Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163934 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pudji Tri Wachyuni
"Derasnya arus informasi membuat televisi berlomba-lomba menayangkan program acara yang memikat hati pemirsanya. Mulai dan program untuk dewasa hingga program televisi yang ditujukan untuk balita sekalipun. Teletubbies merupakan tayangan yang khusus dirancang untuk anak usia dini. Film rekaan Anne Wood dan Andrew Davenport ini pertama kali muncul tahun 1997. Sejak kemunculannya Teletubbies terus melaju tinggi. Seratus dua puluh negara di dunia menyiarkan serial anak-anak ini. Ada yang menganggap bahwa Teletubbies merupakan salah satu program televisi anak yang menunjukkan bahwa rangsangan posmodernis secara perlahan dimasukkan ke dalam budaya anak-anak. Ada juga sumber-sumber yang beranggapan bahwa dibalik kelucuan empat boneka yang menjadi tokoh sentral tayangan ini, ada misi-misi tertentu yang tersirat. Pendeta Jerry Fallwell berpendapat bahwa Tinky Winky tokoh Teletubbies yang berwarna ungu adalah representasi dari gay. Tidak hanya soal Tinky Winky yang gay. Ketiga tokoh Teletubbies yang lain juga disebut-sebut mewakili golongan-golongan tertentu. Dipsy seorang laki laki kulit hitam., Laa Laa mewakili kaum feminis dan Po keturunan Cina. Lebih jauh ada yang beranggapan bahwa ada misi kaum multikulturalis dalam tayangan Teletubbies. Kini tayangan Teletubbies dapat disaksikan pula oleh anak-anak Indonesia. Teletubbies ditayangkan di stasiun televisi Indosiar. Selain itu, Teletubbies juga diperjualbelikan dalam bentuk cakram padat (VCD). Dalam tayangan Teletubbies, keempat tokoh yang multi warna ini hidup bersama sebagai satu keluarga tanpa orang tua. Dalam Kerangka Pemikiran, peneliti akan mengungkap soal konsep multikultural, termasuk di dalamnya sekilas mengenai golongan homoseksual, orang kulit hitam, wanita dan keturunan Cina. Selain itu peneliti juga akan membahas soal pendidikan multikultural, keluarga multikultural dan terakhir soal anak dan televisi. Untuk penelitian ini peneliti menggunakan metode semiotika Pierce dengan menganalisa gambar dan suara dalam adegan-adegan Teletubbies. Ada sembilan adegan dalam tayangan Teletubbies yang diteliti. Hasil analisis semiotika yang dilakukan adalah bahwa anggota keluarga multikultural Teletubbies terdiri dari homoseks, laki-laki keturunan afro amerika, wanita kulit putih dan wanita keturunan Cina. Dalam hubungan diantara anggota keluarga multikultural ini, digunakan komunikasi yang efektif dengan menerapkan POSITIVE, yakni Positiveness, Openness, Supportiveness, Interest, Truthfulness, Involvement, Value dan Equality. Sementara untuk komunikasi dengan lingkungan di luar keluarga digunakan sistem terbuka. Tayangan Teletubbies menampilkan empat tokoh multikultural dalam satu keluarga yang harmonis. Hal tersebut menunjukkan bahwa walau berbeda mereka dapat hidup berdampingan secara damai.

TV Stations are racing to make favorite TV programs. From programs for adult only to programs for children or even toddlers. Teletubbies is a TV program that is special designed for toddlers. This Anne Wood and Andrew Davenport program was first shown in 1997. From the beginning, Teletubbies became very popular and until now 120 countries have broadcasted this toddler program. Our children also watch Teletubbies in Indonesia. They watch it in Indosiar TV station or through VCD which can be bought in many stores. Some people think that with Teletubbies, the stimulus of postmodern concept is firmly infiltrated into children's culture. Others say that behind the cuteness of the main characters, there are some missions implemented in this show. A priest named Jerry Fallwell thinks that Tinky Winky, the purple character of Teletubbies is a gay. Not only about Tinky Winky, some people think that the three other characters represent certain nature. Dipsy is black, Laa Laa is a feminist and Po is a Chinesse. Further, some belief that there's a multiculturalist mission lay on Teletubbies. In Teletubbies, the fourth multi-coloured characters live together as one family. In the frame of theory, I Will explain about multicultural concepts, including a glimpse about homosexual, black people, woman and chinesse. I will also discuss about multicultural education, multicultural family, and about children and television. For this study, I will use Pierce's semiotic methods to analyze picture and sound in Teletubbies. There are nine scene that I analyze. The result is: Teletubbies is indeed showing four multicultural characters. They live happily as a family. In their family communication, they use effective communication that implement Positiveness, Openness, Supportiveness, Interest, Truthfulness, Involvement, Value and Equality, or also known as POSITIVE. They also use an open-minded family system. It indicates that even these characters are different, they can live peacefully.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4353
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrine Prima Afneta
"Tesis ini membahas kebertubuhan perempuan dalam wacana erotika serta pornografi pada tayangan televisi Mata Lelaki dan Sexophone. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan paradigma kritis. Melalui analisis framing Gamson dan Modigliani, hasil penelitian menunjukan bahwa kebertubuhan perempuan dalam tayangan televisi dianggap sebagai instrumen dalam mengakumulasi modal. Kemampuan media untuk menampilkan sosok perempuan sebagai objek, menyebabkan eksploitasi fisik perempuan sebagai daya tarik tayangan. Kemenarikan fisik perempuan serta penggunaan wacana tubuh mereka dimanfaatkan oleh tayangan Mata Lelaki dan Sexophone untuk membawa imajinasi khalayak ke tema yang menjadi segmentasi program. Objektifikasi perempuan selalu disajikan dalam rancangan program, menjadi salah satu manifestasi eksploitasi perempuan. Perempuan diidentifikasi hanya sebatas kemenarikan fisik dan keterampilan yang lemah. Dari sini, perempuan di representasikan hanya untuk mendapatkan keuntungan yang besar dan cepat melalui kekuatan rating.

The focus of this study is women’s body and their embodiment in erotica and pornography discourse on Mata Lelaki and Sexophone program. This is qualitative research and using critical paradigm. Through Gamson and Modigliani's framing, the result shows that woman body and their embodiment in the television becomes instrument to accumulate the capital. The ability of the media to show women as an objects, led to the exploitation of women's physical attractiveness impressions. Physical attractiveness and bodies discourse of women exploited by Mata Lelaki and Sexophone to bring audiences imagination to the theme of the program segmentation. Objectification are always presented in the program design, become one of woman exploitation manifestation. Woman described in the physical beauty and weak ability. Woman is represented by television program to get large advantage rapidly through the power of rating.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Bahrul Ulum
"Penelitian ini membahas fenomena komersialisasi tayangan olahraga di media penyiaran, khususnya televisi. Penelitian ini membahas konsep komersialisasi dalam hubungannya dengan produksi tayangan olahraga, khususnya bulutangkis yang disiarkan secara langsung di Kompas TV. Dalam penelitian ini, juga dikaji kebijakan suatu institusi media komersial di Indonesia dalam ranah industri media penyiaran swasta di Indonesia. Untuk mengkaji hal tersebut, peneliti menggunakan perspektif kebijakan komersialisasi dan keterkaitannya dengan ekonomi media untuk mengetahui perilaku insitusi televisi terkait produksi tayangan olahraga. Hasil penelitian ini menunjukkan walaupun memilik tujuan ideal, media penyiaran televisi tetap meintikberatkan aspek-aspek komersial melalui berbagai kebijakan yang terkait produksi program tersebut.

This research will explore the phenomenon of the commercialization of sports in the broadcast media, especially television. Furthermore, this research willstudy the concept of commercialization in relation to the production of sports, especially badminton which was broadcasted live on Kompas TV. This study will also examinepolicies of a commercial media in the realm of private broadcast media industry in Indonesia. To study this, the researcher used a commercialization policy and economic perspective to determine the behavior of institution related to television?s sports program production. The results of this study indicate the interesting fact that the broadcasting media, television though it has an ideal goal but essentially keep doing commercialization through a variety of policies related to the production of the program."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S64893
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiska Paskah Eka Putri Rivai
"Dalam industri budaya, selalu terdapat pola dan formula yang berulang kemudian membentuk standar dan selera khalayak terhadap produk yang dihasilkan oleh media. Fenomena tersebut terlihat dalam tren program India yang diciptakan oleh saluran ANTV sejak tahun 2013. Saluran ANTV berhasil membangun sebuah industri budaya, di mana program serial India adalah produk dari industri tersebut. ANTV melakukan komodifikasi dalam pemilihan program impor maupun program produksinya sendiri. Komodifikasi dilakukan terhadap isi konten program demi mengikuti pola dalam industri budaya yang telah terstandarisasi. ANTV yang sebelumnya hanya mengimpor program serial India, memutuskan untuk menayangkan program lokal berjudul Malaikat Kecil dari India. Komodifikasi yang dilakukan dalam program ini adalah komodifikasi terhadap konten dan khalayak. Pada segi konten, komodifikasi dilakukan melalui penentuan latar, alur cerita, dan aktor. Sementara komodifikasi khalayak dilakukan dengan mentransformasikan khalayak menjadi suatu komoditas dalam bentuk rating dan share untuk djiual kepada pengiklan untuk mendapatkan keuntungan.

In culture industry, there rsquo s always a repeated pattern and formula that creating audience standard for media products they consume. This phenomenon can be seen in Indian television program trend, started by ANTV since 2013. ANTV has succeeded building a culture industry, which Indian serial program is their main product. ANTV conducted a commodification in either importing or producing their Indian television programs. Content commodification is done to the program in order to follow the pattern of the culture industry standard. After a few years importing Indian serial program, ANTV decided to broadcast a local program called Malaikat Kecil dari India where they did some content and audience commodification. Content commodification can be seen from the the program rsquo s plot, story settings and actor. While audience commodification is done by transforming their audience into a commodity through rating, then sold them to advertisers in order to gain profit.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Rofi Ulwan
"Stereotip terhadap ras atau etnis tertentu sering ditemukan di serial televisi sebagai contoh adalah Sense8 2015-2017 di Netflix. Meskipun tampaknya Sense8 ingin menyajikan sebuah acara yang memiliki keragaman dari berbagai macam ras dan etnis, stereotip dapat ditemukan pada salah satu karakter dalam acara tersebut yaitu Kala, seorang wanita Asia Selatan. Representasi Kala sebagai wanita India dalam acara tersebut adalah perjodohannya, sikap submissivenya, dan bagaimana ia harus diselamatkan oleh pria kulit putih. Tulisan ini juga mencoba untuk menganalisis patriarki dari ayah Kala. Dengan menggunakan metode tekstual analisis, tulisan ini berharap dapat mengetahui bagaimana sebuah acara televisi dapat mendukung stereotip untuk menggambarkan karakter-karakter di dalamnya.

Stereotypes of certain race or ethnicity are often found in television series, for example, in Netflix rsquo;s Sense8 2015-2017 . Even though the show intends to present diversity, stereotypes can be found in one of the characters, Kala, a South Asian woman. The representations of Kala as an Indian woman in the show are arranged marriage, her submissiveness, and how she needs to be saved by a white male. This paper will also try to analyze Kala rsquo;s father rsquo;s patriarchy. Using textual analysis, this paper aims to achieve how a television series could reinforce stereotypes to portray their own characters.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Supit, Elisabeth Diana
"Akhir-akhir ini tayangan kuliner jumlahnya cukup banyak dan memperoleh respons positif dari masyarakat. Tesis ini membahas tentang bagaimana para khalayak menyikapi tayangan-tayangan kuliner di televisi.
Dengan menggunakan teori uses and gratifications, penulis ingin melihat seberapa besar tingkat kepuasan yang diperoleh para ibu rumah tangga terhadap tayangan-teyangan kuliner; dan ingin melihat apa motivasi yang mendasari keinginan mereka untuk terus mengikuti tayangan-tayangan tersebut.
Teori kognitif sosial digunakan untuk makin mendalami motivasi-motivasi yang mendorong para ibu-ibu rumah tangga menyaksikan tayangan kuliner di televisi. Paradigma penelitian yang digunakan adalah paradigma positivif dimana peneliti berusaha memahami dan menafsirkan bagaimana para ibu-ibu rumah tangga yang menjadi informan menciptakan. memelihara, dan mengelola dunia sosial mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para ibu-ibu rumah tangga yang selama ini dianggap sebagai salah satu korban langsung dari pengaruh-pengaruh tayangan televisi ternyata memiliki proses kognitif yang berdasarkan dari penilaiannya sendiri dan interaksi sosialnya. Mereka adalah khalayak yang aktif, yang dapat menentukan apa yang mereka inginkan; bukannya korban yang tidak dapat melakukan apa-apa dan mendapat pengaruh langsung dan kuat dari tayangan-tayangan televisi.

Knowdays, theres a lot of culinary programme in TV, and they receive a good review from the audience. This thesis talking about how the audience of culinary program in television process what they see, and than how big the programme affect them in kognitif and behavioral process.
Using the uses and gratifications theory. we would like to see how satisfied the audience about culinary programme is and what motive is behind the viewing.
The social cognitive theory is used to see how the culinary programme is being analize by the housewifes. Is there a changing in attitude after fiewing the programme; and how big is the influence of external factors to the analysis process.
This thesis are using positivis methodology, because the researcher want to understand and give meaning to haw the housewife create, maintain and conduct their social world.
The result shows that the housewifes - who all this time are seems to be the fictim of media effect - have a cognitive process that are based on their own judgement and their social world. They are an active audiences, who know what they want to see. not just some victim that can not do anything to the mass media.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T25737
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Saufa Yardha
"Penelitian ini merupakan studi kasus terhadap program televisi anak bermuatan edukasi, yaitu program “Jalan Sesama”. Penelitian berfokus pada analisis dinamika yang dihadapi “Jalan Sesama” dalam proses produksi dengan sistem co-production dan distribusi program melalui industri penyiaran televisi. Proses penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan pengumpulan data berupa wawancara serta dokumentasi rekaman arsip. Hasil penelitian menemukan gambaran proses dinamika yang di dalamnya terdapat sejumlah permasalahan yang dihadapi oleh program “Jalan Sesama”. Permasalahan itu ditemukan dalam tahap praproduksi, produksi, pascaproduksi, dan distribusi program. Permasalahan dalam tahap praproduksi adalah kesulitan merumuskan konsep tentang nilai-nilai yang merepresentasikan Indonesia. Permasalahan dalam tahap produksi adalah tantangan untuk dapat merumuskan ide cerita bermuatan edukasi dengan tetap menjaga aspek yang menghibur dan menyenangkan bagi anak. Permasalahan dalam tahap pascaproduksi adalah memastikan bahwa program yang diproduksi memiliki dampak positif bagi anak serta memenuhi kriteria karya audiovisual yang berkualitas. Selanjutnya, penelitian ini menemukan permasalahan
utama yang cukup signifikan dalam tahap distribusi program. Permasalahan yang dihadapi adalah kondisi media penyiaran televisi di Indonesia yang masih sangat berorientasi komersial. Sementara “Jalan Sesama” adalah program edukasi yang bersifat non-profit oriented dan tidak menyetujui adanya penayangan iklan. Permasalahan lainnya timbul karena peran lembaga penyiaran publik yang tidak dapat diharapkan oleh adanya kebijakan tertentu
yang tidak wajar dalam biaya tayang program. Permasalahan yang ada semakin rumit ketika peran pihak regulator dan regulasi yang mengatur bidang penyiaran televisi di Indonesia saat ini, belum memadai untuk mendukung keberlanjutan program televisi anak bermuatan edukasi seperti “Jalan Sesama”.

This research is a case study about children educational content television program which is “Jalan Sesama” program. This research focused on the analysis of the dynamic in the production process by co-production system and the program distribution through the television broadcasting industry. This research conduct by qualitative approach and collecting data method by the depth interview and archives documentation recording. This research find a picture of dynamic process in “Jalan Sesama” production which contain several problems. The problems are include the pra-production, production, postproduction, and distribution process. The problem in preproduction program is the difficulties to formulate the concept about any values that representing Indonesia. The problem in production process is how to formulating the educational story idea with constantly keep the fun and pleasure aspect for children. The problem in postproduction process is to ensure that the program which has been produced give positive impact for children and fill the criteria of qualified audiovisual creation. The another problem that more significant find in the process of program distribution. The problem is the condition of television broadcasting industry landscape that commercial oriented. While “Jalan Sesama” is the educational program that has non-profit oriented and do not agree with the commercial advertising. The role of public television station also cannot be hoped, because there is a certain policy that not proper for the airing program cost. The challenge become more complex when the role of regulator and regulation who is regulate the television broadcasting sector do not have serious action to support the continuity of children educational television program as “Jalan Sesama"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S66885
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prianka Alya Emirpraja
"This study aims to examine how Modern Family sitcoms represent stereotypes about race and ethnicity through an analysis of the actors' words and actions. The data is then evaluated to see how actors represent stereotypes based on their individual characteristics. The method used is the descriptive qualitative method with a social semiotic analysis. The data was collected by observing and paying attention in detail to episodes chosen from the television series Modern Family. Stuart Hall's representation theory was employed as the base to analyze the data. The findings of the research suggest that there are various positive and negative stereotypes that are represented through dialogue, expressions, and the way actors behave.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana sitcom Modern Family merepresentasikan stereotip terhadap ras dan etnis dengan menganalisis perkataan serta perlakuan yang dilakukan para pemerannya. Data-data tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui bagaimana para pemeran merepresentasikan stereotip sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif menggunakan analisis semiotik sosial. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menonton dan memperhatikan secara detail episode-episode dari serial televisi Modern Family. Teori representasi milik Stuart Hall digunakan sebagai landasan penulis dalam menganalisis penelitian ini. Hasil riset menunjukan bahwa ditemukan beberapa stereotip baik maupun buruk yang direpresentasikan melalui dialog, ekspresi dan juga cara berpakaian pemeran-pemerannya. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ramanda Purnama
"Representasi perempuan sangat dibutuhkan dalam lingkaran pembuatan kebijakan hari ini. Dimana menjadi harapan guna terwakilinya hak, kebutuhan dan kepentingan perempuan pada kebijakan. Dukungan tersebut berupa dorongan terhadap wacana-wacana yang menciptakan keadilan bagi perempuan. Wacana tersebut menjadi penting untuk diperhatikan, karena hal tersebut membangun tujuan, isi dan pelaksanaan kebijakan tersebut. RUU tentang ketahanan keluarga akan menjadi kebijakan yang berpengaruh pada kehidupan perempuan. Penulis melihat wacana pada RUU ini secara kritis, menggunakan analisis wacana kritis. Kemudian penulis melihat wacana yang ada dengan state-feminisme. Melalui analisis wacana kritis dan state-feminisme penulis melihat Draft Naskah Akademik dan RUU banyak berisikan wacana yang tidak berpihak pada perempuan. Berisikan secara langung maupun tidak langsung domestifikasi, streotip gender dan objektifikasi pada perempuan. Terdapat upaya mereduksi perempuan ke dalam peran keluarga. Berangkat dari hal-hal tersebut penulis mencoba melihat bahwa terdapat masalah pada representasi perempuan. Masalah yang ada tidak hanya pada kuantitas juga pada kualitas dari reprensentasi perempuan yang ada.

The Representation of women is very much needed in a circle of policy making this day. Where it becomes the hope in order to represent women rights, needs and interests of the policies it self. Its necessary to create policies that support the justice for women. As support in the form of encouragement towards discourses that creates fairness for women. Discourses becomes important to note, because it is build on the purpose, content and implementation of such policies. Bill on family resilience would be policies that affect the lives of women. The authors see the discourse in this Bill were critical, using the critical discourse analysis. using the critical discourse analysis and state-feminism author viewed the Draft script of academic and BILL contains a lot of discourse that does not favour women. witch directly or indirectly portray domestification, gender streotyping and objectication on women. There are efforts at reducing women into the role of the family. Base on the things, which the author tried to see that there are problems in the representation of women. Not just a problem in the number of women in the process of policy making, but existing representation was not truly representative on women."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Sukmawati
"Rating dan share masih menjadi tujuan utama stasiun televisi di Indonesia saat ini. Hal tersebut membuat persaingan antar stasiun televisi semakin ketat. Oleh karena itu, stasiun televisi menggunakan berbagai strategi yang tepat untuk menaikkan rating dan share. Net merupakan televisi baru yang mengedepankan kualitas konten, dengan segmentasi penonton yang sempit, namun dengan rating dan share yang rendah. Dengan menggunakan konsep strategi, segmentasi penonton, dan rating share, tulisan ini akan membahas tentang strategi apa saja yang harus dilakukan Net untuk meningkatkan rating dan share dari segi segmentasi penonton Net berdasarkan demografi dan konten tayangan program televisi.

Rating and share still the main purpose of television station in Indonesia today. This makes the competition among television stations increasingly stringent. Therefore, the television station using a variety of strategies to raise the rating and share. Netmedia is a new television with a good quality of the content, with a narrow audience segmentation, but with a rating lower share. By using the concept of strategy, audience segmentation, and rating share, this paper will discuss about Net strategy to increase the rating and share in terms of audience segmentation based on demographics and content of television programs.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>