Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188935 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Khansa Nabila Anjani
"Theory of mind (ToM) adalah kemampuan individu memahami keadaan mental diri dan orang lain yang berkaitan dengan tingkah laku prososial anak. Penelitian mengenai ToM banyak dihubungkan dengan kemampuan bahasa sebab bahasa berperan sebagai kognisi sosial. Penelitian lainnya melihat faktor saudara kandung juga diduga dapat memengaruhi ToM anak. Saudara kandung dapat menjadi sosok sebaya dalam berinteraksi, memahami intensitas emosi satu sama lain, dan membantu dalam pemahaman sosial-kognitif. Penelitian sebelumnya telah mengaitkan bahasa dengan ToM (Bigelow et al., 2021) dan mengaitkan saudara kandung dengan ToM (Leblanc et al., 2017; Zhang et al., 2021; Hou et al., 2022), tetapi hasil penelitian bervariasi. Penelitian-penelitian tersebut menduga saudara kandung dapat menjadi teman berinteraksi sosial anak dan dapat menguatkan atau justru melemahkan kemampuan bahasa anak yang nantinya memengaruhi ToM-nya. Penelitian ini pun dilakukan atas dasar tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian korelatif dengan pengujian analisis regresi linear sederhana untuk melihat hubungan antara kemampuan bahasa dan ToM dan simple moderation berbasis regresi dengan bootstrapping untuk melihat peran saudara kandung terhadap hubungan kemampuan bahasa dan ToM anak. Partisipan penelitian merupakan 117 anak berusia 4–7 tahun di Jabodetabek yang diperoleh melalui convenience sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran saudara kandung diketahui memoderasi (menguatkan pengaruh) kemampuan bahasa terhadap ToM secara signifikan (b = 0,19, SE = 0,07, t = 2,45, p = 0,01, 95% confidence interval [CI] [0,03, 0,35]). Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk meninjau interaksi ketiga variabel ini dalam partisipan dari disadvantage family, melihat secara spesifik aspek saudara kandung, serta melihat bentuk kualitas interaksi saudara kandung dengan anak.

Theory of mind (ToM) is the ability of an individual to understand the mental states of oneself and others, which is related to children's prosocial behavior. Research on ToM was often linked to language abilities, as language played a role in social cognition. Other studies explored the impact of sibling factors on children's ToM. Siblings could serve as peers in interaction, understanding each other's emotional intensity, and contributing to social-cognitive understanding. Previous research had associated language with ToM (Bigelow et al., 2021) and linked siblings to ToM (Leblanc et al., 2017; Zhang et al., 2021; Hou et al., 2022), but research findings varied. These studies suggested that siblings could become social interaction companions for children and might either strengthen or weaken a child's language abilities, subsequently influencing their ToM. This research was conducted on this basis. This study was correlational, employing simple linear regression analysis to examine the relationship between language ability and ToM. Additionally, simple regression-based moderation with bootstrapping was performed to observe the role of siblings in the relationship between language ability and children's ToM. The research participants were 117 children aged 4–7 years in Jabodetabek obtained through convenience sampling. The results indicated that the presence of siblings significantly moderated (strengthened the influence of) language ability on ToM (b = 0,19, SE = 0,07, t = 2,45, p = 0,01, 95% confidence interval [CI] [0,03, 0,35]). Further research was needed to examine the interaction of these three variables in participants from disadvantaged families, specifically looking at aspects of siblings, and assessing the quality of sibling interactions with the child."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghianina Yasira Armand
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk memahami dan mengeksplorasi secara mendalam persepsi orang tua terhadap hubungan anak Gangguan Spektrum Autisme (GSA) dengan saudara kandung tipikal, serta upaya mereka dalam mengelola hubungan tersebut. Penelitian ini melibatkan enam partisipan orang tua yang setidaknya memiliki satu anak kandung terdiagnosa GSA dan setidaknya satu anak kandung dengan perkembangan tipikal di Indonesia. Dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, data dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur yang berlangsung selama 60-90 menit untuk menggali pengalaman pribadi dan sudut pandang partisipan mengenai interaksi sehari-hari anak tipikal dengan saudara kandungnya yang memiliki GSA. Analisis tematik digunakan untuk menganalisis temuan wawancara yang mengungkapkan lima tema utama: pengalaman pasca diagnosis saudara kandung, hubungan saudara kandung, dampak kondisi GSA terhadap saudara kandung, dukungan orang tua, dan harapan dan ekspektasi orang tua di masa depan. Hasil dari penelitian ini menghasilkan implikasi klinis yang menekankan pentingnya program intervensi anak GSA yang melibatkan saudara kandung, serta ketersediaan dukungan psikologis untuk saudara kandung dan orang tua dari anak GSA.

The aim of this research is to understand and explore in depth parents' perceptions of the quality of their children's relationships with Autism Spectrum Disorders (ASD) with typical siblings, as well as their efforts in managing these relationships. This research involved six parent participants who had at least one biological child diagnosed with GSA and at least one biological child with typical development in Indonesia. Using a qualitative methodology approach, data was collected through semi-structured interviews lasting 60-90 minutes, exploring participants' personal experiences and perspectives regarding the daily interactions of typical children with their autistic siblings. Thematic analysis was used to analyze the interview findings, revealing five main themes: post-diagnosis experiences, quality of sibling relationships, impact of ASD towards siblings, parental support for siblings, and parental hopes for the future. The results of this study reveal clinical implications that assert the importance of interventions for children with ASD that involve siblings, as well as the availability of psychological support for siblings and parents of children with ASD.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Wahyu Wijanarko
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dampak jumlah saudara kandung di masa kanak-kanak terhadap capaian tingkat pendapatan individu di masa dewasa. Dengan menggunakan fungsi pendapatan Mincer Mincer, 1974 sebagai model utama dan Ordinary Least Squares OLS sebagai metode estimasinya, hasil regresi menunjukkan bahwa jumlah saudara kandung tidak memiliki dampak langsung yang signifikan terhadap pendapatan. Secara tidak langsung, jumlah saudara kandung ditemukan memiliki dampak negatif signifikan terhadap pendidikan sementara pendidikan ditemukan memiliki dampak positif yang signifikan terhadap pendapatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran keluarga yang lebih kecil, dengan jumlah saudara kandung yang lebih sedikit, bagi seorang individu akan memberikan pengaruh yang positif terhadap pendapatan individu tersebut di masa dewasa melalui dampaknya terhadap capaian pendidikan individu.

ABSTRACT
This study aims to examine the impact of the number of siblings during childhood on individual rsquo s income in adulthood. Using the Mincerian earnings function Mincer, 1974 as the main model and Ordinary Least Squares OLS as its estimation method, regression results show that the number of siblings does not have a significant direct impact on income. Indirectly, the number of siblings is found to have a significant negative impact on education while education is found to have a significant positive impact on income. The results of this study indicate that a smaller family size, with fewer siblings, for an individual will have a positive effect on individual rsquo s income in adulthood through its impact on individual educational attainment."
2017
T48347
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Very Dwi Vasianti
"ABSTRAK
Anak prasekolah rentan mengalami peningkatan reaksi persaingan saudara kandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas kelekatan ibu-anak dengan tingkat reaksi persaingan saudara kandung. Penelitian ini bersifat cross sectional pada 102 responden dengan menggunakan teknik cluster sampling dan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara kelekatan aman (r= -0.252) dengan tingkat reaksi persaingan saudara kandung, namun terdapat hubungan positif antara kelekatan resistan (r= 0.309) dan menghindar (r= 0.196) dengan tingkat reaksi persaingan saudara kandung. Orang tua perlu meminimalkan tingkat reaksi persaingan saudara kandung dengan mengontrol jenis kualitas kelekatan antara ibu dan anak.

ABSTRACT
Preschool children are at risk of having increased levels of sibling rivalry. This study aimed to know the correlation between mother-child attachment style and the level of sibling rivalry. This study used cross-sectional design with 102 respondents which were collected with cluster sampling technique and questionnaire as data collection tool. The result of Spearman?s Correlation test showed that there were negative correlation between secure attachment (r= -0.252) with the level of sibling rivalry, however there were positive correlation between resistant attachment (r= 0.309) and avoidant attachment (r= 0.196) with the level of sibling rivalry. Parents need to minimize the level of sibling rivalry by controlling the attachment style between mother and children"
2016
S63747
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Wahyuni
2010
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Khairani
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3592
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hellen Damayanti
"Sibling relationships merupakan suatu fenomena yang unik dan selalu menarik untuk dibahas karena hubungan ini merupakan ikatan terpanjang yang mungkin dimiliki oleh seseorang dengan orang lain sepanjang hidupnya. Hubungan seseorang dengan saudara kandungnya dimulai sejak mereka lahir dan akan terus berlanjut sampai salah salu dari mereka meninggal.
Pada tahap awal masa kanak-kanak, seseorang melewatkan lebih banyak waktu mereka bersama dengan saudara kandungnya daripada dengan orangtua karena orangtua hares bekerja Karena itu, sibling relationships sangat bervariasi secara luas mulai dari afeksi, permusuhan, dan persaingan. Kedekatan yang terjalin biasanya lebih sering terjadi pada kakak beradik wanita daripada kakak beradik pria (White and Riedmann, 1992 dalam Cicirelli, 1995).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hal-hal apa sajakah yang khan dalam sibling relationships pada pria dan wanita dewasa muda dengan saudara kandung yang semuanya sama jenis kelamin dan faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi terbentulmya kekhasan tersebut.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori mengenai sibling relationships dari Cicirelli (1995), Brody (1996), dan Borden (2003) serta beberapa tokoh lain. Kualitas sibling relationships akan dilihat dari variabel konstelasi keluarga dan hubungan antara orangtua dan anak. Variabei konstelasi keluarga terdiri dari jarak usia, pola interaksi berdasarkan jenis kelamin, dan urutan kelahiran. Hubungan antara orangtua dan anak terdiri dari kualitas hubungan dan pengaturan hubungan.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah empat orang yang terdiri dari dua orang pria dan dua orang wanita dimana seluruhnya berada pada usia dewasa muda dan memiliki saudara kandung yang semuanya sarna jenis kelamin. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa keempat subyek memiliki hubungan yang dekat dengan salah satu dari saudara kandungnya dan berkonflik dengan saudara kandungnya yang lain. Selain itu, tampak adanya perbedaan pola interaksi antara subyek pria dan wanita dimana topik pembicaraan dari kedua subyek pria dengan saudara kandungnya lebih sering berkisar pada masalah pekerjaan. Mereka lebih memilih untuk mengambil alih tugas dan tanggung jawab dari saudara kandungnya, dan konflik yang terjadi dianlara mereka berupa fisik dan verbal. Sedangkan pada kedua subyek wanita, topik pembicaraan mereka lebih mengarah pada minat dan hobi. Mereka juga lebih berharap dapat meningkatkan kedekatan emosi, dan konfilik yang terjadi di antara mereka terbatas pada konflik verbal. Keempat orang subyek memiliki hubungan yang tidak dekat dengan orangtua masing-masing, begitu pula dalam hubungan dengan saudara kandungnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18093
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Verial Attamimy
"Tujuan : Mengetahui sebaran tingkat pendidikan akhir penyandang cacat (penca) di masyarakat serta hubungannya dengan jumlah saudara kandung dan jenis kecacatan.
Metode: Disain penelitian adalah studi potong lintang yang dilakukan pada tahun 2012. Pengisian formulir 1 Community Based Rehabilitation (CBR) - WHO modifikasi Ferial (versi Bahasa Indonesia) dilakukan pada 113 penca yang berusia 18-65 tahun. Penca tersebar di empat kelurahan di kecamatan Tanjung Priuk yang merupakan daerah binaan Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat yang dipilih berdasarkan cluster random sampling.
Hasil : Sebaran tingkat pendidikan penca yang dihubungkan dengan jenis kecacatan, didapatkan hasil bahwa tingkat pendidikan penca bervariasi, mulai dari tidak sekolah hingga SMA/SMALB dengan 77% penca yang tidak bersekolah. Analisa statistik dengan menggunakan uji kruskal wallis didapatkan nilai tengah tingkat pendidikan berdasarkan jenis kecacatan adalah tidak sekolah dengan p 0,73. Hubungan jumlah saudara kandung dengan tingkat pendidikan akhir penca dengan uji chi square mendapatkan nilai p 0,330.
Kesimpulan : Tidak didapatkan hubungan antara jenis kecacatan dengan tingkat pendidikan akhir penca. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah saudara kandung dengan tingkat pendidikan akhir penyandang cacat.

The aim: Knowing the distribution of education levels with disabilities in society and its relationship with the number of sibling and type of disability.
Methods: The design of the study was cross sectional in 2012. Filling of form 1 Community Based Rehabilitation ( CBR) -WHO modification Ferial ( Indonesian language version ) conducted on 113 disabled aged 18-65 year. The disabled is distributed in four subdistricts (kelurahan) of district (Kecamatan) Tanjung Priuk which is built based on selected Community Based Rehabilitation area chosen by cluster random sampling.
Results: The distribution of disabled education levels associated with different types of disability then get that disabled education level varies from no school until high school (SMA)/SMALB with 77% of disabled people who do not attend school. Statistical analysis using the kruskal wallis test values obtained as a middle level of education based on the type of disability is no school with p 0.73. The relation of the number of siblings with the level of education of the disabled with the chi square gain value p 0,330.
Conclussion: There was no correlation between types of disability with the final level of education of disabled people. There was no significant relationship between the number of siblings with the final level of education of disabled people.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fasya Farah Hernawan
"Penelitian ini mengenai remaja yang memiliki saudara kandung penyandang Autism Spectrum Disorder (ASD) yang dibahas dari disiplin ilmu Kesejahteraan Sosial. Latarbelakangnya karena kehadiran anak penyandang ASD dalam keluarga umumya menjadi fokus perhatian dari orang tua, dibandingkan saudara kandungnya yang memasuki masa remaja dan sedang mengalami perubahan besar-besaran dalam kehidupan yang sebenarnya membutuhkan perhatian besar. Menjadi penting untuk meneliti bagaimana resiliensi, sebagai kemampuan remaja mengelola kesulitan atau stress, pada remaja yang memiliki saudara kandung penyandang ASD agar menjadi jelas dan tidak terabaikan pemenuhan hak-hak asasi dan kebutuhan mereka. Penelitian dengan pendekatan kualitatif ini dilaksanakan pada September 2022 sampai dengan Juni 2023. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara bersama empat informan yang merupakan saudara kandung dari siswa di Lembaga Bimbingan Individu Autistik Lentera Asa dan tiga orang tua serta observasi di rumah masing-masing informan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masalah yang dialami oleh semua informan adalah munculnya emosi sebagai remaja dan tanggung jawab atas saudara kandung penyandang ASD. Sementara itu, masalah lain yang juga dialami meliputi perbedaan perlakuan dari orang tua, relasi yang terbatas dengan lingkungan, juga remaja merasa tidak nyaman karena penyandang ASD sedang dalam masa perkembangan seksual. Remaja informan yang paling sedikit mengalami masalah adalah informan H yang jarak usianya paling jauh dengan saudara kandung penyandang ASD. Dari tujuh dimensi resiliensi, semua informan berkembang dengan relatif baik pada dimensi regulasi emosi, analisis kausal, dan empati. Lalu, dimensi pengendalian impuls masih harus dikembangkan pada informan F. Sementara itu, informan Z masih harus mengembangkan kemampuan resiliensi dalam dimensi optimisme, efikasi diri, dan reaching out. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa rekomendasi yang meliputi (1.) Untuk Lembaga Bimbingan Individu Autistik Lentera Asa, dapat menjadi referensi untuk melanjutkan program Sibling & support system hingga pada tahap implementasi dan menjadi landasan topik dalam forum tahunan orang tua murid; (2.) Untuk remaja yang memiliki saudara kandung penyandang ASD, sebaiknya mengembangkan resiliensi pada diri masing-masing dengan cara memperdalam informasi akan materi terkait melalui berbagai sumber, bergabung dengan komunitas pendukung, juga meminta bantuan ketika melakukan hal-hal yang berisiko negatif; (3.) Untuk orang tua, sebaiknya membantu remaja mengembangkan resiliensinya dengan mendekatkan diri, mempelajari isu-isu keluarga dengan ASD, serta membantu remaja mengakses bantuan professional jika diperlukan; dan (4.) Untuk penelitian selanjutnya, dapat meneliti terkait sumber resiliensi keluarga penyandang ASD dan meneliti juga terkait dampak perkembangan seksual penyandang ASD terhadap anggota keluarga lainnya.

This study discusses the problems experienced by adolescents who have siblings with Autism Spectrum Disorder (ASD). This research is motivated by conditions where the presence of children with ASD in the family is the focus of attention from parents. On the other hand, when siblings enter their teenage years, they are also going through major life changes that require big attention. In this case, resilience as the ability of adolescents to manage adversity or stress becomes very important. This study uses a qualitative approach by collecting data through interviews with four informants who are siblings of students at Lembaga Bimbingan Individu Autistik Lentera Asa and three of their parents, also observations at the homes of each informant. The results of this study indicate that the problems experienced by all informants are the emergence of emotions in adolescents and responsibility for siblings with ASD. Meanwhile, other problems that are also experienced are the differences in treatment from parents, limited relationships with the environment, also teenagers feel uncomfortable because the siblings with ASD are in a period of sexual development. Adolescents who experienced the fewest problems were informant H who was the farthest in age from siblings with ASD. Of the seven dimensions of resilience, all informants developed relatively well on the dimensions of emotion regulation, causal analysis and empathy. Then, the impulse control dimension still has to be developed in informant F. Meanwhile, informant Z still has to develop resilience skills in the dimensions of optimism, self-efficacy, and reaching out. Based on the results of the research, there are several recommendations which include (1.) For Lembaga Bimbingan Individu Autistik Lentera Asa, it can be a reference for continuing the Sibling & support system program up to the implementation stage and become the basis of the topic in the annual parent-student forum; (2.) For adolescents who have siblings with ASD, to develop resilience in each of them by deepening information on related topic through various sources, joining a support community, also asking for help when doing things that have a negative risk; (3.) For parents, it is better to help adolescents develop their resilience by getting closer to themselves, studying family issues with ASD, and helping adolescents to access professional help if needed; and (4.) For further research, it can examine the sources of resilience in families with ASD and also examine the impact of sexual development of people with ASD on other family members."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>