Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107539 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arsi Wedyarto
"Penelitian ini mengenai hubungan antara komponen cinta dari Strenberg yang terdiri dari intimacy, passion dan commitment dengan kepuasan pernikahan pada pernikahan tahap akhir. Penelitian ini dilakukan berdasarkan teori yang mengatakan bahwa pada pernikahan tahap akhir, kepuasan pernikahan akan meningkat. Namun ternyata ada beberapa pasangan pada pernikahan tahap akhir yang justru bercerai. Faktor cinta dalam hal ini komponen cinta dianggap berpengaruh pada kepuasan pernikahan pada pernikahan tahap akhir. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jumlah responden sebanyak 60 orang yang terdiri dari 30 pria dan 30 perempuan. Dalam penelitian ini dipakai 2 jenis kuesioner, yaitu kuesioner komponen cinta dan kusioner kepuasan pernikahan. Semua data yang diperoleh dianalisa menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment yang terdapat pada program SPSS. Dari perhitungan yang dilakukan didapatkan hasil bahwa komponen cinta yaitu intimacy, passion dan commitment memiliki korelasi yang positif dengan kepuasan pernikahan pada pernikahan tahap akhir. Untuk memperoleh hasil yang lebih pada penelitian selanjutnya, perlu kiranya menambahkan subjek penelitian dari berbagai kelompok usia pernikahan yang berbeda.

This research is about correlation between love component theory frora Stemberg wich is consist of intimacy, passion and commitment with marital satisfaction in laterlife marriage. This research is based on a theory that emphasize in laterlife marriage, marital satisfaction will increase. But there are some couples in laterlife marrige get divorced. Love in this case, love component come across as being influential in marital satisfaction in laterlife marriage. This research use quantitative approach with research subject counted 60 persons, wich is consist 30 male and 30 female.There is any two type quesioners in this research, one is love component qusioner and second one is marital satisfaction quesioner. All the data are being analysed use correlation technique of Pearson Product Moment with SPSS Software methode. The result of this research, obtained that intimacy, passion and commitment have positive correlation with marital satisfaction in laterlife marriage. To obtain a better result in the next research, it is suggested to enhance research subject from diffrent group of marriage."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
S3532
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradita Khairinnisa
"Kehadiran anak usia 0-5 tahun dalam suatu keluarga dapat berdampak pada penurunan kepuasan pernikahan pada ibu secara drastis dan terus menerus. Hal ini disebabkan oleh pengasuhan yang intensif dan continuous yang dilakukan ibu sehingga membuatnya merasa pembagian tugas pengasuhan yang tidak adil dengan suaminya, kelelahan, dan stress. Hal tersebut dapat dicegah dengan adanya co-parenting dari suami.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan co-parenting dan kepuasan pernikahan pada ibu dengan anak usia 0-5 tahun. Pengukuran variabel co-parenting diukur menggunakan Brief Co-parenting Relationship Scale yang dikembangkan oleh Feinberg, Brown, dan Kan 2012, sedangkan kepuasan pernikahan menggunakan ENRICH Marital Satisfaction Scale yang dikembangkan oleh Fowers dan Olson 1993.
Penelitian ini diikuti oleh 425 ibu berstatus menikah yang memiliki anak pertama maksimal berusia 5 tahun. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara co-parenting dan kepuasan pernikahan pada ibu dengan anak usia 0-5 tahun.

Marital satisfaction of mother decline drastically after the birth of her child until the child turn 5 years old. This is caused by mother rsquo s intense and continuous parenting since the child is born. Mothers reported to feel exhausted, stressed, and unfair division of parenting task between her and her husband. The drastic decline of marital satisfaction in mother with 0 5 years old child can be prevented by co parenting with husband.
The aim of this study is to investigate the correlation between co parenting and marital satisfaction among mothers with 0 5 years old children. Co parenting is measured by Brief Co parenting Relationship Scale developed by Feinberg, Brown, and Kan 2012, and marital satisfaction is measured by ENRICH Marital Satisfaction Scale developed by Fowers and Olson 1993.
This study involved 425 mothers with 0 5 years old children. Result showed positive and significant correlation between co parenting and marital satisfaction among mother with 0 5 years old children.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara ritual keluarga dan kepuasan pernikahan pada keluarga dengan anak bayi. Menurut Bricker (2005), keluarga dengan anak bayi mengalami penurunan kepuasan pernikahan secara drastis. Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan ritual keluarga dan kepuasan pernikahan karena ritual dapat membantu keluarga mengatasi masa transisi (Fiese, Hooker, Kotary, & Schwagler, 1993). Penelitian ini dilakukan pada 52 orang subjek (26 pasangan) yang berada pada tahap keluarga dengan anak bayi di Jabodetabek. Mayoritas subjek merasa kegiatan ritual keluarga yang paling dominan adalah merawat anak. Subjek juga kebanyakan menunjukkan kepuasan pernikahan pada taraf sedang. Hasil perhitungan korelasi menunjukkan bahwa ritual keluarga memiliki hubungan positif yang signifikan dengan kepuasan pernikahan. Kegiatan ritual keluarga yang berhubungan secara signifikan dengan kepuasan pernikahan adalah merawat anak dan waktu bersama.

ABSTRACT
This study is aimed to see the relationship between family ritual and marital satisfaction in family with infant. According to Bricker (2005), in family with infant, marital satisfaction have significant decline. Some researches have shown that family ritual has a correlation with marital satisfaction, because family ritual can help family through the transition like having a first baby (Fiese, Hooker, Kotary, & Schwagler, 1993). This research was conducted on 52 married people (26 couple) in family with infant stage and lives in Jabodetabek. Most of the participants endure child care ritual as their dominant setting of family ritual. Majority of participants also show moderate level of marital satisfaction. The result of correlation computing shows that family ritual has significant and positive correlation to marital satisfaction. Setting of family ritual that have a significant and positive correlation to marital satisfaction are child care and couple time ritual."
2009
S3536
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natalia Setiawati
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T38537
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Klarinthia Ratri
"Temuan sebelumnya menemukan hasil yang konsisten mengenai hubungan positif antara religiusitas dan kepuasan pernikahan (Ahmadi & Hossein-abadi, 2009). Namun, perkawinan beda agama diharapkan bisa mengubah jalannya hubungan ini. Masing-masing tingkat religiusitas menghasilkan konflik, bertindak sebagai penekan untuk pernikahan. Karena itu, ini Penelitian dilakukan untuk menguji ulang hubungan antara religiusitas dan perkawinan kepuasan, dan untuk menguji peran Copic Dukungan Dyadic sebagai strategi pasangan dalam menghadapi tantangan dalam pernikahan antaragama (moderator). Kuisioner diberikan kepada 65 peserta dalam pernikahan beda agama dengan usia berkisar 26-64 tahun. Data dikumpulkan dengan menggunakan Indeks Kepuasan Pasangan, Inventarisasi Coping Dyadic, dan Kuisioner Skala Sentralitas Religiusitas. Analisis data dilakukan dengan pearson korelasi, analisis regresi, dan Annova satu arah dalam SPSSS versi 23.
Hasil tidak menunjukkan hubungan antara religiusitas dan kepuasan pernikahan (r = -0,154, p> 0,05), a hubungan positif yang signifikan antara coping diad yang mendukung dan perkawinan kepuasan (r = 0,601, p <0,05), dan tidak ada efek moderasi dari coping diad suportif religiusitas dan kepuasan pernikahan (β = 0,056; p> 0,05). Kesimpulannya, mendukung mengatasi diad terbukti mampu melemahkan, tetapi tidak memoderasi hubungan antara religiusitas dan kepuasan pernikahan pada individu dalam pernikahan beda agama.

Previous findings found consistent results regarding a positive relationship between religiosity and marital satisfaction (Ahmadi & Hossein-abadi, 2009). However, interfaith marriages are expected to change the course of this relationship. Each level of religiosity produces conflict, acts as a suppressor for marriage. Therefore, this study was conducted to reexamine the relationship between religiosity and marital satisfaction, and to examine the role of Copic Dyadic Support as a couple's strategy in facing challenges in interfaith marriages (moderators). The questionnaire was given to 65 participants in interfaith marriages with ages ranging from 26-64 years. Data were collected using the Pair Satisfaction Index, Dyadic Coping Inventory, and the Religiosity Central Scale Questionnaire. Data analysis was performed with Pearson correlation, regression analysis, and one-way Annova in SPSSS version 23.
The results did not show a relationship between religiosity and marital satisfaction (r = -0.154, p> 0.05), a significant positive relationship between coping dyads support and marriage satisfaction (r = 0.601, p <0.05), and there was no moderating effect of coping with supportive religiosity and marital satisfaction (β = 0.056; p> 0.05). In conclusion, supporting overcoming dyads can weaken, but not moderate the relationship between religiosity and marriage satisfaction for individuals in interfaith marriages.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulinda Nur Hajizah
"Pasangan yang menikah pasti mengharapkan kebahagiaan dalam pernikahannya dan berharap pernikahannya berjalan memuaskan. Namun, faktanya tidak semua pasangan bisa merasakan sebuah pernikahan dengan keadaan bahagia dan memuaskan. salah satu faktor yang diduga dalam menentukan kepuasan pernikahan adalah komunikasi. Komunikasi yang ada dalam sebuah pernikahan merupakan komunikasi yang unik karena terjadi pada dua orang yang terlibat dalam hubungan yang intim. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara komunikasi intim dengan kepuasan pernikahan pada masa pernikahan 2 tahun pertama. Penelitian ini menggunakan 100 partisipan yang terdiri dari 50 laki-laki dan 50 perempuan dengan karakteristik masa pernikahan 2 tahun pertama yang ada di daerah jabodetabek. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan perhitungan korelasi untuk mengetahui hubungan diantara kedua variabel tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara komunikasi intim dan kepuasan pernikahan.

A married couple would expect happiness in marriage and hoped his marriage work satisfactorily. However, the fact that not all couples can feel a marriage with a state of happiness and satisfaction. One factor in determining the satisfaction of the alleged marriage is communication. Communication in a marriage is a unique communication because it happened to two people involved in intimate relationships. This study aims to look at the relationship between intimate communication with marital satisfaction during the first 2 years of marriage. The study involved 100 participants consisting of 50 male and 50 female with the characteristics marriage age two the first year in the Greater Jakarta area. This quantitative research study using a correlation calculation determine the correlation between two variables. The finding showed a significant correlation intimate communication with marital satisfaction."
Depok: Fakultas Ilmu Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Bilqisthi
"Di Indonesia, terdapat fenomena ta?aruf (perjodohan muslim Indonesia). Hal yang membedakan ta?aruf dengan perjodohan lainnya adalah landasan proses ini berdasarkan keyakinan agama, bukan budaya ataupun alasan ekonomi. Studi mengenai pasangan pernikahan yang melalui perjodohan, termasuk ta?aruf masih sedikit jika dibandingkan pernikahan romantic love. Berdasarkan studi literatur, komitmen dan kepuasan pernikahan merupakan prediktor kesuksesan pernikahan. Namun, belum ada penelitian yang melihat hubungan antara kedua variabel tersebut dalam konteks pernikahan ta?aruf. Maka peneliti melakukan penelitian yang melihat hubungan kepuasan pernikahan dan komitmen pernikahan pada 131 individu yang menikah melalui ta?aruf. Hasil menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepuasan pernikahan dengan komitmen personal (r = 0,423, p < 0.01, one-tailed.) dan juga antara kepuasan pernikahan dengan komitmen moral (r =0.330, ,p < 0.01, one-tailed). Namun, ternyata tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara komitmen struktural dan kepuasan pernikahan (r = 0,074, p > 0.01)

In Indonesia , there are ta'aruf phenomenon ( Indonesian Muslim matchmaking ) . The differences between ta'aruf with other matchmaking is the cornerstone of this process is based on religious beliefs, not cultural or economic reasons. Studies with arranged marriage participant, including ta'aruf, are less when compared to romantic love marriage. Based on the literature study, commitment and marital satisfaction is a predictor of marriage success. However , no studies have looked at the relationship between the two variables in the context of ta'aruf. So the researcher conducted a study to see the relationship between marital satisfaction and commitment in 131 married individuals through ta'aruf. The results show that there is a positive and significant relationship between marital satisfaction with personal commitment ( r = 0.423 , p < 0.01 , one-tailed) And also between marital satisfaction with moral commitment ( r = 0.330 , p < 0.01 , one-tailed). However, it turns out there is no significant relationship between structural commitment and marital satisfaction ( r = 0.074 , p > 0.01)"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S54537
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widiya Solihat Eka Riani
"Pacaran dan ta’aruf dikenal sebagai tren pemilihan pasangan di Indonesia (Madya, 2017). Dalam pacaran dan ta’aruf, terdapat beberapa perbedaan mekanisme dalam proses perkenalan menuju pernikahan dalam hal waktu perkenalan, ada atau tidaknya perantara dalam proses perkenalan, kontak fisik, dan pengalaman mengembangkan rasa cinta sejak sebelum pernikahan (Wuryandari, 2010; Sakinah & Kinanthi, 2018). Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan dan hubungan antara self-disclosure dengan kepuasan pernikahan yang signifikan pada dua kelompok individu yang menikah melalui proses pacaran dan ta’aruf. Sebanyak 133 partisipan yang terdiri dari 71 individu yang menikah melalui proses pacaran dan 62 individu yang menikah melalui proses ta’aruf, dengan rentang usia 19-40 tahun dalam masa 5 tahun pertama pernikahan berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan strategi penelitian komparasi dengan metode pengujian statistik independent sample t-test dan strategi penelitian korelasional dengan metode pengujian statistik pearson moment correlation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan self-disclosure yang signifikan antara pernikahan yang melalui proses pacaran dan ta’aruf (t(131) = 3,087, p < 0,05, d = 0,517, two-tailed), namun tidak ditemukan adanya perbedaan kepuasan pernikahan yang signifikan antara pernikahan yang melalui proses pacaran dan ta’aruf. Self-disclosure berhubungan secara positif dan signifikan dengan kepuasan pernikahan, baik pada pernikahan yang melalui proses pacaran (r = 0,405, p < 0,01, r2 = 0,164) maupun pernikahan yang melalui proses ta’aruf (r = 0,457, p < 0,01, r2 = 0,209). Dengan demikian, semakin tinggi self-disclosure individu atau semakin terbuka individu dalam pengungkapan diri terhadap pasangannya, semakin tinggi kepuasan pernikahannya.

Dating and ta’aruf are known as the trend of partner selection in Indonesia (Madya, 2017). There are several different mechanisms in the process of introduction to marriage between dating and ta’aruf in terms of time, the presence or absence of intermediaries, physical contact, and the experience to develop love since before marriage (Wuryandari, 2010; Sakinah & Kinanthi, 2018). This study aimed to investigate whether there is a significant difference and relationship between self-disclosure and marital satisfaction in two groups. A total of 133 participants consisting of 71 individuals who married through the dating process and 62 individuals who married through the ta'aruf process, with an age range of 19-40 years in the first 5 years of marriage participated in this study. This study used a comparative research strategy with the independent sample t-test statistical testing method and a correlational research strategy with the Pearson’s moment correlation statistical testing method. The results show that there is significant difference in self-disclosure between marriages through the dating process and ta'aruf (t(131) = 2.974, p < 0.05, d = 0.517, two-tailed), but there is no significant difference in marital satisfaction between marriages through the dating process and ta'aruf. Self-disclosure has a positive and significant relationship with marital satisfaction, both in marriages through the dating process (r = 0.405, p < 0.01, r2 = 0.164) and marriages through the ta'aruf process (r = 0.457, p < 0,01, r2 = 0.209). Thus, the higher the self-disclosure towards the partner, the higher the satisfaction of the marriage."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Purnama Sari
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara self-esteem dengan kepuasan pernikahan pada individu yang melakukan hubungan jarak jauh. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan teknik pengambian sampel dilakukan menggunakan accidental sampling. Penelitian ini dilakukan kepada 336 partisipan yang melakukan hubungan pernikahan jarak jauh di Indonesia. Pengukuran self-esteem dalam penelitian ini menggunakan instrumen Rosernberg Self-esteem Scale RSES . Untuk mengukur kepuasan pernikahan instrumen yang digunakan adalah Enrich Marital Satisfaction EMS.
Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang positif antar self-esteem dan kepuasan pernikahan r = 0,399, N = 336, p < 0,01, two-tailed . Artinya, semakin tinggi self-esteem seseorang, maka semakin tinggi kepuasan pernikahannya. Hasil analisis data demografis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kepuasan pernikahan dengan ada dan tidaknya anak dalam pernikahan individu.

This research was conducted to understand the correlation between self esteem and marital satisfaction among individuals who are in long distance marriage. Quantitative research method was conducted to 336 long distance marriage individuals in Indonesia using the accidental sampling method. The instrument used to measure self esteem variable was Rosernberg Self esteem Scale RSES . Meanwhile, the instrument used to measure marital satisfaction variable was Enrich Marital Satisfaction EMS.
The result showed that there was a positive correlation between self esteem and marital satisfaction r 0,399, N 336, p 0,01, two tailed . It means, the higher the self esteem someone has, the higher the marital satisfaction. Demographic data analysis showed that having children influenced marital satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67714
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shintya Desmayanti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui resolusi konflik, kepuasan pernikahan, dan hubungan gaya resolusi konflik dengan kepuasan pernikahan. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kuantitatif. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur gaya resolusi konflik adalah Rahim Organizational Conflict Inventory-II (ROCI-II) yang terdiri dari gaya penghindaran, gaya dominasi, gaya akomodasi, gaya integrasi, dan gaya kompromi. Kepuasan pernikahan diukur dengan Comprehensive Marital Satisfaction Scale (CMSS).
Hasil penelitian dari 50 orang subjek menunjukkan bahwa mayoritas menggunakan gaya resolusi resolusi konflik yang konstruktif. Tingkat kepuasan pernikahan pada subjek pada level ratarata. Pada hubungan gaya resolusi konflik dan kepuasan pernikahan ditemukan hubungan yang signifikan pada gaya dominasi, akomodasi, dan gaya integrasi dengan kepuasan pernikahan. Sedangkan pada gaya resolusi konflik penghindaran dan gaya kompromi tidak ditemukan hubungan yang signifikan dengan kepuasan pernikahan.

The purpose of this research is to find out the conflict resolution, marital satisfaction, correlation between conflict resolution and marital satisfaction in working spouses in First Phase of Marriage. This research is using quantitative methods. Conflict resolution style are measured by Rahim Organizational Conflict Inventory-II (ROCI-II), that contains of avoiding style, dominating style, accommodating style, integrating style, and compromise style. Marital satisfaction are measured by Comprehensive Marital Satisfaction Scale (CMSS).
The result from 50 subjects shows that majority using constructive conflict resolution style. Subjects marital satisfaction be in average level. Correlation between conflict resolution style and marital satisfaction show significant correlation between dominating, accommodating, and integrating style and marital satisfaction. Meanwhile, there is no significant correlation between avoiding and compromise style and marital satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
303.6 SHI h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>