Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61899 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitri Sudiarty
"Penelitian ini berusaha melihat hubungan antara parent attachment dan kematangan karir pada siswa SMA. Partisipan penelitian ini adalah siswa SMA yang berada di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi), sebanyak 884 orang. Parent attachment diukur dengan menggunakan alat ukur IPPA (Inventory Parent and Peer Attachment) yang disusun oleh Greenberg & Armsden (1987), yang dimodikasi oleh peneliti disesuaikan dengan partisipan di Indonesia. Peneliti memisahkan attachment pada ayah dan Ibu, karena berdasarkan pada Greenberg & Armsden (1987) mereka memiliki dampak yang berbeda. Kematangan karir diukur dengan CDI (Career Development Inventory) yang disusun oleh Super and Thompson (1979) Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara parent attachment dengan kematangan karir. Ditemukan pula bahwa hanya attachment pada ayah yang memiliki hubungan yang signifikan. Selain itu, ternyata ditemukan bahwa hanya dimensi trust dalam attachment pada ayah yang berhubungan dengan kematangan karir.
This research aims to get the correlation between parent attachment and career maturity on senior high school students. The participants of this research are the students on senior high school in Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), amounts 884 students. Parent attachment was measured by measurement tools that modified by researcher based on school well-being measurement tools made by Greenberg & Armsden (1987). On the other hand, career maturity measured by measurement tools that modified by researcher based on CDI (Career Development Inventory) instrument, developed by Super and Thompson (1979). The results indicates that there are positive and significant relations between parent attachment with career maturity. It also found only father attachment related to career maturity. Besides, it also found that only trust dimension of father attachment related to career maturity."
2010
S3672
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wikan Putri Larasati
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3579
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arum Puspitarini Darminto
2010
S3611
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Jihan Khusna
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara parent attachment dan adaptabilitas karir pada siswa SMA kelas 12. Responden penelitian ini adalah siswa SMA kelas 12 di Jakarta, sebanyak 272 orang. Parent attachment diukur dengan menggunakan alat ukur IPPA-R (Inventory Parent and Peer Attachment Revised) father mother version yang disusun oleh Greenberg dan Armsden (2009). Adaptabilitas karir diukur dengan Skala Adaptabilitas Karir yang disusun oleh Indianti (2015). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara parent attachment dengan adaptabilitas karir (r = 0,281, p<0,01). Artinya semakin tinggi parent attachment, maka semakin tinggi adaptabilitas karirnya. Ditemukan pula bahwa attachment pada ibu berkontribusi lebih besar terhadap adaptabilitas karir, dibandingkan dengan attachment ayah. Berdasarkan hasil penelitian ini, penting untuk membangun attchment antara orangtua dengan remaja agar memiliki adaptabiltas karir yang baik.

The research aims to get the correlation between parent attachment and career adaptability on 12th grader senior high school students. The participants of this research are the 12th grader senior high school students in Jakarta, amounts 272 students. Parent attachment was measured by measurement tools IPPA-R (Inventory Parent and Peer Attachment Revised) father mother version made by Greenberg and Armsden (2009). On the other hand, career adaptability measured by measurement tools Career Adaptability Scale made by Indianti (2015). The results indicates that there are positive and significant relations between parent attachment and career adaptability (r = 0,281, p<0,01). Which means, the higher amount of parent attachment, the higher career adaptability. Result also showed that mother attachment gives more contributions to career adaptability than father attachment. Based on this results, its important to build attachment betweeen parent and adolescence to have a good career adaptability.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63536
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vissia Ardelia
"Remaja merupakan masa dimana seseorang mengalami perubahan yang kompleks dalam berbagai aspek kehidupan. Perubahan yang kompleks serta berbagai tuntutan peran yang ada dapat menimbulkan masalah kesehatan mental bagi individu, seperti munculnya gejala depresi. Salah satu faktor yang dapat mencegah kemungkinan gejala depresi terjadi pada remaja adalah attachment dengan orangtua. Penelitian kali ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk melihat hubungan antara attachment orangtua dengan gejala depresi pada remaja di DKI Jakarta. Penelitian ini dilakukan kepada sebanyak 753 siswa SMA yang berada di wilayah DKI Jakarta. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur gejala depresi ialah Hopkins Symptoms Checklist-25 yang sudah diadaptasi kedalam Bahasa Indonesia. Sementara itu, attachment dengan orangtua diukur menggunakan Inventory of Parent and Peer Attachment IPPA bagian orangtua. Hasil penelitian ini menunjukkan, terdapat korelasi yang signifikan antara attachment dengan orangtua dan gejala depresi pada remaja. Dengan demikian, semakin tinggi attachment remaja dengan orangtua, maka semakin rendah gejala depresi pada remaja.

Adolescence is a phase when someone experiencing a complex changing in various aspects of life. The complexity of transformation and roles responsibility could become a serious mental health problem over teenage life, such as the appearance of depressive symptoms. One of the protective factors of depressive symptom is adolescent attachment with parent. This study is a quantitative research to see a relationship between parental attachment and depressive symptoms in high school students. Samples of this study were 753 high school students in DKI Jakarta. Depression is measured with Hopkins Symptoms Checklist 25 and has been adapted in Indonesian, whereas attachment is measured with Inventory of Parent and Peer Attachment IPPA , using parental part only. Result of this study shows that there is a significant relationship between parental attachment and depressive symptoms among high school student in DKI Jakarta. It means, the higher is parental attachment, the lower is appearance of depressive symptoms in adolescent. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67529
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Apriyanti Harandavina
2010
S3664
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citrawanti Oktavia
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara persepsi iklim sekolah dengan tanggung jawab belajar siswa SMA. Pengukuran persepsi iklim sekolah menggunakan modifikasi Instrument student perception of school climate yang dibuat oleh NASSP (National Association of Secondary School Principals) dan pengukuran tanggung jawab menggunakan alat ukur yang dikonstruksi dari teori Sukiat (1993). Partisipan berjumlah 161 siswa yang berasal dari beberapa sma di Jakarta dan sekitarnya yang terdiri dari tiga tingkatan kelas. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan hubungan antara iklim sekolah dengan tanggung jawab siswa (R2 = 0.304; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.05). Artinya, sebanyak 30,4 % varians persepsi iklim sekolah dapat dijelaskan melalui tanggung jawab siswa, sedangkan 69.6 % sisanya dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak diketahui. Hasil lain menunjukkan bahwa dimensi persepsi iklim sekolah yang memberikan sumbangan indeks korelasi parsial kuadrat yang signifikan dengan tanggung jawab adalah nilai tingkah laku siswa, penyelenggaraan bimbingan, hubungan orang tua dan komunitas dengan sekolah serta pengelolaan pengajaran. Berdasarkan hasil tersebut, iklim suatu sekolah perlu ditingkatkan untuk mendukung tanggung jawab siswa terutama pada dimensi yang memberikan sumbangan indeks korelasi parsial kuadrat yang signifikan tersebut.

This research was conducted to find correlation between students perception of school climate and responsibility student of learning among. Perception of school climate was measured using an modification instrument from NASSP (National Association od School Secondary Program) and responsibility was measured using a instrument constructed from Sukiat (1993). The participants of this research are 161 students from several high schools in Jakarta and near from Jakarta consist of three grade classes from this school. The main results of this research show that perception of school climate correlated significantly with responsibility (R2 = 0.304; significant at L.o.S 0.05). That is, as much as 30,4% variance perception of school climate can be explained by responsibility students of learning, while 69.6% were influenced by other variables that are not known. Other results showed that dimension of school climate that contribute correlation partial indeks significantly with responsibility students of learning are student behavioral values, guidance, parent & community school relationship and instructional managements. Based on these results, school climate needs to improve for increased responsibility among students, especially in the dimension that contribute significantly with responsibility students mainly."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45493
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Faiha
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinda Saski Kurnia
"Studi ini memiliki hipotesis bahwa kematangan karir memiliki korelasi yang positif dan signifikan dengan keterlibatan ayah pada remaja. Untuk keperluan penelitian ini, peneliti telah melakukan studinya terhadap 248 responden di Jakarta. Alat ukur Career Development Inventory (CDI) digunakan untuk mengukur kematangan karir dan alat ukur Father Involvement Scale - Reported (FIS-R) untuk keterlibatan ayah. Melalui teknik statistik Pearson Correlation, ditemukan bahwa kematangan karir berkorelasi secara positif dan signifikan dengan keterlibatan ayah. Berdasarkan hasil dari studi ini, peneliti menyarankan agar para ayah di Indonesia dapat lebih terlibat lagi dalam pengembangan karir remaja.

This study hypothesized that career maturity correlates positively and significantly with father involvement. There are 248 adolescents in Jakarta involved in this study. Career maturity is measured with Career Development Inventory (CDI). On the other hand, father involvement is measured with Father Involvement Scale - Reported. The Pearson Correlation indicates that career maturity correlates positively and significantly with father involvement. Therefore, it is suggested that fathers in Indonesia should be more involved in their adolescents’ development, especially in their career development so that they can have career maturity.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55429
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraini Faizal
"Untuk menjadi bangsa yang sejahtera, maju dan mandiri, adalah penting bagi Indonesia untuk meningkatkan kualitas generasi mudanya; mengingat mereka adalah sumber daya manusia Indonesia yang akan memegang peranan dalam pembangunan bangsa pada masa yang akan datang. Namun, kenyataan sebagian besar generasi muda (remaja) kita saat ini. nyaris menempatkan kepercayaan masyarakat akan kemampuan, kualitas dan peran generasi muda di masa depan pada titik nadir. Sebagian dari mereka melakukan kenakalankenakalan seperti minum minuman keras, menonton film biru, tawuran, penggunaan obat terlarang, dan lain-lain (Sutoyo dalam Susiwo, 1995).
Satu hal pokok yang agaknya disepakati adalah bahwa perilaku kenakalan berpangkal dari lemahnya pengendalian diri (Biran, dalam Sanusi, Badri, Syafruddin, 1996). Oleh karena pengendalian diri merupakan komponen dari kematangan emosi, maka perlu dilakukan upaya-upaya yang mendukung pembentukan kematangan emosi secara optimal pada remaja.
Peneliti berasumsi bahwa salah satu wahana yang dapat digunakan untuk meningkatkan kematangan emosi remaja adalah aktivitas waktu luang. Adapun salah satu aktivitas remaja yang dapat digolongkan ke dalam aktivitas waktu luang adalah aktivitas/kegiatan ekstrakurikuler sekolah atau sering disingkat dengan ekskul.
Kegiatan ekstrakurikuler sekolah dipilih sebagai wakil dari aktivitas waktu luang remaja disebabkan karena kegiatan ekstrakurikuler sekolah merupakan bagian dari sekolah sebagai suatu institusi yang memberikan lebih banyak evaluasi pada remaja dibandingkan rumah atau keluarga (Burns. 1993). Di dalamnya remaja dituntut untuk secara dinamis menyesuaikan diri dan belajar menghadapi aneka karakter manusia dan situasi yang pada akhirnya mengarah kepada terbentuknya kematangan diri remaja, khususnya pada aspek emosi.
Oleh karena itu. dalam kesempatan ini akan diteliti hubungan antara partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler sekolah dengan kematangan emosi siswa SMU. Selain itu, juga diteliti dimensi manakah dari kematangan emosi yang secara signifikan berhubungan dengan partisipasi siswa SMU dalam kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Kemudian, kegiatan ekstrakurikuler manakah yang secara signifikan berhubungan dengan kematangan emosi siswa SMU, serta memberikan sumbangan terbesar bagi kematangan emosi. Untuk itu selam korelasi Pearson Product Moment. digunakan perhitungan statistik Multiple Regression.
Pelaksanaan penelitian berlangsung selama 3 minggu (25 Mei 2001-14 Juni 2001). Dengan menggunakan metode accidental sampling, peneliti menyebarkan 100 kuesioner kepada penghubung di 4 sekolah di Jakarta Selatan, yaitu SMUN 34, SMUN 28, SMUN 38, SMUN 97; masing-masing 25 buah. Hingga tanggal 14 Juni 2001, terkumpul 100 kuesioner.
Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang signifikan dan positif antara antara partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler sekolah dengan kematangan emosi, terutama pada dimensi Mandiri. Mampu Beradaptasi, dan Mampu Berempati. Ini berarti bahwa makin tinggi level partisipasi siswa SMU dalam kegiatan ekstrakurikuler sekolah, maka makin tinggi pula tingkat kematangan emosinya.
Kemudian dari 4 kegiatan ekstrakurikuler yang diteliti, diperoleh hasil bahwa kegiatan ekstrakurikuler yang secara signifikan dan positif berhubungan dengan kematangan emosi siswa SMU adalah kegiatan ekstrakurikuler ROHIS. Ini berarti bahwa makin tinggi level partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler ROHIS, makin matang pula ia secara emosi. Mengingat satu-satunya variabel bebas yang layak dimasukan dalam model regresi adalah variabel level partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler ROHIS, maka dapat dikatakan bahwa level partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler ROHIS memberikan sumbangan terbesar terhadap kematangan emosi.
Sebagai tambahan, hasil pengolahan data kontrol subyek menunjukan bahwa subyek yang berpartisipasi dalam kegiatan luar sekolah lebih matang secara emosi dibandingkan subyek yang tidak berpartisipasi dalam kegiatan luar sekolah.
Untuk penelitian lanjutan, sebaiknya tidak menggunakan metode accidental sampling karena metode ini memungkinkan terjadinya distribusi frekuensi yang scewed sehingga dapat menimbulkan bias dalam melakukan interpretasi hasil penelitian. Bila memungkinkan, sebaiknya sampel diambil dari seluruh kegiatan ekstrakurikuler sekolah dengan proporsi yang seimbang sehingga tidak ada kegiatan ekstrakurikuler yang luput dari perhatian. Agar lebih mendalam, dapat dilakukan penelitian tentang pengaruh dari masing-masing kegiatan ekstrakurikuler sekolah terhadap kematangan emosi. Selain itu, dapat juga diteliti kegiatan di luar sekolah dalam hubungannya dengan kematangan emosi remaja.
Bagi pihak-pihak yang berwenang (Departemen Pendidikan Nasional, kepala sekolah, guru, dan para pendidik) dan para pelaksana kegiatan ekstrakurikuler sekolah, diharapkan untuk lebih menggalakan kegiatan ekstrakurikuler sekolah dengan merancang program-program menarik.sedemikian rupa sehingga seluruh siswa tertarik untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Kepada orang tua dan keluarga, disarankan untuk memberi kebebasan yang seluas-luasnya bagi anak/keluarganya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada, baik kegiatan ekstrakurikuler sekolah maupun kegiatan luar sekolah, dalam rangka mencapai kematangan emosi yang optimal."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3050
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>