Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115716 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Meta Nuclea Ivana
"Tawuran pelajar merupakan fenomena yang telah berlangsung lama dan belum juga terselesaikan. Berbagai macam cara dan pendekatan telah dilakukan guna menangani masalah ini. Menurut Mansoer (1998) tawuran sebagai tingkah laku konflik dapat dijelaskan oleh Social Identity Theory (SIT).
Menurut SIT keanggotaan seseorang dalam suatu kelompok tertentu akan berpengaruh terhadap identitas sosialnya, yang kemudian akan mempengaruhi sikap dan prilakunya kepada sesama anggota kelompok (ingroup) ataupun kepada anggota kelompok lain (outgroup) (Abram & Hogg, 1988). Identitas sosial yang positif dapat dipertahankan melalui perbandingan positif dengan kelompok lain, dimana kepada ingroup akan dilekatkan atribut yang positif, sementara pada outgroup akan dilekatkan atribut-atribut yang kurang menyenangkan dan negatif. (Brewer, 1979; Rosenbaum & Holtz, 1985). Pada saat pandangan negatif terhadap suatu kelompok tertentu menjadi sangat kuat, maka hal itu dapat mengarah pada prasangka terhadap kelompok tersebut. (Abram & Hogg, 1988).
Penelitian tentang hubungan identitas sosial dan prasangka antar kelompok memberikan hasil yang berbeda-beda. Secara implisit, SIT menyatakan adanya hubungan antara identitas sosial dan sikap yang positif terhadap ingroup dengan sikap yang negatif terhadap outgroup. (Brewer, 1979; Brown, 1995; Tajfel & Tumer, 1979; Vivian & Berkowitz, 1993; Wilder & Saphiro, 1991). Sementara beberapa penelitian lain menemukan bahwa identitas sosial dan sikap yang positif terhadap ingroup tidak selalu berhubungan dengan sikap yang negatif terhadap outgroup. (Brewer, 1979; Hinkle & Brown, 1990; Kosterman & Feshbach, 1989; Tajfel, Billig, Bundy & Flament, 1971).
Pada kasus tawuran antar sekolah, terdapat pandangan bahwa lokasi sekolah yang berdekatan menyebabkan kemungkinan yang lebih besar untuk munculnya konflik. (Mansoer, 1988). Maka, berdasarkan hal tersebut di atas, dilakukan penelitian untuk melihat hubungan identitas sosial dengan prasangka terhadap sekolah musuh dan bukan sekolah musuh pada sekolah tawuran dalam konteks sekolah yang berdekatan. Penelitian ini dilakukan dengan sampel penelitian siswa dari sekolah yang terlibat tawuran. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner identitas sosial, prasangka terhadap sekolah musuh dan prasangka terhadap bukan sekolah musuh. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan digunakan rumus korelasi Pearson Product Moment.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara identitas sosial dengan prasangka terhadap sekolah musuh, dan tidak adanya hubungan yang signifikan antara identitas sosial dengan prasangka terhadap bukan sekolah musuh.
Adapun saran berkaitan dengan masalah tawuran adalah untuk menurunkan ancaman antar sekolah yang bermusuhan, intervensi pada Basis, menurunkan prasangka antar sekolah dengan melakukan pertemuan damai yang berkesinambungan, serta melakukan penelitian sehubungan dengan intergroup threat guna mengetahui secara empiris pengaruh ancaman tersebut dalam hubungan antar kelompok.
Untuk penelitian mengenai identitas sosial dan prasangka selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian serupa dengan mengambil sampel yang lebih besar, dan lebih bervariasi, sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih baik. Hendaknya penyusunan alat ukur dilakukan dengan lebih hati-hati, dan hendaknya penelitian juga dilakukan secara kualitatif guna mendapatkan data yang lebih kaya dan lebih mendalam."
2001
S3039
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farrel Radista
"Indonesia merupakan sebuah negara majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa yang berbeda. Sebagai negara yang majemuk, hal ini memunculkan individu yang terlahir sebagai bagian dari satu suku bangsa dan juga yang terlahir sebagai bagian dari dua dua suku bangsa yang berbeda, atau biasa disebut sebagai dual identity. Namun, terkadang Indonesia masih menyimpan permasalahan berupa adanya prasangka buruk terhadap etnis minoritas yang dilakukan oleh masyarakat yang berasal dari etnis mayoritas di Indonesia. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Shi, Dang, Zheng, dan Liu, (2017) mengatakan bahwa individu yang tergolong sebagai dual identity lebih memberikan prasangka yang rendah terhadap kelompok luarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan pada penurunan tingkat prasangka terhadap etnis minoritas dengan dual identification pada masyarakat Indonesia. Penelitian dilakukan dengan metode korelasional yang dilakukan pada partisipan berusia 18 hingga 28 tahun yang tergolong sebagai bagian dari dua suku bangsa. Hasil menunjukkan bahwa identifikasi sosial dua suku bangsa tidak berhubungan secara signifikan dengan prasangka terhadap etnis minoritas. Penjelasan mengenai hasil penelitian dibahasan pada bagian diskusi

Indonesia is a plural country consisting of many different ethnic groups. As a pluralistic country, this results in individuals born as part of one ethnicity and also two different ethnicities or commonly referred to as dual identities. However, Indonesia still has problems in the form of prejudice against ethnic minorities committed by people who come from the majority ethnicity in Indonesia. A study conducted by Shi, Dang, Zheng, and Liu, (2017) states that individuals who are classified as dual identities are more likely to give lower prejudice to outer groups. This study aims to determine whether there is a significant relationship in reducing the level of prejudice against ethnic minorities with dual identification in Indonesian society. The study was conducted using a correlational method that was conducted on participants aged 18 to 28 years who were classified as part of two ethnicities. The results show that dual ethnic social identifications are not significantly associated with prejudice towards ethnic minority. Explanations of the research results is discussed in the discussion section"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Damai Hati
"Tesis ini memuat penelitian tentang proses representasi sosial dalam mengkonstruksi identitas tempat tinggal, Identitas tempat tinggal selama ini dikenal sebagai hasil dari kognisi manusia terhadap tempat tinggal yang dilihatnya (Prohansky, 1983). Hal ini bisa dilihat dari aktivitas, fasilitas, status sosial penghuni, dan suasana tempat tinggal. Dalam psikologi sosial, identitas tempat tinggal sebenarnya bukan merupakan bentuk yang sudah jadi dan dicerminkan dalam tempat tinggal, melainkan identitas tempat tinggal dikonstruksi sedemikian rupa sehingga tempat tinggal tersebut mampunyai identitas yang dapat diterima oleh masyarakat. Dalam mengkonstruksi identitas tempat tinggal ini terdapat proses representasi sosial sehingga terlihat bahwa identitas tempat tinggal merupakan hasil dari proses sosial yang direpresentasikan oleh agen sosial, yaitu kelompok produsen.
Dalam tesis ini, representasi sosial yang digunakan adalah tipe hegemonic, di mana kelompok produsen (pengembang, arsitek, media, dan marketer) aktif mengkonstruksi identitas tempat tinggal sedangkan kelompok konsumen (calon penghuni) hanya penerima representasi dari kelompok produsen.
Penelitian menunjukkan bahwa identitas tempat tinggal memang dikonstruksi dan awal pembangunan tempat tinggal. Konstruksi identitas tempat tinggal merupakan bagian dari tahap perencanaan dari kelompok produsen. Di dalam prosesnya, terdapat penambahan unsur-unsur bernilai guna menarik kelompok konsumen. Penerimaan identitas tempat tinggal disesuaikan kelompok konsumen sehingga identitas tempat tinggal mampu memberikan identitas kelompok konsumen."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18603
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyandra Faza Qintara
"Bersamaan dengan perang informasi dan manipulasi media di bawah kontrol pemerintah semenjak operasi militer Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, pemerintah Rusia memblokir akses masyarakat ke media sosial populer asal barat, seperti Instagram, Facebook, dan Twitter. Akibatnya, aplikasi asal Rusia, Telegram, meraih popularitas di Rusia dan dimanfaatkan oleh para millitary bloggers pro-Rusia untuk menyebarkan kesadaran akan konflik yang tengah menjadi sorotan masyarakat. Penelitian ini berusaha menjelaskan motivasi yang mendasari penyebaran informasi di kanal Telegram @maryananaumova. Dengan menggunakan metode analisis konten, penulis menemukan pola konten berulang yang didominasi oleh tuduhan dan ujaran kebencian terhadap Ukraina, serta narasi pencitraan/image branding Rusia selama bulan April-Mei 2022. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa identitas nasional dan afiliasi politik Maryana memiliki pengaruh dalam membentuk narasi di kanal Telegram yang cenderung memprioritaskan harga diri kelompok pro-Rusia.

Along with the cyber war and media manipulation under government control since the Russian military operation of Ukraine in February 2022, the Russian government has blocked public access to popular western social media, such as Instagram, Facebook and Twitter. As a result, a Russia-based social media called Telegram gained popularity and is used by pro-Russian military bloggers to spread awareness of the issue that was currently in focus among society. This research seeks to explain the motivation underlying the dissemination of information on @maryananaumova Telegram channel. By utilizing content analysis methods, the author identified recurring content patterns dominated by accusations and expressions of hatred towards Ukraine, as well as Russia’s image branding narrative throughout April-May 2023. The findings of this research demonstrate that Maryana's national identity and political affiliation exert influence in shaping the narrative on the Telegram channel, which tends to prioritize the dignity of pro-Russian groups."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiska Titiwening
"Dalam kehidupan masyarakat kota metropolitan Jakarta yang kompleks, persoalan identitas menjadi sebuah permasalahan yang penting. Media, seperti televisi majalah dan internet membewa pengaruh besar bagi kehidupan dan gaya hidup masyarakat kota, termasuk di dalamnya permasalahan identitas. Media membentuk image yang membangun identitas. Identitas sebagai hasil bentukan media menjadi sesuatu yang selalu berubah. Media menyediakan berbagai macam pilihan identitas bagi individu dan individu membangun identitas melalui media.
"Punk" merupakan salah satu pilihan identitas remaja metropolitan yang keberadaannya tidak bisa dilepaskan dari image yang dibentuk oleh media. "Punker" menentukan "batas" identitasnya sendiri dan melalui media, fanzine dan newsletter mereka membentuk image "Punk", menyebarkannya ke berbagai tempat, melintasi "batas" teritorial.
"Punk" menjadi sebuah permasalahan metodologis ketika setiap individu yang mengaku sebagai "Punker" menentukan "batas" identitasnya sendiri dan ia masuk di dalamnya. Seorang yang mengaku sebagai "Anarcho Punk" punya `batas' identitas "Punk" yang berbeda dengan "Street Punk''dan "Eco Punk", demikian pula dengan pengakuan "Punk politis" dan "Punk non politis". Mereka masing-masing mengaku sebagai "Anak Punk" yang sebenarnya, mereka adalah representasi dan identitas "Punk".
Tesis ini menawarkan konsep "zona" sebagai alternatif penyelesaian permasalahan metodologis dalam penelitian antropologi pada masyarakat kompleks. "Zona" merupakan "ruang identita"', dilihat sebagai sebuah "arena" dengan "batas" abstrak yang dibentuk oleh komunitas, dan bersama dengan representativitas mewujudkan identitas. Identitas dibangun oleh komunitas melalui dialektika antara "zone" dan repesentativitas. "Zona" merupakan ide yang dibangun oleh komunitas dan representativitas, yang diaktualisasikan dalam penampilan fisik, tingkah laku; merupakan sarana untuk mewujudkan ide dan mendapat pengakuan dari yang lain.
"Zona Punk" dibentuk oleh kaum "Punker" melalui media, musik dan gaya hidup "Punk" sebagai representasi dari identitas "Punk". "Batas zona" menjadi ada ketika seseorang membuat pengakuan bahwa dirinya adalah "Punker", ketika ia menganggap dirinya adalah representasi dari identitas "Punk".
Konsep "zona" diharapkan bisa memberikan pemecahan persoalan identitas dalam metodologi antropologi, di mana peran media sangat besar dalam pembentukan identitas remaja kota metropolitan."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T9160
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Togar
Medan : Bina Media, 2006, 2006
306.092 NAI ct
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
C. Dewi Hartati
"Tesis ini pada dasarnya mengkaji bagaimana perubahan identitas orang Tionghoa di Jakarta dilihat dari penggunaan nama marga. Dalam hal ini fokus penelitian penulis adalah penggunaan nama marga di kalangan masyarakat Tionghoa di Jakarta sebagai suatu identitas , perubahannya yang disebabkan oleh peraturan pemerintah, fungsinya bagi masyarakat Tionghoa dan jenis jenis identitas yang terdapat dalam masyarakat Tionghoa di Jakarta berdasarkan penggunaan nama marga.
Dalam mengkaji masalah ini penulis menggunakan teori interaksionis yang menitikberatkan pada pandangan bahwa manusia adalah produk dari proses interaksi sosial. Pemilihan pada teori ini adalah didasarkan pada asumsi bahwa dalam teori interaksionis ini terdapat simbol-simbol dalam identitas kesukubangsaan yang salah satu di antaranya adalah nama marga. Di dunia saat ini nama marga digunakan sebagai salah satu simbol dari identitas kesukubangsaan.
Pengkajian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode etnografi, yang memusatkan perhatian pada penggunaan nama marga di kalangan masyarakat Tionghoa sebagai suatu identitas. Metode pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan, wawancara mendalam, dan penggunaan literatur yang relevan.
Hasil penelitian yang penulis lakukan pada orang Tionghoa di Jakarta dari berbagai macam marga memperlihatkan bahwa mereka tetap menggunakan nama marga sebagai suatu identitas karena nama marga merupakan warisan leluhur yang digunakan dalam lingkup terbatas dan juga dalam interaksinya dengan sesama orang Tionghoa meskipun pada masa Orde Baru penggunaan nama marga. dan juga nama Tionghoa dilarang oleh pemerintah. Dalam mempertahankan penggunaan nama marga Tionghoa, orang Tionghoa juga tidak menolak untuk mengubah nama Tionghoanya menjadi nama Indonesia karena peraturan pemerintah.
Dengan cara yang tidak berbenturan langsung dengan pemerintah ataupun dengan orang-orang non-Tionghoa, orang Tionghoa berupaya mempertahankan nama marga dengan melakukan. resistensi pasif. Yang dimaksud dengan resistensi pasif adalah suatu penolakan untuk menyerah pada lingkungan yang berubah, kekuasaan, pemaksaan atau kekerasan tanpa memperlihatkan perlawanan (secara lisan atau lainnya) terhadap orang yang melakukan pemaksaan tersebut atau lingkungan yang berubah. (Horace B & English, 1958 : 460). Orang Tionghoa menolak untuk menyerah pada suatu keadaan yang berubah dan juga berbagai peraturan yang bersifat diskriminatif yang diterapkan pemerintah kepada golongan ini. Mereka tetap berupaya untuk mempertahankan nama marga karena nama marga merupakan suatu warisan dari leluhur yang harus dipertahankan. Namun juga tidak memperlihatkan perlawanan baik secara lisan atau lainnya.
Dengan seperangkat pengetahuan atau set of knowledge yang dimiliki orang Tionghoa akan konsep datong yang berarti satu dunia atau universal harmony dan juga konsep chuantong yang berarti tradisi sangat membantu orang-orangTionghoa berkompromi dan menggunakan kebijaksanaan yang praktis dalam memecahkan kesulitan yang mereka hadapi. Hal ini juga merupakan strategi adaptasi yang dilakukan oleh orang Tionghoa untuk mempertahankan budayanya dalam hal ini nama marganya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12245
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annissa Ayu Maharani
"Skripsi ini membahas kemunculan musik Indorock yang dikaitkan dengan peristiwa repatriasi orang-orang Indo ke Belanda akibat peristiwa dekolonisasi. Penelitian ini akan memakai metode kualitatif deksriptif yang bertumpu pada teori identitas budaya Stuart Hall. Dalam proses penyesuaian terhadap kondisi kebudayaan yang baru, orang Indo menciptakan sebuah jenis musik baru yang dinamakan musik Indorock. Musik Indorock akan dikaitkan dengan proses pencarian identitas orang Indo sebagai pendatang baru di tengah masyarakat multikultural Belanda.

This undergraduate thesis examines the emergence of Indorock music pertaining to the Indo’ repatriation to the Netherlands due to decolonisation. It will use a descriptive qualitative research method based on Stuart Hall’s identity theory. During the process of adaptation with a new culture, the Indo created a new genre of music called Indorock. This music will be associated with the quest of identity by the Indo as newcomers within the multicultural society of the Dutch."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S53217
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Ardi Timbul Hartadon
"[ABSTRAK
Tesis ini membahas face negotiation yang terjadi antara generasi muda Batak
sebagai keturunan perantau dengan generasi tua dalam usaha mempertahankan
identitas budaya asal. Penelitian ini menggunakan teori face negotiation untuk
membahas bagaimana konsep muka menyertai dua budaya berbeda dalam
mengendalikan terjadinya konflik. Penelitian dilakukan dengan menggunakan
paradigma konstruktivis, pendekatan kualitatif, menggunakan metode etnografi.
Subjek penelitian dipilih melalui strategi purposive. Hasil penelitian menunjukkan
berdasarkan pembagian cluster dalam teori face negotiation dapat digambarkan
face orientation generasi muda Batak adalah both/mutual face, face movement
yang diterapkan adalah jenis mutual face protection moves, face interaction
strategis adalah mengedepankan high context, gaya konflik komunikasi yang
sering terjadi adalah compromising, dan face content domain adalah reliability
face yang mengedepankan kepercayaan.

ABSTRACT
This thesis studies about face negotiation between Bataknese young generation
which are part of migrant generation in Jakarta and their parents to maintain
ethnic identity of host culture. This studies used face negotiation theory to explain
about face concept between two different culture in maintain conflict. This studies
used constructivism paradigm, qualitative approach, and ethnography method.
Subject in this studies are choosen by purposive sampling by criteria. The result of
this studies shows that based on cluster of face negotiation theory, face orientation
of bataknese young generation is both/mutual face, and also used other face
upgrading moves of face movement criteria. The face interaction strategies is
prior to high context, compromising is conflict communication style prefered, and
face content domain is reliability face, This thesis studies about face negotiation between Bataknese young generation
which are part of migrant generation in Jakarta and their parents to maintain
ethnic identity of host culture. This studies used face negotiation theory to explain
about face concept between two different culture in maintain conflict. This studies
used constructivism paradigm, qualitative approach, and ethnography method.
Subject in this studies are choosen by purposive sampling by criteria. The result of
this studies shows that based on cluster of face negotiation theory, face orientation
of bataknese young generation is both/mutual face, and also used other face
upgrading moves of face movement criteria. The face interaction strategies is
prior to high context, compromising is conflict communication style prefered, and
face content domain is reliability face]"
2015
T44576
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilman Rizaldi Ruswin
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prediksi orientasi dominansi sosial SDO dan identitas sosial terhadap intoleransi politik di Indonesia. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional. Alat ukur yang digunakan adalah Skala Orientasi Dominansi Sosial dan Skala Intoleransi Politik Putra, 2007 serta adaptasi dari Alat Ukur Identitas Sosial Kusumawardhani, 2010 . Penelitian dilakukan pada 772 mahasiswa S1/D4 yang dilakukan dengan accidental sampling dengan mengisi kuesioner daring melalui tautan http://lurus.in/niatnya. Penelitian ini menemukan bahwa SDO dapat memprediksi kemunculan intoleransi politik = 0,260, p < 0,05 , dan identitas sosial memiliki pengaruh yang kecil dalam memprediksi kemunculan intoleransi politik = 0,138, p < 0,05.

This study aims to predict social dominance orientation SDO and social identities religion and ethnicity on political intolerance. This study used correlational method, and examine SDO with Skala Orientasi Dominansi Sosial Putra, 2007 , political intolerance with Skala Intoleransi Politik Putra, 2007 , and social identity with Alat Ukur Identitas Sosial Kusumawardhani, 2010 . The researcher used online questionnaire http lurus.in niatnya with 772 undergraduate students as sample with accidental sampling. The researcher found that SDO predicts political intolerance 0,260, p 0,05 and a small contribution of social identity to predict political intolerance 0,138, p 0,05."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67821
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>