Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177299 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Dini Riyani
"Melakukan hubungan seksual di luar pernikahan adalah melakukan hubungan fisik dalam bentuk persetubuhan antara laki-laki dan perempuan di luar perkawinan yang tidak sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama. Tindakan melakukan hubungan seksual di luar pernikahan akan diukur dari tingkat kecenderungan melakukan hubungan seksual di luar pernikahan. Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang akan diperhitungkan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecenderungan melakukan hubungan seksual di luar pernikahan adalah tingkat pendidikan, usia, pekerjaan, jabatan, penghasilan, status pernikahan, status pernikahan orang tua, gaya hidup, tingkat kebebasan bergaul, pernah patah hati atau tidak, mempunyai masalah finansial atau tidak, tingkat kejenuhan, self image, need for acceptance, tingkat kepuasan hidup, tingkat berahi, dan tingkat kerohanian. Dengan menggunakan metode CHAID akan direduksi faktor-faktor yang diduga signifikan mempengaruhi tingkat kecenderungan melakukan hubungan seksual di luar pernikahan dan juga profil orang-orang yang memiliki tingkat kecenderungan tinggi melakukan hubungan seksual di luar pernikahan. Kemudian faktor-faktor tersebut akan diperiksa dengan metode perbandingan dua model regresi. Selain itu, akan dilihat juga apakah faktor-faktor tersebut berbeda antara pria dan wanita. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi tingkat kecenderungan melakukan hubungan seksual di luar pernikahan adalah tingkat kerohanian, tingkat kebebasan bergaul, tingkat berahi, dan tingkat pendidikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecenderungan melakukan hubungan seksual di luar pernikahan antara pria dan wanita berbeda. Tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat kecenderungan melakukan hubungan seksual di luar pernikahan pada wanita, sedangkan pada pria tidak mempengaruhi.

Fornication is sexual intercourse between two people who are not married to each other. Fornication will be measured from the level of tendency of fornication. In this study, the factors which be used as factors that influence the level of tendency of fornication are the level of education, age, occupation, income, marital status, parental marital status, life style, level of free sex, broken heart, financial problem, level of burnout, self image, need for acceptance, level of life satisfaction, level of desire, and spirituals level. The significant factors that influence the tendency of fornication will be searched by CHAID Method. In addition, the significant factors on men and women will be compared using the comparing two regression method. The result showed that the significant factors that influence the tendency of fornication are spiritual level, the level of free sex, the level of libido, and level of education. Factors that influence the tendency of fornication between men and women are different. The level of education affects the tendency of fornication in women, whereas in men does not affect.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S61181
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rook, Judge Peter
London : Peter Rook and Robert Ward, 2010
345.42 ROO r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Belum banyak penelitian empiris yang menghubungkan perilaku seksual seseorang dengan perspektifnya memandang dunia (atau: pandangan dunia), meskipun kajian-kajian spekulatif yang berkenaan dengan hal tersebut telah banyak terdapat dalam literatur. Penelitian ini melakukan pengukuran empiris terhadap pandangan dunia partisipan dengan Worldview Analysis Scale dan perilaku seksual partisipan dengan Garos Sexual Behavior Inventory. Partisipan penelitian terdiri atas 200 orang (52% laki-laki, 48 perempuan; Rerata usia 24.23 tahun; Simpangan baku usia 1.92 tahun), yang dijaring dengan teknik penyampelan convenience insidental di Jabodetabek, Bandung dan Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi antara pandangan dunia komunalisme dengan ketidaknyamanan seksual (r = 0.239, p < 0.01) dan pandangan duia realisme terukur dengan ketidaknyamanan seksual (r = -0.187, p < 0.01)."
AJMS 4:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Kehidupan seksual yang tidak harmonis tidak jarang mengakibatkan banyak masalah. Ketika fungsi seksual istri tidak optimal maka kepuasan seksual pria beristri ataupun kedua belah pihak dapat terganggu sehingga tidak jarang pria beristri mencari tempat pelarian misalnnya dengan melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan WPS. Dampak dari hubungan seksual tanpa kondom dengan WPS dapat mengakibatkan IMS. Penelitian ini bertujuan mengetahui frekuensi hubungan seksual tanpa kondom dengan WPS berhubungan dengan tingkat kepuasan seksual pria beristri dan risiko Infeksi Menular Seksual. Metode: Desain penelitian observasional analitik cross sectional. Teknik accidental sampling. Sampel 196 orang, dengan kriteria pria memiliki istri yang legal, istri belum monopause, teratur melakukan hubungan seksual dengan istri tanpa kondom 6 bulan terakhir, melakukan hubungan seksual dengan WPS tanpa kondom minimal 1 kali dalam 6 bulan terakhir, tahap keluarga sejahtera II, sehat dan bersedia menjadi responden. Data tingkat kepuasan seksual dan frekuensi hubungan seksual tanpa kondom dikumpulkan dengan wawancara, data risiko IMS dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium oleh tenaga medis. Pemeriksaan laboratorium gonore dengan pewarnaan Gram's, sifilis dengan Treponema Pallidum Hemagglutination Assay (TPHA) dan Veneral Disease Research Laboratory (VDLR), herpes genitalis dan kondiloma akuminata berdasarkan gejala klinis. Hasil disajikan secara deskriptif, dan uji normalitas data dengan Kolmogorav-Smirnov serta uji korelasi Spearman's rho dan Chi-Square. Hasil: penelitian menunjukkan frekuensi hubungan seksual tanpa kondom terbanyak 1 kali/minggu 57 orang (29,10%), tingkat kepuasan seksual cukup puas 97 orang (49,50%), dengan IMS 10 orang (5,10%). Frekuensi hubungan seksual tanpa kondom dengan WPS tidak berhubungan dengan tingkat kepuasan seksual pria beristri p = 0,146 (p > 0,05). Frekuensi hubungan seksual tanpa kondom dengan WPS berhubungan dengan risiko IMS p = 0,001 (p < 0,01). Kesimpulan: penelitian ini menunjukkan frekuensi hubungan seksual tanpa kondom dengan WPS tidak berhubungan dengan tingkat kepuasan seksual pria beristri, tetapi berhubungan dengan risiko IMS. Penelitian dapat dipakai sebagai dasar penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan faktor lainnya yang berkaitan dengan frekuensi hubungan seksual pria beristri dengan WPS. "
BULHSR 17:4 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Primadona Melodiana
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1990
S2765
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masudin
"Saat ini semakin banyak remaja bersikap permisif dalam hal seksual. Problem seksualitas remaja di masyarakat urban dan modern bermula dari kenyataan bahwa selain percepatan kematangan seksual, juga adanya pemaparan terhadap bacaan atau tayangan visual yang menampilkan seksualitas manusia dalam berbagai bentuk Selain itu juga hal tersebut dapat dikarenakan oleh semakin seringnya mereka bertemu dengan lawan jenis, serta meningkatnya kesempatan bagi remaja untuk menikmati kehidupan pribadi. Dampak dari perilaku seksual tersebut beresiko khususnya pada remaja perempuan seperti kehamilan tidak diinginkan, aborsi yang tidak aman, infeksi organ reproduksi, kemandulan, dan kematian karena perdarahan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang melatar belakangi remaja perempuan melakukan hubungan seks sebelum menikah di kota Palu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik wawancara mendalam. Informan seluruhnya berjumlah 17 orang, terdiri dari 5 orang informan kunci dan 12 orang informan remaja.
Hasil penelitian ini menunjukkan, pengetahuan informan remaja perempuan tentang kesehatan reproduksi khususnya alat dan fungsi reproduksi, masa subur dan kehamilan sangat rendah. Keadaan ini disebabkan sumber informasi utama tentang kesehatan reproduksi adalah teman yang tidak mempunyai pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi yang baik dan cukup. Seluruh informan mengatakan hubungan seksual sebelum menikah bertentangan dengan budaya, agama dan berdosa tetapi kenyataannya mereka semua pernah melakukan hubungan seks. Adapun alasannya adalah karena adanya rasa cinta, sayang, suka sama suka dan dirangsang oleh pacar, sebagian mengatakan pengaruh obat-obatan dan minuman selebihnya dipaksa oleh pacar. Selain itu, pengaruh teman sebaya, paparan media masa, rumah kost yang sepi, tidak adanya kontrol dan kurangnya perhatian orang tua juga sangat berperan.
Beberapa hal yang dapat disarankan untuk meningkatkan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi antara lain bagi Dinas Kesehatan Kota Palu perlu kiranya mengembangkan mater KIE kesehatan reproduksi remaja dan menjalin kerjasama dengan media masa lokal untuk penyebaran informasi tersebut Bagi Dinas Pendidikan dan Pengajaran dapat mengimplementasikan program pendidikan kesehatan reproduksi remaja, dan peningkatan peran guru serta orang tua (komite sekolah) sebagai sumber informasi bagi remaja Lembaga swadaya masyarakat dapat kiranya mendirikan lokasi pusat pelayanan remaja dan kepada tokoh agamaltokoh masyarakat diharapkan meningkatkan penyuluhan secara optimal mengenai kesehatan reproduksi dan melakukan kontrol terhadap perilaku yang menyimpang. Masih dibutuhkan penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor manakah yang mempengaruhi remaja perempuan melakukan hubungan seks sebelum menikah dengan pendekatan kuantitatif.
Daftar Bacaan : 68 (1986-2002)

Nowadays the number of teenagers who are become permissive in sexual are increasing. Problem of sexual in teenager in urban and modern society begin from acceleration of sexual maturity and also exposure of reading material or visual expose that show human sexuality in various form. Aside from that, this situation is also supported by the fact that teenagers are now become more often meet with their respective pair and increasing opportunity for them enjoy their personal life, The impact of this sexual behavior is risky particularly to women teenage such as unwanted pregnancy, unsafe abortion, reproductive organ infections, infertility, and mortality due to hemorrhage.
This research aims at knowing precondition factor of women teenagers in practicing pre-marital sexual intercourse in the City of Palu. This research is using qualitative approach and in-depth interview technique. The number of informant is 17 people, consists of 5 key informers and 12 teenagers.
The result of research shows that the knowledge of women teenager about health reproductive particularly organ and function of reproductive, menarche and pregnancy are very poor. This situation is due to source of main information about reproductive health are from their peer group that do not have good and adequate understanding on reproductive health.
All informers said that pre-marital sex are against to culture, religion and sin, but, in reality all of them had practiced sexual intercourse. The reason of this is feeling of love, care, liked to each others, tempted by boy/girl friend, some of them say that they are under influence of drugs and alcoholic beverages, and the rest are forced by boy/girl friend. Aside from that, the influence of peer group, mass media exposure, silent situation of rental room/house, no control, and lack of attention of their are also play role to this situation.
Some actions that are suggested to improve teenagers' knowledge on reproductive health is to Health of Office of City of Palu to develop IEC material on teenager reproductive health and develop collaboration with local mass media in disseminating that information. For the Office of Education shall take a role by implementing teenager reproductive health program, and increasing the role of teacher and parent (School Committee) as source of information for teenagers. For non governmental organization shall develop a teenager service center and for religion/community leader shall increase health education in an optimum effort on reproductive health and control from dysfunctional behavior. A further quantitative research is needed to identify which of the factors the influence women teenager in practicing pre-marital sexual intercourse.
References: 68 (1986-2002)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12962
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Remaja adalah masa transisi dari anak menuju kedewasaan,dimana pada masa ini terjadi perubahan besar dalam semua aspek kehidupan baik biologis, intelektual psikologis, dan ekonomi (Dennis & Roger, 1995). Adanya perubahan-perubahan yang berbeda Ierjadi, baik internal maupun eksternal tubuh, emosional, dan psikososial pada remaja putra dan remaja putri, membuat mereka berusaha untuk mengetahui penyebab dari perubahan tersebut dengan berbagai cara. Salah satu hal yang dilakukan remaja adalah mempelajari pendidikan sesuai Penelitian ini berupaya untuk mengidentifikasi perbedaan keingintahuan remaja putra dan remaja putri terhadap pendidikan seksual. Adapun desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif perbandingan. Data penelitian diperoleh dari pelajar Salah satu SMU Negeri di Jakarta Selatan yang memenuhi kriteria dan bersedia menjadi responden. Responden berjumlah 96 orang clengan pembagian 48 remaja putra dan 48 remaja putri. Metode pengolahan data yang digunakan adalah melode Z-fesi. Hasil penelitian menyarankan bahwa tidak ada perbedaan keingintahuan remaja putra dan remaja putri terhadap pendidikan seksual sehingga materi pendidikan seksual yang diberikan dapat digeneralisir tanpa membedakan jenis kelamin. Berdasarkan hasil penelitian ini maka perlu merekomendasikan agar materi pendidikan seksual yang terdapat pada penelitian ini dimasukkan pada materi pendidikan seksual yang akan diberikan pada remaja."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
TA5128
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Chung, Kumala Sari Dewi
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2699
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saprianto
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang seksualitas dengan perilaku seksual siswa Sekolah Menengah Umum. Desain yang digunakan adalah cross sectional, lama penelitian lebih kurang satu minggu, yaitu dari tanggal 5 Mei s/d 10 Mei 2003, alat pengumpul data adalah kuesioner. Variabel yang dilihat adalah umur siswa, jenis kelamin, pengetahuan dan sikap, jarak rumah ke sekolah, waktu sekolah, serta komunikasi tentang seks dengan orang tua, teman sebaya dan guru. Secara umum hasil yang didapat 66 siswa (38,6%) perilaku seksual berisiko tinggi.
Kesimpulan penelitian didapatkan dua variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan perilaku seksual siswa SMU. Variabel tersebut adalah jenis kelamin siswa dengan P value = 0,002 dan OR = 2,778 yang memberikan informasi bahwa siswa perempuan mempunyai peluang untuk berperilaku seksual berisiko tinggi 2,778 kali dibanding siswa laki-laki, dan variabel komunikasi seksual dengan teman sebaya didapatkan hubungan bermakna P value 0,000 dan OR = 3,197 yang artinya tidak melakukan komunikasi seksual dengan teman sebaya mempunyai peluang 3,197 kali untuk melakukan perilaku seksual berisiko tinggi dibandingkan dengan melakukan komunikasi tentang seksual dengan teman sebaya.
Saran untuk orang tua dan guru selayaknya dapat memberikan pendidikan seksualitas pada siswa secara benar dan sesuai tahap perkembangannya. Bantu siswa dalam menghadapi dan mengatasi masalah seksualnya serta lakukan pendekatan dengan teman sebaya (peer group), upayakan memberdayakan kelompok sebaya dengan membekali mereka pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Dalam kegiatan pembelajaran sebaiknya materi kesehatan reproduksi remaja dimasukkan sebagai muatan lokal sehingga dapat memperkaya pengetahuan siswa dan dapat memenuhi kebutuhannya.

This study is tried to find out the description of relationship between knowledge and attitude on sexuality, and sexual behavior among high school students. A cross-sectional is used as the study design. The study takes time about a week, from 5 to 10 May 2003, and a structured questionnaire is used as the instrument for data collection. The study is look at variables of student's age, gender, knowledge and attitude on sexuality, the school distance from home. school time, and communication about sexuality with parents, peers, and teachers. In general, the study found that there are 66 students (38.6%) who have a high-risk sexual behavior.
The study concluded that there are two variables that have a significant relationship with high school student's sexual behavior. They are: student's gender with P-value 0.002 and OR at 2.778, which mean that girls have a chance to be having high-risk sexual behavior 2.778 times than boys; and communication on sexuality with their peers, with P-value 0.000 and OR at 3.197, which mean that those who have no communication on sexuality with their peers have a chance to be having high-risk sexual behavior than those who have communication on sexuality with their peers.
A suggestion to the parents and teachers is that they are supposed to be giving the sexual education to their children and students in appropriate way depend on their stages age of life. They should support the children and students to deal with and to encounter their sexual problems, with a peer group approach. They suppose to reinforce the peer group with the reproductive health information. Regarding to the education and learning process at school, it is suggested that adolescent reproductive health materials are included at local capacity, as they can enrich the student's knowledge and fulfill their needs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12997
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>