Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 221238 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Dian Kencana Wulan
"ABSTRAK
Dalam rumah tangga berkembangnya peran tradisional wanita sebagai ibu dan
istri menjadi peran pekerja tidak saja menuntut penyesuaian dari pihak wanita tetapi
juga dari pihak pria (suami). Di satu sisi kehadiran istri bekerja dapat mengurangi
beban suami menghidupi keluarga. Namun di sisi lain dapat menyebabkan pergeseran
kekuatan dalam perkawinan dan menimbulkan sejumlah tuntutan untuk berbagi tugas
pengasuhan anak dan rumah tangga. Bahkan situasi ini berpeluang menyebabkan
harga diri suami terganggu karena suami merasa tersaingi oleh tingkat pendidikan,
jabatan dan penghasilan istri.
Keadaan ini dipengaruhi oleh kuatnya nilai-nilai tradisional yang ditanamkan
masyarakat. Sejak kecil, orang tua dan lingkungan oenderung mengarahkan
seseorang untuk berperilaku sesuai dengan stereotip peran jenis kelaminnya. Jika
pada wanita yang ditanamkan adalah pentingnya aspek keluarga, maka pada pria yang
ditanamkan adalah pentingnya aspek kerja. Hal ini menyebabkan pria memandang
karir pekerjaan sebagai sumber harga dirinya.
Di samping itu, stereotip peran jenis kelamin juga mempengaruhi terbentuknya
sex-role beliefs seseorang yaitu: kepercayaan seseorang tentang hubungan peran
yang pantas antara pria dan wanita. Sex-role beliefs merupakan suatu kontinum yang
memiliki dua kutub yaitu tradisional dan liberal. Seseorang yang memiliki sex-role
beliefs tradisional percaya bahwa pria memiliki kedudukan yang Iebih tinggi
dibandingkan wanita, sedangkan suami yang memiliki sex-role beliefs liberal percaya
bahwa kedudukan pria dan wanita setara. Sex-role beliefs mempengaruhi
keseimbangan kekuatan dalam perkawinan; sex-role beliefs tradisional berasosiasi dengan pembagian kekuatan suami istri yang tidak seimbang. Hasil penelitian
mengungkapkan bahwa suami dengan sex-role beliefs tradisional lebih sering
mengalami stres dan kecemasan apabila memiliki istri bekerja dibandingkan apabila
istri tidak bekerja. Sedangkan pria yang memiliki sex-role beliefs liberal cenderung
menunjukkan gejala depresi yang lebih ringan dibandingkan suami dengan sex-role
beliefs liberal dalam menghadapi situasi keluarga dengan istri bekerja.
Di landasi penelitian tersebut, diduga keterlibatan istri pada suatu pekerjaan
yang berorientasi karir yaitu: pekerjaan yang menonjol bagi identitas seseorang,
membutuhkan pendidikan dan komitmen tinggi serta memiliki prestis dan identik
dengan penghasilan yang memadai akan lebih berpengaruh terhadap harga diri suami
dengan sex-role beliefs tradisional dibandingkan suami dengan sex-role beliefs liberal.
lni disebabkan suami dengan sex-role beliefs tradisional memiliki dorongan untuk
menjadi pihak yang dominan dalam rumah tangga khususnya dalam menjalankan
peran pencari nafkah
Penelitian ini ingin menguji kebenaran dan dugaan tersebut yaitu dengan
melihat bagaimanakah pengaruh sex-role beliefs terhadap harga diri suami. Selain itu,
juga ingin diketahui apakah usia berpengaruh terhadap harga diri suami dan
bagaimanakah pengaruh perbedaan tingkat pendidikan, jabatan, dan penghasilan
suami istri terhadap harga diri suami yang memiliki sex-role beliefs tradisional dan
liberal.
Penelitian ini dilakukan di Jakarta terhadap 68 responden. Sampel penelitian ini
adalah suami dan istri bekerja minimal sebagai supervisor, berusia 25-50 tahun,
berpendidikan minimal akademi atau pendidikan lain yang sederajat, memiliki anak dan
berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah ke atas. Alat ukur yang digunakan
berupa kuesioner yaitu kuesioner harga diri dan sex-role beliefs.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
dalam harga diri antara suami yang memiliki sex-role beliefs tradisional dan liberal.
Keduanya memiliki harga diri yang tergolong tinggi. lni berarti sex-role beliefs bukan
merupakan faktor yang berpengaruh pada sampel penelitian ini. Diduga tingginya
harga diri subyek dipengaruhi oleh kekhususan sampel penelitian ini yaitu mayoritas
subyek adalah orang-orang yang sukses karena memiliki pendidikan tinggi, menduduki jabatan tinggi dan berpenghasilan tinggi pula. Hasil lainnya menunjukkan bahwa tidak
ada pengaruh usia terhadap harga diri suami. Sementara itu, dari hasil penelitian untuk
mengetahui pengaruh perbedaan tingkat pendidikan, jabatan dan penghasilan suami
istri terhadap harga diri suami yang memiliki sex-role beliefs tradisional ternyata hanya
variabel penghasilan saja yang terbukti berpengaruh terhadap harga diri suami dengan
sex-role beliefs tradisional yaitu ditemukannya perbedaan yang signifikan dalam harga
diri suami tradisional yang berpenghasilan sama dengan istri dan yang berpenghasilan
lebih rendah dari istri. Sedangkan pada suami dengan sex-role beliefs liberal, tidak
ditemukan pengaruh perbedaan tingkat pendidikan, jabatan dan penghasilan suami
istri terhadap harga diri.
Harga diri yang menjadi dependent variable dalam penelitian ini adalah harga
diri umum (globali self esteem) yaitu penilaian diri yang menyeluruh yang diberikan
seseorang pada dirinya. Selain harga diri umum, pengukuran harga diri juga dapat
ditinjau per dimensi, maka untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti
pengaruh sex-role beliefs terhadap harga diri pada dimensi tertentu misalnya harga diri
suami pada dimensi kompetensi peran pencari nafkah. Selain ttu untuk melengkapi
hasil penelitian ini, dapat pula dilakukan penelitian serupa yang melibatkan keiompok-
kelompok subyek dengan karakteristik berbeda, misalnya pada suami yang memiliki
penghasilan lebih rendah dari istri atau suami yang memiliki jabatan lebih rendah dari
istri."
1997
S2652
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Basuki
"Fenomena migrasi perempuan berstatus menikah / istri ke luar negeri menjadi isu penting karena besaran jumlah pelaku beserta berbagai dampak sosialnya. Yang dimaksudkan dengan dampak sosial di antaranya perubahan pada fungsi keluarga untuk mengatur penyaluran dorongan seksual. Dalam konteks migrasi para istri, kajian ini menarik karena durasi migrasi sangat lama, jarak geografis sangat jauh, dan para suami hidup dengan konstruksi sosial di mana seksualitasnya sebagai laki-laki dianggap lebih dominan daripada perempuan. Secara normatif hubungan seksual hubungan seksual hanya boleh dilakukan pasangan suami-istri dalam lembaga perkawinan. Pertanyaannya adalah bagaimana Iaki-laki memenuhi kebutuhan seksual?
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan menggambarkan bentuk-bentuk tindakan seksual laki-laki serta faktor-faktor dan gagasan menyertainya. Penelitian ini berangkat dari perspektif seksualitas dan perilaku seksual adalah konstruksi sosial. Artinya terkait dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial. Adapun Cod yang digunakan sebagai alat analisa dan menjelaskan perilaku seksual para suami adalah rational choice theory. Menurut teori ini pilihan tindakan seksual berupa investasi yaitu tindakan seksual yang terkontrol dan divestasi yaitu ttndakan seksual yang tidak terkondisi secara sosial. Penelitian yang terkategori fenomenologis ini dilakukan di desa Cihonje, kecamatan G-umelar, kabupaten Banyumas. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan pengamatan terhadap tujuh informan yang dipilih secara purposive. Data dianalisis menggunakan methode of differences dan methode of agreement (analisa antar kasus).
Temuan lapangan menunjukkan pilihan investasi adalah selibat dan pilihan divestasi adalah selingkuh. Investasi dan divestasi dipengaruhi penguasaan sumber daya, kontrol sosial dan komitmen normatif. Orientasi tindakan investasi bersifat kolektif, sedangkan divestasi bersifat unilateral. Tindakan divestasi dan investasi dalam konteks masyarakat Cihonje, merupakan sebuah "pergulatan". Migrasi memberi basis ekonomi pada pergulatan antara nilai-nilai konvensional dengan nilai-nilai baru yang berlangsung dalam masyarakat yang "tidak kaya", kekerabatannya kuat, mobilitasnya tinggi, dan tradisi keagamaannya tidak puritan. "Pergulatan" tersebut merupakan strategi untuk "mempertahankan kekuasaan" dan menghindarkan subordinasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22589
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Taufiq Burhani
"ABSTRAK
Skripsi in memberikan analisis perbandingan pengaturan cuti melahirkan bagi pekerja/buruh laki-laki di Indonesia dan Inggris. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa seorang pekerja/buruh laki-laki yang juga ayah, memiliki peranan yang sangat penting, terutama dalam merawat istri dan anaknya setelah masa persalinan. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode yuridis normatif yang bersumber pada studi kepustakaan. berdasarkan analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa Indonesia hangya mengatur cuti melahirkan bagi pekerja/buru perempuan/buruh perempuan tetapi juga pekerja/buruh laki-laki

ABSTRACT
Thesis in giving a comparative analysis of the maternity leave arrangements for workers / laborers male in Indonesia and the UK. It is based on the fact that a worker / laborer male and father, has a very important role, especially in caring for his wife and child after the birth. Analyses were performed using normative juridical method which is based on the study of literature. based on the analysis, it can be concluded that Indonesia Hangya regulate maternity leave for workers / Rush female / female workers but also workers / laborers male"
2016
S62855
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lestyani
"Suami saat persalinan istri mengalami kecemasan dari kecemasan ringan, gejala yang sering dialami adalah sukar konsentrasi, merasa tegang, dan gelisah Nurjanah,2013. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi distress psikologis pada suami yang menghadapi persalinan istri primigravida dan faktor ndash; faktor yang memengaruhi. Desain penelitian berupa deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional pada 160 suami yang mendampingi persalinan istri primigravida di Kabupaten Bogor. Variabel independen yang diteliti diantaranya usia suami, pekerjaan suami, sosial ekonomi,tingkat pendidikan, kondisi spiritual, dukungan sosial, dan tingkat pengetahuan terhadap persalinan serta distress psikologis sebagai variabel dependennya. Instrumen yang digunakan yaitu Kuesioner Spirituality Perspective Scale SPS, Multidimensional Scale of Perceived Social Support MPSS, Hopkins Symptom Checlist-25 HSCL-25.
Hasil penelitian menunjukan mayoritas responden mengalami distress psikologis 69,4. Dukungan sosial merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya distress psikologis pada suami yang menghadapi persalinan istri primigravida OR=26,042. Semakin rendah dukungan sosial yang diterima suami maka semakin meningkat kejadian distress psikologis. Rekomendasi Perlu adanya kerjasama antara perawat maternitas dengan progam pemerintah dalam memberikan edukasi kepada suami dengan cara memasukkan edukasi pada suami dalam buku Kesehatan Ibu dan Anak sehingga bisa memberikan modal pengetahuan pada suami dalam menghadapi persalinan istri primigravida.

Husband during primigravida wife's labor, experience anxiety from mild to moderate anxiety. The anxiety symptoms that are often experienced are difficulty to focus, feel tense, and restless Nurjanah,2013. This study aimed to identify psychological distress on husbands who dealt with primigravida wife's labor and the influencing factors. This research design was analytic descriptive with a cross sectional approach on 160 husbands who accompanied the labor of primigravida wives in Bogor District. Independent variables of this study were husband's age, husband's job, socioeconomic, educational level, spiritual condition, social support, and knowledge level of labor and psychological distress as the dependent variable. Spirituality Perspective Scale Questionnaire SPS, Multidimensional Scale of Perceived Social Support MPSS, Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL 25 were used to collect data.
The results showed the majority of respondents experienced psychological distress 69.4. Social support was the most influential factor on the occurrenced of psychological distress in husbands who dealt with primigravida wife's labor OR 26,042. The lower the social support that the husband receives, the higher the incidence of psychological distress. Recommendation for this study is the need for cooperation between maternity nurses and goverment to educate husbands by include husbands education in the Maternal and Child Health Book to increase husband's knowledge in deal with of primigravida wife's labor.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T49493
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
S2360
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Juwita
"Persalinan merupakan peristiwa yang istimewa sekaligus menegangkan bagi seorang ibu. Selama proses ini berlangsung banyak ibu akan mengalami perasaan suka cita cemas, takut, dan panik. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa respon-respon psikologis tersebut dapat dibantu oleh dukungan suami yang hadir saat persalinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dukungan dan partisipasi suami saat persalinan. Disain penelitian ini adalah deskriptif, menggunakan sampel pasangan suami dan istrinya yang telah didampingi saat persalinan dengan melibatkan 94 responden yang dipilih mengunakan teknik Consecutive Sampling selama dua bulan. Hasil penelitian menunjukkan 53,2% suami telah memberikan dukungannya dengan baik selama persalinan. Selain itu, hasil pengukuran partisipasi suami saat persalinan 93,6% menunjukkan partisipasi baik. Penelitian ini memberikan implikasi keperawatan bahwa dukungan dan partisipasi suami sangat penting untuk diperhatikan dalam proses persalinan. Penelitian ini tidak mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan dan partisipasi suami saat persalinan namun dapat menjadi data penunjang untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya sehingga dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan suami saat persalinan.

Labour is precious yet stessful moment for a mother. During this process, many mother would feel joyful, worried, fear and panic simultaneously. Some previous researchs show that those psychological responses can be helped to overcome by the support of husband who is there when his wife is in the labour. This research’s aim was to describe husband’s support and participation during labour. The research’s design was descriptive, using a group of samples consisting husbands and their wife whom been accompanied during their labour, and involving 94 respondents which were choosen using Consecutive Sampling technique in two month. The research’s result showed 53,2% of the total husbands had given their support well during labour. Besides, the result of measuring husband’s participation 93,6% of the total husbands showed well participation. This research gives a nursing implication that husband’s support and participation are very important to include during labour processes. This research does not identify the factors which affect husband’s support and participation during labour, but it can be a supportive data to accomplish the next research so that can identify the factors affecting husband’s support and participation during labour.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56620
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianti Hadena
"ABSTRAK
Partisipasi angkatan kerja wanita dalam pembangunan setiap tahunnya terus
bertambah, pada tahun 1990 sebesar 42.6% dan diperkirakan akan menjadi 48.2% pada
tahun 2000 (BPS 1990 dalam Kompas, 7 Juli 1994). Hal ini karena semakin banyaknya
wanita yang mengenyam pendidikan tinggi, terjadinya proses industrialisasi, serta adanya
dukungan dari pemerintah terhadap wanita sebagai tenaga kerja. Tampaknya perkawinan
tidak menghalangi wanita untuk terus bekerja, terbukti dari banyaknya ibu dengan anak
balita sampai remaja yang bekerja di kantor (Lemme, l995).
Bekerjanya seorang ibu tidak melepaskan mereka dari pekerjaan rumah tangga
(Gamer, 1980). Sebagai contoh bila seorang isteri akan keluar rumah maka terlebih
dahulu ia harus mempersiapkan segala kebutuhan anak dan suaminya. Selain itu makna
sukses bagi pria dan wanita, berbeda (Gamer, 1930). Adapun sukses bagi pria adalah
bekerja secara kompetitif dan mencari karir puncak. Sukses bagi wanita adalah bila ia
mampu menyelaraskan kehidupan rumah tangga dan kerja (Templeton, 1993 dalam
Edwards, 1993). Oleh karenanya perlu diperkenalkan peran baru bagi suami yaitu ikut
terlibat dalam pekerjaan domestik rumah tangga.
Keterlibatan suami dalam pekerjaan domestik rumah tangga mencakup dua
dimensi yaitu dimensi praktis dan dimensi emosional (Doucet, 1995). Dimensi praktis
menyangkut peran aktif suami dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, baik
pekerjaan rumah tangga yang bersifat rutin, khusus, maupun pengasuhan anak. Dimensi
emosional menyangkut bagaimana seseorang mengartikan serta memahami
keterlihatannya dalam pekerjaan rumah tangga.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan seorang suami tertahan untuk ikut
melibatkan diri yaitu norma budaya, isteri yang tidak tega, konflik yang timbul dalam diri
isteri, serta anggapan bahwa suami tidak kompeten dalam mengerjakan pekerjaan rumah
tangga (Fleck, 1985 dalam Stevenson, 1995). Terlihat bahwa di satu sisi isteri
mengharapkan bantuan suami, tapi di sisi lain ia justru cenderung menolak bantuan
suami. Dalam hal ini persepsi suami dan isteri mengenai keterlibatan suami dalam
pekerjaan domestik rumah tangga akan mempengaruhi keinginan dan kemungkinan
suami untuk membantu isteri. Oleh karenanya, penelitian ini berusaha untuk melihat
persepsi suami dan isteri mengenai keterlibatan suami pada pekerjaan rumah tangga.
Dari populasi suami isteri yang bekerja dalam suatu perusahaan tertentu, dengan
menggunakan teknik incidental sampling, diperoleh 60 pasang subyek yang terdiri dari
30 pasang dengan pendidikan S1 dan 30 pasang dengan tingkat pendidikan D3. Hasil
pengolahan data menggunakan t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan persepsi
yang signifikan antara suami dan isteri mengenai keterlibatan suami pada pekerjaan
rumah tangga. Begitu pula pada dimensi praktis serta dimensi emosional tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara persepsi suami dan persepsi isteri. Namun, bila dilihat
dalam tiap aspek pada kedua dimensi tersebut maka ada 2 aspek dari dimensi praktis
yang signifikan. Kedua aspek tersebut yaitu aspek 'tugas dasar' dan aspek 'pengawasan
tidak langsung'. Pada kedua aspek tersebut suami mempersepsi keterlibatan mereka pada kedua aspek tersebut, kurang banyak. Hal ini berbeda dengan isteri yang mempersepsi
keterlibatan suami pada kedua aspek tersebut, sudah cukup banyak.
"
1997
S2607
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astiliani
"ABSTRAK
Keterikatan karyawan terhadap perusahaan sangat diperlukan bagi perusahaan
untuk dapat tetap bertahan pada dunia usaha saat ini yang telah mengalami
perkembangan dan perubahan yang semakin cepat. Rendahnya keterikatan organisasi
pada karyawan dapat membawa dampak negatif bagi perusahaan, yaitu tingginya
tingkat absensi dan pergantian karyawan (turnover). Namun di pihak lain, tingginya
keterikatan karyawan terhadap perusahaannya dapat membawa dampak negatif bagi
karyawan terutama yang telah berkeluarga.
Waktu dan tenaga yang dicurahkan untuk perusahaan akan mengurangi
interaksi individu dengan keluarganya, sehingga individu tidak sepenuhnya dapat
memenuhi peran di dalam keluarganya. Hal ini terutama dialami olah pasangan bekerja
yang memiliki anak usia balita. Kesulitan yang dihadapi pasangan bekerja tidak hanya
terbatas pada pengurusan anak yang masih membutuhkan perhatian yang besar dari
kedua orang tua, tetapi terbatasnya waktu yang diluangkan bagi pasangannya dan
dalam penyelesain tugas-tugas rumah tangga.
Beberapa penelitian di negara Barat menunjukkan bahwa peran dalam keluarga
berhubungan dengan perkembangan keterikatan organisasi seseorang. Suatu penelitian
yang dilakukan terhadap karyawan yang memiliki anak usia balita menyatakan bahwa
tingginya keterlibatan peran dalam keluarga berhubungan dengan tingginya keterikatan
organisasi karyawan. Namun, terdapat pula penelitian yang menunjukkan bahwa
rendahnya keterlibatan diri seseorang terhadap perannya di dalam keluarga
berhubungan dengan tingginya keterikatan organisasi seseorang.
Dapat terlihat bahwa masih terdapat hasil yang kontradiksi dari penelitian-
penelitian tersebut. Berdasarkan hal ini, maka pada penelitian ini ingin diketahui lebih
jelas hubungan antara peran dalam keluarga dan keterikatan organisasi pada pria dan
wanita bekerja yang memiliki anak usia balita, khususnya di Jakarta. Penelitian ini
menggunakan pengumpul data berupa kuesioner yang terdiri dari dua alat ukur yang
telah diadaptasi, yaitu Life Role Salience Scale dari Amatea et al. dan Commitment
Organization Scale dari Allen dan Meyer. Subyek dalam penelitian ini adalah pria dan wanita yang merupakan suami istri bekerja, memiliki anak usia balita,
berpendidikan minimal D3, dan telah bekerja di perusahaan minimal 15 bulan.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signikan antara peran dalam keluarga dan keterikatan organisasi. Pada subyek
wanita menunjukkan hubungan yang positif dan keterikatan yang tidak
berhubungan dengan peran dalam keluarga adalah keterikatan afektif. Sedangkan
pada pria, hubungan yang terjadi adalah hubungan negatif dan keterikatan yang
tidak berhubungan dengan peran dalam keluarga adalah keterikatan
kesinambungan.
Hasil tambahan menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pada tingkat keterikatan organisasi. Namun berdasarkan komponennya,
hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat
keterikatan afektif dan normatif antara pria dan wanita. Dalam hal keterlibatan
terhadap peran dalam keluarga, pria dan wanita menunjukkan skor yang berbeda
secara signifikan pada peran dalam keluarga dan dalam dimensi peran sebagai
orang tua dan pengurus rumah tangga. Selain itu hasil menunjukkan bahwa pada
wanita terdapat perbedaan tingkat keterikatan organisasi dan komponen
kesinambungan berdasarkan jumlah pengeluaran. Hal ini tidak berbeda dengan
pria, bahwa terdapat perbedaan skor rata-rata yang signiilkan pada keterikatan
organisasi serta pada komponen afektif dan normatif berdasarkan jumlah
pengeluaran untuk rnemenuhi kebutuhan anak dan keluarga. Hasil juga
menunjukkan bahwa semakin besar gaji yang diterima oleh pria bekerja, maka
semakin tinggi keterikatan organisasi, terutama keterikatan kesinambungannya"
1998
S2675
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>