Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 37526 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rosdiana Setyaningrum
"ABSTRAK
Salah satu masalah yang tampaknya dari dahulu sampai sekarang tetap
menjadi perhatian dunia adalah masalah perkembangan anak. Masalah ini mendapat
perhatlan yang begitu besar karena, anak adalah penerus dari apa yang kita keijakan
saat ini. Salah satu syarat yang dibutuhkan anak agar dapat menjadi penerus yang
bermutu adalah memiliki tingkah laku adaptif yang balk.
Heber, dalam Manual AAMD (1973.1977) mengatakan bahwa tingkah laku
adaptif adalah the effectiveness or degree with which an individual meets the
standards of personal independence and social responsibility for age and cultural
group.
Tingkah laku adaptif Ini berkaitan dengan 3 prinsip penting, salah satu
dlantaranya adalah usia. Oleh karena itu, untuk penelitian ini diadakan pembatasan
usia. Usia yang diambil untuk penelitian ini adalah 1-3 tahun, pada saat anak berada
pada pehode toddlerhood (Waechter, 1985). Masa ini amat penting bag! pertumbuhan
anak karena pada saat ini ia mulal menemukan dirinya sebagai seseorang yang
terlepas dari ibunya, mulai menemukan dirinya dan mempunyai sense of self.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar focfd/er dapat mencapal tingkah
laku adaptif yang sesuai. Antara lain adalah dengan lingkungan pengasuhan dan
kelekatan . Umumnya, pada usia dini, hal ini dipercleh anak melalui hubungan diadik
(dyad) anak dengan ibu kemudian berkembang pada keluarga inti.
Tetapi, saat ini ada banyak tuntutan baik dari luar maupun dari diri wanita yang
menyebabkan wanita harus memalnkan peran ganda, sebagai ibu dan wanita bekerja.
Keadaan ini menimbulkan konflik dari ibu pekerja yang terpaksa meninggalkan
anaknya di rumah.
Ada beberapa alternatif pengasuhan yang dapat dipilih oleh para ibu ini. Yang
pertama adalah dengan menyewa tenaga perigasuh. Plllhan lain, yang sedang
berkembang saat ini adalah dengan menitipkan anak pada Tempat Penitipan Anak
(TPA). Tampaknya TPA Ini dapat menjadi alternatif lingkungan pengasuhan bagi anak.
Cohen & Bagshaw (1973) berkata bahwa anak yang dititipkan di TPA secara umum
leblh outgoing, percaya diti, spontan dan socialy competent.
Masalahnya, benarkah TPA di Jakarta ini dapat memberikan apa yang
dijanjikan. Leblh baik dari apa yang dapat diberikan oleh seorang pengasuh ?
Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan dalam tingkah laku
adaptif antara anak-anak usia 1-3 tahun yang dititipkan di TPA dan yang diasuh di
rumah oleh pengasuh.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana TPA berpengaruh
terhadap perkembangan tingkah laku adaptif anak. Sedangkan manfaatnya adalah
untuk membantu para ibu dalam menentukan plllhan pengasuh pengganti. Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mendatangi 6
buah TPA di Jakarta dan keluarga yang mempunyai anak berusia 1-3 tahun dengan
ibu bekerja. Pemilihan Subyek dilakukan secara non probability sampling, tipe
purposive sampling. Artinya sampel dipilih karena memiliki karakteristik khusus atau
dapat menyediakan Informasi yang paling berguna bag! penelitian (Shaughnessy,
1990). Karakteristiknya adalah sebagai berikut; usia anak (1-3 tahun), usia orang tua,
pendidikan orang tua (minimal SMA), pekerjaan orang tua dan status sosial ekonomi.
Subyek akan dikelompokkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah anak
yang dititipkan di TPA sedangkan kelompok kedua adalah anak-anak yang diasuh di
rumah oleh pengasuh.
Pada kedua kelompok tad! diberikan 2 macam alat ukur, yaitu Home
Observation for Measurement of the Environmet (HOME), yang mengukur stimulasi
lingkungan pengasuhan rumah dan Vineland Adaptive Behavior Scale (VABS), yang
mengukur tingkat tingkah laku adaptif anak. Perbandingan dilakukan dengan
membandingkan jumlah skor kedua kelompok tersebut. Pengambilan data ini dilakukan
dengan observasi dan wawancara semi berstruktur.
HOME perlu diberikan karena lingkungan pengasuhan rumah mempunyai
peranan penting bagi perkembangan tingkah laku adaptif anak sehingga peranannya
tidak dapat diabaikan. Lingkungan pengasuhan ini juga terdiri dari variabel yang besar
jumlahnya. Oleh karena itulah, HOME dipakai sebagai kontrol statistik sebagai variabel
konkomitan.
Secara lebih jelas, variabel-variabel dalam penelitian ini adalah tingkah laku
adaptif anak sebagai variabel dependen, keanggotaan anak pada TPA sebagai
variabel independen dan stimulasi lingkungan rumah sebagai variabel konkomitan.
Hipotesa yang digunakan adalah :
HI = Ada perbedaan yang signifikan dalam tingkah laku adaptif anak-anak usia 1-3
tahun yang dititipkan di TPA dengan yang dirawat di rumah.
HO = Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam tingkah laku adaptif anak-anak usia
1-3 tahun yang dititipkan di TPA dengan yang dirawat di rumah.
Perhitungan statistik yang digunakan adalah Ancovar dan bila HI terbukti,
diadakan perhitungan Z score untuk melihat mana dari keempat ranah yang dimiliki
VABS yang paling membedakan tingkah laku adaptif anak-anak TPA dengan non TPA.
Perhitungan statistik ini dilakukan dengan bantuan program SPSSWin Ver. 6.0 for
Windows. Dengan level signifikansi 0.05.
Dari hasil perhitungan statistik tersebut ditemukan bahwa memang ada
perbedaan yang signifikan dalam tingkah laku adaptif anak-anak usia 1-3 tahun yang
dititipkan di TPA dengan yang dirawat di rumah. Berarti H1 diterima dan HO ditolak.
Jadi anak TPA mempunyai tingkah laku adaptif yang lebih balk dibandingkan dengan
anak non TPA. Ditemukan juga bahwa tidak ada satu kemampuan dari keempat ranah
VABS yang lebih menonjol dari yang lainnya. Berarti kemampuan anak TPA dalam
keempat ranah ini hampir seimbang, tidak ada satu yang lebih baik dari pada yang
lainnya.
Sedangkan penawaran penjelasan mengenai hasil yang diperoleh, kelemahan
dan kesulitan dalam penelitian ini serta saran-saran yang dapat memperbaiki hasil
penelitian ditulis pada bab terakhir, yaitu Kesimpulan, Diskusi dan Saran."
1997
S2740
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London: Jessica Kingsley, c1992
155.4 Six
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Tri Sulistyaningrum
"Menurut Data Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) Provinsi DKI Jakarta tahun 2014, proporsi balita dengan asupan gula, natrium, dan lemak yang melebihi batas yang dianjurkan, yaitu untuk asupan gula sebesar 1,9%, asupan natrium sebesar 15%, dan asupan lemak sebesar 22,2%. Preferensi makanan dan perilaku makan anak-anak dipengaruhi oleh pengalaman masa balita dan erat kaitannya dengan pilihan dan
perilaku makan orang tuanya. Preferensi rasa saat usia dini ini akan menjadi kebiasan
makan dikemudian hari dan menjadi perilaku negatif, hal inilah yang menimbulkan timbulnya Penyakit Tidak Menular tidak hanya terjadi pada usia dewasa tetapi juga pada usia anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku ibu dalam pola pemberian gula, garam, lemak pada makanan balita umur 6-59 bulan di Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yang dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2019 di wilayah Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Sampel pada penelitian ini berjumlah 200 responden dengan subjek ibu yang memiliki balita umur 6-59 bulan di wilayah Kecamatan Cipayung yang didapat dengan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 53% Ibu memiliki perilaku negatif dalam pola pemberian gula, garam, lemak pada makanan balita. Sebesar 73,5% Ibu memiliki pengetahuan yang rendah dalam pola pemberian gula, garam, lemak pada balita dan sebesar 95,5% responden memiliki sikap negatif dalam pemberian gula,
garam, lemak pada makanan balita. Berdasarkan uji multivariat regresi logistik diketahui bahwa perilaku ibu dalam pemberian gula, garam, lemak pada makanan balita memiliki hubungan yang signifikan dengan pengetahuan p-value=0,005 (p<0,05), pemanfaatan media sosial p-value=0,001 (p<0,05) dan dukungan petugas kesehatan pvalue=0,005 (p<0,05). Oleh karena itu diperlukan adanya pengembangan strategi dalam meningkatkan pengetahuan ibu akan penggunaan gula, garam, lemak di dalam
konsumsi makanan balita sehari-hari melalui program indonesia sehat pendekatan keluarga.

According to the 2014 DKI Jakarta Province Individual Food Consumption Survey (SKMI), the proportion of children under five with sugar, sodium, and fat intake that exceeds the recommended limit, namely for sugar intake by 1.9%, sodium intake by 15%, and fat intake by 22.2%. Food preferences and childrens eating behavior are influenced by the experiences of infancy and are closely related to the choices and eating behaviors of their parents. Taste preferences at an early age will become eating
habits in the future and become negative behavior, this is what causes the emergence of
non-communicable diseases not only occur in adulthood but also in children. The purpose of this study was to determine maternal behavior in the pattern of providing sugar, salt, fat in toddler food aged 6-59 months in Cipayung District, East Jakarta. This study uses a cross sectional study design conducted in July-August 2019 in the Cipayung District area, East Jakarta. The sample in this study amounted to 200 respondents with the subject of mothers who have toddlers aged 6-59 months in the Cipayung District area obtained by purposive sampling. The results showed 53% of mothers had negative behavior in the pattern of providing sugar, salt, fat in toddler food. 73.5% of mothers have low knowledge in the pattern of providing sugar, salt, fat in infants and 95.5% of respondents have a negative attitude in providing sugar, salt, fat in toddler food. Based on the multivariate logistic regression test it is known that maternal behavior in providing sugar, salt, fat in toddler food has a significant relationship with knowledge p-value = 0.005 (p <0.05), social media utilization p-value = 0.001 (p <0 , 05) and the support of health workers p-value = 0.005 (p <0.05). Therefore it is necessary to develop a strategy to increase the mother's knowledge of the use of sugar, salt, and fat in everyday toddler food consumption through a healthy
Indonesia family approach program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisya Dwi Rianthi
"Latar belakang: Identifikasi dan deteksi dini keterlambatan perkembangan anak sampai usia 3 tahun membutuhkan alat uji penapisan yang sahih dan andal serta mudah diaplikasikan orangtua. Kesahihan dan keandalan ASQ-3 belum teruji di Indonesia sehingga ASQ-3 belum digunakan secara luas sebagai alat uji penapisan perkembangan anak.
Tujuan: Mengetahui kesahihan dan keandalan ASQ-3 bahasa Indonesia sebagai alat uji penapisan keterlambatan perkembangan anak usia 24-36 bulan.
Metode: Penelitian potong lintang ini dibagi menjadi 2 tahap. Tahap pertama yaitu adaptasi transkultural, modifikasi dan tranlasi kuesioner ASQ-3 versi orginal ke bahasa Indonesia. Tahap kedua, kuesioner bahasa Indonesia yang sudah final, diuji ke 30 subyek dari 5 kelompok umur (24,27,30,33,36 bulan). Uji kesahihan dengan menggunakan koefisien korelasi, uji keandalan dengan konsistensi internal dan keandalan inter-rater.
Hasil: Uji kesahihan dengan koefisien korelasi kuat di domain komunikasi usia 24 bulan (0,908), domain motor kasar usia 24 bulan (0,860), domain motor kasar usia 36 bulan (0,865). Uji keandalan dengan Alpha Cronbach ialah baik (0,673-0,825) dengan keandalan inter-rater yang sangat baik (0,916).
Kesimpulan: ASQ-3 bahasa Indonesia sahih dan andal sebagai alat uji penapisan keterlambatan perkembangan anak usia 24-36 bulan.

Background: Identification of children with developmental disabilities is critical step in providing early intervention services. Ages and Stages Questionnaires third edition (ASQ-3), a parent-report questionnaires has been proven to be a valid and reliable screening test and good psychometric properties. This test has not been validated and standardized before in Indonesia.
Aim: To provide the validated and reliability form of the Indonesian version of the Ages and Stages Questionnaires as an appropriate developmental screening tool for evaluation of 24-36 months Indonesian children's development.
Method: Cross sectional study divided into two parts. First part included the adaptation, transcultural, and translation ASQ-3 original version to Indonesian version. Second part, final form of Indonesian ASQ-3 was performed for 30 children from 5 age groups (24,27,30,33,36 months). In order to determine validity of the questionnaires using correlation coefficient, and reliability was measured using internal consistency and intraclass correlation coefficient.
Results: The validity determined by correlation coefficient was very good in communication area at 24 months age (0.908), gross motor at 24 months age (0.860), and gross motor at 36 months age (0.865). The reliability, determined by cronbach's alpha ranged from 0.673-0.825 and the inter-rater reliability was 0.916.
Conclusion: The Indonesian version of the ASQ has appropriate validity and reliability for screening developmental disorders in 24 -36 months children in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T55526
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rien Esti Pambudi
"Banyak usaha yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan kemandirian pada anak. Hal yang terpenting adalah bagaimana pembina, sebagai orang yang paling mampu mempengaruhi anak, mampu mendukung perilaku mandiri anak. Anak akan tumbuh menjadi individu yang mandiri atau tidak mandiri banyak dipengaruhi oleh bagaimana pembina memperlakukan anak. Apabila pembina selalu membantu anak, walau kesulitan yang dihadapi anak tidak seberapa, selalu mencukupi kebutuhan anak; membatasi gerak, terlalu melindungi dan tidak banyak memberi kesempatan pada anak, maka anak menjadi tidak berani dan akan menggantungkan diri pada pembina.
Mengingat dewasa ini banyak ibu yang juga bekerja dan meninggalkan anak dibawah usia 5 tahun dibawah pengawasan orang lain peneliti ingin mengetahui perilaku pembina di Sasana Bina Balita (SBB) sebagai salah satu alternatif pengasuhan yang dapat dipilih ibu yang bekerja, dalam menghadapi perilaku anak dengan pertimbangan adanya pelatihan serta program secara tertulis.
Respon pembina akan digolongkan sebagai tidak mendukung kemandirian anak bila pembina segera membantu anak, tidak memberi kesempatan serta pilihan pada anak untuk menooba sendiri. Respon pembina diperoleh melalui observasi di SBB terhadap perilaku mandiri-tidak mandiri anak. Anak dikatakan tidak mandiri bila menunjukkan perilaku mencari perhatian dengan meminta pembina, mengikuti ke mana pengasuh pergi, merninta menyelesaikan tugas yang diminta. Sedang anak dikatakan menunjukkan perilaku mandiri bila ia mampu mengikuti dan menyelesaikan instruksi pembina dalam kegiatan makan.
Subyek penelitian adalah pembina di SBB Mitra yang berjumlah enam orang yang tugas sehari-harinya adalah menangani anak usia 1-5 tahun. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik incidental sampling. Dalam penelitian ini, digunakan metode kualitatif dengan melakukan pengamatan untuk memperoleh data penelitian. Untuk itu, akan dilakukan studi awal guna mendapatkan informasi mengenai pentingnya kemandirian bagi anak yang diperoleh dari wawancara dengan satu orang pembina dan pengelola SBB, untuk menentukan batasan kegiatan yang akan diamati, dan untuk menentukan kemungkinan respon dari pembina dan tingkah laku makan anak, guna pembuatan lembar pengamatan. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi yang menghambat pelaksanaan kemandirian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lima pembina di SBB Mitra belum mendukung kemandirian dalam kegiatan makan. Mereka cenderung langsung membantu anak, dan belum banyak menunjukkan usaha untuk melatih anak melakukan aktivitas makan sendiri. Hal ini terutama disebabkan karena masalah waktu, mengingat kegiatan di SBB Mitra sudah terjadwal dan makanan yang disajikan pun harus habis termakan, menuntut mereka bekerja dengan cepat.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran respon pembina terhadap tingkah laku anak dalam kegiatan makan. Respon pembina nantinya akan dikelompokkan sebagai mendukung atau tidak mendukung kemandirian anak. Ditinjau dari segi teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan di bidang kemandirian. Dengan demikian, secara praktis diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sarana perbaikan kualitas pengasuhan di SBB Mitra, terutama dalam penanganan anak dalam kegiatan makan.
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk lebih menggali kondisi yang mampu membuat pembina melakukan interaksi yang mendukung."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
S2504
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Saraswati
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah menggambar dapat berperan sebagai strategi regulasi emosi anak Papua yang bersekolah di luar daerah, dengan melihat pengaruh menggambar sebagai distraksi dalam mengubah valensi emosi mereka, mempertimbangkan kelompok usia (middle childhood dan adolescence) dan preferensi menggambar. Sejumlah 45 anak Papua usia 10-15 tahun yang secara acak dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan kondisi menggambar, yakni kelompok menggambar bebas (n = 23) dan mencontoh bentuk (n = 22), sebelumnya diberikan induksi emosi negatif dengan meminta mereka mengingat pengalaman negatif sebelum melakukan kegiatan menggambar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan valensi emosi lebih besar secara signifikan pada kelompok menggambar bebas dibandingkan dengan kelompok mencontoh bentuk (F(1,43) = 6,237; p < 0,05; one-tailed). Kelompok usia ditemukan tidak memiliki efek pada perubahan valensi emosi (F(1,41) = 0,741; p > 0,05), begitu juga dengan preferensi menggambar (F(2,42) = 3,805; p > 0,05; R2 = 0,005). Dibandingkan dengan kelompok mencontoh bentuk, partisipan yang menggambar bebas mengalami peningkatan emosi positif lebih tinggi dan lebih menikmati kegiatan, karena kebebasan untuk berkarya mampu membuat emosi individu menjadi lebih positif, tanpa melihat kelompok usia maupun preferensi. Kemudian berdasarkan data yang terkumpul, didiskusikan pula pengelompokan tahap perkembangan artistik anak Papua dan tema yang muncul dalam cerita mereka.

ABSTRAK
This study aims to know whether drawing acts as emotion regulation strategy for Papuan children who are attending school away from home, by looking at the effect of drawing to distract in changing their emotional valence, considering their respective age groups and drawing preference. Forty children aged 10-15 randomly assigned to two groups, free-hand drawing (n=23) and copying shapes (n=22), were first given negative mood induction by asking them to recall a negative experience before completing drawing task. Results showed that emotional valence was changed significantly in the free-hand drawing group more than the copying shapes group (F(1,43) = 6,237; p < 0,05; one-tailed). Age group did not have an effect on the change (F(1,41) = 0,741; p > 0,05), so was drawing preference (F(2,42) = 3,805; p > 0,05; R2 = 0,005). Compared to the copying shapes group, emotional valence of the free-hand drawing group increased more and they also found more enjoyment in the task, for freedom to create is able to elevate individual?s emotional valence positively, without any differences found between age groups and level of drawing preference. Subsequently, based upon the collected data, the grouping of Papuan children?s artistic development and the themes found in their stories are discussed."
2016
S64256
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lydia Destanti
"ABSTRAK
Taman Penitipan Anak (TPA) dapat menggantikan peran pengasuhan anak bagi pekerja perempuan saat jam kerja. TPA diharapkan mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak selama penggantian pengasuhan untuk mencegah risiko terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak yang ditiitpkan. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran pengasuhan pengganti untuk pemenuhan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak di TPA kota Depok. Penelitian deskriptif dengan desain cross sectional menggunakan teknik sampling sensus pada semua lembaga TPA (n=26) di Kota Depok dengan uji proporsi. Sebesar 88,46 % TPA mendukung pemenuhan kebutuhan pertumbuhan dan 96,15 % mendukung pemenuhan kebutuhan perkembangan anak. Perawat anak diharapkan dapat bekerja sama untuk mengoptimakan penyelenggaraan pelayanan TPA dalam mendukung pemenuhan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak.

ABSTRACT
Daycare can substitute the role of caring and educating from mother to during working hours. Daycare is expected to support the growth and development of children to prevent the risk of growth and development delayed. This study aims to determine the profile of substiute parenting for growth and development at daycare in Depok. Descriptive study with cross sectional design using census sampling techniques at all institutions of daycare (n = 26) in Depok with proportion test. The study showed that 88.46% daycare in Depok support the fulfillment of a child's growth. While 96.15% TPA in Depok support the fulfillment of the child's developmental needs. Pediatric nurses are expected to collaborate with daycare to optimalize fulfilling the growth and development needs of children."
2016
S63524
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kail, Robert V.
London : Prentice Hall International, 2001
305.231 KAI c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Pillow, Bradford H.
"Children’s discovery of the active mind organizes empirical literature concerning the development of children’s knowledge of cognitive activities from early childhood to adolescence and presents a conceptual framework that integrates children’s introspective activities with social influences on development. Bringing together theoretical and empirical work from developmental, cognitive, and social psychology, the author argues that rather than depending upon a single source of information, developmental progress is driven by combinations of children’s conceptual knowledge of mental functioning, children’s phenomenological awareness of their own cognitive activities, and children’s social experience."
New York: Springer, 2012
e20410707
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Nur Patria
"ABSTRAK
Sikap berbagi, bergiliran, empati, menolong dan lainnya merupakan dasar dari terbentuknya persahabatan dan menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Anak yang tidak mau berbagi akan mengakibatkan rendahnya hubungan sosial sehingga timbul peer rejection dari teman-temannya. Dalam beberapa literatur perilaku sosial pada anak, belum banyak dibahas mengenai berbagi pada anak usia 4-5 tahun. Penelitian ini mengukur perilaku berbagi anak yang dibagi dalam physical sharing dan verbal sharing. Penelitian dilakukan dengan memberikan cerita menggunakan media boneka tangan, pada anak-anak usia 4-5 tahun di sebuah taman kanak-kanak di Tangerang Selatan. Hasilnya menunjukkan adanya perubahan kognitif pada beberapa subjek, namun belum sampai pada tahap perubahan perilaku yang konsisten. Untuk meningkatkan efektifitas intervensi, diperlukan waktu yang lebih lama dalam pelaksanaannya.

ABSTRACT
Behaviors such as sharing, taking turns, empathy and helping others, form the foundation for harmonious social relationships. Children who are not used to sharing are more likely to face peer rejections which lead to low social relationships. In the literature on child social behavior, not many have discussed sharing behavior among 4-5 year olds. This paper studies sharing behavior; i.e. physical and verbal sharing. The experiment is conducted through story-telling using hand puppets as a media to 4-5 year old Kindergarten pupils in South Tangerang, Indonesia. The results show cognitive changes on a number of pupils although a consistent change in behavior was not yet seen. A lengthier time frame is needed in order to increase the effectiveness of the intervention."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T32715
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>