Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203461 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hesti Wihandini
"ABSTRAK
Kegiatan belajar di perguruan tinggi tentu berbeda dengan jenjang
pendidikan sebelumnya. Pada tingkatan ini, seorang individu dituntut untuk
mandiri baik secara finansial maupun emosional (Papalia & Olds, 1992). Inilah
yang tak sedikit memotivasi mahasiswa untuk kuliah sekaligus bekerja, apalagi
untuk mereka yang sudah berkeluarga.
Mahasiswa yang kuliah sekaligus bekerja mempunyai waktu yang lebih
singkat untuk belajar dan menyeimbangkan aspek-aspek dalam kehidupannya.
Karena ketika ia kuliah sekaligus bekerja ada sisi positif dan negatif yang akan ia
alami.
Menurut Santrock (1990), ketika seorang mahasiswa sekaligus bekerja,
sisi negatif yang akan ia alami adalah bahwa ia akan mengalami kesulitan dalam
menyeimbangkan tuntutan kuliah dan kerja. Namun sisi positifnya menurut
Greenberger dan Steinberg (dalam Santrock, 1990) ketika seorang mahasiswa
kuliah sekaligus bekerja ia akan mempunyai pemahaman lebih mengenai dunia
kerja, cara memperoleh dan mempertahankan pekerjaan dan cara mengatur uang.
Selain itu juga membantu mengalokasikan waktu dan kebanggaan terhadap hasil
dan evaluasi.
Mahasiswa yang dapat mengelola waktu dengan baik menurut penelitian
Macan, dkk (1990) memiliki perfoma yang lebih baik hasilnya, dan kepuasan
kerja, tidak bingung dalam menjalankan peran dan dapat mengurangi beban kerja,
sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan termasuk dalam penyelesaian tugas
kuliah.
Menurut Macan, dkk (1990) , ketika seorang mahasiswa tidak dapat
mengatur waktu, hal itu adalah penyebab rendahnya prestasi belajar karena ia sulit
membagi waktu untuk belajar dan mengerjakan tugas kuliah, istirahat, olah raga
dan mengerjakan tugas kantor. Jadi terlihat manajemen waktu punya peran
penting dalam hal ini. Dengan adanya manajemen waktu yang baik diharapkan
seorang mahasiswa bekerja menjadi lebih baik terhadap komitmen tugasnya (Task
Involved).
Penelitian ini berusaha mengungkap hubungan antara manajemen waktu
beserta keempat aspeknya yaitu perencanaan, prioritas, delegasi dan disiplin diri dengan lamanya waktu digunakan untuk bekerja dan hubungan antara manajemen
waktu beserta keempat aspeknya dengan komitmen terhadap tugas.
Alat pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) Time
Problems Inventory yang diadaptasi dari alat ukur pemanfaatan waktu Albert. A.
Canfield (1987), 2) sedangkan untuk mengukur orientasi gol digunakan alat ukur
orientasi belajar dari teori Ames & Archer (1988). Jenis pemilihan sampel dalam
penelitian ini purposive sampling, yaitu sampel dipilih berdasarkan tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian. Pengambilan data dilakukan secara massal dengan
sampel sejumlah 51 orang bertempat di Gedung D lantai 2 mang 201-202 pada
saat ujian Diagnostik IV sekitar pukul 18.30 WIB.
Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah 1) tidak ada hubungan yang
signifikan antara manajemen waktu dengan perencanaan, prioritas, disiplin diri
dan manajemen waktu dengan lamanya waktu digunakan untuk bekerja, 2) ada
hubungan negatif dan signifikan antara aspek delegasi dengan lamanya waktu
digunakan untuk bekerja, 3) ada hubungan yang negatif dan signifikan antara
aspek perencanaan, prioritas dalam manajemen waktu dan manajemen waktu itu
sendiri dengan komitmen terhadap tugas, 4 ) tidak ada hubungan yang signifikan
antara aspek delegasi dan disiplin diri dalam manajemen waktu dengan komitmen
terhadap tugas 5) tidak ada hubungan yang signifikan antara manajemen waktu
dengan keempat aspeknya dengan komitmen terhadap ego. Sebagai hasil
tambahan, dari penelitian ini ternyata didapat 1) tidak ada perbedaan dalam
manajemen waktu beserta keempat aspeknya dengan tingkat semester, 2) tidak
ada perbedaan dalam aspek perencanaan dan prioritas dalam manajamen waktu
antara pria dan wanita
Penulis beralasan bahwa dalam penelitian ini ada variabel-variabel
ternyata tidak berhubungan dikarenakan, 1) jumlah sampel yang kurang variatif
sehingga penelitian kurang tajam mengungkap perbedaan yang ada, 2) jumlah
item yang kurang banyak sehingga kurang dalam mengungkap variabel yang
hendak diukur, 3) adanya variabel tertentu dalam hal ini panjang waktu bekeija
yang tidak dikontrol
Saran-saran yang diajukan dalam penelitian ini berkenaan dengan 1)
jumlah sampel yang harus diperbanyak, 2) jumlah item yang juga harus
diperbanyak, menghindari uji coba terpakai, 3) ada batas waktu kritis dalam
kemampuan manajemen waktu dalam hal ini 20 jam per minggu."
2001
S3029
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Anggara Kusumaatmaja
"Dalam kehidupannya, manusia selalu mengejar prestasi berdasarkan kemampuan dan bidangnya masing-masing. Menurut Robinson (dalam http://www-mcnair.berkeley.edu/97joumal, 1997) tinggi rendahnya prestasi di pengaruhi oleh kemandirian seseorang. Menjadi anak bungsu, seringkali mendapat anggapan sebagai anak yang manja dan tidak mandiri. Gunawan (dalam Gunarsa & Gunarsa, 2000) mengatakan bahwa posisi anak sebagai anak sulung, bimgsu, dan tunggal sedikit banyak dapat berdampak pada pembentukan kepribadiannya. Oleh karena kemandirian juga merupakan salah satu aspek dari kepribadian, maka posisi anak juga berdampak terhadap kemandiriaimya. Kemandirian mempakan salah satu aspek kepribadian yang penting (Conger, 1991), terlebih bagi remaja usia 17-19 tahun, pada saat memasidd jenjang perguruan tinggi, remaja mulai dituntut untuk menjadi sosok yang mandiri (Ganda, 1992). Sebagai mahasiswa fakultas yang memiliki daya saing yang cukup ketat dalam penerimaan mahasiswa, mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) dituntut untuk memiliki prestasi yang baik agar nantinya tidak dikeluarkan (putus studi).
Pada penelitian ini peneliti ingin melihat bagaimana kemandirian dan prestasi akademik remaja bungsu serta melihat apakah ada hubungan kemandirian dengan prestasi akademik remaja bungsu di perguman tinggi?. Penelitian ini dilakukan pada 75 orang subyek yang terdiri dari 22 subyek laki-laki dan 53 subyek perempuan, yang bemsia 18-19 tahun dan merupakan mahasiswa Fakultas Psikologi UI. Pemilihan subyek dilakukan dengan menggunakan teknik incidental sampling. Setiap subyek dalam penelitian ini, mendapatkan kuesioner yang telah disusun oleh peneliti berdasarkan lima aspek kemandirian. Untuk memperoleh data prestasi akademik, subyek diminta untuk menuliskan Indeks Prestasi Kumulatif terakhir yang diperolehnya dan peneliti mencek kembali kepada sub bagian akademik mahasiswa Fakultas Psikologi UI.
Data dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik koefisien alpha dan korelasi Pearson product-moment yang ada pada program SPSS for MS Windows Release 10.0. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa Remaja bungsu pada fakultas psikologi UI yang mendapatkan skor kemandirian rendah, lebih banyak dari pada yang mendapatkan skor kemandirian tinggi. Walaupim deraikian, perbedaan jumlah remaja bungsu yang mendapatkan skor kemandirian tinggi -dengan skor kemandirian rendah, hanya terpaut 1,3 % saja. Jumlah remaja bungsu pada Fakultas Psikoiogi UI yang memiliki prestasi akademik buruk, lebih banyak dari pada yang memiliki prestasi akadeniik baik. Namun hal tersebut tidak dapat dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa mahasiswa bungsu Fakultas Psikologi memiliki prestasi akademik yang buruk, mengingat perbedaan antara responden yang memiliki prestasi akademik baik dengan responden yang memiliki prestasi akademik buruk hanya terpaut 9,3 % saja. Selain kedua hal tersebut, juga dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kemandirian dengan prestasi akademik remaja bungsu di Fakultas Psikologi UI. Keadaan ini mungkin disebabkan oleh karena masih banyak faktor lain yang turut mempengaruhi prestasi akademik seseorang yang tidak terukur dalam penelitian ini. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah bakat khusus, motivasi untuk berprestasi, harga diri akademik, lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan faktor situasional (Syah, 2000).
Saran yang dapat diberikan untuk penelitian lain sehubungan dengan penelitian ini antara lain adalah untuk menguji validitas internal dan ekstemal dari instrumen pengukuran, sebaiknya faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi prestasi akademik dan kemandirian perlu diikutsertakan. Meskipun hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan antara kemandirian dengan prestasi akademik remaja bungsu pada perguruan tinggi, aspek tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi akademik. Oleh karenanya, disarankan bagi para orang tua untuk memupuk tanggung jawab pada anak bungsu mereka sejak dmi agar dapat memaksimalkan prestasi akademik anak bungsunya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S2865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komaryatun
"Tujuan dari penelitian ini ada/ah melihat bagaimana hubungan antara rasa humor mahasiswa dengan kreativitas verbal yang dimilikinya. Subyek pada penelitian ini ada/ah 42 mahasiswa fakultas psikologi UI angkatan 2003 yang terdiri atas 8 pria dan 34 wanita. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan dua a/at ukur penelitian. Alat ukur pertama berupa kuesioner humor yang berisi 34 cerita humor dengan empat pilihan respon jawaban mulai dari tidak lucu, agak lucu, lucu sampai sangat lucu. Alat ukur kedua ada/ah Tes Kreativitas Verbal yang merupakan tes kreativitas baku yang dikembangkan oleh S.C Utami Munandar (1997). Metode analisa data yang digunakan sesuai dengan tujuan dari penelitian ini ada/ah menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara rasa humor dengan kreativitas verbal. Individu yang memiliki rasa humor tinggi memiliki kreativitas verbal yang tinggi begitu pula sebaliknya individu yang memiliki rasa humor rendah memiliki kreativitas verbal yang rendah pula."
Depok: Pusat Keberbakatan-Fakultas Psikologi UI, 2008
150 GRJKK 2:1 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fiskawati Prasetyaningsih
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1987
S2108
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Padmosantjojo
"
ABSTRAK
Kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa diadakan dengan tujuan untuk memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan minat dan keterampilan yang dimiliki. Kegiatan ekstrakurikuler juga merupakan bagian yang penting dalam kehidupan kampus karena kegiatan ekstrakurikuler ini dinilai mampu menampung minat sosial yang besar dari sebagian besar mahasiswa. Oleh karena itulah, kegiatan ekstrakurikuler ini perlu dikembangkan seluas mungkin, sejauh pelaksanaannya tidak melanggar jalannya kegiatan kurikuler (Cole & Hall, 1970). Namun, kecenderungan yang seringkali timbul di antara mahasiswa adalah bahwa mereka lebih senang membuang-buang waktu pada kegiatan yang bersifat menyenangkan daripada mengeijakan tugas atau kegiatan yang sebenamya penting untuk segera dikeijakan (Kalechstein dkk, 1989). Kegiatan ekstrakurikuler adalah salah satu contoh bentuk kegiatan yang dianggap menyenangkan oleh mahasiswa karena dalam kegiatan ekstrakurikuler mereka dapat menyalurkan seluruh minat dan keterampilan mereka. Oleh karenanya, tak heran jika seringkali mahasiswa terlihat begitu larut dan aktif dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, sehingga lebih banyak waktu yang mereka sediakan untuk mengikuti dan menyelesaikan tugas-tugas dalam kegiatan ekstrakurikuler daripada waktu yang mereka sediakan untuk mengikuti dan menyelesaikan tugas-tugas kurikuler. Akibatnya, hal ini akan mengganggu waktu belajar secara efektif (Brown & Holtzman, 1967). Kecenderungan ini juga terlihat di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Agar kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler ini betul-betul dapat dijalankan mahasiswa dengan seimbang dan tidak tumpang tindih, mahasiswa dituntut untuk mengatur waktunya secara lebih serius dengan melakukan suatu manajemen waktu. Dengan manajemen waktu, mahasiswa dapat menjadikan waktunya menjadi lebih produktif, dengan mengatur apa yang dilakukan dalam waktu tersebut (Higgins, 1982). Menurut penelitian Macan dkk (1990), mahasiswa yang dapat mengembangkan manajemen waktu dilaporkan memiliki performa yang lebih baik, tidak menghadapi ketumpangtindihan dan kebingungan peran, dapat mengurangi beban keija yang beriebihan, serta dapat memperkecil gangguan stress yang seringkali dihadapi. Dengan demikian diharapkan meskipun seorang mahasiswa terlibat dalam banyak kegiatan ekstrakurikuler, hal tersebut tidak akan mengganggu waktu belajamya karena ia telah dapat mengelola waktunya secara baik dengan menerapkan manajemen waktu. Menurut Canfield (1987), ada 4 aspek dalam manajemen waktu, yakni 1) menetapkan prioritas, 2) membuat perencanaan, 3) melakukan efisiensi keija, dan 4) mengembangkan sikap disiplin diri.
Penelitian ini mengungkap apakah ada hubungan antara manajemen waktu dan aspek-aspeknya dengan banyaknya kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Alat ukur yang dipakai dalam penelitian ini adalah 1) Kuesioner Kegiatan Ekstrakurikuler dan 2) Inventori Pemanfaatan Wato (Time Problems Inventory) yang disusun oleh A. A. Canfield dan telah dimodifikasi serta di-Indonesiakan. Sedangkan subyek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia yang tengah mengambil mata kuliah Diagnostik V. Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah Incidental Sampling, yaiUi subyek yang dipilih untuk dijadikan sampel merupakan sampel yang paling dimungkinkan didapat (Guliford & Fruchter, 1978). Pelaksanaan pengambilan data dilakukan secara massal di ruang kuliah 201-202 Gedung D Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Depok.
Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa 1) tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara aspek prioritas, aspek perencanaan, aspek disiplin diri dalam manajemen waktu dan manajemen waktu itu sendiri dengan banyaknya kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, dan 2) ada hubungan yang positif dan signifikan antara aspek efisiensi keija dalam manajemen waktu dengan banyaknya kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Menurut penulis, koefisien korelasi yang tidak signifikan pada beberapa aspek di atas dengan kegiatan ekstrakurikuler disebabkan karena 1) indeks reliabilitas alpha yang rendah pada aspek-aspek tersebut dan jumlah item yang kurang banyak sehingga setelah item-item yang tidak valid digugurkan, jumlahnya menjadi sangat kurang, 2) keterbatasan penetapan sampel yang hanya sebatas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Diagnostik V saja juga menyebabkan penelitian ini membuahkan hasil yang kurang tajam dalam melihat keterkaitan antar variabel karena sampel kurang mewakili keseluruhan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 3) variabelvariabel lain, seperti keadaan sosial ekonomi mahasiswa, yang tidak dikontrol dalam penelitian ini, juga turut mempengaruhi tidak signifikannya korelasi yang didapatkan antara variabel-variabel penelitian.
Saran-saran diajukan untuk penelitian lebih lanjut antara lain dalam hal alat, sampel, dan variabel-variabel lain yang belum dikontrol. Daftar Bacaan: 24 literatur (1967 - 1996)
"
1998
S2890
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfi Santhi Aquarini
"Pendidikan penting bagi kehidupan masyarakat. Perubahan lingkungan yang teijadi dengan cepat memerlukan pengetahuan dan ketrampilan yang didapat antara lain dari lembaga pendidikan. Pendidikan tinggi memungkinkan manusia mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi pula. Angka Partisipasi Kasar pendidikan tinggi di Indonesia tergolong rendah. Angkatan keija yang berpendidikan tinggi juga tergolong rendah. Menurut AS Munandar sehamsnya belajar itu dilakukan seumur hidup. Belajar seumur hidup dapat memungkinkan perkembangan manusia dalam segala bidang.
Pendidikan seumur hidup (lifelong learning) terjadi pada segala bidang, yaitu pendidikan formal, informal dan nonformal. Agar individu dapat belajar mandiri seumur hidup sebaiknya menerapkan self-regttlated learning, yaitu mengatur belajamya sendiri dengan memotivasi dan mengontrol dirinya, karena mereka tahu diri mereka sendiri dan apa yang harus dikeijakan, serta strategi apa yang sesuai.dengan situasi dan kondisi belajar. Penggunaan strategi ini berguna di berbagai proses belajar.
Menurut Zimmerman dan Martinez-Pons (1998) penggunaan strategi yang efektif dan efisien menghasilkan prestasi belajar yang tinggi. Strategi self-regulated learning tersebut adalah self-evaluation; organizing and transforming: goal-setting and planning: seeking information: keeping records and monitoring: environmental structuring: self-consequating: rehearsing and memorizing: seeking social assisstance; reviewing records; dan non strategic behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2869
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luki Dian Purnamasari
"Motivasi dipengaruhi oleh faktor instrinsik dan ekstrinsik. Salah satu faktor intrinsik adalah pengetahuan, Pengetahuan yang baik tentang bahaya osteoporosis, dapat memperkuat motivasi untuk melakukan upaya pencegahan osteoporosis sedini mungkin, terlebih pada mahasiswi kesehatan yang telah terpapar dengan ilmu kesehatan sehari-harinya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ada tidaknya pengaruh antara lamanya telah terpapar ilmu kesehatan dengan motivasi mencegah osteoporosis pada mahasiswi tingkat akhir dengan mahasiswi tingkat awal S-1 reguler FIK-UI. Penelitian ini dilakukan di FIK-UI dengan mengambil responden mahasiswi reguler angkatan 2005 dan 2008 sebanyak 97 orang dengan metode simple random sampling.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif dengan distribusi frekuensi dan uji Chi Square untuk menganalisis hubungan antar variabel.
Hasil penelitian ini menyimpulkan ada pengaruh yang cukup signifikan antara telah lamanya terpapar ilmu kesehatan dengan motivasi mencegah osteoporosis pada mahasiswi keperawatan (p value= 0,002 < α= 0,05).
Peneliti menyarankan pada penelitian berikutnya dibahas pula mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi masing-masing kelompok dalam melakukan upaya pencegahan osteoporosis.

Motivation has been influenced by internal and external factors. The internal factor for instant the deepness of health insight. The good insight about the osteoporosis dangerous, will be force his motivation to prevent osteoporosis in the early age, especially among the students of Nursing Faculty, who has been studied the health science daily.
The objective of this research is to identify the impact of the length of health study on prevent osteoporosis motivation among regular students 2005 as a last grade and 2008 as a first grade of Nursing Faculty University of Indonesia. Respondent are regular women students in Nursing Faculty University of Indonesia with 97 persons by using simple random sampling.
Research design uses descriptive correlation and Chi-square test to analyze correlation between two variables.
The result of this research has proven that the length of the health study has a positive impact to their motivation on prevent osteoporosis significantly (p value= 0,002 < α= 0,05).
Researcher suggests for the future research to emphasis on factors whose influence the motivation of each group to prevent osteoporosis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5812
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
I.G.A.A. Jackie Viemilawati
"Selama ini isu kesehatan mental ditujukan kepada masyarakat umum diluar para praktisi kesehatan mental itu sendin, sepeni psikolog klinis, psikiater, konselor, dokter, dan pekerja kemanusiaan. Sudah saatnya masalah kesehatan mental juga berfokus pada para praktisi itu sendiri. Pekerjaan yang membutuhkan perhatian (empali) terhadap rnasalah-masalah yang dialami klien ternyata menimbulkan suatu resiko tertentu. Dari hasil penelitian Urquiza dkk (1997), efek dan kegiatan mewawancara, misalnya antara terapis dan kiien misalnya dengan materi wawancara tertentu, bisa menimbulkan stres yang termanifestasi da1am berbagai perilaku terapis. Misalnya enggan bertemu dengan klien, kurang kontak mata, mengalami keielahan, kekurangan tidur, menarik diri, ingin menangis mudah marah, sehingga kemudian mengganggu hubungan dengan teman kerja dan keluarga serta performa kerja.
Penelilian Stamm dan Figley (1997) pada terapis yang menangani klien yang mengalami trauma juga mendukung hal itu. Menurut mereka dalam menangani klien trauma,seorang terapis juga bisa mengalami simtom-simtom yang hampir sama dengan yang dialami oleh kliennya. Karena simtom di dapat secara sekunder melalui paparan oerila Idien yang mengaiami trauma, make fenomena tersebut dinamakan Secondary Traumatic Stress.
Mengingat pentingnya isu tersebut, dibuatlah sebuah alat asesmen yang dimaksudkan untuk mengukur tingkat bumout dan compassion fatigue - istllah yang diajukan oleh Stamm dan Figley untuk kelehahan emosi dan fisik akibat pekerjaan yang memberikan perhatian (empati) - pada para pekerja kemanusian, praktisi kesehatan mental umumnya. Selain itu, dua aspek yang diukur diatas,juga untuk mengetahui tingkat compassion satisfaction (kepuasan kerja) selama menangani klien Alat ini digunakan untuk mengetahui keadaan kesehatan mental para pekerja kemanusiaan selama kurun waktu tertentu dan bersifat self administered, untuk dapat digunakan sebagai feedback apakah seseorang memerlukan bantuan konseling atau tidak untuk mengatasi masalah-masalah yang ditimbulkan sebagai akibat dari pekerjaan membantu klien.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa perlu untuk melakukan adaptasi alat yang disebut Professional QuaIity of Life: Compassion Fatigue & Satisfaction Subscale RIII (Pro-QOL) tersebut untuk kepentingan para praklisi kesehatan mental di Indonesia. Peneliti menggunakan sampel populasi Mahasiswa Magister ProfesiK1inis Dewasa Fakultas Psikologi UI Angkatan 2002, dengan alasan mereka juga melakukan pekerjaan kesehatan mental dalam menangani sebelas kasus klien di berbagai institusi Peneiitian ini diolah dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Hasil berupa skor para subyek tersebut yang diperoleh dari alat tes Pro-QOL yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, disesuaikan dengan populasi dan sudah mendapat pertimbangan dari expert judgement. Selain skor, para subyek membenarkan komentar mengenai alat tes itu secara teknis sehingga diperoleh masukan mengenai kelebihan dan kelemahan dari alat tes tersebut dari sisi e!emen-elemen tes (instruksi, penyusunan kalimat dan ukuran respon reaksi). Selanjutnya, dilakukan wawancara terhadap beberapa subyek, berkenaan dengan pengalaman-pengalaman para subyek yang berhubungan dengan pemyataan-pemyataan dalam alat tes untuk mendapat informasi yang lebih kaya mengenai pengalaman subyek tentang pekerjaan yang telah dilakukan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 23 subyek, 10 subyek potensial mengalami compassion satisiaction, Kemudian 8 subyek Iainnya diluar 10 orang diatas, beresiko mengalami bumout. Artinya, secara akumulatif, kedelapan subyek tersebut karena muatan kerja secara kese|uruhan mereka mengalami kelelahan Termasuk di dalam 8 orang tersebut, 3 orang juga sekaligus beresiko mengaiami compassion fatigue. Artinya, selain mengalami keielahan yang diakibatkan oleh pekerjaan secara keseluruhan, pada kasus-kasus tertentu mereka juga mengalami pengalaman yang menunjukkan bahwa mereka mengalami kelelahan karena mated dan kasus yang bersangkutan. Sedangkan yang beresiko mengalami compassion faiigue saja, tanpa mengalami resiko burnout hanya 1 orang. Dan hasil ini, maka disarankan agar ada sutu program yang kontinu, misalnya konseling atau support group bagi para mahasiswa yang sedang menjaiani program pendidikan Psikologi Klinis untuk mengatasi masalah-masalah yang mereka alami seiama bekerja. Sedangkan untuk aiat tes itu sendiri secara teknis masih memeriukan penyempumaan dalam penyusunan kalimat dan ukuran respon yang sesuai sehingga bisa dilakukan langkah adaptasi tes benkutnya dari segi kuantitatif untuk memperoleh keajegan daiam validitas dan reliabilitas suatu alat tes yang lebih baik."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>