Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185001 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erik Sarwoto Harsono
"Selama tiga tahun terakhir, Indonesia mengalami berbagai krisis yang sering disebut sebagai krisis multi-dimensi. Krisis keuangan yang dimulai sejak pertengahan tahun 1997 menyebabkan hancurnya usaha dan kegiatan ekonomi. Yang paling terkena dampaknya adalah kelompok masyarakat ekonomi bawah yang kesejahteraannya semakin tidak terjamin. Krisis keuangan ini kemudian diikuti oleh krisis sosial dan keamanan yang ditandai dengan merebaknya tindak kekerasan di Maluku, Aceh, Papua dan daerah-daerah lain. Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Arbi Sanit bahkan menyebutkan bahwa Indonesia kini mengalami krisis kepemimpinan. Sejak runtuhnya orde baru, pemimpin yang berkuasa (Habibie dan Abdurrahman Wahid) tidak mampu mengimplementasikan kebijakan-kebijakan pemerintahan secara optimal karena tidak cukup mendapat dukungan politik.
Yang harus dilakukan oleh bangsa Indonesia adalah sesegera mungkin keluar dari krisis, dan salah satu faktor yang penting untuk dicermati adalah pemilihan pemimpin yang dapat diterima bangsa Indonesia. Relevan dengan kondisi krisis yang dialami bangsa Indonesia, peneliti tertarik untuk meneliti kemungkinan penerimaan terhadap pemimpin karismatik yang salah satunya dikemukakan oleh Weber, seorang sosiolog Jerman. Dalam teorinya, Weber (1947) menyatakan bahwa pemimpin karismatik mudah untuk muncul dengan menawarkan ideide baru dan kondisi yang lebih baik. Masalalinya adalah apakah pemimpin karismatik dapat diterima khususnya oleh mahasiswa sebagai golongan masyarakat yang terpelajar dan yang sejak tahun 1966 telah ikut menentukan jatuh bangunnya pemerintahan. Bila mahasiswa boleh memilih langsung pemimpinnya, apakah mereka akan memilih tipe pemimpin karismatik? Dalam penelitian ini, yang ingin didapatkan adalah gambaran pemilihan pemimpin tipe karismatik oleh mahasiswa. Seperti telah disinggung di atas, karena pemimpin karismatik kemungkinan besar muncul di saat krisis, maka faktor krisis digunakan dalam alat untuk mengukur pemilihan tipe kepemimpinan karismatik. Dalam Handbook of Leadership (1990), Bass & Stogdill menyatakan bahwa pemimpin karismatik memiliki pengikut yang salah satu karakteristiknya adalah menerima dominasi pemimpin. Jika dihubungkan dengan locus of control, maka sikap tersebut dapat digolongkan sebagai locus of control eksternal. Locus of control (LOC) adalah kecenderungan dari keyakinan individu bahwa hal-hal yang terjadi dalam hidupnya dikendalikan oleh faktor-faktor di luar (eksternal) atau di dalam dirinya (internal) (Baron & Byme, 1994). Maka dalam penelitian ini, yang juga ingin diketahui adalah apakah ada hubungan antara LOC dengan pemilihan tipe kepemimpinan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan teknik kuesioner dan wawancara. Subyek penelitian ini seperti yang telah disinggung sedikit di atas adalah mahasiswa strata-1. Penelitian kuantitatif dilakukan terhadap 50 subyek dan penelitian kualitatif pada 4 subyek.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa dalam situasi krisis mahasiswa tidak memilih pemimpin karismatik, justru dalam situasi non-krisis mahasiswa memilih pemimpin karismatik. Dari penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa pemilihan tipe pemimpin hanya mempunyai hubungan dengan locus of control pada skala powerful others. Skala powerfid others adalah skala yang mengukur seberapa besar seseorang percaya bahwa hidupnya dikendalikan oleh orang-orang yang mempunyai posisi lebih kuat daripada dirinya (Levenson, dalam Robinson 1991)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3030
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3028
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Rachmaniah
"ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh psikoedukasi terhadap
kecemasan dan koping orangtua dalam merawat anak dengan thalasemia mayor di
RSU Kabupaten Tangerang. Desain penelitian adalah quasi eksperiment pre-test
and post-test without control. sampel dalam penelitian berjumlah 47 orang tua
yang mempunyai anak dengan thalasemia mayor yang didiagnosa kurang dari satu
tahun. Hasil menunjukkan terdapat pengaruh psikoedukasi terhadap kecemasan
dan koping orang tua, juga terdapat pengaruh pekerjaan terhadap kecemasan
orang tua. Pendidikan, penghasilan keluarga dan jumlah anak dengan thalasemia
tidak berpengaruh terhadap kecemasan dan koping orang tua. Untuk selanjutnya
perlu dilakukan penelitian untuk melihat efektifitas psikoedukasi terhadap
penyakit kronis yang lain.

Abstract
This study aims to determine the effect of anxiety and coping psychoeducation
parents in caring for children with thalassemia major in RSU Tangerang regency.
The study design was quasi experiments pre-test and post-test without control.
The sample in this study of 47 parents who have children diagnosed with
thalassemia major less than one year. The result shown there psychoeducation
affected on anxiety and coping of parents, there is also influence employment
status of the anxiety of parents. affect the education, family income and number of
children with thalassemia had no effect on anxiety and parental coping. For
further research needs to look at the effectiveness psychoeducation against other
chronic diseases."
2012
T30476
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Livia Iskandar
"Diawali dari adanya perubahan peran wanita tradisional ke non-tradisional, dimana lebih banyak wanita menduduki posisi sebagai pemimpin, yang membutuhkan motif untuk berkuasa. Akan dilihat perbedaan motif untuk berkuasa ekstrinsik dan motif untuk berkuasa intrinsik pada wanita dan pria pemimpin, sesuai penjelasan teori Tedeschi. Subyek penelitian sejumlah 126 orang manajer dan politikus wanita dan pria di Jakarta. Menggunakan accidental sampling. Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner dalam bentuk inventory atau pasangan pernyataan.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan motif untuk berkuasa ekstrinsik dan motif untuk berkuasa intrinsik pada para manajer dan para politikus pria dan wanita. Manajer memiliki motif untuk berkuasa intrinsik yang lebih tinggi daripada politikus. Politikus memiliki motif untuk berkuasa ekstrinsik yang lebih tinggi daripada manajer. Walaupun secara umum tidak ditemukan adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kedua tipe motif untuk berkuasa, namun wanita cenderung memiliki motif untuk berkuasa ekstrinsik yang lebih tinggi daripada pria. Tidak ditemukan hasil yang konklusif mengenai hubungan antara jenis kelamin dan jenis pekerjaan terhadap motif untuk berkuasa ekstrinsik dan motif untuk berkuasa intrinsik.
Saran untuk penelitian selanjutnya, agar diusahakan pengembangan alat ukur baku atas motif untuk berkuasa, sehingga tidak perlu terpaku pada tes-tes proyektif. Untuk mempertajam hasil penelitian, dapat dilakukan penelitian serupa terhadap pria dan wanita dengan karakteristik yang disetarakan. Disarankan untuk melakukan penelitian lapangan untuk menelaah perbedaan tingkah laku prososial atau tingkah Iaku altruisme antara pria dan wanita. Penelitian tentang wanita pada posisi sebagai pemimpin dapat dipertajam dengan meneliti apakah stereotipi yang diyakini melekat pada wanita pemimpin dapat ditunjang oleh data-data di lapangan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
S2065
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pattirajawane, Herman
"ABSTRAK
Dalam telaah tentang efektivitas kepemimpinan melalui pendekatan teori kontinjensi (situasional), dikatakan bahwa efektivitas pemimpin tergantung atau merupakan kontinjensi dari interaksi berbagai faktor, yaitu: karakteristik pemimpin, anggota, dan.situasi atau lingkungan di sekitar kelompok itu. Dalam pendekatan kontinjensi bisa didapati dua asumsi yang berbeda dalam hal meningkatkan efektivitas kepemimpinan; yaitu:
pertama, lebih mudah mengubah situasi dimana pemimpin itu berada disbanding mengubah gaya kepemimpinannya yang relatif tetap. Karena itu pemimpin harus berusaha mengubah situasi agar sesuai dengan gaya kepemimpinannya.
kedua, lebih mudah mengubah gaya kepemimpinan seorang pemimpin dibanding mengubah situasi dimana pemimpin itu berada. Karena itu pemimpin harus berusaha mengubah gaya dan perilakunya agar sesuai dengan situasi yang ada.
Asumsi pertama bisa ditemukan pada teori kontinjensi Fiedler, yang mengemukakan bahwa efektivitas kepemimpinan ditentukan oleh adanya 'kesesuaian' antara gaya kepemimpinan dengan situasi tertentu. Sebagai contoh pemimpin yang mempunyai gaya 'orientasi pada tugas' akan efektif pada situasi yang sangat terkendali (high control situation) dan juga pada situasi yang kurang terkendali (low control situation).
Situasi tersebut dibentuk oleh kesatuan dari variabel hubungan pemimpin-anggota, struktur tugas , dan derajat keberdayaan kedudukan (position power) pemimpin.
Semakin tinggi atau kuat derajat variabel-variabel situasi itu, semakin tinggi pengendalian pemimpin atas kelompoknya.
Asumsi kedua, bisa didapati pada teori teori kontinjensi lainnya; antara lain: teori situasional Hersey & Blanchard yang menganjurkan pemimpin untuk menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan kematangan anggota dan tingkat kompleksitas tugas serta situasi; demikian juga dengan teori Vroom & Yetton yang menganjurkan bagaimana pemimpin mengadakan penyesuaian dalam pengambilan keputusan dengan melibatkan anggota dalam berbagai situasi. Kemampuan fleksibel ini juga dapat dilihat melalui teori 'self monitoring' yang mengatakan adanya kemampuan individu dalam memantau berbagai situasi kemudian beradaptasi serta menyesuaikan dirinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak rumusan-rumusan teori Fiedler berlaku, khususnya di PT Caltex Pacific Indonesia. Dengan demikian, dapat dijajaki pemanfaatan teori ini untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan. Selain itu ingin diketahui juga sejauh mama peran ciri kemampuan self monitoring pemimpin dalam pengkajian teori Fiedler, dan efektivitas kepemimpinan.
Penelitian ini menggunakan studi kajian lapangan dengan sampel non probability yang tergolong purposive, terhadap 54 subyek yakni para 'penyelia' atau supervisor dengan kelompoknya di PT Caltex Pacific Indonesia.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji binomial menunjukkan, bahwa dari 44 penyelia yang mempunyai 'efektivitas kelompok tinggi' terdapat 25 (56%) penyelia dengan kelompoknya, yang berinteraksi sesuai dengan teori Fiedler. Sedangkan 19 penyelia (44%) tidak menggunakan penerapan sesuai dengan teori Fiedler, tetapi mempunyai efektivitas kelompok tinggi.
Pada 25 penyelia yang sesuai atau in-match dengan teori Fiedler, terdapat 4 penyelia mempunyai gaya 'orientasi pada tugas' dan 16 penyelia mempunyai 'orientasi pada sosial mandiri' atau socio independent, dan 5 penyelia mempunyai gaya 'orientasi pada hubungan'
Selain itu suatu kemampuan 'high self monitoring' (kecendrungan mempunyai gaya fleksibel) ditemukan pada 19 dari 25 penyelia yang sesuai (in-match); dan 14 dari 19 penyelia yang tidak sesuai (out of match) teori Fiedler.
Kesimpulan:
Penelitian ini mendukung teori Fiedler, tetapi hanya bagi penyelia yang mempunyai LPC rendah dan LPC tengah. Penyelia dengan LPC rendah (gaya orientasi pada tugas) akan efektif pada situasi yang terkendali.
Sedangkan penyelia dengan LPC tengah (gaya orientasi sosial mandiri) akan efektif pada situasi yang terkendali dan situasi agak terkendali.
Teori Fiedler tidak didukung bagi penyelia yang mempunyai LPC tinggi (gaya orientasi pada hubungan). Interaksi antara kemampuan self monitoring tinggi dengan situasi lebih berperan dibanding interaksi antara LPC dengan situasi, dalam peningkatan efektivitas kepemimpinan.
Saran-saran:
- Mengadakan pelatihan bagi penyelia yang agak sulit mengubah gaya kepemimpinannya agar bisa mengetahui ciri kepribadian serta kesesuaiannya dengan situasi.
- Mengadakan pelatihan agar penyelia lebih fleksibel dalam gaya kepemimpinan terutama menghadapi situasi yang terus berubah.
- Mengadakan penelitian lanjutan mengenai orientasi, ciri kepribadian, dan perilaku penyelia dalam hubungannya dengan situasi dan efektivitas kepemimpinan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Woro Aryati Prawoto
"Indonesia masih belum memperlihatkan tanda-tanda bangkit dari krisis ekonomi yang melanda dunia pada akhir tahun 1997. Angka pengangguran saat ini semakin tinggi, potret pendidikan masih carut marut, kriminalitas dan kemiskinan merajalela. Adanya penetapan peraturan Otonomi Daerah pada tahun 2002 dimana setiap propinsi diberikan keleluasaan dan wewenang untuk menjalankan roda pemerintahannya, terjadi perubahan dalam lingkungan pembangunan nasional yang berdampak pada semakin bertambah besarnya beban para pelaku pembangunan kota dalam menjalankan fungsi dan peranannya seperti yang disampaikan dalam Laporan Final ? Pekerjaan Jasan Konsultasi Pelatihan Urban and Regional Development Management and Leadership ? oleh Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan di Jakarta baru-baru ini.
Dalam situasi krisis, terdapat kecenderungan pada masyarakat Indonesia untuk mencari pemimpin yang dapat memberikan jawaban yang cepat, keputusan-keputusan pemimpin yang dapat membuat masalah berat menjadi terlihat sederhana. Tentu saja ini bukan penyelesaian yang baik jika akar permasalahan yang terletak pada hal-hal yang lebih fundamental seperti pada kemampuan berpikir kreatif, berinovasi dan pemberdayaan masyarakat sesuai dengan potensi yang dimiliki, tidak ditelaah. Perubahan dalam aspek apa yang diperlukan untuk menjadi seorang pemimpin masa kini?
Dalam era globalisasi dimana arus informasi berjalan dengan cepat, seorang pemimpin harus sigap dan tanggap untuk melakukan apa yang disebut information scanning, berpikir secara strategis dan kreatif dalam menciptakan peluang-peluang yang dimilikinya. Namun ada kecenderungan untuk menolak pembaharuan jika hal tersebut diberlakukan pada para pemimpin yang merasa memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang cukup. Untuk dapat melakukan perubahan pada orang lain, seorang pemimpin diharapkan dapat mengenali dirinya sendiri dan melakukan perubahan yang diperlukan sesuai dengan tuntutan lingkungan yang baru.
Agar perubahan tersebut dapat lebih diterima maka intervensi yang digunakan adalah intervensi individuil dimana pelatihan menekankan pada pemahaman indivduil mengenai gaya berpikir, proses belajar dan dorongan pribadi apa yang membuat seseorang berinteraksi dalam kehidupan sehari-harinya dan jika menghadapi konflik.
Pelatihan yang dirancang ini merupakan adaptasi dari pelatihan Enhancing Strategic, Change and Team Leadership dan Canada untuk pejabat eselon 1 dan 2 di Departemen KIMPRASWIL, Jakarta pada tahun 2003 ( lihat keprmtakaan ). Umpan balik mengenai gaya pribadi cliperoleh melalui pengisian inventori-inventori Learning Style Inventory (LSI), Thinking Styles (InQ) dan Strength Deployment Inventory (SDI) disamping permainan Outdoor Team Challenge dimana para peserta dihadapkan pada penyelesaian masalah dilapangan.
Aspek kognitif seperti konsep-konsep Network Leadership, Team Leadership, Strategic Thinking and Planning merupakan dasar-dasar yang juga perlu dikuasai oleh peserta pelatihan, Pada tahap akhir dari rancangan pelatihan ini adalah evaluasi yang harus dilakukan setelah tiga dan enam bulan pelatihan ini berlangsung untuk menilai efektifitas pelatihan ini."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38365
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Ismah Afwan
"Berawal dari pemikiran, atasan dengan daya pemimpin yang bagaimanakah yang secara efektif dapat mempengaruhi karyawan sehingga komitmen pada organisasinya meningkat? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara daya pemimpin yang ditampilkan oleh atasan dengan komitmen pada organisasi para bawahan. Penelitian ini mencoba mengkaitkan variabel-variabel daya pemimpin yang menurut konsep French dan Raven (1959) terdiri dari daya paksaan, daya imbalan, daya keabsahan, daya keahlian dan daya acuan, dengan komitmen pada organisasi yang dikemukakan oleh Porter dkk,(1974) membagi menjadi 3 aspek yaitu a) adanya keyakinan diri dan penerirnaan yang kuat terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi ; b) adanya suatu kesiapan untuk bekerja keras demi organisasi ; c) adanya keinginan yang kuat untuk tetap menjadi bagian dari organisasi.
Karakteritik pribadi seperti usia, lama kerja dan tingkat pendidikan yang secara teoritis turut mempengaruhi pembentukan komitmen para karyawan juga dilihat dalam penelitian ini.
Penelitian dilakukan terhadap 149 responden dengan cara membagikan kuesioner kepada setiap responden yang dipilih secara acak di setiap departemen atau shop. Tempat penelitian adalah PT Bukaka Teknik Utama, sebuah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang konstruksi dan galvanizing. Lokasi perusahaan di Cileungsi- Bogor , Jawa Barat.
Hipotesis yang ditegakkan adalah : ada hubungan antara daya pemimpin yaitu (daya paksaan, daya imbalan, daya keabsahan, daya keahlian dan daya acuan) , usia , lama kerja dan tingkat pendidikan responden dengan komitmen pada organisasi ; ada pengaruh perbedaan usia dan lama jabatan atasan terhadap daya pemimpin yang ditampilkan ; ada hubungan antara daya pemimpin dengan komitmen pada organisasi para karyawan ; ada pengaruh perbedaan usia , lama kerja dan tingkat pendidikan responden dengan komitmen pada organisasinya serta ada perbedaan penilaian karyawan dari tingkatan jabatan yang berbeda terhadap daya pemimpin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diantara jenis jenis daya pemimpin (daya paksaan, daya imbalan , daya keabsahan, daya keahlian maupun daya acuan), perbedaan usia bawahan, perbedaan lama kerja dan perbedaan tingkat pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan dengan komitmen pada organisasi para karyawan. Bila dilihat satu persatu, ternyata hanya daya imbalan yang berhubungan secara signifikan dengan aspek 2 (kesiapan untuk bekerja keras demi tujuan organisasi) dan aspek 3 (keingina. n kuat untuk tetap menjadi bagian dari organisasi). Variabel-variabel karakteristik pribadi seperti usia, lama kerja dan tingkat pendidikan responden tidak berhubungan secara signifikan baik dengan aspek 1 , 2, maupun aspek 3 dalam komitmen pada organisasi. Dad penelitian ini juga diketahui bahwa perbedaan usia atasan tidak mempengaruhi daya pemimpinya, akan tetapi perbedaan lama jabatan atasan berpengaruh secara signifikan terhadap daya pemimpin. Demikian juga perbedaan tingkat jabatan berpengaruh secara signifilcan terhadap daya pemimpin.
Saran yang disampaikan dari penelitian ini : secara metodologis agar diadakan penelitian lebih lanjut dengan menambah variabel-variabel bebas yang diduga berpengaruh kuat dalam pembentukan komitmen pada organisasi para karyawan misalnya variabel kepuasan kerja, performance dan sebagainya. Secara aplikatif hasil penelitian ini merupakan suatu potret /gambar bahwa ternyata diantara variabel-variabel daya pemimpin hanya daya imbalan yang cukup efektif dalam menumbuhkan komitmen organisasi para karyawan. Apakah ini merupakan suatu indikasi peran para manajer terhadap bawahan kurang, perlu diteliti lebih lanjut. Yang perlu dipikirkan adalah bagaimana meningkatkan peran atasan dalam menumbuhkan sikap komitmen pada organisasi para bawahan.
"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartini Kartono
Jakarta: Rajawali, 1988
158.4 KAR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ayudya Kartini Lukman
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2001
303.34 KAR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dhia Rahmi Putri
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan melihat apakah arah pikiran kontrafaktual yang berbeda memberikan pengaruh berbeda pada kepuasan jurusan dan afek mahasiswa yang tidak berkuliah di jurusan pilihan utamanya. Penelitian ini dilakukan pada 81 mahasiswa semester 2 Universitas Indonesia. Peneliti menstimulasi pikiran kontrafaktual dengan stimulus dari Kray et al. 2010 yang diadaptasi dengan instruksi spesifik arah kontrafaktual ke atas dan ke bawah. Afek diukur dengan PANAS yang telah diadaptasi ke Bahasa Indonesia Takwin, Singgih, Panggabean, 2012 dan diadaptasi lebih lanjut beberapa itemnya. Kepuasan jurusan diukur dengan Academic Major Satisfaction Scale AMSS oleh Nauta 2007 dan subskala School Satisfaction dari Huebner 2001 yang diadaptasi ke konteks jurusan. Perhitungan ANOVA menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan dalam masing-masing afek dan kepuasan jurusan pada ketiga kelompok kontrafaktual atas, kontrafaktual bawah, dan kelompok kontrol . Perhitungan MANOVA untuk mengetahui perbedaan afek dan kepuasan jurusan serta efek interaksi pada ketiga kelompok juga menunjukkan hasil yang tidak signifikan F 2, 78 = 1,335, p > 0,05; Pillai rsquo;s Trace = 0,230, partial ?2 = 0,066 . Hasil ini mengindikasikan tidak ada perbedaan afek dan kepuasan jurusan pada mahasiswa yang berpikir kontrafaktual ke atas, berpikir kontrafaktual ke bawah, dan tidak berpikir kontrafaktual.

ABSTRAK
This research aims to see the effects of counterfactual thinking direction to major satisfaction and affect of college students attending majors different from their first choice. The research was done to 81 Universitas Indonesia freshmen. Counterfactual thought was prompted with instructions from Kray et al. 2010 , added and adapted with specific upward and downward counterfactual instruction. Affect was measured with Indonesian adaptation of PANAS Takwin, Singgih, Panggabean, 2012 , with further adaptation of some items. Academicajor satisfaction was measured with Academic Major Satisfaction Scale AMSS from Nauta 2007 and School Satisfaction subscale of Multidimensional Students rsquo Life Satisfaction Scale MSLSS from Huebner 2001 that had been adapted to college major context. ANOVA shows insignificant difference in major satisfaction and affect in the three experimental groups upward counterfactual, downward counterfactual, and control group . MANOVA done to see mean difference in major satisfaction and affect across the three groups and interaction effect between variables also showed insignificant result F 2, 78 1,335, p 0,05 Pillai rsquo s Trace 0,230, partial 2 0,066 . This result indicates no difference in major satisfaction and affect of students engaged in upward counterfactual thinking, downward counterfactual thinking, and students not engaged in counterfactual thinking."
2017
S68031
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>