Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181299 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
A. Suryana Sudrajat
"ABSTRAK
Media massa berperan dalam membantu mempercepat peralihan Menurut masyarakat tradisional ke masyarakat yang lebih modern. Rogers, perubahan sikap tradisional ke yang lebih modern ini pada tingkat individu merupakan bagian dari apa yang disebut sebagai proses modernisasi, sedang pada tingkat makro ia menyebutnya sebagai pembangunan. Pendidikan, hingga kini, tetap dianggap sebagai salah satu . jawaban utama dalam proses modernisasi. Usaha pemerintah dalam memperluas kesempatan belajar dan perbaikan mutu pendidikan barangkali bisa mendukung anggapan tersebut. Pendidikan di Jawa Barat, khususnya Banten, tergolong rendah dibandingkan dengan daerah lain, Sumatra Barat misalnya. Pada dasarnya hal itu disebabkan oleh kegagalan baik sistem pendidikan pemerintah kolonial Belanda melakukan penetrasi ke pedesaan Jawa Barat, khususnya Banten. Selain itu ada tiga faktor lain yang turut mempengaruhi, yaitu struktur kekerabatan dan pemukiman desa, hubungan desa kota dan tanggapan elite desa, di Jawa Barat lebih merupakan kumpulan dari himpunan Desa rumah-rumah yang kebetulan berdekatan. Faktor ketiga, elite desa di Jawa Barat terus memperlihatkan permusuhan dengan setiap usaha pemerintah Belanda dalam hal apapun, terutama elite ulama tradisionalnya. Media Massa terutama radio dan televisi kini telah memasuki wilayah pedesaan, termasuk desa-desa di Banten. Diduga kehadirannya turut menyumbang bagi tumbuhnya aspirasi penduduk di daerah tersebut, khususnya para petani, mengenai pendidikan. Dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut tingkat aspirasi petani mengenai pendidikan (anak mereka) berkorelasi dengan tingkat pengenaan media mereka. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode survai. Dari sampel yang diperoleh, setelah diolah data kemudian disajikan dalam tabel frekuensi dan .tabel silang. Untuk mengukur kekuatan hubungan antarvariabel digunakan tes statistik menurut C Cramer. Data peneltian mendukung bahwa tedapat hubungan antara pengenaan media dan aspirasi pendidikan. Artinya, tinggi rendahnya pengenaan media berhubungan dengan tinggi rendahnya aspirasi pendidikan. Data juga menunjukan kecenderungan yang relatif tinggi di antara responden dengan tingkat pengenaan media tinggi untuk beraspirasi tinggi mengenai pendidikan anak mereka daripada mereka yang pengenaan medianya sedang dan rendah. "
1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lenawaty Husin
"Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pelayanan kesehatan, dimana saat ini dunia telah memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas, maka persaingan menjadi sesuatu yang tak bisa dihindari. Pelayanan kesehatan termasuk Puskesmas dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Salah satu indikator mengukur kualitas pelayanan kesehatan adalah kepuasan pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat kepuasan pasien dan melihat bagaimana hubungan persepsi jarak ke Puskesmas dengan tingkat kepuasan pasien dan hubungan kaiakteristik pasien terhadap tingkat kepuasan. Penelitian ini menggunakan responden berupa pasien yang berkunjung di 36 Puskesmas di Kota Palembang, selama 4 hari berturut-turut dan jumlah sampel sebanyak 384 orang. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan Cross Sectional. Pengambilan sampel secara proporsional random sampling. Data primer didapat melalui pengisian kuesioner, penilaian kepuasan pasien dengan menggunakan kuesioner adalah salah satu Sara untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan pelayanan yang telah diberikan oleh Puskesmas, sehingga puskesmas dapat segera melakukan perbaikan yang diperlukan sesuai dengan harapan pasien.
Analisa statistik yang digunakan adalah analisa univariat untuk melihat gambaran deskriptif dari karakteristik Pasien BP umum Puskesmas di Kota Palembang, dan mengetahui hubungan persepsi jarak ke Puskesmas terhadap tingkat kepuasan pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengunjung BP Umum Puskesmas di Kota Palembang lebih banyak perempuan dari pada pengunjung laki-laki, tingkat pendidikan pasien yang berkunjung lebih banyak yang berpendidikan tinggi, pasien yang bekerja lebih banyak dari pasien yang tidak bekerja. Secara keseluruhan tingkat kepuasan pasien masih rendah, sehingga perlu langkah-langkah perbaikan, guna memenuhi harapan pelanggan atau pasien. Dari 384 responden yang bertempat tinggal jauh dari Puskesmas cenderung untuk tidak puas (66,7 %) dibandingkan pasien yang bertempat tinggal dekat, terutama dalam hal persepsi jarak ke Puskesmas. Pemerintah diharapkan mendapat masukan agar membuat kebijakan yang berorientasi pada kepuasan pelanggan; juga mendekatkan persepsi jarak ke Puskesmas dengan menggunakan sarana Puskesmas keliling dan membuka hotline 24 jam, pager. Dan untuk jangka panjang merubah sistem pelayanan Puskesmas, dengan merubah Puskesmas pembantu menjadi Puskesmas kelurahan sehingga setiap kelurahan ada Puskesmas; serta mengadakan survei mengenai tingkat kepuasan pasien secara berkala .Sehingga persepsi jarak ke Puskesmas menjadi mudah. Disamping itu, mengadakan penyegaran kepada petugas Puskesmas mengenai komunikasi interpersonal terhadap kepuasan pelanggan.

Along with science and technology development especially in health service field, which the world entering to globalization and free trade, so the competition become a matter that cannot be avoid. Health service including Puskesmas (health center of sub-district region) is striving for increasing service quality. One of indicators to measure health service is patient (customer) satisfaction.
This research purpose to gain an illustration about patient satisfaction level and to see how distance relation perception to Puskesmas with its satisfaction and patient characteristic relation to satisfaction level. This research use respondent as patient who pay a visit to 36 Puskesmas in Palembang City, during 4 days in succession. This research has done by cross sectional approach. Take samples by proportional random sampling. Primary data get by questioners fulfilling as one way to know weakness and lack service has done by Puskesmas, so Puskesmas can improve it as same as patient' expectation immediately.
Statistical analysis used is univariat to see description of general BP patient characteristic at Palembang City, and to know distance perception effect to Puskesmas against patient satisfaction level. Research result shown that patient who pay a visit general BP Puskesmas at Palembang City amount of woman greater than men, most of educational background level patient is high, employment greater than unemployment.
As overall, patient satisfaction level is low, so that need to take improves it, to fulfill customer expectation (patient satisfaction)_ There 384 participant (respondent) who lived far from Puskesmas tend not satisfaction (66,7%) than patient who lived near Puskesmas. The government is expected to gain input critically to make customer satisfaction-oriented policies; also bring Puskesmas to close (distance perception) to Puskesmas, as by facilitate to Puskesmas-mobile that go around, customer care hotline 24 hours, and id caller. In the long term to make a change Puskesmas system, to turn assist-Puskesmas become Puskesmas (health center of lower sub-district area) so in future, each lower sub-district had a Puskesmas; to survey about patient satisfaction level gradually, finally, distance perception to Puskesmas is ease. Therefore, to make re-education and training program to Puskesmas' official, especially is interpersonal communication toward customer satisfaction.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12797
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Azis Baco
"Penelitian ini adalah penelitian bidang komunikasi pembangunan yang berkaitan dengan proses difusi dan adopsi inovasi, yaitu kegiatan penyebaran dan penyerapan inovasi gogorancah di daerah kritis Lombok Selatan.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengungkapkan dan menjelaskan jenis dan peranan media komunikasi dalam proses difusi dan adopsi inovasi gogorancah. Dalam kaitan dengan hal tersebut akan dilihat hubungan antara karakteristik responden dengan tingkat pengenaan media, khususnya peranan radio, pemuka pendapat dan agen pembaru.
Tujuan lainnya adalah sebagai bahan bandingan dari penelitian difusi yang telah dilakukan selama ini, baik di Indonesia maupun di negara-negara lain.
Berbagai penelitian difusi telah membuktikan bahwa terdapat berbagai jenis dan peranan yang berbeda-beda dari media komunikasi dalam proses difusi dan tahap keputusan inovasi, seperti yang dikumpulkan oleh Rogers (1983) dari penelitian-penelitian difusi selama ini. Demikian pula terdapat berbagai jenis media komunikasi yang berbeda peranannya yang digunakan pada pembangunan di Asia, yang didokumentasikan oleh Schramm dan Lerner (1976).
Adanya berbagai jenis dan peranan media komunikasi yang berbeda-beda yang digunakan dalam pelaksanaan pembangunan, mendorong penulis untuk meneliti bagaimana peranan media komunikasi dalam proses difusi dan adapsi inovasi gogorancah.
Penelitian ini berawal dari pengenalan atau difusi inovasi gogarancah pada awal tahun 1980 di daerah kritis Lombok Selatan. Pada saat itu mulai diperkenalkan kepada anggota masyarakat tentang suatu inovasi yang disebut gogorancah, dan kemudian dilakukan persuasi. Adanya persuasi yang sangat gencar menyebabkan pada akhir tahun 1980, anggota masyarakat mau melakukan percobaan sistem gogorancah ini. Keberhasilan percobaan sistem gogorancah selama 5 (lima) tahun, menghasilkan suatu adopsi terhadap inovasi tersebut pada tahun 1985. Hingga kini, inovasi ini masih tetap diadopsi oleh anggota masyarakat di daerah penelitian ini.
Hasil penelitian yang tertuang dalam disertasi ini mengungkapkan bahwa saluran komunikasi yang digunakan dalam proses difusi dan adopsi inovasi gogorancah adalah media massa dan saluran antar pribadi. Saluran media massa yang utama digunakan adalah radio, sedangkan media massa lainnya seperti surat kabar, majalah, televisi dan film adalah rendah dan bahkan hampir tidak ada. Saluran antar pribadi yang digunakan adalah Tuan Guru, Kepala Desa dan aparatnya, Kliang, Penyuluh Pertanian, komunikasi antar teman, tetangga, famili dan keluarga.
Dalam penelitian ini dijelaskan tentang karakteristik responden, yang terdiri dari tingkat melek huruf, tingkat pendidikan, tingkat kosmopolitan, dan stratifikasi usia, yang erat hubungannya dengan tingkat pengenaan media radio dan komunikasi antar pribadi dalam proses difusi dan adopsi inovasi gogorancah.
Lebih lanjut, analisis hasil penelitian diperoleh hasil bahwa terdapat keterkaitan antara karakteristik responden dengan media komunikasi, jenis dan peranan yang berbeda-beda dari media komunikasi dalam tahap-tahap keputusan inovasi gogorancah. Pada proses pengenalan, media radio cukup efektif untuk menyampaikan informasi. Demikian pula dengan saluran antar pribadi; pada proses persuasi, saluran antar pribadi sangat efektif untuk melakukan persuasi. Saluran antar pribadi yang paling efektif dalam melakukan persuasi adalah tuan guru. Tuan guru adalah pemimpin agama yang paling dihormati dan ditaati anjurannya. Saluran antar pribadi Iainnya terdiri dari kepala desa, kliang, penyuluh pertanian dan teman atau tetangga. Saluran antar pribadi didukung pula oleh media radio. Pada tahap ini media radio dan saluran antar pribadi efektif dalam menyampaikan informasi, namun saluran antar pribadi (tuan guru) amat efektif dalam melakukan persuasi; pada tahap percobaan dan tahap adopsi inovasi gogorancah, yang memegang peranan penting adalah penyuluh pertanian. Penyuluh pertanian melakukan komunikasi tatap muka dengan para petani, malakukan latihan dan bimbingan. Di samping itu dilakukan pula komunikasi secara fisual melalui demplot dan demfram. Penyuluh pertanian didukung oleh saluran antar pribadi lainnya. Media radio kecil sekali peranannya pada tahap-tahap ini. Dengan demikian, media antar pribadi sangat efektif pada tahap percobaan dan tahap adopsi.
Proses difusi dan adopsi inovasi gogorancah telah memberikan konsekuensi yang positif, yaitu telah membuktikan keberhasilan yang Iuar biasa, sehingga masyarakat pada akhirnya mangadopsinya. Konsekuensi tersebut adalah perubahan sikap dan perilaku, perubahan teknis, ekonomi, dan perubahan sosial budaya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Ajeng Nuurizqia Utami Prawiro
"Perkembangan teknologi semakin memudahkan masyarakat dalam mengakses media sosial. Penggunaan media sosial memiliki efek terhadap harga diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik penggunaan media sosial dengan tingkat harga diri pada kelompok pemuda. Penelitian dilakukan menggunakan desain korelasi dengan metode kuantitatif dan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 479 pemuda usia 15-24 tahun di Jakarta Timur yang menggunakan media sosial Instagram, Facebook, TikTok, dan Twitter. Pengumpulan data dilakukan secara online menggunakan Google Formulir. Hasil penelitian menunjukkan 68,3% responden memiliki harga diri tinggi. Jenis media sosial yang paling banyak digunakan adalah Instagram dengan frekuensi dan durasi kategori tinggi (>6x/hari dan >4 jam/hari). Jenis media sosial dan frekuensi penggunaan media sosial memiliki hubungan dengan harga diri, sedangkan alasan dan durasi penggunaan media sosial serta aktivitas dalam media sosial tidak memiliki hubungan dengan harga diri. Dari hasil penelitian, pemuda diharapkan menggunakan media sosial dengan bijak, orang tua diharapkan meningkatkan pengawasan terhadap pemuda, dan penelitian selanjutnya diharapkan meneliti tentang adiksi media sosial/gadget pada pemuda. 

Technological developments facilitate people to access social media. Social media use has an effect on self-esteem. This study aims to identify the relationship between characteristics of social media use and level of self-esteem in youth. The study was conducted using a correlation design with a quantitative method and a cross sectional approach. The sample in this study was 479 youth (15-24 years old) in East Jakarta who use social media Instagram, Facebook, TikTok and Twitter. Data collection was carried out online using Google Forms. The results showed that 68.3% of respondents had high self-esteem. The most used type of social media is Instagram with high category frequency and duration (>6x/day and >4 hours/day). The type of social media and frequency of social media use had a relationship with self-esteem, while the reason for social media use, activities in social media, and duration of social media use had no relationship with self-esteem. From the results of the study, youth are expected to use social media wisely, parents are expected to increase supervision of youth, and further research is expected to examine social media/gadget addiction in youth. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Faridah
"Latar Belakang Kasus lansia dengan gangguan tidur yang mengunjungi pelayanan kesehatan semakin meningkat setiap tahunnya, Beberapa penyebab gangguan tidur yaitu penurunan fisiologis akibat penuaan, perubahan lingkungan, gaya hidup dan perubahan psikologis. Salah satu perubahan psikologis penyebab gangguan tidur pada lansia adalah kesepian. Salah satu cara lansia mengatasi kesepiannya adalah menggunakan Smartphone , namun dampak penggunaan Smartphone terhadap kualitas tidur dan kesepian pada lansia belum banyak diteliti. Tujuan: Penelitian ini mencari adakah hubungan penggunaan Smartphone Screen Time dan platform media sosial dengan kualitas tidur dan kesepian lansia. Metode: Penelitian Cross sectional terhadap 98 pasien yang menjalani rawat jalan di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional RS Marzoeki Mahdi Bogor dengan kriteria inklusi lansia yang mengalami gangguan tidur, mampu berkomunikasi dengan baik dan menggunakan Smartphone (iPhone minimal versi 12 atau Android minimal versi 9). Analisis data yang dipakai adalah Regresi logistik. Hasil:Dari hasil uji data bivariat maupun multivariat. Didapatkan bahwa pemakaian smartphone screen time yang melebihi 5 jam sehari memiliki hubungan yang signifikan terhadap kualitas tidur yang buruk pada lansia. namun smartphone screen time tidak terbukti secara statistik memiliki hubungan dengan tingkat kesepian. Selain itu akses platform media sosial tidak terbukti secara statistik memiliki hubungan bermakna dengan kualitas tidur, namun memiliiki hubungan bermakna dengan tingkat kesepian pada lansia. Kesimpulan: Pemakaian Smartphone screen time yang rendah dapat meningkatkan kualitas tidur dan penggunaan platform media sosial berbasis bergambar dibandingkan saat lansia mengakses platform media sosial berbasis gambar menurunkan tingkat kesepian pada lansia. Saran: Berdasarkan hal tersebut, perawat perlu memberikan pengawasan dan edukasi pada lansia mengenai pembatasan waktu penggunaan Smartphone screen time terutama menjelang tidur malam serta panduan mengakses jenis platform media sosial berbasis gambar untuk mengatasi kesepian pada lansia.

Background. Elderly people with sleep disorders cases which visiting health services are increasing every year, but the health care services provided have not focused on the causes. Some of the causes of sleep disorders are physiological decline due to aging, environmental changes, lifestyle and psychological changes. One of the psychological changes that cause sleep disturbances in the elderly is loneliness. Complaints of loneliness in the elderly in the service have also not been optimally explored. The elderlie’s way to overcome their loneliness is to use a Smartphone , but the impact of Smartphone usage on sleep quality and loneliness levels in the elderly has not been widely studied. Objective. This study looks for the relationship between the use of Smartphone Screen Time and social media platforms with sleep quality and the level of loneliness of the elderly. Methods. The study was conducted with a cross-sectional method on 98 patients undergoing outpatient care at PKJN (National Mental Health Center) Marzoeki Mahdi Hospital Bogor with the inclusion criteria of elderly people who experience sleep disorders, able to communicate well and use Smartphone (iPhone at least version 12 or Android at least version 9). The data analysis method used was multivariate logistic regression. Results. From the results of bivariate and multivariate data tests. It was found that the use of smartphone screen time that was more than 5 hours a day had a significant relationship with poor sleep quality in the elderly. but smartphone screen time was not statistically proven to have a relationship with the level of loneliness. Conclusion. Sleep quality in the elderly has a relationship with Smartphone Screen Time. Low screen time smartphone usage can improve sleep quality in the elderly compared to high screen time smartphone usage. The level of loneliness in the elderly has relationship with accessing text-based social media platforms than when the elderly access image-based social media platforms. Suggestion. Based on this, nurses need to provide supervision and education to the elderly regarding limiting the use of Smartphone screen time, especially before going to bed at night and guidance accessing types of image-based social media platforms to overcome loneliness in the elderly."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Deni
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara dukungan sosial melalui media sosial terhadap tingkat well-being mahasiswa di Universitas Indonesia. Studi-studi terdahulu sebagian besar menemukan bahwa kepribadian mahasiswa, peran institusi pendidikan, dan dukungan sosial memiliki asosiasi terhadap tingkat well-being pada mahasiswa. Namun pembahasan tentang dukungan sosial mayoritas masih terbatas pada saluran offline saja, belum mencakup pada saluran Online. Oleh karena itu, Peneliti memiliki argumen bahwa dukungan sosial yang diterima oleh mahasiswa melalui saluran media sosial memiliki hubungan dengan well-being mahasiswa. Studi ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui survei secara online pada sampel sebanyak 325 responden yang berasal dari populasi yaitu Mahasiswa tingkat akhir Universitas Indonesia yang dipilih menggunakan teknik penarikan sampel probability sampling dengan teknik multistage stratified random sampling. Studi ini juga melakukan wawancara mendalam untuk memperoleh data pendukung. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat dukungan sosial melalui media sosial dengan tingkat well-being mahasiswa Universitas Indonesia. Dukungan sosial melalui media sosial berupa dukungan emosional, social companionship, informasional, dan instrumental memiliki hubungan yang signifikan serta berkorelasi positif terhadap well-being mahasiswa Universitas Indonesia. Artinya semakin tinggi tingkat dukungan sosial melalui media sosial yang diterima, maka semakin tinggi juga tingkat well-being mahasiswa Universitas Indonesia. Temuan peneliti juga menunjukkan bahwa teman kuliah memiliki peran paling signifikan dalam memberi dukungan sosial melalui media sosial khususnya dalam dukungan emosional, social companionship, dan informasional. Sementara orang tua memiliki peran penting dalam dukungan intstrumental. Selain itu, saluran dukungan sosial juga tidak hanya melalui media sosial melainkan terdapat juga platform video conference seperti Zoom dan Google Meet juga sering digunakan

This study aims to examine the relationship between social support through social media on the level of well-being of students at the University of Indonesia. Most previous studies have found that student personality, the role of educational institutions, and social support have associations with the level of well-being in students. However, discussions about social support for the majority are still limited to offline channels, not including online channels. Therefore, the researcher has an argument that the social support received by students through social media channels has a relationship with student well-being. This study uses a quantitative research method with data collection techniques through online surveys on a sample of 325 respondents from the population, namely final year students at the University of Indonesia who were selected using a probability sampling technique with a multistage stratified random sampling technique. This study also conducted in-depth interviews to obtain supporting data. The results of the study found that there was a significant relationship between the level of social support through social media and the level of well-being of University of Indonesia students. Social support through social media in the form of emotional support, social companionship, informational, and instrumental has a significant relationship and is positively correlated to the well-being of University of Indonesia students. This means that the higher the level of social support received through social media, the higher the level of well-being of University of Indonesia students. The research findings also show that college friends have the most significant role in providing social support through social media, especially in emotional support, social companionship, and informational. While parents have an important role in instrumental support. In addition, social support channels are also not only through social media but there are also video conferencing platforms such as Zoom and Google Meet which are also often used."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Ralasari
"ABSTRAK
Kecanduan media sosial adalah kegemaran terhadap penggunaan media sosial sehingga melupakan hal lainnya. Penggunaan media sosial saat ini juga terjadi pada kalangan remaja sehingga sudah menjadi bagian melekat pada kehidupan sehari-hari remaja, termasuk pada siswa remaja di SMA XYZ. Penggunaan media sosial dapat mempengaruhi segi moralitas, apatisme serta nilai akademik dari siswa di SMA XYZ. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola hubungan antara tingkat kecanduan media sosial terhadap tingkat moralitas, tingkat apatisme dan nilai akademik. Variabel lain yang diperhitungkan dalam model adalah kelas, gender, status nikah orang tua, uang saku per minggu siswa di SMA XYZ. Dari hasil analisis data yang didapatkan dengan menggunakan metode analisis data Partial Least Square, diketahui bahwa tingkat kecanduan media sosial mempengaruhi nilai akademik serta tingkat apatisme siswa di SMA XYZ, dan tingkat moralitas mempengaruhi nilai akademik siswa di SMA XYZ.

ABSTRACT
Social media addiction is craze about the use of social media until forget other things. The use of social media today also occurs among teenagers so it has become a part attached in the daily life of teenagers, including teenager students in XYZ high school. The use of social media can affect in terms of morality, apathy and academic score of students in XYZ high school. This study is to determine the pattern of relationship between social media addiction level to morality level, apathy level and academic score. Other variables to consider in model are class, gender, marital status of parents, pocket money per week of students in XYZ high school. From the results obtained by using data analysis method of Partial Least Square, it is known that social media addiction level affect academic score and apathy level of students in XYZ high school, and the morality level affect students rsquo academic score in XYZ high school."
2017
S69926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Gilang Adzkia Akbar
"ABSTRAK
Studi ini bertujuan untuk melihat adakah hubungan positif antara tingkat paparan media yang diterima oleh perusahaan di bidang industri tertentu dengan tingkat Kinerja Sosial Perusahaan (CSP). Paparan media terhadap jenis industri dibagi menjadi tiga kategori: rendah, sedang dantinggi, dilihat dari dimensi (1) visibilitas konsumen dan risiko peraturan dan (2) interaksi industri dengan lingkungan. Variabel independen studi ini adalah tingkat paparan media yang diterima perusahaan-perusahaan di industri tertentu, sedangkan variabel dependennya adalah tingkat CSP. Hasil analisis regresi terhadap kedua variabel tersebut mengkonfirmasi bahwa perusahaan yang tergolong dalam industri dengan paparan media yang tinggi memiliki tingkat CSP yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan dari jenis industri dengan paparan media sedang dan rendah. Studi ini secara kuantitatif memperkuat teori Institusional dan Legitimasi serta sejalan dengan hasil dari studi-studi sebelumnya. Studi ini juga mengembangkan tipe klasifikasi industri berdasarkan tingkat paparan media yang diterimanya. Pelajaran yang dapat diambil adalah: (1) meningkatkan kesadaran bahwa CSP dapat dijadikan sebuah strategi untuk bertahan dari paparan media, (2) memahami penggunaan tipologi klasifikasi industri untuk meramalkan risiko paparan media, dan (3) membuat industri sadar bahwa publik semakin memahami CSP tidak hanya dilakukan untuk kepentingan altruistik saja, sehingga diperlukan upaya menghindari sikap skeptis terhadap motif perusahaan melakukan tanggung jawab sosialnya.

This study has attempted to answer whether the level of media exposure the industry a firm operates in gets, has a positive relationship with the level of Corporate Social Performance (CSP) they conduct. Industries were categorized as either high, medium, or low-profile based on the dimensions of (1) consumer visibility and regulatory risk and (2) interaction with the environment, as brought up in previous studies. A regression analysis was then conducted with industry media exposure as the independent variable and CSP, measured by a companys Equal-Weighted Rating, as the dependent variable. The results confirm the hypothesis that firms in high-exposure industries have higher CSP than those in medium and low-exposure industries. The study adds a layer of quantitative proof to institutional and legitimacy theory, strengthens arguments made by previous literature, and contributes a new typology to categorize industries based on media exposure. From this, managers are advised several takeaways: (1) realize the common usage of CSP as a defensive strategy, (2) understand the possible use of the typology to predict media risk, and (3) realize that the public is increasingly realizing that CSP is not always used for altruistic reasons, thus effort must be done to avoid skepticism of motives.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rayhan Mahendra Hadis
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat literasi keuangan mahasiswa aktif program sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia dan mengidentifikasi hubungan antara variabel keterpaparan media sosial dan status sosial ekonomi dengan tingkat literasi keuangan. Literasi keuangan menjadi poin penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Literasi keuangan berupa meningkatnya pengetahuan dan kemampuan dalam pengelolaan uang pada generasi muda, dapat menghindarkannya dari bentuk investasi beresiko dan palsu. . Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif melalui kuesioner yang melibatkan 97 mahasiswa akif program sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia sebagai responden yang dipilih dengan teknik quota sampling. Kuesioner dibagikan secara daring dengan waktu pengumpulan data selama 2 minggu pada bulan Juni tahun 2023. Penentuan tingkat literasi keuangan sendiri diukur berdasarkan pengetahuan keuangan, sikap keuangan dan perilaku keuangan yang dianalisis menggunakan statistik deskriptif, dengan uji korelasi Spearman Rank. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa aktif program sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia memiliki tingkat literasi keuangan pada level sufficient literate sebanyak 86,6% dan pada level well literate sebanyak 22,4% dari total 97 sampel mahasiswa. Variabel Keterpaparan Media Sosial memiliki hubungan dengan tingkat literasi keuangan dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0,407 dengan kesimpulan bahwa variabel keterpaparan media sosial mempengaruhi literasi keuangan pada taraf moderat dengan arah negative yang mengacu pada koefisien korelasi De Vaus sementara variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua tidak memiliki hubungan terhadap tingkat literasi keuangan dengan nilai koefisien korelasi -0,061 dengan kesimpulan tidak terdapat hubungan signifkan antara Status Sosial Ekonomi dengan literasi keuangan. Hasil dari riset ini diharapkan dapat berkontribusi pada mata kuliah Penelitian Kuantitatif Kesejahteraan Sosial dengan metode yang digunakan pada penelitian ini.

This study aims to find out how the level of financial literacy of active students in the undergraduate program of the Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Indonesia and identify the relationship between social media exposure variables and socioeconomic status with the level of financial literacy. Financial literacy is an important point for improving people’s welfare. With increased knowledge and ability to manage money, the younger generation will avoid risk of fake investment. This study employ a quantitative approach through questionnaires involving 97 active undergraduate students at the Faculty of Social and Political Science, Universitas Indonesia as respondens who selected using the quota sampling technique. Questionnaires were distributed online with data collection time fo 2 weeks in June 2023. The level of financial literacy is determined based on financial knowledge, financial attitude and financial behavior. which were analyzed using descriptive statistics, with the Separman Rank correlation test. The results of this study indicate that active undergraduate students at the Faculty of Social and Political Science Universitas Indonesia have a level of financial literacy at the sufficient literate level of 86.6% and at the well literate level of 22.4% of the total 97 student samples. The Social Media Exposure variable has a relationship with the level of financial literacy with a correlation coefficient value of -0.407 with the conclusion that social media exposure variable affects financial literacy at a moderate level with a negative direction referring to the De Vaus correlation coefficient while the Parents’ Socioeconomic Status variable has no relationship to the level of financial literacy with a correlation coefficient of -0.061 with the conclusion that there is no significant relationship between Socioeconomic Status and Financial Literacy. The results of this research are expected to contribute to the Social Welfare Quantitative Research course using the method used in this research."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>