Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154106 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agustina Yuanita Prananto
1993
S2388
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vitriani Sumarlis
"ABSTRAK
Menumt Erikson (dalam Hamner & Turner, 1990) krisis perkembangan yang
dialami anak pada masa usia sekolah adalah industry vs inferiority. Keberhasilan
anak mengatasi krisis in! akan menimbulkan rasa industri yang akan membentuk
konsep diri yang posltif. Rasa industri seorang anak pada masa ini sangat
ditentukan oleh prestasi belajamya di sekolah (Erikson dalam Hjelle & Ziegler
1991).
Prestasi belajar anak di sekolah ditentukan oleh banyak faktor, salah
satunya adalah keluarga karena dalam perkembangan seorang anak tidak ada
pengalaman lain yang bisa mempengaruhi anak sebanyak pengaruh hubungan
orangtua dan anak (Turner & Helms, 1991). Orangtua melalui interaksinya dengan
anak dalam proses pengasuhan dapat berperan dalam upaya pencapaian prestasi'
belajar anak.
Berkaitan dengan peran orangtua, secara tradisional pengasuhan dalam arti
mendidik dan membesarkan anak lebih dibebankan kepada ibu. Peran ayah lebih
dikaitkan dengan peran sebagai pendukung ekonomi yang membutuhkan
keterampilan dan kemampuan intelektual (Signer, 1994; Hamner & Turner, 1990;
Parsons & Bales dalam Signer 1994; Phares, 1996) sehingga keterllbatan ayah
dalam pengasuhan anak tidak mendalam. Namun jaman berkembang dan jumlah
wanita yang bekerja meningkat. Ayah pun mulai dituntut untuk terlibat dalam
pengasuhan anak.
Beberapa basil penelitian menunjukkan bahwa ayah memiliki kemampuan
yang sama dengan Ibu dalam mengasuh anak. Penelitian lain pun menunjukkan
bahwa keteriibatan ayah dalam pengasuhan dapat berpengaruh terhadap
keseluruhan perkembangan sosial, emoslonal dan Intelektual anak (Crouter &
Jenkins 1987)^ Khususnya bag! anak usia sekolah pengaruh ayah lebih
ditekankan pada perkembangan intelektual anak dalam kaltannya dalam pencapaian prestasi belajar. Karakteristik-karakteristik tertentu yang ditampilkan
ayah selama proses pengasuhan -hangat atau kontrol- akan berpengaruh bagi
pencapaian prestasi belajar anak. Dari beberapa peneiitian yang dilakukan oieh
Radin (1981) terhadap ayah anak prasekolah menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang positif antara kehangatan yang diberikan ayah dengan fungsi
intelektual dan prestasi belajar anak. Sedangkan kontrol ayah berhubungan negatif
dengan prestasi belajar anak. Di Indonesia, peneiitian Yusuf (1996) menunjukkan
bahwa kebanyakan orangtua siswa yang berprestasi unggul memiliki pengasuhan
yang cenderung demokratis maupun tidak demokratis. Oleh karena itu, peneiitian
ini akan melihat bagaimanakah karakteristik pengasuhan ayah anak usia sekolah
yang berprestasi belajar tinggi dan rendah.
Peneiitian ini menggunakan pendekatan deskriptif untuk memperoleh
gambaran mengenai dua kelompok sampel yaitu para ayah yang memiliki anak
usia sekolah berprestasi belajar tinggi dan rendah. Subjek peneiitian ini adalah 65
orang ayah. Mereka memiliki anak yang duduk di kelas Vl sekolah dasar dan
tergolong siswa yang berprestasi belajar tinggi dan rendah. Pengambilan sampel
akan dilakukan dengan menggunakan metode purposive. Mat pengumpul data
yang digunakan adalah kuesioner yang diberikan kepada para ayah dari kedua
kelompok ayah tersebut.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kebanyakan ayah dalam
peneiitian ini memiliki tingkat kehangatan dan kontrol yang tinggi dalam
pengasuhan. Saran bagi peneiitian yang akan datang adalah menyeimbangkan
jumlah item pengasuhan ayah yang hangat dan kontrol serta membandingkan
tingkat pendidikan, tingkat pendidikan yang diharapkan maupun yang diharuskan
ayah dan ibu. Untuk peneiitian serupa, diharapkan dapat memperbesar jumlah
sampel sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih mendalam tentang variabelvariabel
yang berkaitan dengan pengasuhan ayah seperti faktor budaya,
pengalaman bersama ayah atau karakteristik kepribadian ayah."
1997
S2743
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inna Mutmainnah
"ABSTRAK
Child-Rearing Practices Report (CRPR) merupakan suatu alat yang
dikembangkan oleh Block (1981) untuk mengukur praktek pengasuhan yang
dijalankan orang tua pada anak tertentu. Terdiri 91 item yang berisi nilai-nilai,
sikap-sikap, dan tujuan-tujuan dari pengasuhan item-item ini dihasilkan dari
observasi empirik interaksi ibu terhadap anaknya, Iaporan-laporan perilaku, dan
literatur-Iiteratur sosialisasi.
Dalam penelitian pendahuluan terhadap CRPR, Kochanska, Kuchynski, dan
Radke-Yarow (1982) telah mendapatkan dua bentuk pola pengasuhan pada
CRPR, yaitu pola authoritative dan pola authoritarian. Berdasarkan hal tersebut
maka dalam penelitian ini peneliti akan meneliti struktur faktor dari CRPR
berdasarkan karakteristik pola pengasuhan pada orangtua pada budaya
Indonesia, yaitu otoritatif, otoriter, dan permisif (Baumrind, 1967).
Penelitian ini menggunakan metode analisis faktor dengan rotasi varimaks
untuk 3 kelompok faktor berdasarkan ketiga pola pengasuhan yang ada. CRPR
yang telah diadaptasi dibuat dalam bentuk kuesioner dengan 6 alternatif jawaban
skala Likert, yaitu untuk alternatif 1= sangat tidak sesuai dengan sikap dan cara
saya, sampai alternatif 6= sangat sesuai dengan sikap dan cara saya.
Subyek yang digunakan adalah ibu untuk praktek pengasuhan pada anak
usia sekolah (6-12 tahun). Dipilihnya subyek ibu karena, ibulah yang berada pada
garis depan pengasuhan anak, dan banyak berhadapan dengan anak dalam
kesehariannya. Sedangkan dipilihnya anak usia sekolah sebagai objek
pengasuhan karena pada masa ini pengasuhan yang dijalankan orangtua sudah
membentuk pola yang stabil dan intensif sebagai usaha untuk melatih kontrol dan
disiplin pada anak usia sekoIah. Penarikan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik proportional purposive accidental sampling.
Jumlah subyek yang terjaring adalah 302 orang yang berasal dari berbagai
tingkat sosial ekonomi dan pendidikan di daerah Jakarta Selatan. Diambil dari orang tua murid SDN 02 Ulujami , SDN O3 Cipulir, SDN O7 Petukangan, dan SDI
Al-lzhar Pondok Labu Jakarta Selatan.
Hasil dari penelitian ini didapatkan dua bentuk pola pengasuhan yaitu jenis
otoritatif (N=26) dan otoriter (N=14), dengan Cronbach Alpha masing-masing
untuk pola asuh otoritatif 0,89, dan pola asuh otoriter O,79. Sedangkan pola
permisif tidak tergambarkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
Kochanska, Kuchynski, dan Radke-Yarrow (1982) yang juga hanya menemukan
dua bentuk pola pengasuhan pada CRPR, yaitu otoritatif dan otoriter.
Disarankan agar jumlah sampel diperbanyak, dan penelitian juga sebaiknya
dilengkapi dengan observasi. Dengan didapatkannya dua bentuk pola pengasuhan
dari CRPR maka disarankan untuk melakukan penelitian Iebih lanjut untuk melihat
dampak pengasuhan ini pada anak usia sekolah, khususnya dalam beberapa
aspek perkembangan, yaitu aspek mental, emosi, dan sosial."
1997
S2734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nirmala Fajar Pertiwi
"Pendahuluan: Remaja yang tidak mampu menghadapi stres akan menimbulkan ketidakstabilan emosi dan cenderung melakukan berbagai perilaku berbahaya hingga bunuh diri. Bunuh diri memiliki faktor protektif berupa harga diri yang tinggi karena dapat memberikan kualitas psikologis yang positif. Faktor protektif lain untuk ide bunuh diri adalah pola asuh yang seimbang antara dimensi penerimaan dan kontrol atau yang disebut dengan pola asuh otoritatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara harga diri dan pola asuh dengan ide bunuh diri pada remaja SMA.
Metode: Desain penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif korelatif dan cross-sectional. Penelitian ini melibatkan 322 remaja SMA sebagai responden yang dipilih dengan teknik proporsional random sampling.
Hasil: Terdapat hubungan yang kuat dan negatif antara harga diri dan ide bunuh diri dengan koefisien korelasi -0.876 yang berarti semakin rendah harga diri remaja maka semakin tinggi pula keinginan untuk bunuh diri. Terdapat hubungan dengan kekuatan sedang dan arah negatif antara pola asuh dan ide bunuh diri dengan koefisien korelasi -0,365, artinya jika pola asuh berwibawa maka gagasan bunuh diri akan lebih rendah, begitu pula sebaliknya jika pola asuh mengarah pada otoritarianisme, gagasan bunuh diri akan lebih tinggi.
Rekomendasi: Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan intervensi keperawatan mental dalam mengidentifikasi ide bunuh diri pada remaja, serta meningkatkan wawasan remaja dan guru mengenai faktor pelindung ide bunuh diri.

Introduction: Teens who are unable to deal with stress will cause emotional instability and tend to engage in various dangerous behaviors to suicide. Suicide has a protective factor in the form of high self-esteem because it can provide positive psychological qualities. Another protective factor for suicidal ideation is a balanced parenting between the dimensions of acceptance and control or what is called authoritative parenting. This study aims to determine the relationship between self-esteem and parenting with suicidal ideation in high school adolescents.
Methods: This study design used a descriptive correlative and cross-sectional approach. This study involved 322 high school adolescents as respondents who were selected by proportional random sampling technique.
Results: There is a strong and negative relationship between self-esteem and suicidal ideation with a correlation coefficient of -0.876, which means that the lower the self-esteem of adolescents, the higher the desire to commit suicide. There is a relationship with moderate strength and a negative direction between parenting and suicidal ideation with a correlation coefficient of -0.365, meaning that if the pattern of parenting is authoritative, the idea of ​​suicide will be lower, and vice versa if parenting leads to authoritarianism, the idea of ​​suicide will be higher.
Recommendation: This study is expected to improve mental nursing interventions in identifying suicidal ideation in adolescents, as well as increase adolescent and teacher insights regarding protective factors of suicidal ideation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yufi Adriani
"Gallinski (dalam Martin & Colbert 1997) secara khusus menyebutkan bahwa proses interaksi antara orangtua dan anak sejak anak lahir hingga beranjak dewasa dan meninggalkan rumah dikenal dengan sebutan parenting. Parenting merupakan proses interaksi yang berkelanjutan, yang selalu melibatkan orangtua, anak, dan pengaruh lingkungan. Proses parenting yang melibatkan interaksi antara orangtua dan anak dapat diwujudkan dalam kegiatan yang berbeda sesuai dengan tingkat dan tahap perkembangan anak. Dalam proses parenting ini terdapat dua cara parenting (altachment parenting & detachment parenting) yang dapat dilakukan orangtua terhadap anaknya dan gambaran cara parenting ini dapat dilihat dari beberapa cara pengasuhan. Pada masa bayi (infancy), cara pengasuhan pada umumnya meliputi lima hal yaitu menyusui, menggendong, berbagi tempat tidur, pembentukan bonding dengan bayi, dan kesensitifan terhadap cues yang diberikan oleh bayi (Sears dalam Brooks, 2001).
Pada umumnya, lima cara pengasuhan yang telah disebutkan di atas dilakukan oleh ibu yang berperan sebagai primary caregiver. Oleh karena itu penelitian ini dikhususkan untuk melihat gambaran cara parenting yang dilakukan ibu. Selain itu, penelitian mengenai gambaran cara parenting pada berbagai kebudayaan di Indonesia belum dapat diketahui secara rinci, terutama pada kebudayaan Minangkabau yang menganut sistem matrilineal.
Ibu memegang peranan penting dalam proses pendidikan, sosialisasi, dan perkembangan anak, sehingga penelitian ini dikhususkan untuk melihat bagaimana gambaran cara parenting ibu terhadap bayi usia 11-18 bulan pada suku Minangkabau; apakah ada perbedaan cara parenting ibu terhadap bayi laki-laki dan bayi perempuan; apa saja faktor yang berpengaruh terhadap cara parenting ibu. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui metoda wawancara. Subjek wawancara adalah empat orang ibu yang mempunyai bayi berusia 11-18 bulan yang berada dalam lingkungan budaya Minangkabau. Kerangka teoritis yang digunakan- dalam penelitian ini adalah teori perkembangan infancy, teori parenting : teori mothering; teori yang berhubungan dengan nilai dan adat budaya Minangkabau.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah bahwa keempat subjek merasa sudah teridentifikasi sebagai bagian dari suku bangsa Minangkabau dan sudah dapat memahami nilai-nilai yang ada dalam budaya Minangkabau. Namun keempat subjek merasa budaya Minangkabau belum memberikan pengaruh terhadap cara parenting yang mereka lakukan pada anak mereka. Hal itu karena cara parenting yang digunakan adalah ketika anak masih berada dalam tahap infancy (bayi). Pengaruh budaya akan lebih terlihat jika anak sudah berada dalam usia yang lebih besar, dimana ia sudah dapat mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari budaya Minang. Selain itu juga, pada masa ini orangtua mempunyai tujuan dan cara parenting yang berbeda, yang dapat dipengaruhi oleh usia dan tahap perkembangan anak dan harapan lingkungan sosial terhadap anak.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa harapan subjek terhadap anak laki-laki dan anak perempuannya berbeda, namun hal itu tidak berpengaruh terhadap perbedaan cara parenting pada bayi laki-laki dan perempuan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap cara parenting adalah pendidikan dan penghasilan yang cukup sehingga subjek dapat lebih terbuka terhadap informasi-informasi yang ada mengenai cara parenting pada bayi. Untuk penelitian lanjutan, disarankan agar melakukan penelitian di luar budaya Minangkabau mengenai cara parenting, terutama cara parenting pada tahap perkembangan anak yang berbeda-beda."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3473
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mita Puspita Sari
"Latar Belakang: Orangtua perlu berperan aktif dalam pengasuhan dimulai sejak masa awal kehidupan bayi. Sejauh ini, pengasuhan sendiri lebih banyak dihubungkan dengan ibu daripada ayah. Hal ini membuat ayah kurang terlibat dalam pengasuhan bayi. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah sikap ibu terhadap pengasuhan oleh ayah.
Metode: Penelitian ini akan melihat perbandingan sikap dan gambaran jarak sikap orangtua terhadap pengasuhan oleh ayah yang memiliki bayi 0 ? 12 bulan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan dengan cara accidental sampling sebagai metode sampling. Peneliti menganalisis 102 data pasangan ayah dan ibu.
Analisis Statistik: Peneliti menggunakan uji T-Test dependent sample untuk membandingkan sikap orangtua terkait pengasuhan oleh ayah pada bayi usia 0 - 12 bulan.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan signifikan dalam sikap orangtua terhadap pengasuhan oleh ayah yang memiliki bayi 0 ? 12 bulan. Selanjutnya, mayoritas pasangan tidak memiliki perbedaan sikap terhadap pengasuhan oleh ayah. Hal ini berarti jika ibu memiliki sikap yang positif terhadap pengasuhan bayi oleh ayah, maka ayah cenderung memiliki sikap positif. Begitu juga sebaliknya, jika ibu memiliki sikap yang negatif terhadap pengasuhan bayi oleh ayah, maka ayah cenderung memiliki sikap yang negatif pula.
Kesimpulan: Di dalam penelitian ini, ditemukan bahwa ibu memiliki sikap yang lebih positif terhadap pengasuhan oleh ayah daripada ayah. Sikap ayah yang rendah bisa dikarenakan kurang percaya diri terhadap kemampuannya dalam merawat bayi dan juga karena kurangnya umpan balik positif atas aktifitas perawatan bayi yang dilakukannya. Berdasarkan analisis tambahan, sikap ayah terhadap pengasuhan tidak dipengaruhi oleh pengetahuan ayah. Ayah juga memiliki sikap positif pada beberapa kegiatan di dalam pengasuhan anak, seperti mengetahui penyakit bayi, mengantarkan bayi ke dokter, mengetahui makanan yang dikonsumsi bayi dan mengajak bayi bermain.

Background: Parents need to be active in child rearing activities from the beginning of the baby?s life. So far, child rearing activities more related to mother than father. That?s why fathers not involved in baby rearing activities. Many factor influenced father involvement in child rearing activities, one of the factor is mother's attitude toward father involvement.
Methods: this research will compare attitude difference and gap between fathers and mothers toward father involvement in child rearing activities among couples with 0-12 months old babies. This research used quantitative methods with accidental sampling as sampling methods. Researcher analyzed 102 data of fathers and mothers.
Statistical analysis: researcher used T-Test dependent sample for compare fathers and mothers attitude toward father involvement in child rearing activities.
Result: research showed significance difference in parents attitude toward father involvement in child rearing activities among couples with 0-12 months old babies. Most of the couples didn?t have difference attitude toward father involvement in child rearing activities. It means if mothers have positive attitude toward father involvement, fathers will also have positive attitude. And if mothers have negative attitude toward fathers involvement in child rearing activites, fathers will have negative attitude.
Conclusion: this research found that mothers had more positive attitude toward father involvement rather than father. The reason why fathers have lower attitude rather than mothers because of lack of confidence and lack of positive feedback in child rearing activities. Based on additional analysis, father's attitude in child rearing activities not affected by fathers knowledge. Fathers also positive attitude in some child rearing activities, such as knowing child disease, accompany baby to the doctor, knowing which food that can be consume by baby and play with baby.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Severe, Sal
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000
155.4 SEV b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Khairani Rizki Prasetya
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara jenis sumber informasi parenting dan parenting knowledge pada ibu generasi Millennial yang memiliki satu anak berusia 0 ndash; 24 bulan. Penelitian ini bersifat korelasional dengan menggunakan sampel ibu usia 18 - 35 tahun yang memiliki satu anak berusia 0 - 24 bulan dengan tingkat pendidikan tinggi yaitu minimal menyelesaikan jenjang pendidikan Diploma III n = 155. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Knowledge of Infant Development Inventory KIDI dan Maternal Sources of Information Questionnaire MSIQ. Hasil analisis korelasi dengan Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara parenting knowledge dan jenis sumber informasi r = 0,211, p < 0,01 . Dengan demikian, semakin tinggi tingkat keakuratan pengetahuan parenting ibu, diikuti dengan tingginya tingkat penggunaan dan pembelajaran yang didapat ibu dari sumber informasi parenting.

The purpose of this study was to find out whether there was a relationship between the type of parenting information and parenting knowledge on Millennial generation mothers who have one child 0 24 months old. This is a correlational study by using a sample of mother age 18 35 years old who have one child 0 24 month with a level of higher education that is minimum Diploma III education level n 155. Instruments used in this study are Knowledge of Baby Inventory Development KIDI and Sources of Mother Information Questionnaire MSIQ. The results of the study with Pearson has shown that there is a significant positive relationship between parenting knowledge and the type of parenting information r .211."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Suciati
"
ABSTRAK
Desakan ekonomi merupakan salah satu faktor yang memaksa kedua orang
tua harus mencari nafkah, dapat menimbulkan masalah jika mereka memiliki bayi
yang masih membutuhkan kasih sayang dan perhatian mereka secara utuh. Salah
satu alternatif solusi adalah mempekerjakan seorang Pembantu Rumah Tangga
(PRT) untuk membantu mereka mengasuh dan merawat anaknya. Solusi ini pun
menimbulkan masalah baru. PRT yang diharapkan dapat menggantikan orang tua
yang bekerja dalam merawat dan mengasuh anaknya memiliki pendidikan yang
rata-rata rendah (SD). Hal ini memungkinkan adanya kekurangan stimulasi
(rangsangan) pada anak dan dapat menurunkan kualitas pengasuhannya, sehingga
ada kemungkinan anak tidak dapat menyeiesaikan tugas perkembangannya,
termasuk sosioemosional. Salah satu bentuk perkembangan sosioemosionai adalah
terbentuknya hubungan kelekatan yang aman (secure) antara anak dan orang yang
berarti, baik orang tua maupun pengasuh (PRT) sebagai orang tua pengganti.
Klein memperkenalkan suatu metode yang dapat digunakan pengasuh agar
dapat menghasilkan kualitas pengasuhan dan interaksi yang baik dengan anak.
Metode itu disebut MLE (Mediated Learning Experience). Dalam metode ini
pengasuh bertindak sebagai mediator antara anak dan lingkungan. Mediasi dapat
tercapai melalui proses matching/ menyesuaikan hal yang dimediasikan dengan
respon anak. Untuk dapat melakukan hal itu, seorang mediator harus sensitif/ peka
dan berespon pada keinginan dan kebutuhan bayi. Dengan demikian ia baru dapat
memberikan rangsangan yang tepat bagi bayi.
Oleh karena itu, ada kemungkinan jika PRT menggunakan metode MLB
tersebut, maka akan terbentuk suatu hubungan kelekatan yang cenderung aman/
secure pada anak/ bayi yang diasuhnya.
Selain pendidikan tersebut, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
perilaku pengasuhan seseorang, baik internal maupun eksternal, seperti diri
pengasuh, diri anak, konteks sosial (Belsky, 1984). Sedangkan dalam Hamner &
Turner, 1990 ditambahkan faktor kebudayaan dan media massa.
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran perilaku pengasuhan
PRT sebagai dampak dari faktor-faktor internal dan eksternal pengasuh sekaligus dinamikanya sehingga terjadi pembentukan hubungan kelekatan pada anak yang
diasuhnya.
Penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai ibu dan PRT serta
mengobservasi perilaku anak dan PRT dalam interaksi mereka sehari-hari. Teknik
pengambilan sampel adalah dengan menggunakan kasus tipikal dengan
karakteristik PRT yang sudah bekerja minimal tujuh bulan pada keluarga yang
bersangkutan dan bayi berusia 18-24 bulan pada golongan sosial ekonomi
menengah di wilayah Jabotabek.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PRT yang telah menggunakan
metode MLB (Mediated Learning Experience) dengan memenuhi tiga kriteria
minimalnya pada kegiatan bermain anak dan memberi perhatian intensif,
membawa dampak kelekatan yang cenderung aman (secure) pada anak yang
diasuhnya.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa cara ibu mengorganisasikan rumah
tangganya berpengaruh penting pada pola asuh PRT, maka disarankan kepada
para ibu untuk mengorganisasikan, mendelegasikan, dan mengkontrol rumah
tangganya secara tepat dan proporsional. Di samping itu, agar pola pengasuhan
PRT lebih terarah dan berkualitas, sebaiknya para ahli mulai memikirkan cara
untuk mensosialisasikan metode MLE kepada ibu untuk kemudian dapat di
transfer kepada PRT.
"
1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhri Mubin Asyraf
"ABSTRACT
Skripsi ini membahas mengenai minat baca anak pada pola asuh orangtua di Kelurahan Margahayu, Bekasi Timur. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan minat baca anak dengan penerapan pola asuh orangtua. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil dari penelitian ini menggambarkan bahwa jenis pola asuh yang menunjukkan kondisi sesuai untuk minat baca anak adalah pola asuh otoritatif. Orangtua yang menggunakan pola asuh otoritatif akan menyediakan bahan bacaan berkualitas kepada anaknya seperti buku bergambar, komik, buku fiksi, dan biografi yang sesuai dengan usia anak. Dengan memberikan bahan bacaan ini akan merangsang rasa ingin tahu anak sehingga mereka tertarik untuk membaca buku. Kondisi lingkungan seperti adanya Taman Bacaan Masyarakat atau lokasi tempat tinggal yang dekat dengan perpustakaan daerah juga menjadi faktor pendukung perkembangan minat baca anak. Pada pola pengasuhan otoritatif orangtua memberikan perhatian dan kasih sayang secara langsung sehingga anak berkembang menjadi pribadi yang memiliki rasa percaya diri, penurut, dan menghargai orang lain. Sehingga orangtua dapat lebih efektif dalam meningkatkan minat baca anak.

ABSTRACT
This thesis discusses about the chlidrens reading interest through parenting in the Margahayu village, East Bekasi. This study aims to describe the childrens reading interest through the implementation of parenting. The research is qualitative research with case study method. The result of this study illustrate that kind of parenting that shows the state according to childrens reading interest is authoritative parenting style. Parents who use authoritative parenting will provide quality reading materials to their children such as picture books, comics, fiction, and biography that suits the childs age. By providing reading materials will stimulate the curiosity of children so that they are interested in reading a book. Environmental conditions such as the Community Library or the location of a place to stay that is close to local libraries also a factor supporting the development of childrens reading interest. In authoritative parenting parents give attention and affection in person the child will develop into a person who has confidence, obedient, and respect for others. So that parents can be more effective in improving childrens reading interest.
"
2016
S64516
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>