Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218010 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adman Maliawan
"Pendidikan penting bangsa bagi Indonesia. Pendidikan yang baik akan menghasilkan sumber daya manusia yang balk Pendidikan dapat di ikuti melalui 2 jenjang, pendidikan formal dan non format. Kesuksesan jangka pendek seseorang dalam mengikuti pendidikan dapat dilihat dan prestasi belajar yang dimilikinya. Menurut Suryabrata prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal; faktor eksternal dibagi menadi faktor non sosial dan sosial; faktor sosial dibagi menjadi faktor lingkungan keluarga dan Iingkungan sekolah. Faktor internal dibagi menjadi faktor psikologis dan fisiologis. Faktor psikologis dipengaruhi oleh intelegensi minat, bakat, motivasi, dan tanggung jawab. Penelitian ini bermaksud untuk melihat hubungan antara tanggung jawab dengan prestasi belajar. Menurut Schneiders sejak seorang anak lahir akan di ajarkan disiplin dari orang tuanya dengan tujuan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Disiplin ini disebut dengan disiplin eksternal.
Tujuan dan disiplin eksternal adalah membentuk dlsiplin internal yang pada akhimya akan membentuk self dicipline, self-control dan will power. Menurut Anderson dan Prawat individu yang memiliki self-control dapat bertanggung jawab dengan dirinya sendiri. Menurut Morris terdapat 2 macam tingkah laku bertanggung jawab, yaitu bertanggung jawab (being responsible) dan terpaksa bertanggung jawab (being held responsible). Bacon mengatakan bahwa siswa siswi sekolah yang bertanggung jawab akan mengerjakan tugasnya tanpa pengawasan orang Iain. Hal ini terkait dengan disiplin internal. Sedangkan siswa-siswi sekolah yang terpaksa bertanggung jawab hanya mengerjakan tugas jika ada pengawasan dari pihak Iuar. Hal ini terkait dengan disiplin eksternal. Corno menemukan ada siswa-siswi yang mengalami kesulitan belajar kemudian berusaha dengan belajar sendiri, dengan teman dan bertanya kepada guru. Ini adalah ciri-ciri siswa-siswi yang bertanggung jawab. Tingkah laku belajar sendiri, dengan teman dan bertanya kepada guru dapat meningkatkan prestasi belajar. Bacon telah menemukan 6 kategori tingkah laku bertanggung jawab menurut persepsi siswa-siswi sekolah itu sendiri. Penemuan Bacon menjadi dasar terbentuknya alat ukur tanggung jawab yang akan dihubungkan dengan prestasi belajar di sekolah.
Dalam metode penelitian ini, hipotesa alternatif yang disusun adalah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tanggung jawab pada pelajaran di sekolah dengan prestasi belajar yang dicapai olah siswa sekolah menengah umum di Jakarta. Sedangkan hipotesa nol yang disusun adalah tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tanggung jawab pada pelajaran di sekolah dengan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa sekolah menengah umum di Jakarta. Sebagai variabel tergantung adalah prestasi belajar yang secara operasional diukur melalui nilai total masing-masing mata pelajaran. Sebagai variabel bebas adalah tanggung jawab dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Sebagai variabel konstan dalam penelitian adalah intelegensi yang diukur dengan menggunakan PM Advanced dari Raven Subyek yang digunakan adalah siswa kelas II SMU.
Teknik pengambilan sampel adalah Incidental Sampling. Jumlah responden adalah sebesar 148 orang. Alat pengumpul data variabel tergantung adalah legger, yaitu Iembar kerja guru yang di dalamya tercantum secara lengkap nilai, nilai total, ranking, absen dan hasil tes intelegensi siswa. Alat pengumpul data variabel bebas adalah kuesioner yang dibuat berdasarkan 6 kategori tanggung jawab dari Bacon. Skala yang digunakan merupakan adaptasi dari skala Likert yang terdiri dari 6 kutub. Uji validitas dilakukan dengan face validity dan internal consistency. Uji reliabilitas dilakukan dengan metode alpha cronbach. Hasil penelitian menunjukkan nilai signifikansi pada cawu 1 p = 0,003 kecil dari 0,05 dan cawu 2 p = 0,005 kecil dari 0,05. Nilai korelasi pada cawu 1 r12.3 = 0,2430 dan pada cawu 2 r12.3 = 0,2324.
Kesimpuian dari penelitian adalah hipotesa nol ditolak dan hipotesa alternatif diterima. Kontribusi tanggung jawab terhadap prestasi belajar sebesar R2 = 4%. Dan faktor intelegensi dan faktor-faktor lain yang belum diketahui sebesar 96%. Belajar di sekolah sebenarnya bukan kegiatan yang menarik bagi siswa-siswi SMU. Persepsi terhadap tanggung jawab diri dari siswa-siswi SMU ini adalah mereka tidak bertanggung jawab pada pelajaran disekolah. Sebagian besar tanggung jawab dari siswa-siswi ini adalah terpaksa bertanggung jawab (being held responsible). Saran dalam penelitian ini agar melakukan uji validitas eksternal pada kuesioner tanggung jawab.
Pada penelitian lebah lanjut disarankan agar meningkatkan heterogenitas sampel. Penelitian Iebih lanjut agar diupayakan mengontrol faktor-faktor Iain yang berpengaruh terhadap prestasi belajar selain tanggungjawab. Dengan hasil yang positif dan signifikan maka dapat diupayakan pengadaan pelatihan tanggung jawab bagi siswa-siswi SMU. Perlu diupayakan adanya referensi mengenai tanggung jawab yang lebih banyak. Pelaksanaan penelitian perlu memperhatikan agenda akademik siswa-siswi sekolah. Mengingat mereka memiliki jadwal akademi yang berbeda dengan dunia perguruan tinggi."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
S2762
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet Riyadi
"ABSTRAK
Matematika mempakan mata pelajaran penting yang diberikan di sekolah baik di SD, SMP, SMU/SMK bahkan Perguruan Tinggi. Matematika memiliki fungsi memberi kemampuan berpikir logis, kritis dan sistematis. Matematika juga memiliki peran yang penting dalam kehidupan ini. Mengingat pentingnya peranan matematika, wajar bila matemaiika mendapatkan perhatian yang utama dibanding pelajaran yang lain dan tidak berlebihan bila diharapkan siswa menunjukkan prestasi belajar yang baik dalam pelajaran tersebut di sekolah. Namun pada kenyataannya banyak siswa yang prestasi belajar matematikanya rendah atau kurang memadai. Bahkan sampai sekarang matematika masih dianggap sebagai momok dalam pelajaran di sekolah.
Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika. Faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang berhubungan dengan prestasi belajar matematika antara lain adalah self efficacy dan minat terhadap matematika. Setiap siswa memiliki kemampuan dalam mempelajari matematika namun seringkali mereka ragu apakah ia mampu atau tidak dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Siswa seringkali tidak bertingkah Iaku optimal meskipun tahu apa yang harus dilakukannya. Keyakinan seseorang akan kemampuannya inilah yang menurut Bandura (1986) dikenal sebagai self efficacy.
Penulis meneliti hubungan antara self efficacy dengan prestasi belajar matematika yang diduga memiliki hubungan yang bermakna. Di samping itu penulis juga meneliti hubungan minat terhadap matematika dengan prestasi belajar matematika mengingat kurang minatnya siswa terhadap matematika karena ketika berhadapan dengan matematika siswa terlebih dahuiu menganggapnya sebagai suatu mata pelajaran yang sukar (Sinergi, Januari-Maret 1998). Tujuan penelitian adalah menguji apakah ada hubungan antara self efficacy dan minat terhadap matematika dengan prestasi belajar matematika. Kemudian berapa besar sumbangan variabel tersebut terhadap prestasi belajar matematika.
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas 3 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 8 Jakarta. Alasannya ialah subyek sudah dapat menilai dirinya sendiri secara cukup realistis dan subyek sudah mandiri dalam membentuk minat serta sudah sejak lama mengikuti pelajaran matematika. Subyek yang dijadikan sampel sebanyak 115 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling. lnstrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu skala self efficacy dan kuesioner minat matematika. Data penelitian diolah menggunakan metode multiple regression.
Hasil penelitian ini tidak mendukung teori Bandura(l986) yang mengatakan bahwa self efficacy berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika. Penelitian ini juga tidak mendukung penelitian Schunk (1982) yang menyatakan bahwa self efficacy berhubungan secara signifikan dengan prestasi belajar matematika. Hasil penelitian ini juga tidak mendukung penelitian Simanjuntak (1994) yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara minat dengan prestasi matematika siswa laki-laki dan perempuan. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui self efficacy dan minat terhadap matematika secara bersama-sama tidak memberikan sumbangan yang signifikan terhadap prestasi belajar matematika.
Tidak bemaknanya hubungan antara self efficacy dan minat terhadap matematika dengan prestasi belajar matematika mungkin disebabkan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini yang berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika seperli inteligensi, motivasi, kecemasan terhadap matematika dan skema tentang pemecahan masalah yang diajarkan sebelumnya. Faktor-faktor tersebut mungkin mempunyai peran yang lebih besar dalam mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa dibandingkan dengan self efficacy dan minat terhadap matematika. Tidak signifikannya hubungan antara self efficacy dan minat terhadap matematika dengan prestasi belajar matematika juga bisa disebabkan oleh instrumen-instrumen penelitian ini yang mungkin tidak valid secara eksternal, kecenderungan subyek penelitian untuk menjawab kuesioner secara social desirability dan variabilitas sampel penelitian yang rendah.
Saran untuk penelitian lanjutan yakni melakukan validasi eksternal terhadap instrumen-instrumen ini dengan cara mengkorelasikan skala self efficacy dan kuesioner minat terhadap matematika dengan alat-alat dan metode-metode lain yang valid secara internal maupun eksternal yang mengukur konstruk yang sama. Sebaiknya menggunakan sampel penelitian dan beberapa sekolah agar subyeknya heterogen dan menggunakan teknik pengambilan sampel secara random/acak. Membuat tes matematika yang standar agar valid dan reliabel. Perlu melibatkan valiabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti inteligensi (kecerdasan), motivasi, kecemasan terhadap matematika dan skema tentang pemecahan masalah yang diajarkan sebelumnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2551
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Citrawanti Oktavia
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara persepsi iklim sekolah dengan tanggung jawab belajar siswa SMA. Pengukuran persepsi iklim sekolah menggunakan modifikasi Instrument student perception of school climate yang dibuat oleh NASSP (National Association of Secondary School Principals) dan pengukuran tanggung jawab menggunakan alat ukur yang dikonstruksi dari teori Sukiat (1993). Partisipan berjumlah 161 siswa yang berasal dari beberapa sma di Jakarta dan sekitarnya yang terdiri dari tiga tingkatan kelas. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan hubungan antara iklim sekolah dengan tanggung jawab siswa (R2 = 0.304; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.05). Artinya, sebanyak 30,4 % varians persepsi iklim sekolah dapat dijelaskan melalui tanggung jawab siswa, sedangkan 69.6 % sisanya dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak diketahui. Hasil lain menunjukkan bahwa dimensi persepsi iklim sekolah yang memberikan sumbangan indeks korelasi parsial kuadrat yang signifikan dengan tanggung jawab adalah nilai tingkah laku siswa, penyelenggaraan bimbingan, hubungan orang tua dan komunitas dengan sekolah serta pengelolaan pengajaran. Berdasarkan hasil tersebut, iklim suatu sekolah perlu ditingkatkan untuk mendukung tanggung jawab siswa terutama pada dimensi yang memberikan sumbangan indeks korelasi parsial kuadrat yang signifikan tersebut.

This research was conducted to find correlation between students perception of school climate and responsibility student of learning among. Perception of school climate was measured using an modification instrument from NASSP (National Association od School Secondary Program) and responsibility was measured using a instrument constructed from Sukiat (1993). The participants of this research are 161 students from several high schools in Jakarta and near from Jakarta consist of three grade classes from this school. The main results of this research show that perception of school climate correlated significantly with responsibility (R2 = 0.304; significant at L.o.S 0.05). That is, as much as 30,4% variance perception of school climate can be explained by responsibility students of learning, while 69.6% were influenced by other variables that are not known. Other results showed that dimension of school climate that contribute correlation partial indeks significantly with responsibility students of learning are student behavioral values, guidance, parent & community school relationship and instructional managements. Based on these results, school climate needs to improve for increased responsibility among students, especially in the dimension that contribute significantly with responsibility students mainly."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45493
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwita Laksmi Sentari
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2550
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwina Laksmi Suntari
"Sekolah menengah umum (SMU) unggulan merupakan salah satu usaha yang dikembangkan oleh Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Kanwil Depdikbud) untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Tujuan akhir dari dikembangkannya SMU unggulan ini adalah untuk memperoleh generasi penerus bangsa yang berkualitas, mandiri dan mampu bersaing dalam era pembangunan di abad 21 mendatang.
Jumlah SMU unggulan untuk tiap-tiap propinsi berbeda-beda. DKI Jakarta sendiri memiliki 6 buah SMU unggulan, seperti yang telah ditetapkan oleh Kanwil Depdikbud DKI Jakarta. Keenam SMU unggulan tersebut adalah SMUN 8, SMUN 13, SMUN 78, SMUN 70, SMUN 81 dan SMUN 68.
Adapun seleksi masuk SMU unggulan ini dilakukan dengan cara menjaring siswa yang memiliki NEM SMP yang tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa yang dapat diterima di sekolah tersebut memiliki prestasi yang tinggi.
Dengan bersekolah di SMU unggulan, seorang siswa akan menghadapi berbagai macam situasi dan kondisi. Seperti adanya label positif dari guru, orang tua ataupun masyarakat terhadap siswa, suasana belajar yang kompetitif di dalam kelas, kewajiban untuk mengikuti program pengayaan serta tingkat kesulitan soal ulangan umum yang lebih tinggi dibandingkan dengan soal untuk SMU non unggulan.
Di satu sisi, situasi-situasi yang telah disebutkan di atas memiliki dampak yang bersifat positif dan bermanfaat karena merangsang perkembangan aspek intelektual dari para siswa. Tetapi di sisi lain, situasi tersebut dapat menimbulkan kesulitan atau masalah bagi para remaja yang bersekolah di sana. Misalnya, padatnya jam belajar mengajar di suatu SMU unggulan dapat menyebabkan siswa menjadi tidak memiliki waktu luang yang cukup untuk beristirahat ataupun melakukan hal-hal yang disukai oleh mereka. Situasi tersebut juga dapat menimbulkan perasaan tertekan pada diri mereka karena adanya tuntutan untuk memenuhi label dan harapan dari orang lain ataupun dari diri sendiri untuk berprestasi sebaik mungkin.
Masalah-masalah yang harus dihadapi oleh siswa SMU unggulan seperti yang telah disebutkan di atas, mungkin dapat menimbulkan stres, yang menyebabkan mereka berusaha untuk mengatasinya dengan sejumlah perilaku tertentu yang disebut sebagai perilaku coping. Dalam hal ini, stres terjadi bila situasi atau kondisi yang terdapat di SMU unggulan dinilai melebihi kemampuan coping yang dimiliki siswa untuk berespon. Stres yang berlebihan tanpa adanya kemampuan coping yang efektif akan berpengaruh terhadap kesehatan siswa secara langsung serta kesehatan fisiologis dan psikologis mereka di masa mendatang. Terlebih lagi, para remaja memiliki kecenderungan untuk mempergunakan perilaku coping terpusat emosi saat menghadapi masalah. Padahal perilaku. coping ini hanya dapat mengurangi stres untuk sementara waktu dan dapat membuat remaja tidak berusaha untuk menghadapi dan mengatasi masalah yang dialami secara langsung.
Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian untuk melihat gambaran stres dan perilaku coping pada siswa SMU unggulan yang merupakan aset negara yang sangat berharga. Sehingga dapat diperoleh masukan-masukan yang bermanfaat guna mencegah timbulnya stres yang berlebihan pada diri mereka ataupun penanggulangan terhadap siswa yang mengalami stres serta meningkatkan penggunaan perilaku coping terpusat masalah untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
Penelitian eksploratif ini dilakukan terhadap 127 siswa kelas I dan II SMUN 70. Pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif dengan mempergunakan kuesioner stres dan kuesioner perilaku coping -COPE SCALE-.
Hasil utama penelitian ini menunjukkan hahwa dari 127 responden terdapat 60 siswa (47.2%) dengan tingkat stres tinggi. Adapun sumber stres terbesar pada diri mereka adalah dimensi prestasi. Untuk menghadapi situasi di sekolah yang dirasakan dapat menimbulkan stres, mereka cenderung mempergunakan perilaku coping terpusat emosi.
Adapun saran-saran untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitian serupa di berbagai SMU unggulan dengan melibatkan siswa kelas I, II dan III serta melengkapinya dengan wawancara yang bersifat mendalam. Selain itu ada baiknya dilakukan pula penelitian mengenai dampak dari stres terhadap diri siswa, mengingat stres tidak selalu berdampak positif, tetapi ada pula yang bersifat negatif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Raden Roro Herliani
"Keberhasilan prestasi belajar Sains seorang siswa dipengaruhi banyak faktor. Salah satu faktor internal yang diperkirakan ikut mempengaruhi hal tersebut adalah sikap (attitude) siswa terhadap obyek yang berkaitan dengan pelajaran Sains. Sikap Terhadap sekolah, Sikap Terhadap Biologi, Sikap Terhadap Ilmu Bumi dan Sikap Terhadap Fisika adalah sikap-sikap yang ikut mempengaruhi Sikap Terhadap Sains yang selanjutnya akan mempengaruhi prestasi belajar Sains.
Dengan menggunakan data sarnpel study TIMSS 2003 sebanyak 3796 siswa usia 13 tahun atau kelas 8 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dari dua instrumen yaitu instrumen kuesioner sikap dengan skala Likert dan instrumen prestasi belajar Sains pilihan ganda, dicari hubungan analisa faktor antara variabel-variabel pengukuran dengan variabel konstruk sikap dan hubungan struktural antara variabel-variabel konstruk yang satu dengan variabel konstruk lainnya.
Analisis data dengan ITEMAN dan SPSS pada instrumen sikap menyeleksi 9 butir soal yang tidak memenuhi syarat untuk dibuang. Reliabilitas instrumen kuesioner sikap hasil ITEMAN dan SPSS bemilai sama dan cukup besar (di atas 0,8) untuk keempat variabel sikap. Analisis data prestasi belajar Sains menggunakan BILOG dua parameter sebagai aplikasi Item Response Theory menghasiikan 9 butir soal dibuang dan basil akhir menunjukkan reliabilitas tes cukup besar (indeks reliabilitas = 0,923) . Tingkat kesukaran butir-butir soal tes prestasi belajar Sains lebih banyak berada pads kategori sedang dan sukar dengan diskriminasi item rata-rata rendah.
Hasil analisis selanjutnya dengan metode LISREL pada measurement model menunjukkan hasil yang tidak fit antara model dengan data pada variabel laten Sikap Terhadap Biologi, Ilmu Bumi dan Fisika, namun pads Sikap Terhadap Sekolah model fit dengan data Hasil analisis structural model melalui 7 model konseptual , didapatkan 4 model fit dengan data sedangkan tiga lainnya tidak fit Model yang fit adalah model dengan variabel Sikap berupa jumlah skor, sedangkan variabel Prestasi Belajar Sains berupa gabungan materi Sains maupun pembagian 3 materi Sains. Pengujian model strukturaI antar gender menunjukkan adanya pengaruh gender pads Sikap Terhadap Sains dan kaitannya dengan Prestasi Belajar Sains."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18822
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Maya Irvina
"Pemilihan terhadap jurusan/bidang studi tertentu biasanya disesuaikan dengan minat seseorang Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) program studi Manajemen Bisnis dan Akuntansi diasumsikan memilih sekolah tersebut karena minatnya di bidang ekonomi (minat ekonomi). Begitu juga dengan siswa yang mengikuti pendidikan di Sekolah Perawat Kesehatan dan Sekolah Pengatur Rawat Gigi, karena minatnya di bidang kesehatan (minat kesehatan).
Dalam membicarakan masalah pendidikan, yang menjadi topik utama adalah mutu siswa atau prestasi belajar siswa. Hal ini disebabkan karena sekalipun keberhasilan pendidikan tidak dapat dipisahkan dari variabel-variabel lain yang mempengaruhi proses pendidikan itu, namun yang menjadi terminal penilaian adalah prestasi belajar yang dicapai siswa pada akhir pendidikan atau pada saat ujian, baik pengetahuan maupun keterampilan.
Tinggi rendahnya prestasi yang dicapai siswa di sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah minat (Suryabrata, 1983). Menurut Horrocks (1976) minat adalah kumpulan sikap yang tampil dalam bentuk perhatian selektif pada suatu obyek atau aktivitas tertentu.
Dalam kaitannya dengan prestasi belajar siswa, sejumlah penelitian menunjukkan adanya hubungan antara minat dengan prestasi belajar, seperti penelitian Fredericksen & Melville, 1954; Barrileaux, 1961; Barak & Rabbi, 1982; serta Wiley & Magnon, 1982 (dalam Brown & Lent, 1984). Namun beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain menunjukkan tidak ada hubungan antara keduanya (Super & Crites, 1962 dan Stanley & Hopkins, 1978 dalam Brown & Lent, 1984).
Perbedaan hasil-hasil penelitian itu mendorong penulis untuk meneliti hubungan antara minat dengan prestasi belajar siswa SMK. Penelitian ini dilakukan di Jakarta pada tahun 1997. Teknik yang digunakan untuk mengambil sampel dalam penelitian ini adalah Incidental Sampling. Subyek penelitian adalah siswa-siswa kelas 1 dari dua jurusan SMK, yaitu SMK jurusan/bidang ekonomi (program studi Manajemen Bisnis dan Akuntansi) serta SMK bidang kesehatan (Sekolah Perawat Kesehatan/SPK dan Sekolah Pengatur Rawat Gigi/SPRG). Penelitian ini memperoleh 158 orang subyek penelitian, yang terdiri dari 84 orang siswa SMK bidang kesehatan dan 74 orang siswa SMK bidang ekonomi.
Alat pengumpul data pada penelitian ini adalah inventori minat dan tes formatif. lnventori minat digunakan sebagai alat ukur minat siswa dan tes formatif digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa.
Analisis data dilakukan dengan menghitung persentase (deskriptif statistik) dan Partial Correlation untuk melihat ada tidaknya hubungan antara minat dengan prestasi belajar, dengan mengontrol variabel kecerdasan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara minat dengan prestasi belajar tidak terbukti secara signifikan pada penelitian ini. Walaupun tidak terdapat hubungan yang signifikan, ada dimensi-dimensi minat ekonomi dan minat kesehatan yang berhubungan dengan prestasi belajar, yaitu 'melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan bilangan' dan 'menjalankan standar kesehatan'.
Dari penelitian ini memang tidak dapat dilihat kaitan antara minat dengan prestasi belajar. Namun masih banyak aspek lain yang berhubungan dengan minat. Masalah minat siswa SMK ini penting untuk ditelaah, karena akan berkaitan dengan pembinaan siswa itu sendiri."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>