Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122837 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Ayu Aprilianti
"ABSTRAK
Perkawinan adalah sebuah institusi yang paling tua, paling universal, dan paling khas yang dimiliki oleh manusia. (Fusch dalam Havenmann & Lehtinen, 1986) Perkawinan juga memiliki kedudukan yang penting bagi individu. Beberapa ahli berpendapat bahwa perkawinan berperan besar dalam menciptakan kebahagiaan dan stabilitas individu. (Landis & Landis, 1970).
Selain perkawinan, agama juga memiliki peranan penting dan berpengaruh luas terhadap manusia. Dalam tingkat sosial agama merupakan institusi sosial yang berkontribusi menjaga stabilitas sosial. Dalam tingkat personal agama berperan sebagai serangkaian prinsip yang hidup yang dapat memberikan arti bagi kehidupan seseorang,'aturan-aturan dalam berperilaku, perasaan bebas atau bersalah dan penjelasan tentang nilai-nilai kebenaran yang dapat dipercayai. (Pergament dalam Palaoutzian, 1996) Hurlock (1980) mengemukakan bahwa penyesuaian perkawinan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam perkawinan. Menurut Burgess & Locke (dalam Miller, 1991) penyesuaian perkawinan ditandai dengan adanya kesesuaian antara suami istri dalam berbagai hal yang dianggap penting dalam perkawinan, adanya kesamaan minat serta aktivitas yang dilakukan bersama, saling mengungkapkan kasih sayang dan saling percaya, hanya memiliki sedikit keluhan, serta tidak sering mengalami perasaan kesepian, sedih, marah, tidak puas dan semacamnya. Sementara itu, menurut Glock dalam Palaoutzian (1996), komitmen beragama dipandang sebagai salah satu variabel multidimensional yang tersusun dari 5 dimensi, yaitu dimensi idiologis, dimensi ritual, dimensi eksperiensial, dimensi konsekuensial, dan dimensi intelektual.
Beberapa ahli mengemukakan bahwa agama merupakan salah satu pendukung utama sebuah perkawinan dan juga keluarga (Schmiedeler, 1946; Daradjat, 1996; Rosen-Grandon, 1999; Fiese & Tomcho, 2001). Berbagai penelitian juga telah banyak dilakukan khususnya di negara-negara barat untuk mencari hubungan antara agama dengan perkawinan. Stinnet (dalam Laswell & Laswell, 1987) dan Jones (2002) mengemukakan bahwa dari berbagai penelitian ditemukan bahwa agama secara konstan memiliki hubungan yang positif dengan perkawinan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara penyesuaian perkawinan dengan komitmen beragama pada pasangan suami istri beragama Islam dengan usia perkawinan 1-5 tahun. Penelitian ini juga bertujuan untuk menegatahui gamabaran penyesuaian perkawinan dan gambaran komitmen beragama pasangan suami istri beragama Islam dengan usia perkawinan 1-5 tahun.
Penenlitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode ex post facto field study. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik non-random sampling dengan tipe Occidental sampling. Subyek dalam penelitian ini beijumlah 164 orang atau 82 pasang suami istri. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan 2 buah kesioner, yaitu kuesioner penyesuaian perkawinan yang merupakan hasil adaptasi dari Marriages Adjustment Schedule yang disusun oleh Burgess & Locke (1960) dan kuesioner komitmen beragama yang merupakan hasil adaptasi dari Religious Commitment Scale yang disusun oleh Glock & Stark (1965).
Perhitungan data untuk mengetahui adanya hubungan antara penyesuaian perkawinan dengan tiap-tiap dimensi komitmen beragama dilakukan dengan menggunakan metode korelasi Pearson Product Mommet. Hasil penelitian menujukkan bahwa ada korelasi positif dan signifikan antara penyesuaian perkawinan dengan dimensi idiologis, dimensi ritual, dimensi ekperiensial, dimensi konsekuensial dan dimensi intelektual pada subyek suami. Sementara itu pada subyek istri juga ditemukan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara penyesuaian perkawinan dengan dimensi idiologis, dimensi ritual, dimensi eksperiensial dan dimensi konsekuensial. Namun pada subyek istri tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara penyesuaian perkawinan dengan dimensi intelektual."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3259
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatchuri
"ABSTRAK
Modernisasi yang berlangsung di Jakarta memberikan dampak perubahan terhadap kehidupan masyarakat Betawi sebagai penduduk asli Jakarta. Arus urbanisasi yang kemudian berlangsung membuat populasi penduduk di Jakarta terus bertambah. Muncullah kemudian masalah-masalah sosial yang menimpa kota Jakarta seperti kepadatan penduduk, pemukiman, kesempatan kerja, dan masalah-masalah lain yang biasa terdapat di kota besar. Perubahan-perubahan tersebut dapat mempengaruhi kondisi psikologis individu- individu dalam masyarakat Betawi. Berkembangnya Jakarta menjadi kota metropolitan mengubah kehidupan kota Jakarta menjadi kota yang masyarakatnya saling tak mengenal, acuh tak acuh terhadap orang lain, individualis, dan berorientasi kepada materi. Hal ini dapat berdampak kepada kehidupan masyarakat Betawi yang biasa hidup dalam lingkungan sosial yangbaik, saling menolong, dan memiliki ikatan sosial yang kuat.
Untuk mengetahui Iebih jauh tentang bagaimana kondisi psikologis masyarakat Betawi saat ini, dapat dilakukan penelitian dengan menggunakan konsep psychological well-being (PWB) yang dikemukakan Carol D. Ryff (1989). PWB mengukur bagairnana penilaian subjektif individu terhadap pencapaian- pencapaian potensi-potensi dirinya. Konsep ini mempunyai kelebihan dibandingkan teori-teori tentang well-being sebelumnya karena memperhatikan
faktor-faktor kesehatan mental positif yang digunakan dalam teori-teori humanistik seperti pertumbuhan dan perkembangan pribadi. PWB seseorang menurut Ryff (1989) dapat dilihat dari 6 dimensi yaitu dimensi penerimaan diri, otonomi, penguasaan lingkungan, hubungan positif dengan orang Iain, tujuan hidup, dan partumbuhan pribadi. Dalam konteks masyarakat Betawi, dapat diketahui dimensi mana yang dianggap penting oleh mereka saat ini.
Mengingat bahwa masyarakat Betawi merupakan masyarakat yang religius, maka penilaian subjektifnya terhadap pancapaian potensi-potensi dirinya dapat dipengaruhi oleh pandangan-pandangan mereka yang dibentuk oleh agama, dalam hal ini Islam. Maka, penelitian ini ingin melihat Iebih jauh hubungan antara PWB dengan keberagamaan. Penelitian-penelitian selama ini telah membuktikan adanya hubungan antara keberagamaan dengan well-being.
Dari beberapa konsep keberagamaan yang sering digunakan untuk mengukur religiusitas, peneliti menggunakan teori komitmen beragama yang dikemukakan oleh Charles Glock (1962). Dipilihnya teorl ini untuk mengetahui keberagamaan masyarakat Betawi adalah karena konsep ini dapat melihat keberagamaan dari berbagai dimensi sehingga dapat menghasilkan gambaran keberagamaan secara Iebih luas. Aspek-aspek keberagamaan yang penting dalam Islam seperti aqidah, pemahaman agama, ibadah dan penghayatannya, serta muammalah (kehidupan sosial) dapat lebih tergali dengan manggunakan konsep ini.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan. Dalam memproses data yang telah masuk, dilakukan analisa statistik dengan perhitungan mean, korelasi model Pearson product moment, dan analisa varians.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi pertumbuhan pribadi dan tujuan hidup merupakan 2 dimensi yang dianggap penting oleh masyarakat Betawi; sementara dimensi otonomi manempati urutan terakhir dalam pandangan mereka. Pentingnya dimensi pertumbuhan pribadi dalam pandangan masyarakat Betawi menggambarkan bahwa nilai-nilai budaya barat yang mengutamakan pertumbuhan pribadi warganya sudah terserap dalam kehidupan masyarakat Betawi. Meskipun demlkian, dalam hal tujuan hidup, masyarakat Betawi masih dapat mempertahankannya dibandingkan masyarakat Hindu di Denpasar Bali seperti yang ditemukan Mardhianto (1997). Rendahnya dimensi otonomi juga menunjukkan bahwa ikatan sosial di kalangan masyarakat Betawi masih kuat.
Dalam hal komitmen beragama, dimensi ideologis memiliki nilai tertinggi dan dimensi ritual berada pada urutan terakhir. Hal ini berarti bahwa masyarakat Betawi memiliki keyakinan yang kuat terhadap kebenaran ajaran-ajaran agama islam tetapi di sisi Iain keyakinan tersebut tidak selalu terefleksi dalam pelaksanaan ibadah sehari-hari. Hasil ini juga memperlihatkan adanya pergeseran dalam kehidupan beragama mengingat dalam budaya keagamaan masyarakat Betawi dahulu, langgar dan masjid tak bisa dilepaskan dalam kehidupan mereka. lndividu yang jarang ke langgar dan masjid untuk beribadah dapat dikucilkan oleh masyarakat (Junaidi dalam Melalatoa, 1997).
Perhitungan korelasi antara dimensi-dimensi PWB dengan dimensi-dimensi komitmen beragama menunjukkan bahwa di antara dimensi-dimensi kedua variabel terdapat korelasi yang signifikan. Dimensi penerimaan diri berhubungan dengan komitmen beragama pada dimensi ritual, eksperiensial, dan konsekuensial. Hubungan positif dengan orang Iain berhubungan dengan dimensi ritual, eksperiensial, dan konsekuensial. Otonomi berhubungan dengan dimensi konsekuensial dan ideologis. Penguasaan Iingkungan berhubungan dengan dimensi ritual, eksperiensial, dan konsekuensial. Tujuan hidup berhubungan dengan dimensi ritual, eksperiensial, konsekuensial, dan ideologis. Dimensi pertumbuhan pribadi berhubungan dengan dimensi ritual, konsekuensial, ideologis dan intelektual.
Karakteristik subjek juga mempunyai hubungan dengan beberapa dimensi PWB maupun komitmen beragama. Pria terbukti lebih otonom dibandingkan wanita. Tapi dalam komitmen beragama, wanita lebih baik pada dimensi ritual, eksperiensial. dan intelektual. Subjek yang sudah menikah lebih baik dalam dimensi ritual, eksperiensial, dan ideologis tetapi Iebih rendah pada dimensi tujuan hidup dan hubungan positif dengan orang Iain dibandingkan mereka yang belum menikah. Tingkat pendidikan subjek berhubungan dengan dimensi ideologis dan konsekuensial. Jenis pekerjaan juga berhubungan dengan penerimaan diri, otonomi, dan tujuan hidup. Penerimaan diri yang paling baik adalah kelompok wiraswasta; kelompok ini juga memiliki tujuan hidup yang paling jelas. Dimensi otonomi tertinggi ada pada kelompok pegawai negeri. Kelompok subjek yang masih menganggur memiliki nilai paling rendah pada hampir semua dimensi PWB dan juga pada hampir semua dimensi komitmen beragama.

"
2000
S2959
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebahagiaan wanita yang menjalani arranged-marriage dan membuktikan adanya hubungan secara simultan antara pola asuh authoritarian dan komitmen beragama dengan kebahagiaan (subjective happiness) yang dimoderatori arranged-marriage pada wanita keturunan Arab Baalwy dengan berbagai tahapan usia dewasa. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan mixed-methods dengan prosedur dua tahap. Tahap pertama dilakukan pada 103 partisipan, dengan pengisian kuesioner dan pertanyaan terbuka. Tahap kedua dilakukan dengan wawancara terhadap sembilan partisipan yang mewakili kelompok tahapan usia, tingkat perjodohan, dan tingkat kebahagiaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya tingkat kebahagiaan partisipan tinggi. Selain itu terbukti adanya hubungan yang simultan dan signifikan antara komitmen beragama dan arranged-married dengan kebahagiaan. Namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh authoritarian dengan kebahagiaan baik secara langsung maupun dimoderatori oleh arranged-marriage. Dari wawancara diperoleh hasil bahwa kebahagiaan wanita keturunan Arab yang menjalani arranged-marriage mencakup aspek rasa syukur, keharmonisan dalam rumah tangga dan materi. Tampak kecenderungan bahwa pandangan mereka tentang kebahagiaan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai agama.

The purpose of this study was to investigate the correlation of authoritarian parenting style and religious commitment with happiness, which are moderatored by arranged-marriages simultaneously on women of Arab Baalwy?s descendent. This research included two steps. First step was conducted using quantitative and qualitative approach involving 103 participants. Second step was conducted using qualitative approach involving 9 participants. The results of quantitative approach, showed that the religious commitment and arrangedmarriage had significant contribution to happiness, simultaneously. Beside that, authoritarian parenting style had no significant contribution to happiness. Meanwhile, the result of qualitative approach, showed the illustration happiness of women of Arab Baalwy?s descendent who had arranged-marriage married and authoritarian parenting style, is caused by religious commitment."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35812
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriyaningsih
"ABSTRAK
Dosen merupakan sumber daya manusia utama dalam universitas,
keberlangsungan dan keberhasilan universitas tergantung dari dosen-dosennya.
Hanya dosen yang memiliki komitmen tinggi pada universitas yang mau
melibatkan diri dalam kegiatan yang mengembangkan universitas. Komitmen
organisasi menggambarkan hubungan karyawan dengan organisasi yang
mempunyai implikasi terhadap keputusan karyawan untuk tetap tinggal atau
keluar dari organisasi.
Penelitian Ali Nina (2002) menemukan bahwa komitmen organisasi
dipengaruhi oleh faktor pribadi dan faktor lingkungan. Salah satu faktor
lingkungan yang mempengaruhi komitmen organisasi adalah iklim psikologis.
Iklim psikologis adalah persepsi karyawan terhadap situasi dan kejadian dalam
lingkungan kerja.
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah apakah ada
hubungan yang bermakna antara iklim psikologis dengan komitmen dosen pada
universitas ?. Penelitian ini akan menggunakan Organizational Commitment
Questionnaire dari Allen dan Meyer (1990) yang terdiri dari tiga komponen
komitmen yaitu, komitmen afektif, komitmen rasional, dan komitmen normatif.
Ketiga komponen komitmen ini dapat dialami karyawan secara bersama-sama
dengan derajat yang berbeda. Untuk mengukur iklim psikologis akan digunakan
Psychological Climate Questionnaire dari James dan Selis (1981) yang terdiri dari
dimensi karakteristik peran, karakteristik pekerjaan, karakteristik manajemen, dan
karakteristik kelompok.
Responden dalam penelitian ini adalah dosen tetap pada Universitas
Pancasila yang telah bekeija minimal satu tahun. Jumlah responden dalam
penelitian ini sejumlah 101 dosen yang dipilih berdasarkan accident sampling.
Selain menyelidiki hubungan antara iklim psikologis dengan komitmen dosen
pada Universitas Pancasila, peneltian ini juga akan melihat gambaran iklim
psikologis dan gambaran komitmen dosen pada universitas. Untuk mengetahui
hubungan antara iklim psikologis dengan komitmen organisasi akan digunakan
korelasi pearson's product moment. Sebagai analisis tambahan akan diteliti
hubungan karakteristik pribadi yang terdiri dari jenis kelamin, usia, status
pernikahan, tingkat pendidikan dan lama kerja dengan komitmen organisasi.
Dari hasil peneltian ditemukan bahwa iklim psikologis berhubungan
dengan komitmen dosen pada Universitas Pancasila. Semua dimensi iklim psikologis juga berhubungan dengan ketiga komponen komitmen, kecuali
karakteristk peran dan karakteristik pekerjaan tidak berhubungan dengan
komitmen rasional. Dari penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa iklim psikologis
yang dipersepsikan dosen Universitas Pancasila tergolong agak baik dan
komitmen dosen pada Universitas Pancasila tergolong sedang Pada analisis
tambahan ditemukan bahwa karakteristik pribadi yang berhubungan dengan
komitmen organisasi hanya jenis kelamin, sedangkan usia, status pernikahan,
tingkat pendidikan, dan lama bekerja tidak berhubungan dengan komitmen dosen
pada universitas.
Berdasarkan hasil penelitian saran yang dapat diberikan pada penelitian ini
adalah memperluas sampel penelitian, menambah metode wawancara,
menghubungkan komitmen organisasi dengan variabel pribadi dan lingkungan
lain. Untuk Universitas Pancasila saran yang dapat diberikan adalah
meningkatkan manajemen partisipatif, mengatur alur komunikasi dan menata
lingkungan kerja dalam universitas."
2003
S3225
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Imaduddin Hamzah
"Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika memperlihatkan peningkatan jumlah kasus baik peredaran dan penyalahgunaan yang memprihatinkan setiap tahunnya. Sebagian besar yang terlibat sebagai penyalahguna berusia remaja. Kaum agamawan memandang agama dapat menjadi kendali individu melakukan tindakan menyimpang.
Penelitian ini hendak mengkaji apakah ada perbedaan komitmen beragama Islam antara remaja penyalahguna dan bukan pengguna narkotika dan psikotropika remaja muslim?
Agama merupakan suatu sistem nilai dan norma yang ada di masyarakat. Komitmen beragama terbentuk melalui internalisasi dan sosialisasi masyarakat terhadap anggotanya. Agama dapat menjadi kendali bagi seseorang untuk tidak melakukan tindakan yang menyimpang dari norma agama dan norma sosial. Agama juga dapat menjadi pengikat individu dengan kelompok keagamaannya. Dengan demikian komitmen Beragama Islam yang tinggi diperkirakan dapat menjadi kendali internal dan sosial bagi siswa untuk melakukan tindakan menyimpang dalam bentuk penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika.
Penelitian ini menggunakan metoda kausal komparatif untuk menguji adanya hubungan sebab akibat dengan membandingkan dan menganalisa komitmen Beragama Islam penyalahguna dan bukan pengguna narkotika dan psikotropika pads populasi siswa SMU "X" Tangerang dengan jumlah responden sebanyak 90 siswa. Teknik Pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified random sampling Variabel babas penelitian ini adalah Tingkat Komitmen Beragama Islam yang terdiri atas komponen Kesadaran Beragama Islam, partisipasi Beragama Islam, kendali keluarga dan keyakinan nilai agama. Variabel terikat adalah keterlibatan siswa dalam penyalahgunaan narkotika dan psikotropika.
Uji statistik dilakukan dengan uji koefisien kotingensi dalam taraf signifikansi 95% (0,05) dan dipero]eh 0 (phi) hitung 0,33 > 0 tabel 0,205, yang menunjukkan Ho ditolak, berarti dapat disimpulkan bahwa Tingkat komitmen Beragama Islam penyalahguna Narkotika dan Psikotropika lebih rendah daripada bukan pengguna pada siswa SMU "X" Tangerang."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12498
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hifizah Nur
"ABSTRAK
UKM Kerohanian di UI, UNJ, UP dan Universitas Gunadarma merupakan organisasi
yang bertujuan untuk mensyiarkan Islam di kampus-kampus tersebut. Untuk mencapai tujuan
tersebut, UKM-UKM Kerohanian tersebut membutuhkan SDM-SDM yang memiliki
komitmen yang kuat untuk mensukseskan program-programnya. Dari hasil wawancara
dengan pengurus UKM Kerohanian tersebut, diketahui bahwa hanya sekitar 45% sampai
75% saja pengurus yang benar-benar terlibat aktif di organisasi-organisasi tersebut. Salah
satu faktor yang mempengaruhi komitmen adalah motivasi dan salah satu faktor yang
membentuk motivasi adalah goal orientation (GO), yaitu tujuan seseorang dalam mencapai
suatu prestasi (Pintrich & Schunk, 1996).
Ada dua macam goal orientation, yaitu yang task involved dan ego involved. Task
involvd GO adalah orientasi yang dimiliki seseorang ketika melakukan suatu aktivitas yang
berfokus pada melaksanakan tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan standar pribadi,
mengembangkan keterampilan-keterampilan baru, meningkatkan kompetensi, mencoba untuk
mengatasi sesuatu yang menantang atau mencoba untuk mengerti dan mendapatkan insight
baru dalam proses pembelajaran. Sedangkan yang dimaksud dengan ego involved GO adalah
orientasi yang menitikberatkan pada kemampuan dan prestasi relatif atau bagaimana
kemampuan dan prestasi itu akan dinilai atau dibandingkan dengan orang lain (dalam
Pintrich & Schunk, 1996). Goal yang ideal adalah goal yang task involved, karena dengan
goal ini, para pengurus UKM Kerohanian tersebut memiliki keinginan untuk mengerjakan
program-rogram yang menantang dan senantiasa berorientasi untuk belajar dan
mengembangkan diri, sehingga, selain meningkatkan kualitas individu, target-target dari
organisasi pun dapat tercapai. Penelitian ini mencoba melihat bagaimana profil goal
orientation pengurus yang terlibat aktif di UKM-UKM Kerohanian tersebut, apakah lebih ke
task involved GO atau ego involved GO
Karena salah satu faktor yang mempengaruhi goal seseorang, apakah akan menjadi task
involved atau ego involved adalah berasal dari dalam diri individu tersebut, maka nilai-nilai
yang tertanam di dalam diri seorang pengurus kerohanian merupakan hal yang penting untuk
dibicarakan sebagai salah satu hal yang berpengaruh untuk menentukan goal seseorang.Nilainilai
yang seharusnya tertanam dalam diri seorang pengurus UKM Kerohanian Islam adalah
nilai-nilai keislaman yang membentuk komitmen beragama seseorang. Menurut Glock
(1962), komitmen beragama adalah kepercayaan seseorang terhadap kebenaran agamanya,
praktek dari ajaran agama seseorang, bagaimana emosi atau pengalaman sadar yang terlibat
dalam diri seseorang, pengetahuan dan pemahaman seseorang tentang ajaran-ajaran agamanya, dan bagaimana efek agama seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian
komitmen beragama ini sekaligus membentuk dimensi-dimensi komitmen beragama.
Penelitian ini bersifat kuantitatif dan dilakukan untuk mengetahui hubungan antara goal
orientation, baik yang task involved maupun yang ego involved dengan komitmen beragama
dan dimensi-dimensinya. Goal orientation diukur dengan menggunakan kuesioner yang
dirancang berdasarkan dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Andermen dan Maehr
(1994), Ames (1992b) dan Maehr & Midgley (1991) yang dirangkum oleh Pintrich & Schunk
(1996). Sedangkan komitmen beragama diukur dengan alat ukur yang berasal dari Glock
(1962) dan telah diadaptasi oleh beberapa orang dari UGM Yogyakarta. Hubungan antara
GO dan komitmen beragama diuji dengan menggunakan teknik korelasi dari pearson product
moment dan perbedaan mean yang berhubungan dengan data kontrol diuji dengan Anova.
Hasil perhitungan t-test menunjukkan bahwa pengurus UKM kerohanian tersebut
memiliki nilai mean yang tinggi pada task involved GO dan nilai mean yang rendah pada ego
involved GO. Dan mereka pun mendapatkan nilai mean yang tinggi untuk semua dimensi
komitmen beragama.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara
task involved GO dengan dimensi ritual, dimensi eksperiensial, dimensi konsekuensial dan
dimensi ideologis dari komitmen beragama dan ada hubungan yang negatif dan signifikan
antara ego involved GO dengan dimensi ritual, dimensi eksperiensial dan dimensi intelektual
dari komitmen beragama.
Hasil perhitungan anova menunjukkan tidak adanya hubungan antara GO dan dimensidimensi
komitmen beragama dengan katagori jenis kelamin subyek. Pada katagori asal
universitas. Gunadarma mendapatkan nilai mean tinggi pada task involved GO, dimensi
ideologis dan dimensi konsekuensial. Universitas Indonesia mendapatkan nilai teringgi pada
dimensi intelektual dan dimensi ideologis dari komitmen baragama sedangkan UNJ
mendapatkan nilai tinggi pada dimensi ritual. Universitas Pancasila mendapatkan nilai yang
lebih rendah pada semua variabel dan dimensi dibandingkan dengan universitas-unuversitas
yang lain. Untuk katagori jabatan, hanya berhubungan dengan dengan dimensi intelektual
dari komitmen beragama dan level middle manager mendapat nilai tertinggi pada dimensi ini
dibandingkan dengan level top manager dan level staff. Pada katagori angkatan,
berhubungan dengan dimensi ritual dan dimensi konsekuensial dari komitmen beragama dan
angkatan 1996 mendapatkan nilai tertinggi pada kedua katagori tersebut.
Nilai mean yang tinggi pada variabel task involved GO menunjukkan orientasi para
pengurus UKM tersebut dalam beraktivitas lebih ke task involved dari pada ego involved.
Dan mereka juga memiliki komitmen beragama yang baik dan ini terlihat dari nilai mean
yang tinggi pada semua dimensi komitmen beragama.
Hubungan yang positif dan signifikan antara task involved GO dengan beberapa dimensi
dari komitmen beragama menunjukkan bahwa semakin baik dimensi-dimensi tersebut
dilakukan, maka akan semakin task involved orientasi seseorang dalam beraktivitas di
organisasi tersebut. Di lain pihak hubungan yang negatif dan signifikan antara ego involved
GO dengan beberapa dimensi komitmen beragama menunjukkan bahwa semakin baik
pelaksanaan dimensi-dimensi komitmen beragama tersebut akan membuat orientasi ego
involved semakin rendah.
Tidak adanya hubungan antara katagori jenis kelamin dengan GO mendukung pernyataan
dari Pintrich dan Schunk yang menyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin tidak menentukan
GO seseorang. Dan hal ini juga menunjukkan bahwa pria dan wanita tidak memiliki
perbedaan dalam komitmen beragama dengan semua dimemnsinya. Pada katagori universitas, lebih rendahnya nilai komitmen beragama pada pengurus
UKM kerohanian di Universitas Pancasila menunjukkan bahwa UKM di universitas tersebut
lebih diminati oleh beragam mahsiswa dalam hal komitmen beragamanya dan hal ini
disebabkan karena program-programnya yang lebih variatif dan lebih dapat diterima oleh
mahasiswa di universitas tersebut.
Untuk kategori jabatan, adanya perbedaan di setiap level pada dimensi intelektual
menunjukkan bahwa pemahaman para pengurus UKM kerohanian terhadap agamanya tidak
merata, level midclle mcinager memiliki nilai mean yang lebih tinggi pada dimensi tersebut
dan hal ini memerlukan perhatian yang cukup serius dari penghasil kebijakan di organisasiorganisasi
tersebut.
Untuk kategori angkatan, 1996 memiliki nilai yang lebih tinggi dari angkatan-angkatan
yang ada di bawahnya dalam hal pelaksanaan ibadah-ibadah ritual dan penerapan nilai-nilai
keagamaan dalam kehidupan sehari-hari dan hal ini pun memerlukan perhatian yang serius
dari para BPH UKM Kerohanian tersebut.
Dari diskusi di atas, peneliti mengajukan beberapa saran teoritis dan prakstis. Saran
teoritis yang terkait dengan penelitian diatas adalah yang terkait dengan alat ukur yang
dipakai dalam penelitian. Untuk alat ukur GO, perlu diteliti ulang keakuratan pengadopsian
dimensi-dimensi tersebut dari dunia pendidikan ke dunia organisasi, karena ada satu dimensi
yang seluruh itemnya gugur dalam uji reliabilitas dan validitas. Sedangkan untuk alat ukur
komitmen beragama perlu dikaji lebih mendalam unsur-unsur penting dalam agama Islam
yang dapat mengukur dimensi komitmen beragama. Selain itu pengambilan sampel dengan
teknik random sampling dan pembuatan norma dalam penelitian yang akan datang perlu
dilakukan agar hasil dari penelitian ini dapat digenerlisasikan kepada seluruh populasi.
Kemudian, saran praktis yang diajukan oleh peneliti adalah training-training untuk
peningkatan keterampilan berorganisasi juga perlu dilakukan mengingat besarnya keinginan
pengurus tersebut untuk belajar di organisasi. Dan juga perlu ditingkatkan penerapan nilai
keislaman di organisasi agar bisa meningkatkan task involved mereka."
2001
S3042
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3627
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safa Taqiya Fidelia
"Kanker payudara dapat menimbulkan berbagai gejala pada pasien akibat proses penyakit dan manajemen yang dijalani. Hal ini dapat menimbulkan berbagai dampak terhadap pasien, termasuk pada aspek psikologis dan kualitas hidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kesejahteraan psikologis dengan kualitas hidup pada pasien kanker payudara. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan melibatkan sampel sebanyak 77 responden di RSUP Fatmawati melalui purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah ENRICHD Social Support Instrument (ESSI), Ryff’s Psychological Well-Being Scale (RPWB), serta European Organization for Research and Treatment of Cancer Quality of Life Questionnaire: Core Questionnaire (EORTC QLQ-C30). Hasil analisis data menunjukkan adanya hubungan yang signifikan pada pendapatan keluarga (p<0,05), dukungan sosial (p<0,05), dan kesejahteraan psikologis (p<0,05) terhadap kualitas hidup pasien kanker payudara. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mempertimbangkan faktor-faktor lainnya yang berkaitan dengan kualitas hidup agar dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker payudara.

Breast cancer can cause various symptoms in patients due to the disease process and management that is undertaken. This can have various impacts on patients, including on psychological aspects and quality of life. The purpose of this study is to determine the relationship between psychological well-being and quality of life in breast cancer patients. The research design uses cross-sectional involving a sample of 77 respondents at RSUP Fatmawati through purposive sampling. The instruments used were ENRICHD Social Support Instrument (ESSI), Ryff's Psychological Well-Being Scale (RPWB), and the European Organization for Research and Treatment of Cancer Quality of Life Questionnaire: Core Questionnaire (EORTC QLQ-C30). The results of data analysis show that there is a significant relationship between family income (p<0.05), social support (p<0.05), and psychological well-being (p<0.05) on the quality of life of breast cancer patients. Future research is expected to consider other factors related to quality of life in order to improve breast cancer patients’ quality of life."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>