Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74192 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indri Kristianti
"ABSTRAK
Memasuki dunia pekerjaan merupakan tugas terpenting dalam tahap perkembangan di tahapan dewasa muda. Bekeija menjadi guru adalah salah satu jenis pekeijaan yang mungkin ditekuni oleh seseorang. Guru pemula merupakan guru yang masih berada di tahun-tahun awal profesi mengajar. Tahun-tahun awal mengajar merupakan tahun yang penuh perjuangan bagi guru pemula. Di Indonesia, guru pemula hampir bisa dipastikan masih berstatus honorer dan belum menjadi pegawai negeri sipil. Status honorer pada guru pemula menyebabkan guru pemula tidak mendapatkan gaji seperti rekan lain yang telah menjadi pegawai negeri sipil. Sebagai guru honorer, guru pemula tidak bisa memastikan kapan dapat diangkat menjadi pegawai negeri sipil. Guru honorer juga memiliki kemungkinan untuk diberhentikan secara sepihak oleh sekolah apabila mereka sudah tidak diperlukan lagi. Oleh sebab itu maka seorang guru pemula perlu untuk resilien. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran resiliensi pada guru pemula. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Partisipan dalam penelitian ini adalah dua orang guru yang masih berada di tahun-tahun awal mengajar. Data diambil melalui wawancara, observasi dan percakapan melalui fasilitas chatting di internet. Dari penelitian ditemukan bahwa karakteristik resiliensi pada kedua partisipan telah berkembang dengan baik. Adanya dukungan dari keluarga dan komunitas dapat menurunkan pengaruh negatif dari faktor-faktor risiko yang salah satunya berupa status honorer pada guru pemula.

ABSTRACT
Entering the world of work is the most important task in young adulthood developmental stage. Teaching profession is one of the occupation engaged by young adulthood. Beginning teachers were teachers who still in their early teaching profession (under five years teaching experience). The early years in teaching profession were full of struggles for beginning teachers. In Indonesia, most beginning teachers are in honorarium status and not civil servants yet. Honorarium status result in teachers not gained their rights fully as their civil servant counterparts were. As honorarium, they could not predict when they will be promoted to become civil servant teachers. When necessary, there might still chances that they will be fired by the school. Considering those problems, teachers need to be resilient. This study aim was to gain insight on resiliency in beginning teacher. Qualitative method was used in this study. The participants in this study were two beginning teachers. The data were obtained through interviews, observations, and chatting via internet messenger. The study suggest that the participants has develop good resiliency characteristic. Having support fforn family and communities as protective factors was proven to reduce negative impacts of risk factors, namely honorarium status."
2010
S3595
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riduwan
Bandung: Alfabeta, 2005
001.42 RID b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nafsul Muthmainnah
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gaya mengajar guru pemula dan guru profesional dalam pembelajaran matematika. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan metode grounded theory melalui observasi pembelajaran dan wawancara. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru matematika di Kabupaten Klaten dengan sampel penelitian sebanyak lima orang guru matematika pemula dan delapan guru matematika profesional di Kabupaten Klaten yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru pemula menggunakan lima gaya mengajar, sedangkan guru profesional menggunakan enam gaya mengajar dalam pembelajaran matematika. Guru pemula mempunyai kelemahan dalam perencanaan pembelajaran jangka panjang. Hal ini membuat guru pemula tidak menggunakan gaya mengajar investigation dalam pembelajarannya. Dengan demikian, pengalaman mengajar membuat guru pemula dan guru profesional menggunakan gaya mengajar yang berbeda."
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018
370 JPK 3:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurfadilah
"Resiliensi bukanlah suatu hal yang bersifat magis (Masten, 2006) dan dapat dipelajari serta dikembangkan oleh setiap orang, meliputi tingkah laku, pikiran, dan tindakan (APA, 2004). Dalam penelitian ini, resiliensi didefinisikan sebagai proses dinamis individu dalam mengembangkan kemampuan diri untuk renghadapi, mengatasi, memperkuat, dan mentransformasikan pengalaman-pengalaman yang dialami pada situasi sulit menuju pencapaian adaptasi yang positif.
Situasi sulit yang dimaksud tidak terbatas pada kesulitan yang luar biasa saja, seperti trauma akibat tindak kejahatan atau bencana alam, tetapi juga mencakup kesulitan yang ditemui ketika menghadapi tekanan dan tuntutan hid up sehari - hari. Individu dikatakan memiliki adaptasi yang positif jika dapat memenuhi harapan sosial yang dikaitkan dengan tahapan tugas perkembangan.
Resiliensi akan lebih mudah untuk ditingkatkan jika dilihat sebagai fondasi dari pertumbuhan dan perkembangan (Grotberg, 2003). Fondasi resiliensi ini membentuk suatu paradigma yang mencakup tiga sumber resiliensi ketika individu menghadapi situasi sulit (Grotberg, 1999b), yaitu AKU PUNYA (I have), AKU ADALAH (I am), fondasi inisiatif dan AKU MAMPU (I can). Tiga komponen sumber resiliensi tersebut dapat membantu individu untuk menjadi resilien (dalam Grotberg, 1999b).
Resiliensi pada anak berhubungan dengan sumber-sumber faktor pelindung dan peningkatan kesehatan yang mencakup kesempatan yang dimiliki oleh individu, hubungan kekerabatan keluarga yang erat, dan kesempatan individu dan orangtua dalam mendapatkan dukungan dari lingkungan niasyarakat (Mash, 2005). Shonkoff dan Meisels (2000) mengatakan bahwa resiliensi pada anak tidak dapat dipaksakan begitu saja meskipun orangtua sudah memberikan pola asuh yang baik.
Masten (2005) berpendapat bahwa resiliensi dapat ditingkatkan melalui suatu program intervensi. Program intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini dapat mengarahkan subyek menuju pencapaian adaptasi yang positif dengan segala faktor resiko dan pelindung yang dimilikinya. Program intervensi tersebut berupa pelatihan keterampilan sosial.
Penelitian ini merupakan action research dengan pendekatan kualitatif, yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran proses subyek dalam mengidentifikasi sumber-sumber resiliensi yang dimiliki subyek. Penelitian ini menggunakan satu orang subyek yang dipilih berdasarkan kesesuaian teori atau konstruk operasional, yakni yang memilki lima faktor resiko dan lima faktor pelindung. Subyek merupakan klien Klinik Bimbingan Anak Fakultas Psikologi UI yang berusia 8 tahun dan sekarang sedang duduk di kelas 3 SD.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi langsung, dan dokumen tertulis. Adapun tahapan persiapan penelitiannya meliputi persiapan program intervensi dan alat ukur.
Sebelum pelatihan, peneliti membina rapport dan menjalin rasa percaya dengan subyek dalam dua kali pertemuan. Selanjutnya, pelatihan dilaksanakan dalam lima kali pertemuan.
Hasil pelatihan menunjukkan bahwa subyek dapat dilatih untuk mengidentifikasi mengidentifikasi sumber-sumber resiliensi yang dimilikinya. Hal tersebut dapat dicapai melalui proses membentuk rasa percaya, mengidentifikasi perasaan da-i pikiran, gambaran situasi sulit, dan kemudian subyek bare dapat mengidentifikasi sumber-sumber resiliensi yang dimilikinya.
Hasil penelitian tersebut disampaikan kepada ibu subyek sehingga kaiak ibu dapat membantu subyek untuk menggunakan sumber-sumber resiliensi yang dimilikinya. Dalam pertemuan tersebut peneliti memberikan saran praktis dan melakukan diskusi bersama ibu."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18099
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shoba Dewey Chugani
"Sejauh ini, fokus masalah dari berbagai penelitian mengenai resiliensi adalah pada identifikasi faktor-faktor protektif yang bekerja pada individu. Namun, bagaimana faktor-faktor tersebut mewujudkan resiliensi pada individu belum banyak terungkap. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana mekanisme keterkaitan antara faktor protektif ekstemal (faktor lingkungan) dan aset internal (faktor internal) dalam mewujudkan resiliensi pada individu.
Aset internal mencakup 4 kategori faktor internal yang secara konsisten telah diidentifikasikan dari berbagai penelitian, yaitu: kompetensi sosial (ketrampilan sosial, empati), otonomi (self-esteem, self efficacy, locus of contol), ketrampilan memecahkan masalah (ketrampilan membuat keputusan, berpikir kritis dan kreatif), dan sense of purpose (optimisme, molivasi untuk berprestasi, minat terhadap kegiatan tertentu, keyakinan). Faktor internal yang juga menjadi variabel penelitian adalah temperamen individu. Faktor protektif eksternal mencakup 5 faktor dalam mikrosistem individu (keluarga, sekolah, lingkungan tempat iinggal). Kelima faktor lingkungan tersebut termasuk hubungan yang hangat, peraturan dan batasan, dukungan untuk mandiri, dukungan untuk berprestasi dan role model.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Kerangka teoritis dari penelitian didasarkan pada teori resiliensi dari Benard (2004), yang berlandaskan teori humanistik dari Maslow dan teori ekologi dari Bronfenbrenner.
Subjek penelitian termasuk 10 remaja yang hidup dalam lingkungan beresiko di kelurahan Johar Baru, sebuah linkungan yang tergolong lingkungan miskin (sesuai ketentuan dari BPS, 2000), dan memiliki angka kriminalitas yang tinggi. Kesepuluh subjek tersebut disaring dari 34 remaja yang memenuhi kriteria sebagai subjek penelitian Penyaringan subjek menggunakan alat ukur Slate Resilience Scale (Hiew, et.al, 2000), yang sebelumnya diuji-cobakan oleh peneliti. Subjek penelitian yang dipilih adalah subjek dalam kelompok resiliensi ekstzim tinggi dan ekstrim rendah sesuai skala tersebut. Analisis yang dilakukan mencakup analisis per subjek maupun analisis antar subjek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kondisi di mana seluruh aspek dari faktor protektif eksternal aktif bekerja selama perkembangan individu maka individu dapat mengatasi masalah-masalahnya dan aset internal pada individu berkembang dengan baik atau dapat diartikan bahwa tingkat resiliensi individu semakin baik. Sebaliknya, dalam kondisi di mana beberapa aspek dari faktor protektif ekternal kurang berkembang, masalah yang dihadapi oleh individu tidak teratasi. Hal ini mempengaruhi aset internal secara negatif. Dengan beberapa aset internal yang kurang berkembang, individu memiliki beberapa titik lemah yang dapat menjadi resiko dalam perkembangan selanjutnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18115
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Jatnika
"Pemilu merupakan salah satu bentuk partisipasi politik sebagai perwujudan dari kedaulatan rakyat, karena pada saat pemilu itulah, rakyat menjadi pihak yang paling menentukan bagi proses politik di suatu negara dengan memberikan suara secara langsung dalam bilik suara. Dari seluruh warga negara yang memiliki hak pilih, terdapat warga negara yang pertama kali ikut serta dalam pemilihan umum, yaitu pemilih pemula (17-21 tahun). Mereka tidak memiliki pengalaman voting pada pemilu sebelumnya. Namun, ketiadaan pengalaman bukan berarti mencerminkan keterbatasan menyalurkan aspirasi politik. Mereka tetap melaksanakan hak pilihnya di tempat pemungutan suara.
Pertanyaan penelitian (research question) yaitu faktor-faktor apa yang mempengaruhi pemilih pemula di DKI Jakarta dalam menentukan pilihan politiknya kepada satu partai politik tertentu dalam suatu sistem multipartai pada Pemilu 2004? Studi ini menggunakan uraian teori partisipasi, budaya politik dan perilaku pemilih. Kemudian menentukan variabel berdasarkan teori tersebut yaitu afiliasi politik orang tua, identifikasi kepartaian, figur, agama, dan isu-isu politik.
Lokasi penelitian tersebar di kelima wilayah kota DKI Jakarta yaitu Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur dan Jakarta Utara dengan digunakan cluster dan simple random sampling. Pengumpulan data di lapangan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Responden ditentukan secara purposive. Responden yang diperoleh sebanyak 198 dari 200 responden. Studi ini mengungkapkan secara umum pendapat responden terhadap afiliasi politik orang tua menyatakan mempunyai pengaruh yang semakin kuat apabila orang tua aktif dalam partai politik, terutama sebagai pengurus partai. Begitu juga terhadap figur tokoh dan identifikasi politik menurut mereka mempunyai mempunyai pengaruh yang kuat, sedangkan variabel agama dan isu-isu politik/program partai tidak begitu besar pengaruhnya dalam menentukan pilihan politiknya.
Berdasarkan pilihan politiknya, terdapat perbedaan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi responden dalam memilih partai politik. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut (1) Pemilih Partai Golkar menyatakan bahwa orang tua mempunyai pengaruh kuat dalam menentukan pilihan politik responden; (2) Pemilih PDIP memiliki hubungan emosional kuat dengan partai nasionalis yang menjadi identifikasi partai mereka. Pilihan politik mereka juga dipengaruhi oleh orang tua dan figur tokoh idola yang menjadi calon presiden; (3) Pemilih PPP dipengaruhi oleh orang tua dan agama yang dianut responden sehingga membentuk identifikasi politik; (4) Pemilih Partai Demokrat, ternyata perilaku politiknya hanya dipengaruhi secara kuat oleh citra figur tokoh idola yang menjadi calon presiden dari partainya; (5) Pemilih PAN dipengaruhi oleh orang tua dan figur tokoh idola yang menjadi calon presiden; (6) Pemilih PKS dipengaruhi oleh faktor agama yang membentuk identifikasi partai berasas Islam, dan diperkuat dengan pemahaman berdasarkan program dan komitmen/janji partai; (7) Pemilih PDS mendapat pengaruh kuat dari orang tua dan agama yang dianut.

General election is one form of political participation as a realization of democracy. During the election, people become the most determining party on political process in a country that voted directly inside the polling booths. From overall voters with voting rights there were voters who cast their votes for the first time in general election, those are young voters (17-21 years of age) or often called beginner voters. They do not have voting experience of previous elections. However, without voting experience does not mean lack opportunity to channel their political aspiration. They still fulfill their voting rights at the voting polls (TPS).
The research question is what factor(s) influencing beginner voters in DKI Jakarta in making their political decision on particular political party in a multiparty system on 2004 General Election? This study used the analysis of participation theory, political culture and voter behavior. Next, determining the variables based on those theories namely parents' political affiliation, party's identification, figure, religion, and political issues.
The research location spread over five regions of DKI Jakarta that is West Jakarta, Central Jakarta, South Jakarta, East Jakarta and North Jakarta with cluster and simple random sampling. Field data collections were using questionnaires. Respondents were chosen purposively. There were 198 counted respondents out of 200 respondents.
The study generally shows that the parents' political affiliation variable has a stronger influence especially when the parents are active in political parties as party's official members. Figure symbol and political identification variables also have a significant influences, while religion and political issues/party's program variables do not have a significant influence toward beginner voter's behavior in deciding their political choice. Although for certain party voters, religion factors have a strong influence.
Based on political choice, there were distinguish factors influencing beginner voters' behavior. This matter can be seen as follows (I) Golkar Party voters expressed that parents have strong influence on changing respondents political choice; (2) PDIP voters had strong emotional relations with nationalist party which became their party's identification. Their political choice was also influenced by parents and model figure who became a candidate for president; (3) PPP voters were influenced by parents and respondents' religions for their political identification; (4) Democrat Party voters, it turns out that their political behavior only influenced by a strong image figure of idol of their candidate for president; (5) PAN voters were influenced by parents and model of president figure of their party; (6) PKS voters were influenced by religion factor which identified this Islamic party, and strengthened by an understanding of program and commitment/promises of he party; (7) PDS voters got strong influence from parents and their religions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14350
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S6766
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>