Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162663 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anantya
"Penelitian ini merupakan critical discourse analisis tentang representasi penampilan remaja putri dalam majalah berlisensi asing. Studi in dilatarbelakangi oleh menjamurnya-majalah-majalah perempuan berlisensi asing dalam pasar media beberapa tahun belakangan ini. Masing-masing majalah menawarkan representasi penampilan perempuan yang 'berbeda' dari pakem yang selama ini sudah dibentuk oleh majalahmajalah wanita lokal. Untuk itu, penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai penampilan perempuan, khususnya remaja, dalam majalah berlisensi asing dengan mengambil studi kasus majalah Seventeen. Peneliti berusaha untuk menjawab dua pertanyaan utama, yaitu (1) Bagaimanakah majalah Seventeen edisi Indonesia merepresentasikan penampilan remaja perempuan dalam majalahnya? (2) Landasan ideologis yang bagaimanakah yang melatar belakangi representasi penampilan penampilan remaja perempuan dalam majalah Seventeen edisi Indonesia? Peneliti berusaha untuk melihat permasalahn dari sisi ideologi kapitalistik melalui pendekatan ekonomi politik serta memandang gejala representasi penampilan remaja melalui model Shoemaker dan Reese mengenai isi media. Pengumpulan data pada penelitian multidimensional ini dilakukan sesuai pemikiran Fairclough, untuk melihat wacana dan perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat. Analisis dilakukan dalam tiga level, yaitu analisis teks, discourse practice dan sosiocultural. Untuk menganalisis wacana, digunakan metode framing analisis dengan model Gamson dan Modigliani. Model ini dipergunakan karena artikel yang diteliti dalam jenjang teks berbentuk feature. Untuk jenjang discourse practice, data diperoleh melalui wawancara mpendalam dengan wakil pemimpin redaksi dan sumber-sumber sekunder. Sedang untuk jenjang sociocultural practice, data diperoleh melalui studi literatur. Penelitian dilakukan pada delapan issue Seventeen edisi tahun 2001-2002. Berdasar basil analisis yang diperoleh, meskipun ideologi yang ditawarkan oleh Seventeen tergolong ideologi dalam dunia majalah remaja di Indonesia yang mengetengahkan bahwa remaja tidak perlu mengikuti tuntutan masyarakat untuk menjadi cantik. Namun pada kenyataannya, kebiasaan pekerja media, kebijakan perusahaan dan tuntutan komersialisasi majalah (Seventeen) sebagai sebuah industri pers tak dapat dihindari. Hal-hal tersebut ternyata mempengaruhi bentuk isi majalah yang ternyata masih menampilkan penampilan remaja yang serupa dengan tampilan remaja pada majlah-majalah remaja lokal yang sudah ada sebelumnya. Sebagai sebuah institusi bisnis, Seventeen juga hares mengejar keuntungan dan untuk memenithi tuntutan kapital, Seventeen 'terpaksa sedikit berbelok' dan mengikuti arus mainstream majalah remaja yang sudah ada di Indonesia. Dengan masih cenderung menampilkan representasi penampilari remaja yang mementingkan segi fisik dan mengikuti standar penampilan (kecantikan) yang ditentukan oleh budaya kapitalis. Dalam hal ini idealisme Seventeen pada akhirnya tampak melunakkan diri terhadap kebutuhan dan tuntutan pasar."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S4271
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4517
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cheryska Nurina Sari
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S5184
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nantje Harijatiwidjaja
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud , 1995
499.221 8 NAN p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kemala Dewi Armiyanti
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4759
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Lilis
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia , 2014
302.23 DED m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Nuryazidi
"Islam sebagai sebuah realitas historis, sosiologis, dan kultural, tidak pernah tunggal dan monolitik. Monolitas Islam hanya terdapat pada level Al-Quran; persisnya ketika kitab suci ini berbicara dengan dan dalamnya dirinya sendiri. Tetapi, aktualisasi pesan-pesan Islam bisa terjadi hanya apabila Al-Quran telah ditafsirkan dan diperjelas, tidak saja dengan menggunakan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW, melainkan juga dengan ijtihad para ulama, yang sering dipengaruhi konteks sosio-historis, dan kultural tertentu. Ketika intervensi seperti ini terjadi, tidak bisa dihindari muncul berbagai coral: paham, aliran, dan mazhab. Adanya kelompok Islam pinggiran dalam realitas masyarakat tersebut kemudian diangkat oleh media massa. Salah satu media massa yang mengangkat realitas ini adalah majalah Gatra. Majalah Gatra mewadahi realitas mengenai Islam pinggiran dalam artikel pemberitaannya. Realitas tentang adanya kelompok Islam pinggiran yang ada dalam masyarakat diangkat oleh majalah Gatra dengan menggunakan frame tertentu. Ada interaksi berbagai kepentingan, nilai-nilai, dan latar belakang dalam proses seleksi terhadap realitas tentang kelompok Islam pinggiran Kepentingan, nilai-nilai, dan ideologi sebuah media massa kemudian akan menentukan bagaimana realitas itu akan disajikan kepada khalayak-nya. Berdasarkan temuan penelitian, terlihat Gatra mengangkat realitas kelompok Islam pinggiran sebagai fakla yang hidup di tengah masyarakat. Kelompok Islam Pingsan adalah fakta orpnis yang hidup dan sudah menjadi bagian dari masyarakat. Stabil pandang yang dipakai adalah quint pandang kelompok Islam pinggiran itu sendiri. Gatra menggambarkan kelompok Islam pinggiran sebagaimana kelompok Islam pinggiran itu sendiri digambarkan. Namun, apa yang dilakukan oleh Gatra hanya sebatas mendeskripsikan tentang kelompok Islam pinggiran Gatra tidak mempunyai otoritas untuk memberikan judgement terhadap keberadaan kelompok Islam pinggiran. Otoritas formal dan legal hanya dimiliki oleh lembaga. keagamaan, dalam konteks Islam dan Indonesia, otoritas itu dimiliki oleh Majelis Ulama Indonesia, Gatra sebagai media massa hanya bisa. mencerminkan realitas tentang kelompok Islam pinggiran."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4199
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tony Hotland
"Gerbang abad 21 telah terbuka dan dibaliknya kita pun menemukan
satuan-satuan kecil pola budaya yang sedikit banyak terfragmentasi, terkontaminasi,
tersegmentasi dalam upaya mereka mendefinisikan diri, atau lebih tepatnya mencari
idertitas di r" yang mulai tercabik-cabik dibalik hebohnya globalisasi, intemasionalisasi
ataL:pun universalisasi, yang tidak hanya membentuk seouah desa global tetapi juga
mar1usia global dengan kesadaran global. Maka, semua kriteria kebudayaanpun terserap
yanu juga mempengaruhi hal-hal yang terkesan sepele seperti aQa itu cinta, keindahan,
kecantikan atau ketampanan yang universal.
Per:~elitian ini berusaha melihat bagaimana sebuah majalah pria
menbingkai maskulinitas. Unit analisa yang dia bil adalah majalah Men's Health edisi
Januari sampai Juli 2002. Unt k melakukan hal tersebut, dilakukan dengan analisa
diskursus kritis (Critical Discourse· Analysis). Analisa model ini berusaha melihat
keterkaitan antara tiga level yaitu level teks, discourse practice (produksi dan konsumsi
meciia) dan level sociocultural practice.
Dalam menganalisa isi media, banyak faktor yang terkait didalamnya.
Fakto;-faktor tersebut berkisar da;i faktor pekerja media sebagai lr.dividu, f
orga~nisas i, faktor rutini~as media, faktor dari luar media, sampai ke faktor ideologi. Posisi
mecia yang tidak C:iapat dihindarkan sebagai i nsi:i~usi bisnis pun ikut mempengaruhi isi
medianya.
Analisa yang dilakukan pada level teks menghasilkan 4 buah bingkai
maskulinitas yaitu bingkai seksi dan berotot, bingkai Don Juan, bingkai kesehatan dan
bingkai bisnis.
Analisa discourse practice melihat hubungan antara teks dan proses
proc uksi konsumsi media. Status majalah Men's Health sebagai media waralaba
mempengaruhi proses produksi isi media karena 60 persen edisi lokal merupakan
adaptasi dari edisi internasional yang di'lokal'kan dengan menambahkan sumber-sumber
loka;: Oari analisa ini terlihat bahwa faktor organisasi, audiens, pengiklan dan ideologi
media ikut mempengaruhi isi media. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi isi media
dennan caranya sendiri sehingga menghasilkan sebuah edisi majalah Men's Health Komodifikasi yang terjadi dalam majalah Men's Health meliputi komodifikasi
isi, audiens dan pekerja media. Dengan analisa ekonomi politik media (komodifikasi) ini,
terlihat posisi Men's Health sebagai sebuah institusi bisnis yang memperhitungkan
keuntungan yang akan didapat ketika mempersiapkan dan meram!.! sebuah edisi maja!ah.
Kapitalisme global mendapatkan keuntungan dari tampilan laki-laki seperti yang ada di
majalah Men's Health melalui ekspansi produk-produk bermerk internasional dan sirkulasi
yan!J meningkat diberbagai negara.
Analisa socio cultural dikaitkan dengan situasi kapitalisme media Indonesia,
konstruksi gender, budaya fetishisme dan narsisme dalam masyarakat. Kapitalisme
industri mengakibatkan komoditas pemujaan tubuh menjadi salah satu sarana
menghasilkan dan melipatgandakan kapital. Konstruksi gender menghasilkan konsep
feminin dan maskulin, yang kemudian tumbuh menjadi stereotip dalam masyarakat.
Konstruksi maskulinitas terjadi sejak dini melalui sosialisasi dari berbagai pihak dan
menjadi tuntutan sebuah budaya dari para laki-lakinya.
Fetishisme aan narsisme, yang memfokuskan pada bentuk dan penampilan
fisik juga menjadi faktor hadimya maskulinitas dala masyarakat dan timbulnya
kom.odifikasi maskulinitas. Media serta medium lainnya secara sadar ataupun tidak telah
ikut mengkampanyekan wacana p~mujaan tubuh ini sehingga memberikan perasaan tidak
nyaman bagi populash.mengenai penampilan dan perannya dalam masyarakat.
Dalam konteks globalisasi, dimana batasan waktu dan tempat semakin
teratasi, dunia tumbuh menjadi sebuah desa global. Media-media pun kini melakukan
ekspansi ke seluruh penjuru dunia dan ikut menyebarkan budaya dan nilainya sendiri yang
dibc:wa dari tempat ia berasal. Maskulinitas dalam majalah Men'S Health juga dilihat
sebagai sebuah ekspansi budaya dari Amerika Serikat. Konsekuensinya adalah bahwa
media tidak semata dilihat sebagai respo dari l
kek11atan untuk membentuk masyarakat"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S4064
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Saffanet
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4959
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>