Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 217620 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hesti Wihandini
"Kegiatan belajar di perguruan tinggi tentu berbeda dengan jenjang pendidikan sebelumnya. Pada tingkatan ini, seorang individu dituntut untuk mandiri baik secara finansial maupun emosional (Papalia & Olds, 1992). Inilah yang tak sedikit memotivasi mahasiswa untuk kuliah sekaligus bekerja, apalagi untuk mereka yang sudah berkeluarga. Mahasiswa yang kuliah sekaligus bekerja mempunyai waktu yang lebih singkat untuk belajar dan menyeimbangkan aspek-aspek dalam kehidupannya. Karena ketika ia kuliah sekaligus bekerja ada sisi positif dan negatif yang akan ia alami.
Menurut Santrock (1990), ketika seorang mahasiswa sekaligus bekerja, sisi negatif yang akan ia alami adalah bahwa ia akan mengalami kesulitan dalam menyeimbangkan tuntutan kuliah dan kerja. Namun sisi positifnya menurut Greenberger dan Steinberg (dalam Santrock, 1990) ketika seorang mahasiswa kuliah sekaligus bekerja ia akan mempunyai pemahaman lebih mengenai dunia kerja, cara memperoleh dan mempertahankan pekerjaan dan cara mengatur uang. Selain itu juga membantu mengalokasikan waktu dan kebanggaan terhadap hasil dan evaluasi.
Mahasiswa yang dapat mengelola waktu dengan baik menurut penelitian Macan, dkk (1990) memiliki perfoma yang lebih baik hasilnya, dan kepuasan kerja, tidak bingung dalam menjalankan peran dan dapat mengurangi beban kerja, sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan termasuk dalam penyelesaian tugas kuliah.
Menurut Macan, dkk (1990) , ketika seorang mahasiswa tidak dapat mengatur waktu, hal itu adalah penyebab rendahnya prestasi belajar karena ia sulit membagi waktu untuk belajar dan mengerjakan tugas kuliah, istirahat, olah raga dan mengerjakan tugas kantor. Jadi terlihat manajemen waktu punya peran penting dalam hal ini. Dengan adanya manajemen waktu yang baik diharapkan seorang mahasiswa bekerja menjadi lebih baik terhadap komitmen tugasnya (Task Involved).
Penelitian ini berusaha mengungkap hubungan antara manajemen waktu beserta keempat aspeknya yaitu perencanaan, prioritas, delegasi dan disiplin diri dengan lamanya waktu digunakan untuk bekerja dan hubungan antara manajemen waktu beserta keempat aspeknya dengan komitmen terhadap tugas. Alat pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) Time Problems Inventory yang diadaptasi dari alat ukur pemanfaatan waktu Albert. A. Canfield (1987), 2) sedangkan untuk mengukur orientasi gol digunakan alat ukur orientasi belajar dari teori Ames & Archer (1988). Jenis pemilihan sampel dalam penelitian ini purposive sampling, yaitu sampel dipilih berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Pengambilan data dilakukan secara massal dengan sampel sejumlah 51 orang bertempat di Gedung D lantai 2 mang 201-202 pada saat ujian Diagnostik IV sekitar pukul 18.30 WIB.
Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah 1) tidak ada hubungan yang signifikan antara manajemen waktu dengan perencanaan, prioritas, disiplin diri dan manajemen waktu dengan lamanya waktu digunakan untuk bekerja, 2) ada hubungan negatif dan signifikan antara aspek delegasi dengan lamanya waktu digunakan untuk bekerja, 3) ada hubungan yang negatif dan signifikan antara aspek perencanaan, prioritas dalam manajemen waktu dan manajemen waktu itu sendiri dengan komitmen terhadap tugas, 4 ) tidak ada hubungan yang signifikan antara aspek delegasi dan disiplin diri dalam manajemen waktu dengan komitmen terhadap tugas 5) tidak ada hubungan yang signifikan antara manajemen waktu dengan keempat aspeknya dengan komitmen terhadap ego. Sebagai hasil tambahan, dari penelitian ini ternyata didapat 1) tidak ada perbedaan dalam manajemen waktu beserta keempat aspeknya dengan tingkat semester, 2) tidak ada perbedaan dalam aspek perencanaan dan prioritas dalam manajamen waktu antara pria dan wanita.
Penulis beralasan bahwa dalam penelitian ini ada variabel-variabel ternyata tidak berhubungan dikarenakan, 1) jumlah sampel yang kurang variatif sehingga penelitian kurang tajam mengungkap perbedaan yang ada, 2) jumlah item yang kurang banyak sehingga kurang dalam mengungkap variabel yang hendak diukur, 3) adanya variabel tertentu dalam hal ini panjang waktu bekeija yang tidak dikontrol.
Saran-saran yang diajukan dalam penelitian ini berkenaan dengan 1) jumlah sampel yang harus diperbanyak, 2) jumlah item yang juga harus diperbanyak, menghindari uji coba terpakai, 3) ada batas waktu kritis dalam kemampuan manajemen waktu dalam hal ini 20 jam per minggu."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3029
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Padmosantjojo
"Kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa diadakan dengan tujuan untuk memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan minat dan keterampilan yang dimiliki. Kegiatan ekstrakurikuler juga merupakan bagian yang penting dalam kehidupan kampus karena kegiatan ekstrakurikuler ini dinilai mampu menampung minat sosial yang besar dari sebagian besar mahasiswa. Oleh karena itulah, kegiatan ekstrakurikuler ini perlu dikembangkan seluas mungkin, sejauh pelaksanaannya tidak melanggar jalannya kegiatan kurikuler (Cole & Hall, 1970). Namun, kecenderungan yang seringkali timbul di antara mahasiswa adalah bahwa mereka lebih senang membuang-buang waktu pada kegiatan yang bersifat menyenangkan daripada mengeijakan tugas atau kegiatan yang sebenamya penting untuk segera dikeijakan (Kalechstein dkk, 1989). Kegiatan ekstrakurikuler adalah salah satu contoh bentuk kegiatan yang dianggap menyenangkan oleh mahasiswa karena dalam kegiatan ekstrakurikuler mereka dapat menyalurkan seluruh minat dan keterampilan mereka. Oleh karenanya, tak heran jika seringkali mahasiswa terlihat begitu larut dan aktif dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, sehingga lebih banyak waktu yang mereka sediakan untuk mengikuti dan menyelesaikan tugas-tugas dalam kegiatan ekstrakurikuler daripada waktu yang mereka sediakan untuk mengikuti dan menyelesaikan tugas-tugas kurikuler. Akibatnya, hal ini akan mengganggu waktu belajar secara efektif (Brown & Holtzman, 1967). Kecenderungan ini juga terlihat di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Agar kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler ini betul-betul dapat dijalankan mahasiswa dengan seimbang dan tidak tumpang tindih, mahasiswa dituntut untuk mengatur waktunya secara lebih serius dengan melakukan suatu manajemen waktu. Dengan manajemen waktu, mahasiswa dapat menjadikan waktunya menjadi lebih produktif, dengan mengatur apa yang dilakukan dalam waktu tersebut (Higgins, 1982). Menurut penelitian Macan dkk (1990), mahasiswa yang dapat mengembangkan manajemen waktu dilaporkan memiliki performa yang lebih baik, tidak menghadapi ketumpangtindihan dan kebingungan peran, dapat mengurangi beban keija yang beriebihan, serta dapat memperkecil gangguan stress yang seringkali dihadapi. Dengan demikian diharapkan meskipun seorang mahasiswa terlibat dalam banyak kegiatan ekstrakurikuler, hal tersebut tidak akan mengganggu waktu belajamya karena ia telah dapat mengelola waktunya secara baik dengan menerapkan manajemen waktu. Menurut Canfield (1987), ada 4 aspek dalam manajemen waktu, yakni 1) menetapkan prioritas, 2) membuat perencanaan, 3) melakukan efisiensi keija, dan 4) mengembangkan sikap disiplin diri.
Penelitian ini mengungkap apakah ada hubungan antara manajemen waktu dan aspek-aspeknya dengan banyaknya kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Alat ukur yang dipakai dalam penelitian ini adalah 1) Kuesioner Kegiatan Ekstrakurikuler dan 2) Inventori Pemanfaatan Wato (Time Problems Inventory) yang disusun oleh A. A. Canfield dan telah dimodifikasi serta di-Indonesiakan. Sedangkan subyek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia yang tengah mengambil mata kuliah Diagnostik V. Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah Incidental Sampling, yaiUi subyek yang dipilih untuk dijadikan sampel merupakan sampel yang paling dimungkinkan didapat (Guliford & Fruchter, 1978). Pelaksanaan pengambilan data dilakukan secara massal di ruang kuliah 201-202 Gedung D Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Depok.
Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa 1) tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara aspek prioritas, aspek perencanaan, aspek disiplin diri dalam manajemen waktu dan manajemen waktu itu sendiri dengan banyaknya kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, dan 2) ada hubungan yang positif dan signifikan antara aspek efisiensi keija dalam manajemen waktu dengan banyaknya kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Menurut penulis, koefisien korelasi yang tidak signifikan pada beberapa aspek di atas dengan kegiatan ekstrakurikuler disebabkan karena 1) indeks reliabilitas alpha yang rendah pada aspek-aspek tersebut dan jumlah item yang kurang banyak sehingga setelah item-item yang tidak valid digugurkan, jumlahnya menjadi sangat kurang, 2) keterbatasan penetapan sampel yang hanya sebatas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Diagnostik V saja juga menyebabkan penelitian ini membuahkan hasil yang kurang tajam dalam melihat keterkaitan antar variabel karena sampel kurang mewakili keseluruhan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 3) variabelvariabel lain, seperti keadaan sosial ekonomi mahasiswa, yang tidak dikontrol dalam penelitian ini, juga turut mempengaruhi tidak signifikannya korelasi yang didapatkan antara variabel-variabel penelitian. Saran-saran diajukan untuk penelitian lebih lanjut antara lain dalam hal alat, sampel, dan variabel-variabel lain yang belum dikontrol"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2890
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Septiana
"Mahasiswa keperawatan sering menghadapi beban akademik tinggi yang dapat memicu stres, mengganggu keseimbangan antara tuntutan akademik dan kehidupan pribadi. Desain penelitian ini adalah Cross Sectional, teknik sampel menggunakan Stratified Random Sampling dengan melibatkan 189 mahasiswa keperawatan. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat (uji chi-square). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan manajemen mahasiswa pada kategori baik yaitu 55,6% dan mahasiswa yang mengalami stres akademik berjumlah 50,8%. Hasil uji korelasi yaitu tidak ada hubungan antara kemampuan manajemen waktu dan stres akademik pada mahasiswa keperawatan UMJ (p=>0,407; OR=0,752; α=0,05). Kualitas manajemen waktu baik atau tidak baik, tidak memengaruhi tingkat risiko stres akademik. Hal ini mengindikasikan perlunya analisis lebih lanjut atau sampel yang lebih besar untuk mendapatkan hasil yang lebih meyakinkan.

Nursing students often face high academic loads that can trigger stress, disrupting the balance between academic demands and personal life. The design of this study was Cross Sectional, the sample technique used Stratified Random Sampling involving 189 nursing students. Data analysis using univariate and bivariate analysis (chi-square test). The results showed that student management skills in the good category were 55.6% and students who experienced academic stress were 50.8%. The results of the correlation test are that there is no relationship between time management skills and academic stress in UMJ nursing students (p => 0.407; OR = 0.752; α = 0.05). The quality of time management is good or not good, does not affect the level of risk of academic stress. This indicates the need for further analysis or a larger sample to obtain more convincing results."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
S.N.N. Sulistyorini
"Sex dan gender kerap diidentifikasi sebagai hat yang sama. Kerancuan ini berpengaruh besar dalam kehidupan manusia. Secara biologis, manusia dibedakan menjadi dua sex, laki-laki dan perempuan. Sementara gender adalah aspek non-fisiologis dari sex yang memiliki harapan budaya terhadap femininitas dan maskulinitas (Lips, 1988 dalam Stevenson 1994). Salah satu bidang yang terimbas oleh kerancuan sex dan gender adalah bidang kerja. Vianello et al. (1990) menggambarkan stereotip yang ada dalam masyarakat ikut mengimbas dunia kerja. Pada dasarnya dunia kerja Iebih dipengaruhi oleh peran gender, bukan perbedaan jenis kelamin. Sementara, bidang kerja terbagi menjadi bidang kerja tradisional (didominasi nilai femininitas) dan nontradisional (didominasi nilai maskulinitas). Di dalam sebuah pekerjaan, keberhasilannya menuntut adanya kedua peran gender disaat yang bersamaan (Parsons dan Bales, 1955 dalam Spence dan Buckner, 1995 dan Megawangi, 1999).
Salah satu karakteristik bidang kerja tradisional adalah tidak memerlukan komitmen jangka panjang (Van Dusen dan Sheldon, 1976, dalam Basow, 1980). Ini cukup menarik jika melihat mayoritas pekerja di bidang kerja tradisional bekerja dalam jangka waktu yang cukup panjang. Untuk meneliti jenis komitmen apa yang mengikat mereka konsep Tiga Komponen Komitmen Kerja (Meyer, Allen, dan Smith, 1993) dirasa akan dapat menjawab.
Selain mempengaruhi bidang kerja, peran gender juga memiliki orientasi yang unik dalam diri tiap manusia. Orientasi peran gender adalah kepemilikan seseorang atas sifat-sifat kepribadian stereotip maskulin dan feminin yang diharapkan masyarakat (Tang dan Tang, 2001), karakteristik yang nampaknya memiliki harapan sosial yang berbeda pada tiap-tiap jenis kelamin (Spence dan Helmreich, 1978 dalam Robinson, 1995), atau persepsi seseorang tentang maskulinitas dan femininitas dalam dirinya (Raguz, 1991). Maka saat orientasi peran gender seseorang tidak memenuhi harapan sosial yang telah ditetapkan masyarakat atau dirinya sendiri, individu ini dapat mengalami stress akibat peran gender. Stress ini merupakan bentuk unik dari distress yang timbul akibat suatu situasi yang dipersepsikan sebagai pelanggaran terhadap peran gender tradisional (Eisler, 1995 dalam Efthim, Kenny, dan Mahalik, 2001).
Berdasarkan penjabaran ini timbullah beberapa pertanyaan, seperti: bagaimana jika seseorang memiliki orientasi peran gender yang berbeda dengan harapan yang telah terbentuk dalam masyarakat? Apakah ia akan mengalami suatu tekanan (stress)? Apakah orang yang orientasi peran gendernya sesuai dengan harapan masyarakat tidak mengalami stress? Bagaimana jika seseorang laki-laki dengan dominasi feminin yang tetap bekerja di bidang non-tradisional dan perempuan dengan dominasi maskulin yang tetap bekerja di bidang tradisional, karena menuruti kelaziman masyarakat? Apakah mereka akan mengalami stress? Akankah mereka memiliki komitmen terhadap pekerjaannya tersebut? Bagaimana halnya dengan pekerja yang bekerja di bidang yang sesuai dengan orientasi peran gendemya? Apakah mereka tidak akan mengalami stress? Apakah komitmen mereka terhadap pekerjaan lebih tinggi dibandingkan kelompok pertama? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang kemudian memicu penelitian ini.
Dari runtutan penjabaran dan pertanyaan diatas, dapat diasumsikan bahwa terdapat pengaruh antara orientasi peran gender dan stress akibat peran gender secara bersama-sama terhadap komitmen kerja pada pekerja di bidang kerja tradisional. Walaupun pada hasil pengolahan data tidak ditemukan korelasi maupun pengaruh yang signifikan diantara variabel-variabel tersebut, beberapa teori pendukung penelitian ini dapat dibuktikan kebenarannya. Diduga terdapat variabel perantara yang dapat menghubungkan variabel bebas ke variabel terikat sehingga terdapat pengaruh dan korelasi yang signifikan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18616
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosemary Chrisanny D.
"Waktu Iuang kerapkali diasesiasikan dengan saat bersantai, bermalas-malasan, atau bersenang-senang belaka. Bahkan waktu Iuang sering dipandang sebagai hal yang kurang penting, misalnya bila dibandingkan dengan pekerjaan atau keluarga. Namun sebenamya, waktu Iuang, yang didefinisikan sebagai waktu yang tersedia setelah melakukan berbagai kewajiban sehari-hari, kaya akan manfaat bagi kehidupan seseorang. Terlebih dalam situasi Jakarta, yang hingar bingar dengan berbagai kesibukan, persaingan, dan tekanan, dimana waktu Iuang bisa membantu seseorang menjaga keseimbangan mental dan mengaktualisasikan dirinya.
Peran waktu Iuang dalam kehidupan manusia tidaklah remeh. Apa yang dialami seseorang dalam waktu luangnya bermanfaat bagi kesehatan fisik, mental, kepuasan hidup, dan perkembangan psikologisnya. Bahkan suatu penelitian mengemukakan bahwa bila dibandingkan dengan pekerjaan dan pernikahan, korelasi kepuasan terhadap aktivitas selain kerja dengan kesejahteraan psikologis seseorang tergolong tinggi.
Persoalan yang dihadapi sehubungan dengan waktu Iuang bukan sekadar ada atau tidak adanya waktu Iuang, namun lebih kepada bagaimana cara seseorang mengisi waktu Iuangnya ataupun bagaimana pengalaman yang diperolehnya melalui aktivitas waktu luangnya tersebut. Cara seseorang memanfaatkan waktu Iuang memang berpotensi untuk memberikan pengaruh yang positif maupun negatif bagi kualitas hidupnya.
Semakin signifikannya topik mengenai waktu Iuang, semakin banyaknya kuantitas waktu Iuang akibat kemajuan teknologi, serta semakin bervariasinya alternatif pengisi waktu Iuang menyebabkan peneiiti menganggap bahwa hal ini penting untuk diteliti. Selain itu, penelitian yang berkaitan dengan penggunaan waktu Iuang ditinjau dari sudut pandang psikologi belum banyak dilakukan, terlebih dengan menggunakan subyek penelitian di Indonesia. Dengan demikian, peneliti mengangkat topik penelitian penggunaan waktu Iuang, dengan memusatkan perhatian pada orang dewasa muda. Fokus studi ini ditetapkan mengingat orang dewasa muda, yang sebagian besar waktunya dihabiskan untuk bekerja, tentunya memiliki waktu Iuang yang terbatas. Di samping itu, komposisi penduduk usia dewasa muda di Jakarta tergolong besar ketimbang kelompok usia lainnya.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk memperoleh gambaran mengenai penggunaan waktu Iuang dan makna psikologisnya bagi orang dewasa muda lajang yang bekerja penuh waktu. Penggunaan waktu Iuang yang diteliti meliputi waktu luang, aktivitas waktu luang, dampak aktivitas waktu luang, penilaian terhadap kuatitas penggunaan waktu luang berdasarkan 5 kriteria Ieisure dan arah leisure (positif/negatif), serta harapan terhadap waktu Iuang maupun aktivitas waktu Iuang. Subyek penelitian berjumlah 92 orang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan teknik incidental sampling. Alat pengumpul data yang digunakan berupa kuesioner yang terdiri dari pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka.
Dari hasii penelitian, diperoleh data bahwa kuantitas waktu luang subyek berkisar antara 1 sampai 4 jam per hari kerja. Sebagian besar subyek tetap menginginkan tambahan kuantitas waktu luang, walaupun mereka menilai bahwa kuantitas yang dimiliki saat ini sudah memadai. Hampir semua subyek menganggap waktu Iuang itu penting, sebagian besar adalah sebagai pengimbang rutinitas sehari-hari dan sarana untuk beristirahat. Masalah terbanyak dengan waktu luang terkait dengan pakerjaan responden, yaitu tersitanya waktu luang oleh kewajiban, dan gagal melakukan rencana kegiatan lainnya karena lelah. Hampir seluruhnya mengakui membutuhkan waktu luang, tahu apa yang akan dilakukan dalam waktu luang, serta cenderung menikmati waktu luang. Namun sebagian besar merasa bahwa penggunaan waktu Iuangnya kurang optimal dan perlu diperbaiki.
Aktivitas pengisi waktu luang terpopuler adalah menonton TV. Alasan untuk aktivitas tersering adalah untuk pengembangan diri, kesegaran, dan relaksasi, sedangkan alasan untuk aktivitas kedua tersering adalah untuk istirahat, karena berminat, dan karena faktor kemudahan. Subyek membutuhkan tenaga fisik yang agak besar maupun kecil, daya pikir yang tergolong sedang, serta keterlibatan emosi yang agak besar dan kecil untuk melakukan aktivitas waktu Iuangnya. Aktivitas yang dipilih cenderung di dalam ruangan, di dalam atau sekitar rumah, dilakukan seorang diri, serta bersifat fleksibel.
Dampak aktivitas waktu luang yang menonjol adalah untuk mendapatkan kesegaran baru. Secara umum, subyek juga merasakan leisure pada aktivitas waktu luangnya. Berdasarkan 5 kriteria leisure, umumnya subyek menilai bahwa aktivitas waktu luangnya dipilih secara bebas, memiliki motivasi intrinsik, mendatangkan rasa damai, membantu subyek memenuhi diri (self-fulfillment), serta signifikan dan berharga. Subyek juga menganggap bahwa aktivitas waktu luangnya terarah pada hal-hal yang positif. Harapan terbanyak terhadap waktu luang adatah ditambahkan kuantitas waktu luang, dan harapan terbanyak terhadap aktivitas waktu Iuang adalah melakukan aktivitas yang bersifat santai, produktif dan aktif.
Melihat hasil penelitian ini, peran waktu Iuang sebagai kompensasi bagi kebutuhan subyek yang tidak terpenuhi di pekerjaan perlu diperhatikan, juga pembiasaan diri mengisi waktu Iuang dengan aktivitas positif, tuntunan kegiatan avokasional, serta pengadaan program kegiatan pengisi waktu uang yang lebih membangun dan bersifat aktif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2580
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Aufa Dwi Saraswati
"Studi ini menguji pengaruh motivasi pelayanan publik, yang dimediasi oleh personalisasi dan kecocokan orang-pekerjaan, tentang perilaku peran ekstra organisasi dan organisasi komitmen. Penelitian ini dilakukan terhadap karyawan organisasi layanan publik di Jabodetabek dengan kuesioner yang diperoleh dari 200 responden dari berbagai kalangan industri jasa. Hipotesis yang dirumuskan sebelumnya kemudian diuji menggunakan metode model persamaan struktural (SEM).
Hasil penelitian ini adalah publik motivasi pelayanan memiliki efek langsung pada komitmen organisasi tetapi tidak secara langsung mempengaruhi perilaku peran ekstra. Kecocokan orang organisasi terbukti bermeditasi sepenuhnya dalam hubungan antara motivasi pelayanan publik dengan perilaku peran ekstra, tetapi sebagian menengahi dengan komitmen organisasi. Person-job fit ditemukan memediasi sebagian hubungan antara motivasi pelayanan publik dengan perilaku peran ekstra dan komitmen berorganisasi.

This study examines the influence of public service motivation, which is mediated by personalization and person-job compatibility, about the behavior of extra organizational roles and organizational commitment. This research was conducted on employees of public service organizations in Greater Jakarta with questionnaires obtained from 200 respondents from various service industry circles. Previously formulated hypotheses are then tested using the structural equation modeling (SEM) method.
The results of this study are public service motivation has a direct effect on organizational commitment but not directly influence extra role behavior. The compatibility of the organization's people is proven to meditate fully in the relationship between public service motivation and extra role behavior, but partly mediates with organizational commitment. Person-job fit was found to partially mediate the relationship between public service motivation and extra role behavior and organizational commitment.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Karlina
"Skripsi ini membahas mengenai gambaran komitmen perkawinan pada individu yang menikah melalui proses ta rsquo aruf di masa awal perkawinan Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain kuantitatif Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan tipe komitmen dari Johnson dkk 1999 pada individu yang menikah melalui ta rsquo aruf komitmen personal dan komitmen moral tinggi di awal perkawinan sedangkan untuk komitmen struktural didapat hasil yang rendah Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok perempuan dan laki laki pada masing masing tipe komitmen perkawinan Dari hasil penelitian peneliti juga menyarankan agar penelitian selanjutnya menambah jumlah partisipan serta menambahkan pendekatan kualitatif agar diperoleh hasil yang lebih dalam.

This study aims to describe the marital commitment in individuals whose married through ta rsquo aruf process in the beginning phase of marriage The marital commitment is based on theory according to Johnson et al 1999 The result is in individuals whose married through ta rsquo aruf process reported higher levels of personal commitment and moral commitment and lower score of structural commitment This study found that nothing gender differences of marital commitment in individuals whose married through ta rsquo aruf process in the beginning phase of marriage From the results of the study researcher also suggested that further research to increase the number of participants and adding a qualitative approach in order to obtain better results in descriptive study
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59124
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djoni Darmadjaja
"Komitmen dokter spesialis di dalam sebuah rumah sakit adalah merupakan hal yang sangat didambakan sekaligus kritis dan strategis sifatnya, karena bagaimanapun bagusnya bangunan fisik rumah sakit, serta lengkapnya peralatan medis, alat canggihnya sistim manajemen, tetap tidak akan dapat menghasilkan pelayanan yang bermutu tanpa dukungan dokter spesialis yang handal dan bertanggung jawab.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana upaya pembangunan komitmen dokter spesialis dilakukan di rumah sakit Karawang, serta mendalami proses yang terjadi pada setiap tahapan perubahan.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana data diperoieh melalui wawancara mendalam dengan 27 informan (terdiri atas 10 klasifikasi). Informan penelitian ini adalah orang-orang di RSUD Karawang (sebagian besar dokter spesialis) yang mengetahui dengan baik perubahan yang terjadi di lingkungan dokter spesialis di Rumah Sakit Karawang dan terlibat dalam proses transformasi tersebut, serta pihak yang berkepentingan yaitu Dinas kesehatan kabupaten dan DPRD kabupaten Karawang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen dokter spesialis sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan yang dijalankan di rumah sakit tersebut, termasuk didalamnya bagaimana gaya kepemimpinan yang diterapkan dan bagaimana direktur memperlakukan dokter spesialis, baru kemudian suasana kerja yang nyaman terutama suasana non fisik yang didapat dari hasil hubungan interpersonal yang harmonis, dan akhirnya sistim insentif yang transparan.
Upaya yang dilakukan oleh direktur RSUD Karawang dalam membangun komitmen dokter spesialis adalah dengan pendekatan manajemen perubahan melalui tahapan sebagai berikut, dimulai dengan melakukan perubahan paradigma, perumusan visi bersama, pengkayaan wawasan, pemberdayaan, kemudian melakukan perbaikan sistim atau aplikasi sistim baru serta melakukan sistim pemantauan dan evaluasi.
Proses perubahan digerakkan dengan bantuan agen-agen perubahan yang sudah terpilih dan dipercaya. Upaya perubahan secara sistematis dilakukan selama paling kurang pada dua tahun pertama, sedangkan waktu-waktu berikutnya adalah merupakan kelanjutan atau realisasi dari hasil yang telah dicapai. Disamping itu hasil penelitian menunjukkan bahwa proses perubahan komitmen dokter spesialis di RSUD Karawang mengikuti pola kurva Sigmoid, dimana setelah terjadi peningkatan yang mencolok pada tahun ke dua sampai tahun ke empat, kemudian menjadi mendatar dan cenderung menurun pada tahun ke lima dan ke enam.
Perubahan komitmen dokter spesialis dapat terlihat dari perubahan sikap dan perilaku, berkurang atau menghilangnya konflik internal, keterlibatan aktif dalam kegiatan kegiatan rumah sakit, terciptanya kekompakan diantara dokter, dengan outcome meningkatnya kinerja dokter spesialis maupun rumah sakit secara keseluruhan, serta dampaknya adalahnya meningkatnya revenue rumah sakit.
Pergantian kepemimpinan rumah sakit pada tahun 1995 temyata dapat dimanfaatkan untuk melakukan perubahan komitmen dokter spesialis, yang secara sangat kebetulan ditunjang oleh 3 buah peraturan yaitu tentang SOTK (Struktur Organisasi dan Tata Kerja) rumah sakit, pelaksanaan Swadana dan Akreditasi rumah sakit, dimana dengan peraturan peraturan tesebut direktur mendapatkan banyak peluang dan kekuatan untuk melakukan perubahan yang strategis di RSUD Karawang, termasuk didalamnya upaya peningkatan komitmen dokter spesialis.

In a hospital, commitment of medical specialist is needed and also of critical and strategic importance, because large builidings, complete medical equipment or sophisticated management system, won't produce better quality services, without the support of responsible and capable specialists.
The purpose of this study is to understand how the efforts of the commitment building of the specialists was done in RSUD Karawang ( Karawang Public hospital ), and to delve deeper into the process al every stage of the change.
This study is qualitative study where data is taken by in depth interview with 27 respondents ( consist of 10 clasification ) Resource persons in this researh are they who work in RSUD Karawang ( most of them are specialist ) and know much how the changes happened in the specialists society in this hospital, and involved with the transformation process, and (lien the stake holder of this hospital namely Regional Health Administrator and the Community Council of Karawang.
The research shows us that commitment of specialists is highly influenced by the leadership that was in effect in the hospital, including how the leadership was implemented and how the director treat the specialists, after that pleasant working environment namely non physical environment that was the result of harmonica) interpersonal relationship, and lastly a transparant incentive system.
The efforts of the director of RSUD Karawang to build the commitment of the specialists was through management change with these stages, changing the paradigm, sharing vision, enrichment, empowerment, and then system improvement or new system application, and monitoring and evaluating system.
Change process was begun with the help of agent of changes who were trusted persons that were selected from the specialists Systematic change efforts were done at least during the first two years, with the following years being the follow up and realization of the results that were achieved. In general the complete commitment is reached after three years.
This research also shows that process of commitment changes among the specialist in RSUD Karawang follow the shape of S ( Sigmoid curve ), it means that the improvement during second year through the fourth year , and flattening during the fifth year and tend to decline in the sixth year.
The commitment change among the specialist is seen from changes of attitude and behaviour, decline or absence of internal conflict, increase of involvement in hospital activities, increase of cohesiveness among the specialists, with the outcome of increase of their performance, and also whole hospital performance with consequence of increased revenue.
The hospital director replacement in 1995 was used as a starting point to the change of commitment in specialists community, which was supported by 3 regulation, namely first the hospital organizational structure regulation, secondly financial regulation about self management budgeting system, finally hospital acreditation regulation. With chose regulations, the director got strength and many opportunities to do strategic change in RSUD Karawang, including commitment building among the specialists.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T1600
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Elex Media Komputindo, 1991
R 658.409 5 MAN t
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Mufidah
"Waktu merupakan salah satu alat yang dibutuhkan perorang atau pun organisasi dalam mencapai tujuan. Manajemen waktu merupakan penerapan konsep manajemen dalam mengatur aktivitas seseorang untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi sehingga individu dapat mewujudkan tujuan mereka dalam kehidupan sosial dan bisnis, atau dengan kata lain, kemampuan untuk secara sadar mengontrol waktu. Kepemimpinan apoteker yang mengharuskan untuk memanajemen dengan baik setiap tugas dengan baik dan efisien. Karya ilmiah ini merupakan sebuah  gagasan inovasi yang didasarkan dari hasil wawancara dengan apoteker Apotek Kimia Farma dan studi literatur jurnal dan buku. Penting dan Mendesak seperti pasien datang untuk konseling yang tidak dapat diprediksi kedatangannya, Penting Tapi Tidak Mendesak seperti kegiatan rutinitas per bulan untuk mengadakan stok obat, penerimaan, Home Pharmacy Care, Tidak Penting Tapi Mendesak Kegiatan tidak penting tapi mendesak dapat diwakilkan oleh orang lain seperti kegiatan Input Data BPJS, Swamedikasi Vitamin, suplemen, alat Kesehatan, Pengaturan Tata Letak Obat setiap obat datang dari distributor. Tidak penting dan tidak mendesak seperti membeli makanan di luar dan merapihkan gudang yang berisi kardus penyimpanan obat.

Time is one of the tools needed by individuals or organizations to achieve goals. Time management is the application of management concepts in managing one's activities to increase productivity and efficiency so that individuals can realize their goals in social and business life, or in other words, the ability to consciously control time. Pharmacist leadership requires good management of each task properly and efficiently. This scientific work is an innovative idea based on the results of interviews with pharmacists at Kimia Farma Pharmacy and literature studies of journals and books. Important and Urgent such as patients coming for counseling whose arrival cannot be predicted, Important But Not Urgent such as routine activities per month to stock up on medicines, acceptance, Home Pharmacy Care, Not Important but Urgent Activities not important but urgent can be represented by others such as activities BPJS Data Input, Self-medication Vitamins, supplements, medical devices, drug layout settings for each drug coming from the distributor. Not important and not urgent, such as buying food outside and tidying up a warehouse filled with medicine storage boxes.
"
Depok: Fakultas Ilmu Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>