Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112189 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mira Khairunnisa
"Media massa seringkali menampilkan realitas yang lebih "nyata" dibandingkan dengan realita yang ada. Terlebih lagi pada televisi, yang telah menjadi "the second god" bagi masyarakat kapitalis. Akhir-akhir ini program andalan yang sering ditampilkan stasiun-stasiun televisi di Indonesia adalah paket sinetron. Sinetron sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Salah satu sinetron yang pernah booming adalah sinetron Dewi Fortuna yang ditayangkan di SCTV. Representasi mengenai perempuan yang muncul dalam sinetron ini sarat dengan pembentukan sebuah realitas mengenai perempuan ideal. Secara sadar maupun tidak sadar, sinetron ini telah membentuk sebuah citra tentang perempuan ideal. Hal ini terungkap lebih lanjut karena dapat dilihat dari pembingkaian yang dilakukan terhadap perempuan yang menjadi tokoh utama dalam cerita ini, yang dapat dilihat dari berbagai sisi, seperti fisik, pikiran, sosial, pekerjaannya, pembagian kerja, dan politik. Secara keseluruhan dapat diambil benang merahnya, yaitu pembentukan citra ini merupakan sebuah produk kapitalisme. Akibatnya kebanyakan perempuan Indonesia saling bersaing untuk menjadi yang paling ideal, sesuai dengan gambaran ideal yang dilihat dalam sinetron. Didukung pula dengan program-program televisi lain, seperti iklan dan berita. Analisis yang dilakukan untuk mengungkap tentang pembentukan citra perempuan ideal, seperti dalam sinetron ini adalah discourse analysis, sociocultural analysis, order of discourse yang terangkai dalam critical discourse analysis, dan juga analisis teks dan interteks dengan metode framing pada dua episode sinetron Dewi Fortuna. Diperoleh kesimpulan bahwa kepentingan komersil lebih menonjol dari pada kepentingan idealisme untuk menentukan representasi yang akan dimunculkan dalam sinetron. Salah satu hasilnya adalah konstruksi realitas pada cerita Dewi Fortuna mengenai perempuan ideal, sehingga hal tersebut membentuk sebuah citra tentang perempuan ideal dalam masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S4268
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Aria Florani
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4430
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umaimah Wahid
"ABSTRAK
Perempuan mengami banyak sekali ketidakadilan yang disebabkan salah satunya karena perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan-perbedaan tersebut memunculkan stereotip-stereotip merugikan atas perempuan seperti: lemah, cepat putus asa, tidak rasional, kepercayaan bahwa perempuan yang baik adalah perempuan yang senantiasa mengutamakan tugas-tugas domestik yang dilekatkan oleh budaya. Semua itu dipercaya bukan sesuatu yang koirati sifatnya atau keadaan yang melekat semenjak lahir. Tapi semua pemerhati perempuan menjelaskan bahwa kondisi tersebut adalah hasil rekontruksi sosial. Konsep perbedaan gender memandang bahwa budaya, lembaga, biologis adalah faktor-faktor yang ikut mempengaruhi perbagian realitas dunia yang berbeda. Pemahamanan yang berbeda atas diri perempuan dalam kehidupan pada dasarnya adalah hasil rekontruksi sosial yang telah dimulai semenjak kecil. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh M.A.K. Halliday dalam bukunya Language as Social Semiotic bahwa bentuk realitas yang dipahami oleh individu sangat dipengaruhi dari pengalaman, pendidikan dan cara pandang yang telah mulai dibentuk sejak kecil. Proses diatas sepenuhnya didukung oleh bahasa yang digunakan dalam membahasakan realitas mereka. Bahasa sebagai alat komunikasi paling unversal dipercaya telah memberikan andil besar dalam membentuk dan melahirkan perbedaan-perbedaan terhadap perempuan.
Perbedaan perlakuan atas perempuan terjadi hampir disemua aspek kehidupan. Salah satunya terjadi dalam sinetron dan media televisi. Melalui studi ini penulis tertarik untuk melihat bagaimana bahasa yang digunakan dalam teks sinetron mempengaruhi pembentukan perbedaan perempuan dalam sinetron. Teks yang ada dapat memunculkan wacana perempuan yang bagaimana dan apakah menimbulkan perbedaan gender bagi perempuan.
Untuk mencapai tujuan penelitian ini maka penulis menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis tekstual dan analisis isi. Analisis tekstual diterapkan berdasarkan upaya melihat teks sebagai unit analisis. Sedangkan Analisis isi diterapkan untuk melihat bagaimana realitas perempuan dalam sinetron Bukan Perempuan Biasa dihadirkan. Penelitian ini menggunakan Model analisis wacana, yaitu analisis yang mempertimbangkan faktor ke-bahasa-an dalam teks. Analisa wacana dipergunakan dengan pertimbangan bahwa keutuhan suatu realitas hanya dapat dilihat dengan mempertimbangkan dua unsur yaitu internal dan eksternal linguistik, yaitu teks dan kontek yang difokuskan menggunakan strategi-strategi bahasa khusus bagi perempuan sebagaimana dinyatakan oleh Deborah Tennan yang meneliti gender dan wacana mengenai teks film dan percakapan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan. Melalui metode ini dikaji Apakah perempuan menggunakan strategi-strategi bahasa khusus dalam percakapan (teks sinetron) khususnya strategi-strategi indirectness, interrupsi, Silence and Volubility, Topic Raising dan Adversativeness: conflict and verbal aggression.
Berdasarkan teks sinetron Bukan Perempuan Biasa, maka dapat dilihat bahwa perempuan dihadirkan dalam bentukan perempuan yang mempunyai kesadaran atas realitas yang dihadapi. Menolak ketidakadilan yang disebabkan oleh laki-laki kepada mereka. Semua hal di atas muncul pada tokoh Menul dan Sri. Keduanya menyadari bahwa perbedaanperbedaan tersebut bukanlah kodrati sifatnya tapi hanya merupakan kontruksi sosial. Karena manusia pada dasarnya mempunyai kesempatan yang sama merealisasikan hidupnya. Perempuan dalarn teks Bukan Perempuan Biasa; Satu sisi perempuan digambarkan berani mengeluarkan pendapat, melakukan interupsi kepada laki-laki, mampu menimbulkan konflik dan banyak memunculkan topik pembicaraan. Tapi disisi lain mereka masih tetap lebih menyukai menyampaikan keinginan secara tidak langsung, Dan dalam situasi tertentu lebih memilih diam dan menyukai bekerja sama (cooperatif) dengan lawan bicara. Dengan kata lain tidak semua stereotip negatif perempuan dalam teks terbukti. Hasil tersebut dapat dipahami dari konteks yang melingkupi teks, yaitu kanteks sosial budaya. Konteks ini menjelaskan bahwa Arifin C. Noer sebagai penulis skenario sangat dipengaruhi oleh pengalaman hidup dan cara pandang terhadap perempuan yaitu ibunya.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Evangeline
"Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggambarkan kecenderungan penggambaran citra wanita dalam sinetron Indonesia yang disiarkan stasiun-stasiun televisi di Indonesia. Pertimbangan memilih judul ini karena, pertama, merebaknya produksi sinetron di Indonesia pada tahun 1995, dan peringkat beberapa sinetron Indonesia yang melebihi peringkat produk-produk impor berdasarkan Survey Research Indonesia tahun 1995; kedua, sebagian besar sinetron yang diminati pemirsa televisi, adalah sinetron serial cerita dimana tokoh wanitanya memiliki peran yang cukup menonjol, dan ketiga, adanya beberapa penelitian sebelumnya yang mengamati bagaimana penggambaran wanita dalam media-media massa, yaitu antara lain media iklan, majalah pria, film layar lebar Indonesia dan film layar lebar Hollywood. . Ada dua penelitian sebelumnya yang dilakukan mahasiswa senior peneliti yang juga membahas tentang citra wanita dalam media, yaitu penelitian survey yang dilakukan Ira Wibowo, dengan judul : Sikap Wanita terhadap Penampilan Citra Wanita dalam Iklan, dan penelitian analisis isi yang dilakukan Gita Fiat-6 Lingga, dengan judul : Citra Wanita dalam Majalah Pria. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan dengan tehnik analisis isi kuantitatif, dimana peneliti mengainati kecenderungan penggambaran karakter tokoh wanita dalam sinetron serial Indonesia yang menjadi sampel. Setelah mengetahui kecenderungan karakter, peneliti menganalisis hasil tersebut secara kualitatif dengan menggunakan pendekatan konsep pengadopsian realitas sosial di Indonesia ke dalam sinetron Indonesia terutama pada cara menggambarkan atau mengekspos citra tokoh wanita dalam sinetron yang menjadi obyek pengamatan. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah sinetron serial cerita yang ditayangkan di beberapa stasiun TV di Indonesia, sepanjang tahun 1995, dan yang menjadi peserta Festival Sinetron Indonesia 1995. Dan data yang ada diperoleh 51 judul sinetron. Kemudian sampel ditarik berdasarkan kriteria : (1) tema, yaitu sinetron yang bertemakan percintaan, keluarga dan/atau rumah tangga; dan (2) tingkat pentingnya peran tokoh utarna wanita dalam sinetron yang menjadi sampel. Dan 51 judul sinetron yang menjadi populasi, diperoleh 29 judul yang mewakili kriteria penarikan sampel. Peneliti kemudian menyaring 29 judul itu berdasarkan purposive sampling, sehingga akhirnya sinetron yang obyek penelitian ada 7 sinetron yaitu Bella Vista 2, Jerat-Jerat Cinta, Kharisma Kartika, Untukmu Segalanya, Fatamorgana, Masih Ada Kapal ke Padang, Atas Nama Cinta dan Anakku. Dad 7 sinetron tersebut diambil 12 tokoh wanita yang peranannya cukup menonjol yaitu Bella dan Lydia dalam Bella Vista 2, Triani dan Sriyana dalam Jerat-Jerat Cinta, Kartika dan Marina dalam Kharisma Kartika, Sandra dan Cynthia dalam Untukmu Segalanya, Rosalina dalam Fatamorgana, Yunita dalam Masih Ada Kapal ke Padang, Vmasty dan Yunita dalam Atas Nama Cinta dan Anakku. Penelitian ini memakai tehnik analisis isi untuk pengumpulan data kuantitatif, yang dilakukan dengan cara membaca skenario sinetron dan menonton 50% dan keseluruhan episode untuk masing-masing sinetron. Adapun data penelitian ini dibagi dalam dua bagian yaitu (1) data primer yang mencakup: kategori dimensi ethos yang terdiri dan kredibilitas, atraksi dan kekuasaan; kategori karakteristik, yang terdiri dan ego, kreativitas, moralitas dan ketegaran; (2) data sekunder, yang mencakup kategori : pendapat tokoh tentang keberadaan wanita umumnya, dan atribut tokoh wanita, yang terdiri dan status perkawinan, status pekerjaan dan profesi. Keabsahan penelitian ini diuji dengan reliability check dan Ole R. Holsti dan Scott, yaitu coefficient reliability dan index of reliability. Berdasarkan proses penelitian, didapatkan basil bahwa ternyata dalam sinetron serial cerita drama Indonesia, refleksi wanita cukup mengalami peningkatan dalam hal peranan tokoh wanita tersebut dalam masyarakt. Artinya sebagian besar tokoh digambarkan memiliki pekerjaan dengan posisi yang cukup penting. Namun dari segi karakter atau kepribadian atau watak, ternyata wanita masih digambarkan sebagai orang yang emosional, lemah, dan mudah menangis. Kemudian sebagian besar tokoh wanita juga digambarkan sebagai orang yang selalu mendapat tekanan dan dominasi kekuasaan tokoh prianya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
S4164
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Okke Saleha K. Sumantri Zaimar
"Kata Citra berarti gambaran tentang pribadi seseorang - dalam hal ini tokoh wanita baik aspek fisik maupun aspek mentalnya, juga sikapnya dalam hubungannya dengan masyarakat di sekelilingnya. Sebenarnya, pembicaraan tentang citra wanita ini bukanlah hal yang baru; bahkan sering kali wanita menjadi korban citra klise yang diciptakan masyarakat untuk menguasainya. Sejak dulu wanita dikenal sebagai mahluk lemah, hidup tergantung dari lawan jenisnya, bersifat emosional dan kurang trampil dalam mengambil keputusan penting, Cara berpikirnya kurang logis, dan banyak lagi hal negatif lainnya yang melekat pada pribadi wanita. Meskipun hal ini telah banyak dibahas. namun setahu saya belum pernah ada penelitian tentang citra wanita dalam sinetron Indonesia."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
S5081
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widjajanti Mulyono
"The article depicts the representation of contemporary women in Indonesia using sinetron or soap opera. Representation of women has been in intrigue issue since in the New Order, women have been one of several important issues. Since the tumbling down of the New Order, market has been an important mechanism of dissemination of culture, and the representation of Indonesian women is one of the icon of the media. The most obvious visualization if women not only as victim of violence but also the doer of violence itself. Women is powerful, such representation is shown by widower, grown women toward powerless little girl. As such the sinetron is not a typical soap opera visualization that tends to visualizing romantic and sensual women. In general such representation is disadvantaging the position of women, as market becomes the powerful mechanism to disseminate such image. Women be cautious"
2006
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Isna Siskawati
"Belakangan ini muncul tren baru dalam dunia persinetronan Indonesia, yaitu sinetron yang dikemas religius dengan cerita habis sekali tayang. Tidak hanya di bulan Ramadhan, sinetron yang dikemas religius digemari pemirsa dan membawa berkah bagi stasiun televisi. Awalnya, memang tidak pernah diperhitungkan. Namun, ketika TPI meraih sukses menyajikan sinetron Rahasia Ilahi, dan Takdir llahi, sejumlah stasiun televisi pun beriomba-lomba menyajikan sinetron yang dikemas serupa tapi tak sama. Jika diamati memang benar tayangan demikian dapat memberi kesadaran religius. Sepintas terlihat sinergi yang sangat ideal antara pilihan stasiun televisi mengedepankan program religius dengan kebutuhan pemirsa akan siraman rohani, yang tujuannya adalah meneguhkan keimanan hingga membuat pelaksanaan ibadah berlangsung optimal. Namun yang juga mulai dikhawatirkan, adanya visualisasi hantu, setan, jin, arwah penasaran dan macam-macam lagi yang cukup banyak di sinetron yang dikemas religius tersebut.
Masalah mulai muncul tatkala perubahan orientasi nilai-nilai agama menjadi bisnis mengandung sejumlah konsekuensi. Bisnis bagaimanapun akan berurusan dengan pangsa pasar tertentu. Bisnis juga berurusan dengan komoditas yang dijual untuk dikonsumsi. Dalam kaitannya dengan permasalahan komersialisasi agama, agama di sini menjadi komoditas yang dijual dengan membidik target pangsa pasar tertentu melalui sinetron religius. Nilai-nilai agama dengan demikian dikomodifikasi ke dalam wilayah-wilayah bisnis.
Fokus tesis ini adalah mengungkap bagaimana proses komodifikasi nilai-nilai agama melalui sinetron Takdir Ilahi yang ditayangkan TPI dan melihat bagaimana kapitalisme mewujudkan nilai guna ke nilai tukar dalam sinetron Takdir llahi dengan teknis analisis Fairclough. Teori yang mendasari penelitian ini adalah ekonomi politik yang mengkhususkan pada praktek komodifikasi. Dan teori ekonomi politik tersebut, penulis juga mengaitkannya dengan teori media sebagai industri budaya dan industri ekonomi. Dalam level teks, penulis memfokuskan analisa pada teks-teks yang memiliki tanda hipersemiotika, karena penulis mencurigai tanda-tanda tersebutlah yang menjadi nilai tukar. Pada level produksi teks, penulis mewawancarai produser pelaksana dan penulis naskah, sutradara, ustad, dan pihak TPI yang diwakili oleh Programme Acquisition Dept. Head. Untuk konsumsi teks, penulis mewawancari dua orang wanita yang merupakan target audience dari TPI sendiri yaitu masyarakat menengah ke bawah dan seorang tokoh ulama yang memahami hadist, sebagai pembanding. Sedangkan untuk level sosial budaya, data diperoleh melalui studi literatur balk dari buku, intemet, dan media massa audio visual lainnya.
Penelitian ini menyimpulkan hasil-hasil sebagai berikut : (1) Pada level teks, terlihatnya adanya penekanan pada visualisasi wujud-wujud gaib sebagai daya tank sinetron sekaligus dengan memasukkan unsur humor, agar penonton terhibur. Tema-tema yang diangkat menjadi sinetron kemudian didramatisir agar menarik khalayak untuk menyentuh mereka secara emosional dan individual. (2) Pada level produksi teks, pengaruh ektemal media, berupa rating dan share, dan kepentingan stasiun televisi menentukan performa dari sinetron tersebut. Bukti yang menunjukkan bahwa (3) Pada level konsumsi teks, berdasarkan wawancara mendalam, adanya multi plot membingungkan informan mengenai jaian cerita episode tersebut. Penulis juga pada level ini menunjukkan dengan membanjirnya iklan yang mendukung sinetron ini sehingga mendorong pihak TPI untuk memperpanjang durasi menjadi 90 menit. (4) Pada level sosial kultural, penulis mengamati pada level situasional, bagaimana program-program pada televisi Indonesia saat ini. Sehingga terjadi perubahan selera pemirsa terhadap program-program televisi yang selama ini dipenuhi tentang kekerasan, seks, dan mistik. Pada level institusi, penulis memaparkan tentang profit TPI yang mengganti imej yang lekat dengan kata pendidikan, berubah dengan lebih mementingkan unsur hiburan layaknya televisi-televisi swasta lainnya. Sedangkan pada level sosial, penulis melihat faktor-faktor sosial apa saja yang menyebabkan masyarakat menyukai sinetron yang dikemas religi.
Pada kesimpulan, penulis melihat praktek komodifikasi nilai-nilai agama menjadi sebuah sinetron yang di kemas religius, sesungguhnya merupakan refleksi dari fenomena industri media televisi sebagai sebuah institusi bisnis yang berorientasi pada keuntungan. Hasil penelitian ini memperlihatkan implikasi akademis komodifikasi program televisi yang bertema religius dengan menggunakan tanda-tanda hipersemiotika, dimana industri lebih mengutamakan keuntungan sebagai tujuan utamanya. Dari segi subjek penelitian, studi ini relatif memberikan ruang dan kesempatan kepada peneliti lainnya untuk mengeksplorasi dua entry point ekonomi politik komunikasi di luar komodifikasi, yakni spesialisasi dan strukturasi yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dengan demikian, penemuan-penemuan berikutnya akan lebih memperkaya studi terhadap ketiga entry point tersebut, khususnya kajian ekonomi-politik media televisi.
Dalam rekomendasi penulis mengungkapkan, diantara industri dalam mengembangkan kesamaan onentasi media, haruslah berfihak kepada masyarakat dalam program-program religiusnya, tidak hanya memperhatikan tinggi rendahnya rating agar tidak menyesatkan."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22039
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
S4655
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
S4670
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>