Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218445 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Linawaty Mustopoh
"ABSTRAK
Dalam dunia pendidikan diketahui bahwa banyak siswa yang mengalami kesulitan di
sekolah baik karena rendahnya kemampuan umum ataupun kesulitan belajar dalam bidang
tertentu. Siswa-siswa ini masih dapat mengembangkan potensinya bila aspek
kelemahannya diketahui dan dapat ditangani. Untuk itu diperlukan tes seperti Detroit Test
of Learning Aptitude-3 (DTLA-3) yang dikembangkan Donald D. Hammill pada tahun
1991 berdasarkan teori dua faktor Spearman. Adapun berbagai kelebihan yang ditawarkan
oleh DTLA-3 dibandingkan dengan tes inteligensi Iainnya adalah:
l. mengukur kemampuan mental umum (general mental ability), meramalkan
keberhasilan di masa yang akan datang (bakat/aptitude) dan menunjukkan penguasaan
materi dan ketrampilan tertentu (prestasi/achievement).
2. menentukan kekuatan dan kelemahan di antara berbagai kemampuan (developed
abilities) yang dimungkinkan melalui melalui analisis unjuk kerja subjek pada berbagai
subtes, serta analisis perbedaan skor antar berbagai komposit. Dengan mengetahui
kekuatan dan kelemahan seseorang, dapat direncanakan program pendidikan yang
tepat bagi individu tersebut.
3. mengidentifikasi individu yang mempunyai kemampuan di bawah kemampuan
kelompok seusianya. DTLA-3 dpat digunakan untuk mendiagnosis apakah seseorang
membutuhkan pendidikan luar biasa karena kemampuan mental umum yang rendah,
atau program penanganan kesulitan belajar bahasa, atensi atau motorik
Sebelum DTLA-3 digunakan di Indonesia, perlu diadakan diteliti apakah tes ini
memenuhi persyaratan pengukuran yang baik, yaitu mempunyai item yang tersusun dengan
berdasarkan derajat kesulitan dan mempunyai daya pembeda, menghasilkan skor yang
relatif sama dari waktu ke waktu, serta mengukur apa yang hendak diukur. Adapun
penelitian dilakukan pada kelompok usia 10-12 tahun yang duduk di kelas 4-6 SD yang
paling banyak mengalami kesulitan belajar (Schmid et al., dalam Mercer, 1983). Dengan
alat ukur yang akurat seperti DTLA-3 diharapkan dapat mengidentifikasi siswa yang
membutuhkan program pendidikan yang direncanakan secara khusus.
Subjek penelitian terdiri dari 93 siswa-siswi sekolah dasar dengan rentang usai IO-I2
tahun, dengan rincian 31, 32 dan 30 orang pada masing-masing kelompok usia.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik non probabilitas, yaitu secara insidental.
Pengumpulan data dtlakukan dengan cara memberikan DTLA-3 dan WISC-R secara
individual. Analisis data dilakukan dengan dua cara, pertarna analisis berdasarkan data
seluruh kelompok usia; kedua, analisis untuk masing-masing kelompok usia. Analisis item
dilakukan untuk mengetahui derajat kesukaran item, yaitu dengan menggunakan indeks
kesukaran rata-rata; dan untuk mengetahui daya pembeda item, dengan menghitung indeks
validitas item yang dihitung dengan rumus korelasi point biserial dan Pearson product
moment. Uji reliabillitas konsistensi internal dilakukan dengan menggunakan rumus alpha,
sedangkan uji reliabilitas antar penilai dilakukan dengan menggunakan rumus Pearson product moment. Penelitian ini merupakan penelitian awal yang ditujukan untuk menguji
apakah DTLA-3 benar-benar mengukur kemampuan mental umum, dilakukan dengan
mengkorelasikan skor total DTLA-3 dengan skor total WISC-R.
Analisis data memperlihatkan bahwa subtes-subtes DTLA-3 pada umumnya
mempunyai item yang mempunyai daya pembeda item dan derajat kesukaran item yang
tergolong pada taraf sangat mudah sampai sangat sukar pada kelompok usia 10-12 tahun
walalupun belum tersusun berdasarkan derajat kesukarannya (kecuali subtes Design
Sequences dan Reversed Letters yang sudah tersusun berdasarkan derajat kesukaran yang
semakin meningkat). Subtes DTLA-3 pada umumnya memperlihatkan konsistensi internal,
kecuali subtes Story Construction (kelompok usia 10 tahun), Design Sequences, Symbolic
Relation, Story Sequences, dan Picture Fragments. Uji realibilitas antar penilai pada
subtes Story Construction dan Design Reproduction untuk kelompok umur 10 sampai 12
tahun memperlihatkan konsistensi penilaian antara satu penilai dengan penilai Iain. Uji
validitas konstruk menunjukkan bahwa DTLA-3 mengukur kemampuan umum seperti
yang diukur dalam WISC-R.
Saran yang diajukan untuk perbaikan metode adalah melakukan penelitian lanjutan
dengan menggunakan sampel lebih mewakili kelompok populasi di Indonesia; pengambilan
sampel secara acak; melakukan uji reliabilitas pengujian kembali (test-retest); serta
melakukan uji validitas dengan mengkorelasikan skor DTLA-3 dengan nilai ujian sumatif
yang diselengggarakan Depdikbud DKI Jakarta, dan dengan prestasi subjek di masa yang
akan datang. Saran lain adalah memperbaiki alat penelitian, yaitu menulis kembali item-
item beberapa subtes berdasarkan penelitian mengenai kosa kata yang sudah dikuasai anak
pada usia tertentu, yaitu Subtes Word Opposites, Word Sequences, dan Picture pada usia tertentu, yaitu subtes Word Opposites, Word Sequences, dan Picture
Fragments; menyesuaiakan jumlah kata item adaptasi dnegn jumlah kata item asli subtes
Sentence Imitation. ménggunakan stimulus gambar yang Iebih dikenal anak untuk subtes
Story Constuction; menyusun item-item setiap subtes berdasarkan tingkat kesukaran;
membuat kriteria bonus waktu untuk subtes Story Sequences yang sesuai dengan respons
sampel Indonesia. Secara umum disarankan melakukan penelitian lanjutan hingga
didapatkan norma yang berlaku bagi populasi Indonesia."
1996
S2623
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azalea Estella Tani
"
Dalam penelitian ini, penulis bermaksud untuk melakukan adaptasi dari Detroit Test
of Learning Aptitude-3 (DTLA-3). Sebagai baterai tes yang mengukur berbagai develop
abilities^ DTLA-3 menawarkan beberapa kelebihan dibandingkan dengan tes-tes
kemampuan mental umum konvensional yang sudah dikenal, yaitu dapat digunakan untuk ;
1. mengukur fungsi kognitif umum (general mental ability), meramalkan keberhasilan
di masa yang akan datang (aptitude), menunjukkan penguasaan mated dan
ketrampilan tertentu (achievement), tergantung kepada orientasi atau kebutuhan
pengguna tes ini,
2. menentukan kekuatan dan kelemahan pada developed mental abilities yang penting
dalam merencanakan program pendidikan,
3. mengidentifikasikan anak dan remaja yang secara signifikan berada di bawah
kelompoknya dalam kemampuan bahasa, atensi, motorik, yang penting untuk
keberhasilan akademik, dan
4 lebih menekankan pada kemampuan yang spesifik.
Penelitian ini melibatkan 124 siswa sekolah dasar dengan rentang usia 6 tahun 0
bulan sampai 9 tahun 11 bulan. Pengutnpulan data dilakukan dengan cara memberikan
DTLA-3 dan WISC-R secara individual.
Pengolahan data dilakukan dalam dua cara. Pertama dianalisis berdasarkan seluruh
kelompok; kedua, analisis untuk masing-masing kelompok usia. Rumus yang digunakan
dalam perhitungan indeks kesukaran item adalah indeks kesukaran rata-rata. Untuk
menghitung indeks validitas item digunakan rumus korelasi point biserial dan Pearson
Product Moment tergantung sifat dari variabel-variabel yang dikorelasikan. Sedangkan
reliabilitas dihitung menggunakan rumus alpha. Untuk mendapatkan nilai validitas konstruk
dipergunakan rata-rata untuk melihat adanya peningkatan skor kasar pada setiap kelompok
usia dan menggunakan korelasi Pearson Product Moment dalam melihat korelasi antar
subtes DTLA-3 dan korelasi antar total subtes DTLA-3 dengan total subtes WISC-R.
Belum tersedianya norma untuk anak-anak di Indonesia, maka skor mentah dari sampel
penelitian ini diubah ke dalam standar skor dengan menggunakan rumus transformasi.
Secara keseluruhan item-item kesebelas subtes DTLA-3 memiliki daya pembeda
item, dalam arti item-item subtes ini dapat membedakan antara subyek yang kemampuannya
tinggi dengan subyek yang kemampuannya rendah dalam aspek yang diukur oleh setiap
subtes.
Item-item pada kesebelas subtes DTLA-3 telah bervariasi dalam derajat
kesukararmya, namun belum tersusun berdasarkan derajat kesukarannya, kecuali pada pada
subtes Design Sequences dan Reversed Letters.
Ada konsistensi respon terhadap item-item pada subtes DTLA-3 karena item-item
tersebut selaras mengukur kemampuan yang sesuai dengan tujuan pengukuran setiap subtes,
kecuali pada subtes Basic Informations, Design Sequences, Story Sequences, dan Picture
Fragments.
Ada kesamaan pengukuran antara seorang penilai dengan penilai lainnya pada subtes
Design Reproduction da/? Story Constructions ini. Dengan kata lain peniiaian pada dua
subtes ini tidak bersifat subjektif. DTLA-3 terbukti valid mengukur konstruk kemampuan
mental umum.
Disarankan untuk melakukan modifikasi pada beberapa subtes dengan
memperhatikan muatan budaya, urutan item, dan cara skoring. Agar dapat dilakukan
generalisasi hasil penelitian, disarankan memperbanyak jumlah sampel penelitian, sampel
yang diambil hendaknya mewakili populasi anak Indonesia."
1996
S2621
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Permasari
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1990
S2282
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linawati Hambali
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1978
S2123
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rita Markus Idulfilastri
"Tes Potensi Manajerial ini dirancang berdasarkan ranah kognitif dan digunakan sebagai tesseleksi untuk calon karyawan. Sampel penelitian adalah karyawan berkinerja kerja kurang berkinerja rata rata berkinerja baik dan berkinerja istimewa di manajemen tingkatpertama. Hasil penelitian menunjukkan subyek paling lama bekerja selama 10 tahun dimanajemen tingkat pertama ini N 322 Pengolahan data menggunakan program BILOGMGv3 SPPS PASW STATISTICS 18 dan LISREL 8 72. Hasil pengujian validitas konstruk membuktikan tes potensi manajerial dibangun oleh kemampuan kognitif dan kemampuanmetakognitif. Tes potensi manajerial merupakan tes prediksi terhadap kinerja. Potensi manajerial bersama sama dengan kreativitas memberikan pengaruh positif terhadap kinerja. Begitu pula dengan faktor pengalaman belajar berpengaruh positif terhadap kinerjadan memberikan sumbangan besar terhadap peningkatan kinerja. Bagi subyek berkinerja diatas rata rata khususnya subyek berkinerja istimewa telah dibuktikan bahwa potensi manajerial tinggi yang dimiliki berpengaruh kuat terhadap kinerja istimewanya.

Managerial Potential Test which is designed based on the cognitive domain will be used asa selection test for prospective employees. The research sample are below averageperformers average performers good performers and superior performers at the first linemanagement position. The data represented first line managers with a maximum 10 years working experience N 322. The data was processed by using program BILOGMGv3 SPPS PASW STATISTICS 18 and LISREL 8 72. The construct validity of the managerial potential test developed based on the cognitive and metacognitive skills areproven. The managerial potential test is designed as a prediction test for employees managerial performance. Managerial potential together with the creativity ability aresignificantly proven to have a positive influence on performance. In addition the learningfactor has a positive effect on performance and contribute significantly to the performance improvement. Employees whose performance are above average in particular those whohave a very superior performance are due to their high managerial potential. In other words the managerial potential has a significant influence on their performance.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
D1376
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reny Wiriandhani
"ABSTRAK
Learner controlled task merupakan tugas yang memberi kebebasan penuh pada
siswa untuk mengontrol beberapa dimensi yang ada pada tugas tersebut seperti misalnya
urutan pengerjaan, content, atau lama pengexjaan. Dalam tugas yang demikian siswa
hams mampu mengontrol dan mengarahkan sendiri kegiatan belajamya, karena tidak
ada aturan yang baku mengenai cara pengerjaannya. Asumsi dasar penyusunan tugas
ini adalah agar siswa menjadi meningkat motivasi dan prestasi belajarnya berkaitan
dengan kebebasan yang diberikan pada mereka. Namun pada kenyataannya beberapa
siswa justru menjadi terhambat dan tidak terarah belajarnya, karena tidak dapat
memanfaatkan dengan balk fasilitas-fasilitas yang tersedia. Apakah sebenarnya yang
menyebabkan sebagian siswa berhasil menyelesaikan learner controlled task sementara
siswa Iainnya tidak. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menjawab pertanyaan
ini adalah dengan menganalisa proses penelusuran infonnasi yang dilakukan oleh siswa
dalam menjalankan tugasnya (oleh Suradiono (1993) disebut sebagai learning pattern)
dan menelaah faktor-faktor yang diperkirakan turut mempengaruhi kegagalan tersebut,
seperti misainya locus of control (LOC) dan pengetahuan terdahulu. Dan secara khusus
penelitian ini difokuskan pada sampel siswa SLTA berkemampuan umum tinggi dan
berusia 16-17 tahun.
Demikianlah, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Iearn-
ing pattern yang muncul pada siswa-siswa SLTA dengan taraf kemampuan umum tinggi
pada learner controlled task. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk menelaah
faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan siswa dalam memanfaatkan kebebasan yang
diberikan pada mereka, dengan mengetahui bagaimana hubungan LOC dengan Iearn-
ing pattern, hubungan learning pattern dengan pengetahuan terdahulu, serta dengan
mengidentifikasi alasan-alasan siswa dalam memanfaatkan fasilitas yang tersedia pada
unit pembelajaran.
Berkaitan dengan tujuan di atas maka penelitian ini dilakukan dengan melibatkan
30 orang siswa salah sebuah SLTA di Jakarta. Kepada mereka diberikan satu unit
pembelajaran yang sifatnya leamer controlled. Agar dapat ditelusuri proses kognitif yang
terjadi selama proses belajar berlangsung maka mereka diminta untuk mengungkapkan
semua yang ada dalam pikirannya selama mengerjakan tugas tersebut. Metode ini dikenal
sebagai metode think-aloud (berpikir keras). Sebelum penelitian dimulai diberikan latihan
berpikir keras dan diberikan tes yang mengukur pengetahuan terdahulu mereka. Seluruh
jalannya penelitian direkam secara audio. Dan hasil yang diperoleh dianalisis secara
kualltatif melalui protokol berpikir keras dari masing-masing siswa. Sedangkan alat ukur
LOC yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala Children's Nowicki-Strickland Inter-
nal External Control.
Penelitian ini berhasil mengidentifikasi 5 macam learning pattern. Pola I - IV
menggambarkan keteraturan pengerjaan tugas dan penelusuran informasi, sementara
pola V menunjukkan tidak teraturnya alur penelusuran informasi yang dilakukan oleh
siswa. Dalam penelitian ini hanya satu orang siswa yang menampilkan pola V. Sedangkan
hubungan antara learning patternm dengan LOC dan dengan pengetahuan terdahulu tidak
terlalu tampak dalam penelitian ini. Namun demikian dad hasil yang diperoleh secara umum dapat disimpulkan bahwa para siswa SLTA berkemampuan umum tinggi pada
penelitian ini telah siap dan mampu mengarahkan dengan baik proses belajarnya apabila
mereka dihadapkan pada tugas yang sifatnya memberi kebebasan pada mereka untuk
mengontrolnya.
Penelitian lanjutan kiranya dapat dilakukan dengan menggunakan sampel yang
lebih banyak, berkemampuan umum rata-rata dan bukan berasal dari sekolah yang
tergolong baik. Selain itu materi pelajaran yang disajikan pun hendaknya lebih disesuaikan
dengan kebutuhan siswa pada umumnya."
1995
S2443
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Juliansyahwiran
"Pada saat ini implementasi suatu sistem informasi (SI) atau teknologi informasi (TI) merupakan sesuatu yang umum pada sebuah organisasi. Bahkan SI/TI sudah menjadi sebuah perangkat penunjang utama serta nilai tambah dalam berkompetisi bagi sebagian organisasi. Pada dunia pendidikan, salah satu implementasi SI/TI ini berupa ?e-Learning system?. Namun tidak semua implementasi tersebut benar-benar berdampak baik. Salah satu hal yang menjadi kendala adalah tingkat penerimaan pengguna terhadap sistem atau teknologi baru tersebut. Fasilkom Universitas Indonusa Esa Unggul telah melakukan implementasi sistem e-Learning sebagai salah satu bentuk kegiatan belajar mengajar. Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat penerimaan pengguna, dalam hal ini para mahasiswa, terhadap penggunaan sistem e-Learning tersebut dengan menggunakan pendekatan Technologi Acceptance Model (TAM) dikombinasikan dengan Sequential Equation Model(SEM). Penelitian ini melibatkan 147 mahasiswa Fasilkom UIEU sebagai responden dan mendefinisikan keterkaitan faktor motivasi dan kemampuan menggunakan sistem komputer pada model TAM yang dikembangkan oleh Davis. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Model TAM yang diusulkan dapat dijadikan model penerimaan sistem e-Learning dengan melakukan modifikasi dari model awal.

Implementation of an information system (IS) or information technology (IT) isa common business in an organization lately. Moreover, IS/IT has been a primary supporting instrument and also a value added in business competition for some organizations. In education world, one of IS/IT implementation is an e-Learning system. Unfortunately, not all IS/IT implementation will have a good impact to an organization. One of constrains of this implementation is user acceptance to a new technology or a new system.Fasilkom of University Indonusa Esa Unggul has implemented e-Learning system as one of their learning method. The purpose of this research is to see user acceptance on implementation of e-Learning system using Technology Acceptance Model (TAM) and Sequential Equation Model (SEM). This reaseach was involving 147 students of fasilkom UIEU as its responden. In this reseach, researcher defined the interconnection between original TAM that was defined by Davis with motivation and computer self-efficacy. The result of this research concluded that proposed model of TAM could be used as standard model for e-Learning system after minor modification."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>