Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 73097 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yulian Karfili
"Di tengah masyarakat Indonesia, unsur tradisi kuno seperti mitos alam gaib masih mendapat tempat yang sangat luas dalam berbagai kebudayaan tradisional masyarakatnya. Semua kebudayaan tradisional di Indonesia dipenuhi dengan berbagai mitos yang mengambil bentuk ritual, dongeng, maupun kisah-kisah gaib lainnya. Hingga kini pun, banyak masyarakat Indonesia yang masih hidup berdasarkan mitos-mitos yang terdapat dalam kebudayaan tradisional mereka. Dengan kata lain, masyarakat seperti ini hidup dalam mitos-mitos yang membatasi tindak tanduk mereka. Karena itu dapat dikatakan bahwa mitos dalam suatu kebudayaan mempunyai fungsi sebagai sebuah pesan yang mengenai apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan atau apa yang baik dan tidak dilakukan. Meskipun tidak rasional dan seringkali bertolak belakangan dengan logika, tidak berarti mitos tidak berkembang dalam masyarakat modern. Cerita-cerita yang mengandung mitos, terutama yang berhubungan dengan supernatural dan alam gaib, selalu muncul dan beredar di kalangan masyarakat. Bahkan tidak jarang cerita-cerita semacam itu memicu sebuah fenomena sosial dalam masyarakat. Minat masyarakat yang besar terhadap mitos-mitos semacam ini kemudian ditangkap oleh para pelaku bisnis, termasuk dari kalangan media massa. Saat ini, banyak tema seputar alam gaib menghiasi berbagai acara televisi, baik yang dikemas dalam bentuk horor, laga, maupun komedi. Bahkan, berdasarkan hasil pemeringkatan rating AC Nielsen periode 10-16 Agustus 2003 terhadap 100 program acara stasiun televisi, ternyata acara-acara semacam ini banyak digemari khalayak penonton televisi. Meskipun menggunakan beragam bentuk dan kemasan, satu hal yang menjadi persamaan dari seluruh tayangan misteri di televisi adalah kemampuannya untuk menakuti-nakuti penonton. Hal seperti ini agaknya lumrah bagi produser tayangan misteri karena pada kenyataannya semakin seram sebuah acara semakin penonton menyukainya. Karena itu, demi mengejar keuntungan, tayangan misteri di televisi pun berlomba-lomba menciptakan acara yang paling seram dan paling "nyata". Dalam penelitian ini, terlihat bahwa acara "Gentayangan" telah melakukan komodifikasi terhadap mitos alam gaib. Mitos-mitos alam gaib yang memiliki fungsi sosial dan budaya dalam masyarakat Indonesia dikemas sedemikian rupa menjadi sebuah tayangan entertainment yang menjual dan mendatangkan keuntungan. Konstruksi yang dilakukan terhadap mitos alam gaib pada acara "Gentayangan" adalah dengan menonjolkan sifat-sifat menyeramkan dan takhayul dan sebuah mitos tanpa melihat makna di belakangnya. Konstruksi semacam ini menghasilkan sebuah tayangan reality show misteri yang kental dengan nuansa misteri dan keangkeran. Proses komodifikasi ini dilakukan untuk memenuhi tuntutan bisnis televisi yang menghendaki sebuah acara yang komersil dan disukai masyarakat luas. Pada kenyataannya, proses ini juga berdampak pada rusaknya nilai budaya dalam mitos alam gaib yang menuntun pada proses pembodohan audiens."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4237
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ranny Surya Maharani Soeharnis
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5341
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Noor Kartika Hapsari
"ABSTRAK
Ruang lingkup keluarga sarat akan nilai privasi, dimana segala bentuk permasalahan di dalamnya merupakan masalah yang sangat pribadi dan dipandang sebagai aib yang tabu untuk disebarluaskan. Namun pada kenyataannya, isu konflik keluarga telah menjadi salah satu komoditas bagi media untuk dijual guna mendapatkan keuntungan.
Penulisan ini ingin melihat bagaimana tayangan Masihkah Kau Mencintaiku melakukan komodifikasi terhadap konflik keluarga, bagaimana tanggapan khalayak tentang format reality show pada tayangan dan muatan konflik keluarga yang dikomodifikasikan.
Dengan menggunakan metode analisis wacana kritis Norman Fairclough pada level teks, discourse practice dan socioculture diketahui bahwa tayangan reality show Masihkah Kau Mencintaiku yang tayang di RCTI telah melakukan komodifikasi konflik dalam keluarga. Hal ini disebabkan karena ketatnya persaingan antar media, sehingga harus merebut perhatian khalayak untuk mendapatkan rating dan share yang memuaskan. Disamping itu, faktanya khalayak juga menyukai tayangan dengan tema konflik keluarga yang dipenuhi adegan
emosional seperti ini.
Label reality show yang menempel pada tayangan seolah menguatkan argumen bahwa tayangan tersebut memang mengangkat kisah nyata dari sebuah keluarga, dan dengan orang-orang yang memang bermasalah. Sehingga terkesan bahwa konflik keluarga bukanlah aib
yang harus ditutupi lagi. Tayangan seperti ini menghadirkan suatu wacana bahwa kesakralan pernikahan dan keluarga bukanlah hal yang utama lagi, dan bahwa konflik keluarga dan perceraian merupakan hal yang lumrah terjadi saat ini.

ABSTRACT
The family's scope is full of privacy, so that every problem in there may be a very personal thing, which is called as shame or scandal. But in fact, the family conflict issues are sold for the media profit, as one of the media commodity.
The purposes of this thesis are to know how Masihkah Kau Mencintaiku commodify the family conflict issues, and what the audience think about the reality show as a genre of the program. By using the Norman Fairclough's critical discourse analysis method for the text, discourse practice and socioculture practice level, it is acknowledged that the reality show Masihkah Kau Mencintaiku, which was shown in RCTI, commodified the family conflicts. To gain highest rating and media compete to maintain their audience attention towards the show.
Surprisingly, the audience put high interest to watch the program which provided these issues and high emotional tense scenes.
A label or reality show has made the audience believed that the program tells a real stories of family conflicts. As a result, the audience has the tendency to think that family conflicts are no secrets, and that is common to be brought into the public. This program represented discourses that the sacred of a marriage and family are not important anymore, and the family conflict or family divorce are the common issues in society."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5296
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4488
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Windriani
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4546
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ambar Susatyo Murti
"Media televisi biasanya mencari keuntungan dari tayangan-tayangan yang dipertontonkan kepada khalayak melalui iklan atau sponsor. Dari situlah media televisi dapat menghidupi karyawan yang berjurnlah ribuan, tentunya juga guna kelangsungan perusahaan media televisi tersebut.
Motif mencari keuntungan yang dilakukan media televisi seperti tersebut diatas bertolak belakang dengan realitas tayangan pagelaran wayang kulit purwa Indosiar. Indosiar belum mendapatkan keuntungan profit dari tayangan pagelaran wayang kulit purwa. Jangankan uang dari iklan atau sponsor, kenyataannya setiap episode tayangan pagelaran wayang kulit purwa yang biasa di tayangkan setiap Sabtu malam Minggu, Indosiar diperkirakan rugi ratusan juta rupiah.
Indosiar tidak pernah merasa rugi dengan ditayangkannya pagelaran wayang kulit purwa. Bagaimana mungkin stasiun televisi mau merugi dalam produksi tayangannya? Bukankah keuntungan profit menjadi tujuan stasiun televisi didirikan? Jawabnya adalah, tentu ada sesuatu yang menguntungkan yang disembunyikan Indosiar dalam tayangan pagelaran wayang kulit purwa ini.
Untuk itulah maka penulis menetapkan tujuan penelitian tesis ini untuk menjelaskan komodifikasi isi tayangan pagelaran wayang kulit purwa Indosiar dan mengungkap motif komodifikasi isi tayangan pagelaran wayang kulit purwa di televisi Indosiar. Selain itu juga mengungkap ideologi atau kekuatan tersembunyi yang berrnain dalam komodifikasi isi tayangan pagelaran wayang kulit purwa Indosiar.
Dalam penelitian ini penulis mengunakan paradigma kritis yang pada dasarnya adalah sebagai suatu proses yang secara kritis berusaha mengungkap "the real structures" dibalik kenyataan yang nampak. Pendekatan yang penulis gunakan adalah kualitatif. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah analisis wacana Fairclough, yang menyatakan bahwa lahirnya sebuah teks adalah melalui sebuah rangkain, mulai rencana hingga teks terwujud dengan tiga dimensi analisis yaitu; teks, discourse practice, dan sociocultural practice.
Sifat dalam penelitian ini ialah bersifat deskriptif, metode pegumpulan data dilakukan dengan dengan record, relics dan wawancara. Sumber data penulis dapatkan dan data primer berupa teks dan wawancara, sedangkan data sekunder berupa situs internet, buku kepustakaan yang mendukung data primer. Dalam analisis data penulis menggunakan tiga tahap analisis yang digunakan Norman Fairclough, yaitu dekripsi, interpretasi dan eksplanasi.
Dari seluruh proses penelitian yang dilakukan didapatkan hasil, bahwa dalam tataran teks yang diteliti menunjukkan terjadinya perubahan-perubahan yang signifikan terhadap tayangan pagelaran wayang kulit purwa Indosiar. Perubahan-¬perubahan tersebut mengarah kepada perubahan karakter pagelaran wayang panggung menjadi "karakter wayang tayangan televisi". Karakter wayang televisi memiliki kecenderungan bersifat padat, ringkas dan menghibur. Dalam tataran discorse practice ditemukan bahwa, meskipun Indosiar tidak mendapatkan keuntungan profit dalam tayangan pagelaran wayang kulit purwa, Indosiar mendapatkan keuntungan lain dalam bentuk kedekatan dengan pemirsanya. Indosiar menjadi diminati kalangan menengah kebawah yang sebelumnya sulit dijangkau, disukai karena tayangan wayangnya menghibur dan ditonton khalayak Jawa maupun luar Jawa. Dan memang itulah yang menjadi tujuan Indosiar dalam tayangan pagelaran wayang kulit purwa. Tayangan wayang yang padat, ringkas dan menghibur menjadi jalan bagi kepentingan Indosiar, Indosiar diminati semua orang "Indosiar Memang Untuk Anda".
Dalam tataran sociocultural terkait dengan perkembangan dunia pewayangan, Indosiar telah memberikan warna tersendiri. Wayang televisi menjadi fenomena baru dalam dunia pewayangan. Indikasi munculnya "pakem wayang gaya televisi" yang dimotori Indosiar semakin memperkaya "polemik" nilai guna wayang bagi masyarakat.
Implikasi terhadap hasil penelitian yang didapat, bahwa tayangan kebudayaan tradisional dalam hal ini tayangan pagelaran wayang kulit purwa tetap menjadi ancaman bagi para pemirsanya. Penonton disuguhi dengan tayangan wayang yang padat, ringkas dan menghibur sesuai dengan karakter televisi. Semua itu tentu memberikan makna tersendiri bagi isi kepada penonton. Bukankah dalam pagelaran wayang kulit purwa menurut Woro Aryandini salah satu tujuannya adalah penonton mendapatkan pelajaran kehidupan setelah selesai menontonnya, artinya penonton harus mencari dan mendapatkan makna/nilai sebagai pegangan kehidupan dalam tayangan wayang tersebut.
Karakter wayang televisi masih sangat terbuka untuk didiskusikan, namun sebaik-baiknya hasil diskusi yang dilakukan harus tetap mengedepankan kepentingan khalayak penonton. Salah satu tugas media menurut Mc Quail adalah sebagai jendela (a window on event and experience), "membuka cakrawala pemirsa tentang berbagai hal diluar dirinya". Dengan tayangan wayang, kita berharap televisi mampu memfasilitasi kepentingan penonton dan pemirsa untuk membuka cakrawala positif kehidupannya.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19924
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Al-Qardhawi, Yusuf
Jakarta: Hikmah, 2006
297.31 QAR mt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Prita Hersty Imaningtyas
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5208
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Gramedia, 1986
338.9 MEN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mas Atmasasmita
"Serat pustaka gaib pada bagian awal (hlm. 5--25) merupakan teks dalam bentuk tembang macapat. Kemudian dilanjutkan dengan uraian mengenai ilmu kebatinan yang dilandasi oleh agama Islam."
Semarang: Aquarius-Astrologisch Bureau, [date of publication not identified]
BKL.0578-PR 42
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>