Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152922 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanna Sukmaningsih
"ABSTRAK
Selebriti dapat diartikan sebagai seorang yang terkenal. Selebriti juga
merupakan produk dari media massa (Giles, 2000). Sisi kehidupan pribadi
selebriti yang cukup sensitif dan menarik minat masyarakat adalah kehidupan
perkawinannya, terlebih lagi bila dalam kehidupan perkawinan selebriti tersebut
terdapat konflik, dimana konflik yang sering terjadi menunjukkan rendahnya
kepuasan perkawinan. Rendahnya kepuasan perkawinan dapat disebabkan oleh
pekerjaan yang tidak umum yaitu pekeijaan yang mempunyai jadwal keija yang
berbeda dibandingkan pekeijaan lain pada umumnya (Voydanoff, 1984).
Kepuasan perkawinan dapat diartikan sebagai kepuasan subyektif
seseorang yang dapat dilihat secara keseluruhan maupun secara spesifik dari
aspek-aspek perkawinan. Faktor yang mempengaruhi kepuasan perkawinan
adalah faktor-faktor sebelum dan sesudah menikah. (Duvall dan Miller, 1985).
Dengan mengetahui faktor-faktor sesudah perkawinan seseorang dapat
mengantisipasi hal-hal yang mungkin teijadi dan menemukan cara mengatasinya
untuk dapat mempertahankan kepuasan perkawinan.
Karakteristik kepribadian pasangan suami istri adalah salah satu faktor
yang sudah terbentuk sebelum perkawinan tetapi tetap berpengaruh setelah
perkawinan terjadi (Kirkpatrick, dalam Stinnett, 1983). Unsur yang berpengaruh
terhadap kepribadian adalah konsep diri dimana konsep diri merupakan konstruk
sentral untuk memahami manusia dan tingkah lakunya (Fitts, 1971). Konsep diri
mempengaruhi perilaku seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain, dalam
hal ini interaksi dengan pasangan dalam perkawinan mereka. Trisnawati (1994)
mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara aspek konsep diri
dengan kepuasan perkawinan.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif untuk
mengukur konsep diri dan kepuasan perkawinan pada selebriti, pasangan dari
selebriti dan orang awam. Subyek terdiri dari 32 orang selebriti, 32 orang
pasangan dari selebriti dan 64 orang awam. Wawancara kualitatif dilakukan
terhadap 2 pasang suami istri, dimana kedua suami adalah seorang selebriti,
sedangkan istri mereka adalah ibu rumah tangga.
Perhitungan korelasi antara konsep diri dan kepuasan perkawinan yang
menggunakan rumus pearson product moment menunjukkan adanya hubungan
yang signifikan antara konsep diri dan kepuasan perkawinan.
Teknik ANOVA yang mengukur konsep diri menunjukkan tidak ada
perbedaan skor yang signifikan antara konsep diri pada selebriti dengan
pasangan dari selebriti, kemudian ada perbedaan skor yang signifikan antara
konsep diri pada selebriti dengan orang awam, serta ada perbedaan skor yang
signifikan antara konsep diri pada pasangan dari selebriti dengan orang awam.
Untuk mengukur kepuasan perkawinan juga digunakan teknik ANOVA
yang menunjukkan hasil bahwa tidak ada perbedaan skor yang signifikan antara
kepuasan perkawinan pada selebriti dengan pasangan dari selebriti, lalu tidak
ada perbedaan skor yang signifikan antara kepuasan perkawinan pada selebriti
dengan orang awam, serta tidak ada perbedaan skor yang signifikan antara
kepuasan perkawinan pada pasangan dari selebriti dengan orang awam.
Hasil perhitungan tambahan menunjukkan bahwa dimensi intemal dari
konsep diri yang paling berpengaruh terhadap kepuasan perkawinan adalah
dimensi intemal self satisfaction. Hal ini berlaku pada ketiga kelompok subyek.
Perbedaan pengaruh yang signifikan antar dimensi eksternal hanya tampak pada
subyek kelompok orang awam yang menunjukkan hasil dimensi eksternal fem/Vy
self adalah dimensi eksternal yang paling berpengaruh terhadap kepuasan
perkawinan.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa permasalahan yang terjadi pada
pasangan selebriti bukan disebabkan oleh status suami sebagai seorang
selebriti. Permasalahan pasangan selebriti ini adalah kurangnya waktu diantara
mereka, dimana masalah ini dapat dialami oleh pasangan lain yang bukan
merupakan pasangan selebriti."
2001
S2811
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natalia
"Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran konsep diri remaja hasil perkawinan campur antara WNI Asli dengan WNI Keturunan Cina. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif (wawancara mendalam) berdasarkan teori Hurlock (1974) pada 3 orang subyek perempuan remaja akhir.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran konsep diri sebagai berikut (1) dari segi fisik, ketiga subyek merasakan ketidakpuasan terhadap ciriciri fisik yang dimiliki, sehingga terjadi kesenjangan antara real self dengan ideal self-nya; (2) dari segi kepribadian, ketiga subyek merasa puas dengan karakteristik positif yang mereka miliki dalam bidang-bidang tertentu, walaupun ada beberapa sifat negatif yang ingin mereka hilangkan; (3) dalam perkembangan konsep dirinya, ketiga subyek pernah mengalami krisis / kebingungan, yang disebabkan tidak adanya penekanan nilai budaya tertentu dalam keluarga. Identitas yang terbentuk lebih dipengaruhi oleh sekolah, kedekatan dengan salah satu keluarga besar dan ciri-ciri fisik yang dimiliki.
Saran-saran diajukan untuk mengatasi masalah yang muncul dalam perkembangan konsep diri remaja hasil perkawinan campur, baik bagi orang tua maupun bagi remaja yaang bersangkutan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3061
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kepuasan perkawinan merupakan kepuasan subyektif pasan-
gan suami isteri terhadap perkawinan mereka baik secara
keseluruhan maupun terhadap aspek-aspek yang spesifik dari
hubungan perkawinannya.
Ada banyak faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan
perkawinan. Duvall dan Miller (1985) mengelompokan faktor-
faktor itu ke dalam 2 kelompok, yaitu premarital factors
(faktor-faktor sebelum menikah) dan post marital factors
(faktor-faktor setelah menikah). Namun diantara kedua kelom-
pok itu menurut mereka yang lebih penting adalah faktor-
faktor setelah menikah. Dari sejumlah faktor-faktor setelah
menikah tersebut, kepribadian merupakan salah satu faktor
yang berperanan penting dalam mempengaruhi tingkat kepuasan
perkawinan pasangan.
Sehubungan dengan hal itu, Fitts (1971) mengungkapkan
bahwa unsur dasar yang berpengaruh terhadap pola kepribadi-
an seseorang adalah konsep diri. Konsep diri merupakan
konstruk sentral untuk memahami manusia dan tingkah lakunya.
Sejalan dengan Fitts, Donald Felker (1974) menyatakan
bahwa konsep diri merupakan kerangka acuan bagi individu
dalam berinteraksi dengan dunianya, sehingga sangat mempen-
garuhi kualitas tingkah laku dan metode penyesuaian individu
dalam menghadapi situasi kehidupannya.
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti
bagaimana hubungan antara konsep diri dan kepuasan perkawi-
nan. Karena subyek penelitian ini adalah isteri bekerja
dan isteri tidak bekerja, maka selanjutnya ingin diteliti
bagaimana konsep diri dan kepuasan perkawinan, masing-
masing, pada kelompok isteri bekerja dan kelompok isteri
tidak bekerja serta bagaimana pengaruh konsep diri dan
status kerja --bekerja dan tidak kerja-- terhadap kepuasan
perkawinan. Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertu-
juan untuk memaparkan gejala yang diteliti, dalam hal ini
tidak dilakukan uji hipotesa.
Subyek penelitian adalah 120 orang yang terdiri dari 80
orang isteri yang bekerja dan 40 isteri yang tidak bekerja.

Alat yang digunakan adalah kuesioner kepuasan perkawi-
nan, dan skala konsep diri.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan konsep
diri yang signifikan antara kelompok isteri bekerja dan
kelompok isteri yang tidak bekerja. Selain itu juga tidak
ada hubungan yang signifikan antara status kerja dengan
kepuasan perkawinan. Bila dilihat pengaruh status kerja dan
konsep diri secara bersamaan, ternyata tidak ada pengaruh
yang signifikan dari kedua variabel tersebut terhadap kepua-
san perkawinan.
Mengenai konsep diri dalam hubungannya dengan kepuasan
perkawinan, ternyata hanya beberapa aspek saja yang berko-
relasi positif yaitu: aspek 'identity self' dan 'physical
self'. Kedua aspek tersebut memiliki hubungan yang signifi-
kan dengan kepuasan perkawinan , artinya semakin tinggi
'identity self' dan 'physical self' pada diri subyek maka
semakin tinggi pula kepuasan perkawinan seseorang, sebalik-
nya semakin rendah kedua aspek tersebut maka akan semakin
tidak puas ia terhadap perkawinannya."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Melinda Kusumawati
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kcnsep dir Orang dengan HIV/AIDS pada saat sebelum dan sesudah diagnosa HIV/AIDS serta reaksi psikolcgis Odha ketika mengetahul diagnosa HIV/AIDS. Kcnsep diri pada Odha penting daiam memberikan gambaran tentang siapa dirinya. Hal ini tidak hanya meliputi perasaan terhadap diri sendiri, tatanan moral, sikap-sikap dan ide-ide, tetapi juga mencakup nilai-nilai yang mendorong seseorang untuk bertindak (Mappiare, 1992). Konsep diri pada Odha meimpengaruhi kemampuannya dalam membuat keputusan atau rencana hidupnya baik di masa depan, masa kini maupun di masa depan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam dan observasi. Subyek dalam penelitian ini be.jumlah 3 orang yang diambil secara incidental sampling. Lokasi penelitian dilakukan di Sanggar Kerja Yayasan Pelita llmu, sebagai satu-satunya Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak dalam upaya penganggulangan HIV/AIDS yang memiliki shelter (rumah singgah) bagi Odha.
Hasil penelitian menunjukkan, ada perubahan pada 6 dimensi konsep dir Odha. Ke enam dimensi konsep diri tersebut adalah konsep diri fisik, konsep dir etik moral, konsep diri personal, konsep diri keluarga, konsep diri masyarakat (social) dan konsep diri ideal (Pitts, 1971). Pada konsep diri fisik, munculnya pe ubahan fisik yang mulai tampak pada tubuh akibat serangan penyakit infeksi oportunistik merupakan hambatan bagi Odha untuk beraktivitas atau memulai us jha baru. Odha menjadi cepat lelah dan hal ini berpengaruh pada pemilihan jeris kegiatan yang tidak banyak menguras tenaga. Selain itu, munculnya pe ubahan fisik mendorong Odha untuk melakukan berbagai tindakan preventif mcupun kuratif untuk mencegah sedini mungkin serangan penyakit infeksi oportunistik tersebut. Pola hidup sehat dan tetap berpikir positif merupakan kunci uts ma untuk menjaga kondisi tubuh dari serangan penyakit infeksi oportunistik semaksimal mungkin. Sementara itu, tidak ada perubahan dalam persepsi Odha utama untuk menjaga kondisi tubuh dari serangan penyakit infeksi oportunistik semaksimal mungkin. Sementara itu, tidak ada perubahan dalam persepsi Odha tehadap penampilan pada saat sebelum dan sesudah diagnosa HIV/AIDS. Odha tetap menganggap penampilan fisik panting dalam bergaul atau bersosialisasi.
Secara etik moral, konsep diri yang dimiliki Odha setelah diagnosa HIV menunjukkan adanya perubahan yang positif. Odha menjadi lebih balk dalam menjalankan kehidupan beragama setelah didiagnosa HIV/AIDS. Odha merasa bahv/a sekaranglah waktunya untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan setelah sebelumnya sempat jauh atau bahkan menyangsikan keberadaan Tuhan. Dalam konsep diri personal, umumnya Odha merasa tidak lagi optimis dan mempunyai semangat dalam memulai suatu usaha/kegiatan dan dalam merencanakan kehidupannya. Odha mempersepsikan bahwa usahanya akan sia-sia saja, mengingat usia mereka yang tidak akan bertahan lama lagi. Sementara Odha yang merasa bahwa mereka lebih optimis dalam melanjutkan kehidupannya mengaku, peranan keluarga sangat besar pengaruhnya dalam merrbangkitkan, mendorong dan memberi dukungan bagi Odha. Odha merasa lebih optimis dalam merencanakan kehidupan selanjutnya.
Pada dimensi konsep diri keluarga, menunjukkan bahwa tidak ada perubahan pada gambaran diri Odha terhadap keluarga. Odha menggambarkan keluarga tidak memberikan perlakuan khusus sehingga hal tersebut tidak mempengaruhi gambaran diri mereka dalam keluarga, pada saat sebelum mauDun sesudah diagnosa HIV/AIDS. Namun, Odha yang merasa diperlakukan istimawa oleh keluarga menyatakan tidak nyaman dengan perubahan perlakuan keluarga tersebut.
Pada konsep diri masyarakat (sosial), Odha menjadi lebih selektif dan membatasi diri dalam bergaul dengan masyarakat. Hal ini disebabkan karena Odh a masih takut dengan adanya stigma negatif dan tindakan diskriminatif masyarakat terhadap mereka. Odha menjadi sangat menjaga kerahasiaan iden itas diri sebagai Odha.
Pada konsep diri ideal, Odha berharap dapat hidup lebih panjang sehingga dapat mendampingi anak-anak hingga dewasa dan dapat men.berdayakan diri lewat kegiatan-kegiatan sosial dalam upaya mencegah penyebaran HIV/AIDS lebih banyak lagi.
Sementara respon psikologis Odha terhadap hasil tes diagnosa HIV men-injukkan reaksi yang sama, antara lain: bingung, terkejut, marah, putus asa dan tidak semangat untuk melanjutkan kehidupannya. Konsep diri Odha sebelum diagiosa HIV/AIDS tidak mempengaruhi bentuk respon psikologis yang ditaripilkan. Odha menunjukkan respon psikologis yang sama ketika didiagnosa HIV positif meskipun konsep diri yang dimiliki sebelum diagnosa HIV beragam.
Sedangkan Odha mempunyai pikiran yang sama saat dinyatakan positif HIV antara lain akan segera mati, ingin mengakhiri hidup dan berpikir untuk men jiarkan virus pada orang lain. Konselor HIV/AIDS mempunyai peranan penting dalam membantu menyembalikan dan mempertahankan konsep diri yang positif pada Odha, sehii igga Odha dapat membuat rencana atau tindakan bagi kehidupan selanjutnya. Demikian pula, peranan keluarga dan relawan (Ohida) dalam men berikan dukungan dan dampingan bagi Odha berpengaruh pada lamanya waktu yang dibutuhkan Odha untuk dapat menyesuaikan diri dengan statusnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S2909
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Dewi Apriliawati
"Dalam suatu organisasi tidak bisa lepas dari unsur manusia, baik yang berkedudukan sebagai pimpinan maupun sebagai bawahan faktor sumber daya manusia tersebut mempunyai peran central dalam organisasi. Penelitian ini bermaksud mengungkap kontribusi konsep diri instruktur dan budaya organisasi terhadap kepuasan kerja instruktur BLK se JABOTABEK Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. PopuIasi penelitian adalah seluruh instruktur BLK se JABOTABEK dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan (angket). Dalam analisis data dilakukan dengan teknik korelasi dan regresi.
Dari penelitian tersebut menunjukkan hasil:
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kepuasan kerja instruktur.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja instruktur.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan budaya organisasi.
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dare budaya organisasi dengan kepuasan kerja instruktur.
5. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, untuk meningkatkan kepuasan kerja, disarankan perlunya pengembangan konsep diri instruktur dan tetap dipertahankannya budaya organisasi seperti kerjasama yang baik di antara sesama pegawai, di antara unit organisasi dan lain sebagainya.
6. Terdapatnya hubungan atau koefsien korelasi tersebut di atas, bukan berarti hanya variable konsep diri dan budaya organisasi yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja instruktur di BLK se JABOTABEK, namun masih ada variabel lain yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja instruktur. Karena itu perlu diadakan penelitian mengenai variable-variabel lain yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja instruktur. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T736
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Nelden D.M Djakababa
"ABSTRAK
Budaya mempengaruhi perilaku manusia yang hidup dalam konteks
budaya tersebut. Dalam konteks budaya Sumba, seringkali terjadi peristiwa-
peristiwa yang dianggap melecehkan ke-diri-an seseorang, kemudian menjadi
masalah yang dianggap sangat serius. Bertolak dari kenyataan tersebut,
penelitian ini bermaksud melihat bagaimanakah orang Sumba melihat ke-diri-
annya sendiri, atau dalam istilah psikologi, bagaimanakah gambaran konsep diri
orang Sumba.
Penelitian deskriptif ini menggunakan kombinasi pendekatan kualitatif
dan kuantitatif. Alat pengumpul data yang dipergunakan adalah kuesioner
"Saya .... " yang menghasilkan data kualitatif 'berupa respon- respon yang
dikategorisasi dan dianalisa isinya, serta data kuantitatif berupa frekuensi dan
persentase respon. Wawancara juga dilakukan sebagai pelengkap data
kualitatif.
Responden penelitian ini ada 101 orang yang memberikan 969 respon
berupa pernyataan- pernyataan yang mendeskripsikan diri. Respon yang
terbanyak (56.8%) berasal dari dimensi kolektif. Tiga kategori dengan respon
terbanyak adalah kategori "ldentitas Sosial" (36.43%), "Atribut- atribut Spesifik"
(29.41%), dan "Deskripsi Evaluatif" (14.24%). Terdapat tiga subkategori baru
yang muncul berdasarkan data, yaitu subkategori "Kebutuhan", "Kewajiban I
Keharusan", dan "Kondisi Ekonomi".
Perbandingan antara kelompok remaja dan dewasa menunjukkan bahwa
kelompok remaja mengumpulkan presentase respon terbesar pada kelompok
?Aspirasi - Individual" (7.38%) sedangkan kelompok dewasa Iebih banyak
memberi respon di bawah subkategori "lnforrnasi Keluarga" (12.98%).
Perbandingan antar kelompok jenis kelamin menunjukkan bahwa relatif tidak
terdapat perbedaan antara kedua kelompok ini dalam hal proporsi dimensi
individual, kolektif dan relasional. Laki- Iaki Iebih banyak memberikan respon
pada subkategori "Peran - status" (7.80%) serta "ldentitas yang Dirumuskan
Sendiri" (5.13%) daripada perempuan (4.56% & 0.83%). Perempuan Iebih
banyak memberikan respon-respon pada subkategori ?Kondisi Ekonomi"
(6.85%) daripada Iaki- laki (2.46%). Tidak seperti dugaan semula, ternyata
respon yang menunjukkan identitas kepenganutan terhadap kepercayaan
Marapu, yaitu kepercayaan asli Sumba, sama sekali tidak muncul.
Disimpulkan bahwa konsep diri orang Sumba mencerminkan karakteristik
dimensi budaya kolektif yang dominan, yaitu karakteristik budaya yang
cenderung berorientasi pada keiompok. Dengan mempertimbangkan aspek-
aspek pada subkategori, tema- tema yang paling menonjol pada konsep diri
para responden adalah identitas sosial khususnya identitas etnis sebagai orang
Sumba, aspirasi dan preferensi, serta deskripsi diri secara evaluatif. Laki- Iaki
Iebih menunjukkan karakteristik mempertahankan nama baik dan harga diri
daripada perempuan, terindikasi pada perbedaan jumlah respon "Peran - status"
dan ?Kondisi Ekonomi" kedua kelompok jenis kelamin. Perbedaan antara
kelompok remaja dan dewasa pada dasarnya mencerminkan perbedaan tahap
perkembangan.
Disarankan agar dalam penelitian selanjutnya, responden ditingkatkan
jumlah, keragaman karakteristiknya serta penyebaran lokasinya supaya data
Iebih dapat mewakili karakteristik seluruh populasi Sumba asli secara Iebih
proporsiona|."
1998
S2472
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Septianti,author
"Kekerasan rumah tangga bukanlah isu yang baru lagi akan tetapi masalah ini jarang diangkat kepermukaan. Struktur sosial masyarakat Indonesia yang secara jelas meletakkan perempuan di bawah laki-laki sangat memungkinkan dan mendorong terjadinya tindak kekerasan yang dilakukan suami terhadap istrinya. Kekerasan ini tidak hanya berdampak pada istri yang menjadi korban kekerasan akan tetapi juga berdampak pada anak-anak yang menyaksikannya. Secara umum anak-anak yang menyaksikan kekerasan di dalam keluarganya biasanya akan mengalami hambatan dalam mengembangkan kehidupan sosial, emosional, psikologis dan tingkah lakunya. Anak-anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak-anak yang berada pada masa perkembangan remaja akhir. Pada masa remaja ini, mereka mengalami kesulitan dengan dirinya sendiri dan mereka juga mengalami kesulitan dengan orangtuanya dan situasi kekerasan yang terjadi di dalam keluarganya akan menambah kesulitan yang dihadapinya sehingga menimbulkan masalah bagi mereka. Peneliti menduganya bahwa remaja akhir dari keluarga yang mengalami kekerasan rumah tangga memiliki konsep diri yang lemah dan harga diri yang rendah bila dibandingkan dengan remaja akhir dari keluarga yang tidak mengalami kekerasan rumah tangga. Untuk mengetahui konsep diri tersebut peneliti menggunakan sebuah alat pengukur konsep diri yang disusun oleh William H. Fitts (1965) yang disebut sebagai Tennessee Self Concept Scale (TSCS). Skala ini terdiri atas 100 buah item pernyataan yang menggambarkan mengenai diri sendiri. Tiap pernyataan mempunyai 5 kemungkinan jawaban berupa skala dari angka 1 sampai 5. Angka 1 berarti pernyataan tersebut sama sekali tidak sesuai dengan keadaan diri subyek, sedangkan angka 5 artinya pernyataan tersebut sangat sesuai dalam menggambarkan diri subyek. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada aspek harga diri antara remaja akhir dari keluarga yang mengalami kekerasan rumah tangga dan remaja akhir dari keluarga yang tidak mengalami kekerasan rumah tangga."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3116
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiana Maya Asmaradewi
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3111
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivin Alvina
"Adanya tingkat perceraian yang semakin meningkat akhir-akhir ini di Indonesia yang sebagian besar penduduknya beragama Islam telah mendorong penulis untuk meneliti pengaruh relijiusitas terhadap kepuasan pernikahan melalui pemaafan, karena seorang yang relijiusita cenderung memiliki sifat pemaafan Untuk itu tesis ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisa pengaruh aspek-aspek religiusitas terhadap kepuasan pernikahan melalaui pemaafan pada para istri pelaut di Tanjung Priok, Jakarta. Penelitian menggunakan metode analisa kuantitatif dan kualitatif terhadap hasil kuesioner dengan responden para istri terkait.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pengaruh relijiusitas terhadap kepuasan pernikahan melalui pemaafan fit secara statistic dan tidak ada pengaruh relijiusitas terhadap kepuasan pernikahan melalui pemaafan. Namun ada pengaruh aspek relijiusitas praktek ibadah individu dan religious coping terhadap pemaafan pada para istri pelaut.

There is an increasing divorce rate lately in Indonesia, a Muslim predominantly country. This has prompted the writer to examine the influence of religiosity on marital satisfaction through forgiveness, as a religious moslem tends to have forgiveness trait in his life. This thesis aims to examine and analyze the effect of religiosity aspects on marital satisfaction through forgiveness on the sailors’ wife in Tanjung Priok, Jakarta. The research using quantitative analysis method based on questionnaires distributed to respondent, and qualitative method.
The results showed that the model of influence religiousity toward marital satisfaction through forgiveness is fit statistically and there is no influence on religiosity toward marital satisfation throuh forgiveness ; but there are positive influence between private religious practices aspect in religiosity towards forgiveness and negative influence between religious coping aspect in religiousity towards forgiveness on the sailors’ wife.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Damaris Triananda
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3045
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>