyak
pertimbangan dan pemikiran. Oleh karena itu proses ini sering ditandai dengan
adanya konflik pada individu yang bersangkutan (Atwater, 1983).
Salah satu bentuk pengubahan pekerjaan yang terjadi adalah keputusan untuk
berwirausaha pada individu yang sebelumnya adalah karyawan. Memutuskan untuk
berhenti dari pekeijaan semula dan membangun usaha sendiri bukanlah hal yang
mudah, terutama pada laki-laki yang telah menikah. Penelitian yang dilakukan oleh
Zimmerer & Scarborough (2004) menyatakan bahwa terdapat ancaman dalam
keberlangsungan fungsi keluarga pada para wirausahawan yang mendirikan bisnis
pada usia antara 25-39 tahun. Hal ini didasari oleh keadaan mereka yang baru atau
berusaha memulai kehidupan keluarga mereka. Kondisi lainnya adalah ketegangan
emosi yang lebih banyak diakibatkan ketidakpastian ekonomi (Kuratko & Hodgetts,
1995). Hal semacam inilah yang berpotensi menimbulkan konflik pada diri individu
yang memutuskan untuk berwirausaha dengan meninggalkan pekerjaannya. Konflik
yang dialami dapat terselesaikan salah satunya dengan memutuskan pilihan atau
alternatif yang dianggap terbaik, sehingga dapat dikatakan pengambilan keputusan
sebagai awal dari rangkaian penyelesaian konflik.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman
mengenai jenis konflik apa saja yang mungkin dialami dan bagaimana proses
pengambilan keputusna yang dijalani oleh individu yang bersangkutan.
Dalam penelitian ini dipilih pendekatan kualitatif, agar dinamika konflik dan
gambaran pengambilan keputusan yang dijalani dapat tergambar dan dapat dipahami
lebih baik dari sudut pandang individu yang bersangkutan. Jumlah subyek dalam
penelitian ini berjumlah tiga orang dengan karakteristik laki-laki berusia 25-45 tahun
dan telah menikah ketika pengambilan keputusan dilakukan, pekeijaan sebelum
berwirausaha adalah sebagai karyawan di sektor formal (Instansi Pemerintah atau
Perusahaan Swasta) minimal selama 3 tahun, memutuskan keluar dari pekeijaan
semula secara sukarela (voluntary turnover), dan memilih hanya berwirausaha setelah keluar dari pekerjaannya. Pengumpulan data-dilakukan dengan metode !
wawancara dan metode observasi sebagai penunjang.
Proses analisis yang dilakukan mencakup dua tahap. Pertama, analisis
dilakukan pada masing-masing kasus untuk mengetahui pengalaman, permasalahan
dan proses yang terjadi pada masing-masing subyek. Kemudian yang kedua, analisis
dilakukan antar subyek atau lintas kasus. Pada bagian ini dilakukan perbandingan
baik perbedaan maupun persamaan pada beberapa hal dari keseluruhan subyek.
Dengan demikian, diharapkan dapat diperoleh suatu gambaran dan pola mengenai
konflik yang dialami oleh individu yang memutuskan untuk berwirausaha setelah
keluar dari pekerjaannya sebagai karyawan.
Hasil penelitian menunjukkan ketiga subyek memeiliki keinginan yang kuat
untuk berwirausaha, namun terdapat hal-hal lain yang menjadi faktor pertimbangan
yang oleh karena itu mengantarkan subyek pada situasi konflik. Salah satu konflik
yang berpotensi dialami oleh individu adalah
intrapersonal dengan tipe : (1) Double Approach-Avoidance dan (2) Driving forces
vs restaining force. Proses pengambilan keputusan yang dilakukan digambarkan
melalui tahapan yang dilalui dan stategi yang digunakan. Proses pengambilan
keputusan yang dialalui menggunakan wish strategy dan escape strategy.
Prilaku yang muncul pada umunya berupa kebimbangan, sehingga jalan yang
ditempuh untuk menyelesaikannya antara lain dengan menimbang kekuatan relatif
dari masing-masing pilihan untuk bisa menentukan pilihan mana yang akan diambil,
selain itu terdapat pula tindakan meninggalkan situasi konflik. Kebimbangan itu bisa
juga diselesaikan dengan cara meruntuhkan internal barrier agar tidak selamanya
menunda penyelesaian konflik."
2004
S3349
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Nelden D.M Djakababa
"ABSTRAK
Budaya mempengaruhi perilaku manusia yang hidup dalam konteks
budaya tersebut. Dalam konteks budaya Sumba, seringkali terjadi peristiwa-
peristiwa yang dianggap melecehkan ke-diri-an seseorang, kemudian menjadi
masalah yang dianggap sangat serius. Bertolak dari kenyataan tersebut,
penelitian ini bermaksud melihat bagaimanakah orang Sumba melihat ke-diri-
annya sendiri, atau dalam istilah psikologi, bagaimanakah gambaran konsep diri
orang Sumba.
Penelitian deskriptif ini menggunakan kombinasi pendekatan kualitatif
dan kuantitatif. Alat pengumpul data yang dipergunakan adalah kuesioner
"Saya .... " yang menghasilkan data kualitatif 'berupa respon- respon yang
dikategorisasi dan dianalisa isinya, serta data kuantitatif berupa frekuensi dan
persentase respon. Wawancara juga dilakukan sebagai pelengkap data
kualitatif.
Responden penelitian ini ada 101 orang yang memberikan 969 respon
berupa pernyataan- pernyataan yang mendeskripsikan diri. Respon yang
terbanyak (56.8%) berasal dari dimensi kolektif. Tiga kategori dengan respon
terbanyak adalah kategori "ldentitas Sosial" (36.43%), "Atribut- atribut Spesifik"
(29.41%), dan "Deskripsi Evaluatif" (14.24%). Terdapat tiga subkategori baru
yang muncul berdasarkan data, yaitu subkategori "Kebutuhan", "Kewajiban I
Keharusan", dan "Kondisi Ekonomi".
Perbandingan antara kelompok remaja dan dewasa menunjukkan bahwa
kelompok remaja mengumpulkan presentase respon terbesar pada kelompok
?Aspirasi - Individual" (7.38%) sedangkan kelompok dewasa Iebih banyak
memberi respon di bawah subkategori "lnforrnasi Keluarga" (12.98%).
Perbandingan antar kelompok jenis kelamin menunjukkan bahwa relatif tidak
terdapat perbedaan antara kedua kelompok ini dalam hal proporsi dimensi
individual, kolektif dan relasional. Laki- Iaki Iebih banyak memberikan respon
pada subkategori "Peran - status" (7.80%) serta "ldentitas yang Dirumuskan
Sendiri" (5.13%) daripada perempuan (4.56% & 0.83%). Perempuan Iebih
banyak memberikan respon-respon pada subkategori ?Kondisi Ekonomi"
(6.85%) daripada Iaki- laki (2.46%). Tidak seperti dugaan semula, ternyata
respon yang menunjukkan identitas kepenganutan terhadap kepercayaan
Marapu, yaitu kepercayaan asli Sumba, sama sekali tidak muncul.
Disimpulkan bahwa konsep diri orang Sumba mencerminkan karakteristik
dimensi budaya kolektif yang dominan, yaitu karakteristik budaya yang
cenderung berorientasi pada keiompok. Dengan mempertimbangkan aspek-
aspek pada subkategori, tema- tema yang paling menonjol pada konsep diri
para responden adalah identitas sosial khususnya identitas etnis sebagai orang
Sumba, aspirasi dan preferensi, serta deskripsi diri secara evaluatif. Laki- Iaki
Iebih menunjukkan karakteristik mempertahankan nama baik dan harga diri
daripada perempuan, terindikasi pada perbedaan jumlah respon "Peran - status"
dan ?Kondisi Ekonomi" kedua kelompok jenis kelamin. Perbedaan antara
kelompok remaja dan dewasa pada dasarnya mencerminkan perbedaan tahap
perkembangan.
Disarankan agar dalam penelitian selanjutnya, responden ditingkatkan
jumlah, keragaman karakteristiknya serta penyebaran lokasinya supaya data
Iebih dapat mewakili karakteristik seluruh populasi Sumba asli secara Iebih
proporsiona|."
1998
S2472
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>