Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90470 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Hidayat Martin
"Seiring dengan perkembangan zaman terjadi pergeseran dalam kehidupan bermasyarakat kita. Peran seorang ibu yang dulu hanya sebagai pengatur urusan rumah tangga kini telah bertambah karena semakin banyak ibu yang bekerja di luar rumah. Dengan bekerja di luar rumah maka waktu ibu untuk bertemu dan mengasuh anak berkurang. Terbatasnya waktu pertemuan anak dengan ibunya membawa pengaruh pada perkembangan anak. Hoffman (1989, dalam Berk 1991) menyatakan bahwa ibu bekerja lebih menekankan kemandirian pada anaknya sehingga anak akan mencapai kemandirian yang lebih baik.
Penelitian ini ingin menguji apakah benar bahwa anak yang ibunya bekerja berbeda tingkat kemandiriannya dengan anak yang ibunya tidak bekerja. Subyek penelitian ini adalah anak usia 3-5 tahun yang ibunya bekerja full time, dan anak usia 3-5 tahun yang ibunya tidak bekerja. Subyek diambil yang berusia 3-5 tahun, karena pada usia Ini diharapkan anak sudah melewati tahap autonomy vs shame and doubth. (Erikson 1963).
Kemadirian anak usia 3-5 tahun ini diukur dengan menggunakan kuesioner skala kemandirian yang disusun berdasarkan 4 aspek kemandirian, Aspek-aspek tersebut didapatkan dari berbagai literatur yang didasarkan pada teori Erikson dan Bandura. Ke-4 aspek tersebut adalah self regulation, self control, self efficacy, dan self determination. Dari hasll uji coba diperoleh 44 Item yang valid dan reliabel untuk mewakili aspekaspek kemandirian dengan angka reliabilitas 0.8945. alat tersebut diberikan pada 48 anak-anak usia 3-5 tahun yang ibunya bekerja full time dan 48 anak usia 3-5 tahun yang ibunya tidak bekerja.
Setelah data terkumpul dan dilakukan analisis diperoleh hasil yang menunjukkan adanya perbedaan yang siknifikan pada tingkat kemandirian antara anak yang ibunya bekerja full time dangan anak yang ibunya tidak bekerja. Selain itu dari data tambahan juga diperoleh informasi bahwa tidak terdapat perbedaan kemandirian yang signifikan antara anak laki-laki dan perempuan, dan juga pada anak yang anak sulung dan bukan sulung. Tetapi terdapat perbedan kemandirian antara anak yang mempunyai pengasuh dan tidak mempunyai pengasuh, serta anak yang sudah mengikuti pendidikan (pra sekolah) dan anak yang tidak mengikuti pendidikan pra sekolah.
Kami berharap penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak untuk menambah pengetahuan dan memberikan masukan pada ibu yang berkerja dan juga bagi ibu yang tidak bekerja. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar dibuat alat yang lebih balk lagi, yaitu yang jumlah itemnya lebih banyak dan seimbang antara yang satu dengan aspek yang lain."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2958
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulda Meiri Ara
"Dewasa ini, dengan tingginya biaya hidup, tampaknya rencana untuk memiliki keluarga kecil merupakan suatu solusi yang baik untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Pada kenyataannya, memang telah banyak orang tua yang menyadari hal ini dan tidak sedikit yang merencanakan hanya memiliki satu anak saja, seperti survey yang dilakukan oleh Ann Laybourn- seorang psikolog dari Skotlandia- pada masyarakat di Eropa. Di Indonesia sendiri survey yang menunjukkan semakin meningkatnya keinginan orang tua untuk memiliki anak tunggal tampaknya belum ada. Namun, mengingat keberhasilan KB di Indonesia tampaknya hal tersebut tidak mustahil terjadi.
Sayangnya, sampai saat ini masih banyak masyarakat yang memandang negatif pada anak tunggal, dimana anak tunggal sering dianggap sebagai anak yang tidak beruntung, anak yang egois, nakal, tidak mandiri, dan lain sebagainya. Hal ini perlu segera diatasi --karena dengan selalu memandang negatif pada anak justru dapat memperburuk perilaku anak- antara lain adalah dengan melakukan penelitian yang dapat membuktikan bahwa anak tunggal tidak selalu memiliki sifat negatif.
Penelitian ini berusaha mengangkat sifat positif dari anak tunggal, yang melalui penelitian sebelumnya dikatakan bahwa salah satu sifat positif dari anak tunggal adalah sifat mandiri. Mengingat adanya perbedaan kondisi lingkungan antara anak tunggal dengan anak bukan tunggal (bersaudara), dimana antara lain anak tunggal terbiasa sendiri untuk melakukan banyak hal, sedangkan pada anak bukan tunggal (bersaudara) memiliki kakak atau adik yang dapat menjadi tempat meminta pertolongan disarnping orang tua; maka timbul dugaan adanya perbedaan kemandirian antara anak tunggal dengan anak bersaudara. Di samping itu adanya pengaruh dan aktivitas ibu yang bekerja dalam mendorong dan meningkatkan anak menjadi mandiri, menimbulkan dugaan adanya perbedaan kemandirian antara anak tunggal yang ibunya bekerja dengan anak tunggal yang ibunya tidak bekerja.
Dengan demikian, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara kemandirian dengan kondisi sebagai anak tunggal atau anak bukan tunggal (bersaudara) ?, apakah ada perbedaan kemandinan antara anak tunggal dengan anak bukan tunggal (bersaudara) ? dan apakah ada perbedaan kemandirian antara anak tunggal yang ibunya bekerja dengan anak tunggal yang ibunya tidak bekerja?. Untuk memperkaya hasil penelitian, maka hendak diketahui pula apakah ada perbedaan kemandirian antara pria dengan wanita?
Subyek pada penelitian ini adalah remaja (tunggal atau bukan tunggal), hal ini karena kemandirian merupakan salah satu tugas perkembangan utama pada masa remaja. Dalam rangka untuk menyetarakan tingkat pendidikan, maka di ambil remaja yang memiliki tingkat pendidikan SMU.
Kemandirian anak tunggal maupun anak bukan tunggal diukur dengan menggunakan kuesioner. Skala Kemandirian yang disusun berdasarkan 7 aspek kemandirian yang diperoleh melalui literatur. Adapun ke-7 aspek tersebut adalah kebebasan, inisiatif, percaya diri, tanggung jawab, kontrol diri, pengambilan keputusan, dan ketegasan diri.
Dari hasil uji coba alat diperoleh 72 item yang valid dan reliabel untuk mewakili aspek-aspek kemandirian dengan angka reliabilitas 0,906. Alat yang sudah siap ini kemudian dibedakan pada responden remaja dari beberapa SMU negeri yang diperoleh secara acak.
Setelah seluruh kuesioner terkumpul, dilakukan analisa dan interpretasi hasil. Melalui perhitungan statistik diperoleh hasil korelasi r = - 0,185 (p = 0,019). Angka korelasi tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara kemandirian dengan kondisi sebagai anak tunggal atau bukan tunggal. Sedangkan dari hasil perhitungan t-test ditemukan hasil bahwa ada perbedaan kemandirian yang signifikan antara anak tunggal dengan anak bukan tunggal, namun dalam perbandingan antara anak tunggal yang ibunya bekerja dengan anak tunggal yang ibunya tidak bekerja diperoleh hasil yang menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara keduanya. Hasil analisa tambahan yang melakukan perbandingan kemandirian antara pria dengan wanita, menunjukkan tidak ada perbedaan kemandirian yang signifikan diantara keduanya.
Melalui penelitian ini, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak untuk menambah pengetahuan dan sedikit banyak dapat menepis mitos buruk yang selama ini sering dilekatkan pada anak tunggal, walaupun disadari penelitian ini masih banyak kelemahan dan kekurangannya. Untuk penelitian selanjutnya disarankan melakukan uji validitas eksternal pada alat dan melakukan perbandingan antar kelompok subyek pada masing-masing aspek kemandirian."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2535
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Dewi Farah
"Masa kanak-kanak merupakan masa yang paling berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Hal-hal yang terjadi pada masa ini sangat menentukan kepribadian, watak, serta keadaan jasmani seseorang kelak dikemudian hari. Apa yang dipelajari oleh anak sangat tergantung pada bagaimana orangtua dapat memenuhi kebutuhan anak. Sekali dipelajari sikap-sikap ini akan mempengaruhi persepsi individu terhadap orang-orang lain dan situasi-situasi selama hidupnya.
Hubungan antara anak dengan keluarganya terutama ibunya amatlah erat dan hal ini berpengaruh pada perkembangan pribadi anak. Keadaan tidak berdaya pada masa bayi menumbuhkan rasa ketergantungan yang mendasar pada anak. Seiring dengan meningkatnya usia, meningkat pula kemampuan di bidang kognisi, fisik dan ketrampilan motorik. Hal ini memungkinkan anak untuk melakukan hal- hal tertentu yang dulu tidak bisa mereka lakukan sehingga anak menjadi mandiri.
Kemandirian itu sendiri dirasakan sangat penting, mengingat hal-hal yang dilakukan anak sekarang akan mempengaruhi cara dia bertingkah laku kelak setelah dewasa. Sehingga anak perlu menerapkan sikap dan tingkah laku tepat dan sesuai. Tetapi bagaimana anak harus mandiri dan tergantung sangat ditentukan oleh norma-norma lingkungan dimana dia berada.
Seiring dengan perkembangan jaman, saat ini semakin banyak wanita yang tidak hanya menjadi ibu rumah tangga saja, tetapi juga melibatkan diri dalam dunia kerja diluar rumah. Hal ini menyebabkan waktu ibu bersama keluarga terutama anak-anaknya menjadi berkurang.
Untuk menjaga agar anak-anaknya tidak terlantar, salah satu upaya yang dilakukan adalah menitipkan anak tersebut di Tempat Penitipan Anak (TPA). TPA sendiri merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan dalam bentuk perawatan dan pengasuhan untuk anak yang ditinggal ibunya bekerja
Melihat hal tersebut, penulis ingin mengetahui apakah ada perbedaan dibidang kemandirian antara anak yang pernah masuk TPA dengan anak yang tidak pernah masuk TPA saat mereka duduk di Taman Kanak-kanak. Manfaat dari penulisan ini adalah agar mempermudah pihak orangtua khususnya kaum Ibu dalam memutuskan pengasuh pengganti yang baik dan sesuai bagi anaknya.
Alat ukur yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner. Mengingat keterbatasan si anak dalam membaca dan memahami maksud pertanyaan alat ukur, maka yang diminta mengisi kuesioner tersebut adalah ibu si anak.
Hipotesa penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan di bidang kemandirian antara anak usia prasekolah yang mendapat program pendidikan TK plus TPA dengan anak yang mmendapat program pendidikan TK saja.
Dari hasil perhitungan, tampak ada perbedaan yang signifikan di bidang kemandirian antara anak yang mendapat program pendidikan TK plus TPA dengan anak yang mendapat program pendidikan TK saja. Artinya anak yang mendapat program pendidikan TK plus TPA memiliki derajat kemandirian yang berbeda dengan anak yang mendapat program pendidikan TK saja. Penelitian ini menunjukkan bahwa anak yang mendapat program pendidikan TK plus TPA lebih mandiri dibandingkan anak yang mendapat program pendidikan TK saja.
Sedangkan saran untuk para orangtua, terutama ibu bekerja, bisa menjadikan TPA sebagai alternatif pengasuh pengganti anak yang cukup baik."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2477
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Erniza B. Joewono
"Menjadi orang tua membawa tantangan tersendiri sejalan dengan perkembangan anak maupun orang tua itu sendiri. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa sikap dan perilaku ibu merupakan faktor penentu bagi perkembangan anak dan kualitas anaknya Bagi ibu yang bekerja hal ini membutuhkan usaha yang cukup besar untuk dapat menjalankan perannya sebagai istri, ibu dan pekerja dan ibu yang bekerja perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian agar dapat mengembangkan anaknya seoptimal mungkin. Banyak penelitian-penelitian yang menemukan bahwa cara parenting seorang ibu dipengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan, status sosial dan lingkungan keluarga Semakin tinggi tingkat pendidikan dan pekerjaan seorang ibu semakin tinggi aspirasi terhadap anaknya, termasuk di sini para
professional. Ibu akan berusaha melakukan usaha-usaha mengoptimalkan anak dengan cara parenting yang dianggap sesuai baginya, namun dalam kenyataannya kadang-kadang tidak memenuhi harapannya. Hal ini juga ditunjang oleh pengalaman klinik peneliti (data klinik LPT-UI, 1998-2001), pada kasus anak usia 8-10 tahun. Mengingat anak pada usia tersebut sudah mempunyai lebih banyak kegiatan dan sesuai dengan kurikulum kelas III SD yang cukup padat, maka cara parenting adalah dengan memantau (monitoring) dan kontrol yang tegas merupakan hal yang penting. Ibu juga diharapkan membantu anak mengembangkan manajemen diri dan tanggung jawab sosial, menyediakan hubungan yang positif serta mengelola pengalaman-pengalaman di luar keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran cara parenting pada ibu yang bekerja sebagai profesional yang memiliki anak usia 8-10 tahun. Melalui hasil penelitian dapat dicari cara parenting yang efektif dalam pengasuhan anak dan dengan mengkaji kondisi-kondisi ibu yang bekerja sebagai profesional diharapkan dapat memberikan bantuan melalui konseling agar ibu tetap dapat menjalankan peran gandanya dengan mengatasi kendala-kendala yang ada dan dapat melakukan penyesuaian-penyesuaian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 103 responden mempunyai kecenderungan cara otoriter. Dari-empat-subyek-yang-diambil secara kualitatif; dua subyek yang mempunyai cara parenting yang otoriter, memperlihatkan interaksi ibu dan anak dimana ibu melakukan kontrol yang tegas dengan ancaman dan hukuman, menuntut kepaluhan, sering memperingatkan anak, pengawasan pada anak lebih menekankan aldbat buruknya, tidak membiasakan untuk saling berargumentasidan ibu mudah menjadi malu dan kecewa bila anak tidak memperlihatkan periiaku yang diharapkan. Dari dua subyek dengan cara parenting yang otontatif terlihat interaksi ibu dan anak yang membiasakan anak untuk berani bertanya dan menyatakan pendapatnya, mencari altematif pemecahan masalah bersama, saling berargumentasi, bersikap responsif, memperhatikan keinginan dan pendapat anak, menjelaskan pada anak untuk bertanggung jawab atas perbuatannya, menjelaskan peraturan yang diberikan dan konsekuensi dari pelanggaran terhadap peraturan tersebut, membiasakan anak untuk mengontrol emosinya dan memprlihatkan rasa bangga, rasa senang dan memuji anak bila melakukan perilaku-perilaku yang konstruktif Latar belakang keluarga, dukungan suami, urutan kelahiran dan profesi mempengaruhi cara parenting dari subyek penelitian. Saran dari hasil penelitian ini, antara lain untuk penelitian kuantitatif dilakukan pada sampel yang lebih besar dan lebih bervariasi agar mendapatkan generalisasi yang lebih luas. Pada ibu yang bekerja sebagai profesional disarankan menggunakan cara parenting yang otoritatif, menggunakan waktu luang seefektif mungkin, mengeliminir masalah-masalah yang ada, dan juga meningkatkan dukungan suami. Sebagai studi perbandingan dapat dilakukan penelitian pada anak-anak yang mendapatkan cara parenting otoriter maupun otoritatif dari ibu yang bekerja sebagai professional."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Carissa
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran mengenai attachment dan kontrol diri pada anak usia prasekolah (3 sampai 4 tahun). Pengukuran kontrol diri dilakukan melalui paradigma Delay of Gratification  menggunakan Stanford Marshmallow Test yang dikembangkan oleh Mischel, Shoda & Rodriguez (1989). Dalam penelitian ini, peneliti mengukur durasi waktu yang dihabiskan anak untuk menunggu, serta perilaku apa yang ditunjukkan oleh anak ketika menunggu. Selain itu, attachment diukur Ainsworth, Blehar, Waters & Wall (1978). Pengukuran tersebut membagi pola attachment menjadi 3 (tiga) kelompok yang terdiri dari secure attachment, insecure-resistant attachment, dan insecure-avoidant attachment. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 7 pasangan ibu anak berusia 3 sampai 4 tahun serta berjenis kelamin laki-laki atau perempuan. Melalui observasi, peneliti menemukan bahwa anak berusia 4  tahun memiliki durasi waktu delay yang lebih panjang. Selain itu, anak yang memiliki secure attachment dan insecure-avoidant attachment memiliki durasi delay of gratification di atas rata-rata seluruh partisipan. Kemudian, ditemukan perbedaan perilaku menunggu yang ditunjukkan oleh anak-anak dengan secure attachment dan insecure-avoidant attachment, serta anak dengan insecure-resistant attachment. Untuk melakukan generalisasi hasil penelitian, diperlukan penelitian dengan sampel yang lebih banyak.

This research is conducted to see attachment to mother and its relation to self-control in preschool children of aged 3-4 years old. Self-control is measured through delay of gratification paradigm with Stanford Marshmallow Test which was developed by Mischel, Shoda & Rodriguez (1989). In this research, the researcher measured the duration the children spent to wait, and the behavior children shown while waiting. Attachment is measured with Strange Situation Procedure which was developed by Ainsworth, Blehar, Waters & Wall (1978). This measurement divided the attachment patterns into three groups consist of secure attachment, insecure-resistant attachment, and insecure-avoidant attachment. Participant of this research is 7 pairs of mother and their children aged 3 to 4 years, boys or girls. Through observation, the researcher found that the children aged 4 have a longer time to wait. In addition, children who have secure attachment and insecure-avoidant attachments have a duration of delay of gratification above the average of all participants. Then, differences in waiting behavior were found in children with secure attachments and insecure-avoidant attachments, and children with insecure-resistant attachments. To generalize the results of the study, more sample is needed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Addina Ayuningtyas
"ABSTRAK
Kindness menurut Binfet dan Gaertner (dalam Binfet, 2015), yaitu suatu tindakan
mendukung secara emosional atau fisik yang membantu membangun atau
mengurus hubungan dengan orang lain. Penelitian ini berfokus pada pemahaman
kindness dalam menghibur teman, menolong teman, dan berbagi yang dibutuhkan
anak usia 3-5 tahun dalam interaksi sosialnya. Penggunaan boneka tangan dalam
bercerita merupakan cara meningkatkan pemahaman kindness pada anak berusia
3-5 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas program
intervensi bercerita dengan boneka tangan untuk meningkatkan pemahaman
kindness pada anak usia 3-5 tahun. Penelitian ini dilakukan pada 28 partisipan
berusia 3-5 tahun yang berada di salah satu sekolah Jakarta Selatan. Dalam
penelitian ini, digunakan desain one group pre-test post-test design. Pre-test dan
intervensi dilakukan pada hari yang sama. Intervensi bercerita menggunakan
boneka tangan dilakukan selama 3 hari. Analisis data pada penelitian ini
menggunakan Wilcoxon signed-rank test untuk melihat perbedaan hasil skor
antara sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Hasil penelitian menunjukkan
adanya peningkatan skor antara sebelum dan sesudah dilakukannya intervensi.

ABSTRACT
Kindness, according to Binfet and Gaertner as cited in Binfet (2015), is an
emotional or physical support that helps build or maintain relationships with
others. This study focuses on the understanding of kindness such as comforting
friends, helping friends, and sharing, which children aged 3-5 years need in social
interactions. This study aims to determine the effectiveness of storytelling
intervention program by using hand puppets to improve the understanding of
kindness within children aged 3-5 years. This study was conducted on 28
participants aged 3-5 who go to one of the schools located in South Jakarta. This
study use one group pretest and posttest design. Pretest and intervention was done on
the same day, whereas the intervention lasted for 3 days by hand puppets story telling.
For this study's data analysis, the researcher uses Wilcoxon signed-rank test to see
the difference between the scores before and after intervention. The results
showed the scores have increased after the intervention."
2017
T49204
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Respati Danar Rizky
"Discipline strategies yang diterapkan oleh ibu merupakan salah satu faktor penting dalam pemahaman theory of mind anak. Meskipun demikian, masih sangat sedikit penelitian yang mempelajari mengenai discipline strategies ibu dan theory of mind. Selain itu, penelitian sebelumnya hanya mengaitkan discipline strategies ibu dengan first-order theory of mind saja, dan belum ada yang mengaitkan dengan second-order theory of mind secara bersamaan. Padahal perkembangan pemahaman theory of mind pada anak memiliki dua tahapan, yaitu first-order dan second-order theory of mind. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis discipline strategies yang digunakan oleh ibu, dan mempelajari kontribusi delapan jenis discipline strategies ibu terhadap first-order theory of mind dan second-order theory of mind pada anak usia 5 ndash; 6 tahun. Sebanyak 104 anak dan ibu mengikuti kegiatan penelitian ini. Pemahaman first-order dan second-order theory of mind anak diukur melalui 6 komponen theory of mind dengan metode tanya jawab, sedangkan penggunaan discipline strategies ibu diukur dengan kuesioner. Discipline strategies discuss dan boss yang digunakan oleh ibu memprediksi pemahaman first-order maupun second-order theory of mind anak. Di sisi lain, discipline strategies let rsquo;s child decide, how feel, silence, social norms, parent emotion dan persuasive tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemahaman first-order maupun second-order theory of mind anak.

Mother's discipline strategies is one of crucial factors in children's theory of mind understanding. Nonetheless, there is still a limited number of studies covering mother's discipline strategies and theory of mind. In addition, previous studies only associate mother's discipline strategies with first order theory of mind, and no one has to associate with second order theory of mind simultaneously. Whereas, development of children's theory of mind understanding has two stage, first order and second order theory of mind. The current study investigated mother's discipline strategies, and investigated the contribution of eight mother's discipline strategies with children's first order and second order theory of mind among 5 6 years old children. 104 children and mothers are participated in this study. Children's first order and second order theory of mind understanding were measuring using 6 component of theory of mind with question and answer method, while mother's discipline strategies was measuring by questionnaire. It was revealed that discuss and boss mother's discipline strategies could predict children's first order and second order theory of mind understanding. On the other hand, let's child decide, how feel, silence, social norms, parent emotion and persuasive discipline strategies had no significant contribution to children's first order and second order theory of mind understanding.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T47260
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Risnawati
"Berfikir mengenai masa depan merupakan kemampuan kognitif yang mendasar pada manusia dan merupakan kemampuan yang sangatpenting. Mental Time Travel (MTT) merupakan kemampuan yang dimiliki manusia untuk merecall masa lalu dan memprediks imasa depan. Selain berfikir mengenai masa depan kemampuan untuk memprediksi mental state orang lain (Theory of Mind/ ToM) juga merupakan kemampuan yang mendasar yang harus dimiliki oleh manusia untuk membuat perencanaan, memprediksi masa depan serta mengantisipasi masalah yang akan dihadapi. Kedua kemampuan tersebut begitu penting dan mendasar pada manusia. Salah satu faktor yang diduga memberikan pengaruh terhadap MTT adalah perolehan ToM. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih jauh untuk melihat bagaimana kontribusi perolehan ToM terhadap perkembangan MTT. Untuk melihat kontribusi perolehan ToM terhadap MTT dilakukan pengukuran MTT melalui 2 eksperimen (Verbal task dan Tool Task) serta pengukuran skala ToM yang dikembangkan oleh Wellman dan liu (2011) pada anak usia 3-5 tahun. Hasil dari penelitian ini diperoleh usia mulai berkembangnya MTT, urutan perolehan ToM serta kontribusi perolehan ToM terhadap MTT di mana Perolehan ToM memiliki kontribusi positif sebesar 28% terhadap perkembangan MTT.

Thinking of the future is the human’s basic cognitive ability and it’s really important. Mental Time Travel (MTT) is ability to recalling the past and predict the future. Besides thinking of the future, ability to predict others mental state (Theory of Mind) is also the basic competence which humans should have in order to make a plan, predict a future and anticipated problem which will be faced. The two competences are really basic and important for human. One of factor which are assumed giving the influence on MTT is Theory of Mind (ToM) acquisition. Therefore, it is needed to do the future research to see how the contribution of ToM acquisition on MTT. In order to see the contribution ToM acquisition to MTT, the researcher did MTT measurement by doing two eksperiment (verbal task and tool task) and ToM measurement develop by Wellman & Liu (2011) on the 3-5 year children. The result of the research are when MTT develops, the sequence of ToM acquisition and the contribution of ToM acquisition on MTT, which is the ToM acquisition has positive contribution 28% on Mental Time Travel.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T34978
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Istiqomah Nurul Fauziah
"Anak usia prasekolah merupakan masa kritis dalam proses perkembangan seorang individu. Orang tua, terutama ibu memiliki peran yang penting dalam tercapainya perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Saat ini, banyak ibu bekerja diluar rumah sehingga ibu memiliki peran ganda didalam kehidupannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perkembangan anak usia prasekolah pada ibu yang bekerja. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan analisis univariat. Responden merupakan anak usia prasekolah yang memiliki ibu bekerja di PAUD/TK pada Kelurahan Tanah Baru Beji Depok n=93 diambil dengan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengukur perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan KPSP. Hasil penelitan menunjukkan perkembangan anak sebagian besar 62,4 sesuai dengan tahap tumbuh kembang. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan promosi kesehatan tentang pentingnya pemantauan perkembangan anak terutama pada ibu bekerja.

Preschoolers is a critical period in the development of an individual. Parents, particularly mothers have an important role in the achievement of development in accordance with the stages of child development. Today, mothers have work so mother has a double role in her life. This study aims to describe the development of preschool children of working mothers. This study design is descriptive univariate analysis. Respondents are preschoolers whose mothers work in early childhood kindergarten in Tanah Baru, Beji, Depok n 93 were taken by purposive sampling technique. The instrument used to measure the child 39 s development is Kuesioner Pra Skrining Perkembangan KPSP. The results showed a large majority of child development 62.4 according to the stage of growth and development. This research is expected to be used as consideration of the importance of health promotion monitoring child development, especially on working mothers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S69501
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>