Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174227 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Peggy Melati Purnamadewi Sukma
"Meningkatnya aktivitas produksi pada industri hiburan, membuat semakin besar potensi berita-berita tentang acara-acara televisi berikut artis-artis pendukungnya, yang bisa dijual kepada khalayak. Potensi ini yang mendorong perkembangan media hiburan semakin pesat di Indonesia yang sekaligus dipacu oleh iklim kebebasan pers sejak era reformasi. Media cetak yang mengkhususkan pada pemberitaan dan informasi dunia hiburan, atau yang disebut tabloid infotainment, memiliki keterkaitan erat dengan banyak hal pada industri hiburan. Namun pada kenyataannya, tabloid infotainment lebih memfokuskan diri pada pelaku dunia hiburan depan layar yang disebut sebagai selebriti dan isi beritanya mengeksploitasi kehidupan pribadi ketimbang isi berkualitas yang memiliki fungsi edukasi. Untuk memahami fenomena pemberitaan tabloid infotainment, peneliti mengambil sebuah peristiwa yang memiliki pengaruh besar terhadap dunia hiburan, yaitu Akademi Fantasi Indosiar (AFI). Sebagai sebuah ajang adu bakat dalam dunia tarik suara berskala nasional, kegiatan ini menjadi objek pemberitaan media cetak, termasuk tabloid infotainment. Melalui AFI, sebagai contoh kasus, penelitian ini berusaha menunjukkan bagaimana tabloid infotainment memberitakan sebuah peristiwa fenomenal dalam dunia hiburan di Indonesia. Adapun unit analisa yang diambil dalam penelitian ini adalah berita utama atau headline seputar AFI yang dimuat tabloid Cek&Ricek (C&R) dan Bintang Millenia (BM). Pada C&R, headline ada pada rubrik Isu Utama dan rubrik Isu Khusus. Sementara pada Bintang Millenia ada pada rubrik Millenis. Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan kerangka analisis kritis Fairclough. Kerangka ini menghendaki adanya analisis yang multilevel yakni pada level teks, discourse practice (produksi dan konsumsi media), dan sociocultural practice. Analisa yang dilakukan pada level teks menunjukkan aspek dominan peristiwa AFI yang diangkat oleh tabloid C&R dan BM adalah akademia (sebutan untuk ke-12 finalis AFI). Dari aspek itu sisi yang ditonojolkan adalah kehidupan pribadi akademia yang dibingkai dari dua sudut pandang pembingkaian, yakni bingkai-simpati yang menonjolkan keprihatinan latar belakang hidup akademia yang datang dari keluarga sederhana/ekonomi lemah dan bingkai yang kedua adalah bingkai skandal yang menonjolkan skandal/masalah hubungan percintaannya. Pembingkaian ini menunjukkan beberapa masalah terutama sekali adalah penekanan yang berlebihan pada hal-hal yang ringan dan menghibur yang dikemas secara sensasional. Akibatnya banyak hal penting yang tidak muncul pada berita yang sebetulnya memiliki unsur mendidik dan memberdayakan masyarakat tentang dunia hiburan, khususnya tentang AFI. Analisis discourse practice mengungkap keterkaitan hubungan antara teks dengan produksi dan konsumsi teks. BM dan C& R dengan kebijakan editorialnya masing-masing, telah melakukan seleksi isu yang diwujudkan dalam strategi penyajian yang didasarkan pada prinsip-prinsip jurnalistne tabloid, sehingga aspek-aspek kehidupan pribadi akademia dapat menarik perhatian pembaca. Dari analisa ini, terlihat bahwa faktor organisasi media, khalayak sasaran media, dan kepentingan untuk bertahan di pasar, ikut mempengaruhi bagaimana C&R dan BM memberitakan selebriti, dalam hal ini adalah akademia AFI. Dari analisis discourse practice ditemukan juga motivasi pembingkaian yang dilakukan oleh kedua tabloid adalah untuk kepentingan menjaring pembaca sebanyak-banyaknya. Jadi kehidupan pribadi selebriti telah dikomodifikasi yaitu lebih mementingkan nilai tukar berita — yang dapat menarik khalayak dalam jumlah besar- ketimbang nilai guna untuk mendidik khalayak. Pola pemberitaan yang mengkomodifikasi kehidupan pribadi selebriti ini tak lepas dari pengaruh yang ada di luar media (extra media) serta konteks historis, situasional, dan sosial yang ada ketika teks diproduksi. Analisis sosiocultural practice mengungkap komodifikasi yang dilakukan oleh tabloid C&R dan BM dipengaruhi oleh ketergantungan kepada khalayak, ketergantungan kepada Indosiar sebagai sumber berita, tekanan persaingan media infotainment, dan sejarah pembentukan media infotainment sejak tahun 1920. Kebijakan redaksi mengomodifikasi kehidupan pribadi selebriti juga dipengaruhi oleh sistem pers Indonesia yang semakin bergaya industrialis dengan orientasi keuntungan. Ketidakjelasan aturan (hukum dan etika) serta penegakkannya ikut membuat gaya pemberitaan seperti ini terus bertahan. (PMPS).

The rising production activity of the entertainment industry has increased the news potential of television shows and its supporting talents that can be sold to the audience. This potential is encouraging the growth of media entertainment, which is also spurred by the free press climate, that has been going on since the Reformation era began. Print Media's that specializes on reporting information of the entertainment world, or more commonly known as infotainment tabloids, are closely attached to the many aspect of the entertainment industry. While, in reality, infotainment tabloids seemingly focuses much more on the talents shown in the entertainment world or the celebrities, and it's news contents exploit personal lives rather than giving quality materials with educational purposes. In order to understand this infotainment tabloids news telling phenomenon, the researcher studies an occurrence that has no small meaning in the entertainment world; Akademi Fantasi Indonesia (The Indonesian Fantasy Academy), or widely recognized simply as AFI. As a nation wide vocal talent contest, AFI has been the object of many print media news casting, including the infotainment tabloid. Through AFI, as a case study, this research will try to illustrate how the onfotainment tabloids casts the news of a phenomenal event in the Indonesian entertainment world. This research gathers headlines and news pertaining AFI, from Cek&Ricek (C&R) and Bintang Millenia (BM), On C&R, its headline under the heading `Main Issues' and `Special Issues', while on BM under its `Millenis' heading, as its analysis units. On researching, the researcher uses Fairclough's critical analysis frame. This frame demands analysis on a multilevel stage, the first being an analysis on the text, followed by its discourse practice (media production and consumptuion) ,and lastly its sociocultural practice. The textual level analysis shows the dominant aspect of AFI that are cast by the Tabloids C&R and BM is its so called Academia (a word use to identify the 12 AFI contestants). From that aspect, the highlighted part would be the Academia's private lives that are framed in 2 point of views. Sympathy, which highlights compassion towards the background of the Academia's lives, such as poor families. The second highlights scandal that shows their love lives. This way of framing points to a few problems, especially on exaggerated stressing on sensationally packaged light and entertaining issues. As a result, many important things are left untouched (and worse yet unpublished) by its news, that supposedly contains an educational purpose and to literate the audience of the entertainment world, AFI especially. A discourse practice analysis reveals a connection between the text and its production. BM and C&R, with its respective principals, has selected issues that are embodied in its presentation strategy that are based on the tabloid journalism principals, so that the private lives aspect of the Academia would attract readers. This analysis shows that organizational factors from within the media, its market and its effort to stay in the market, influence how C&R and BM, cast their news of celebrities, and in this case the AFI Academia. The discourse practice analysis also finds that the motivation behind such framings of news done by both media is targeted to attract as much reader as possible. This shows that the private lives of celebrities has been commoditized ; It shows that the more important news value is to attract more readers than to educate the audience. This pattern of commoditizing the private lives of celebrities, is also connected to influences from outside the media (extra media) as also historical, situational, and social context, that exists as the text is being produced.. The sociocultural practice analysis, reveals that the commoditizing done by C&R and BM, is influenced by their dependency on their Aydience, dependency on Indosiar as their source, the growing strain of infotainment media competition, and lastly the history of media infotainment itself, that started as far backas the 1920's It's editorial decision on commoditizing the personal lives of celebrities is also influenced by the Indonesian press system that, as time flows, leans more and more towards an industrialist style system with its money oriented goals. The vague edict (laws and ethics) concerning the media and also it's lack of enforcements also has a hand on why this way of news casting persists. (PMPS).
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4331
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Kartikawati
"Selaras dengan maraknya perkembangan acara-acara televisi untuk menjaring para bintang baru telah menjadi suatu fenomena yang menarik didunia hiburan tidak hanya dari banyaknya peminat dan konsumen yang menikmati tetapi juga telah membuat suatu tambang emas bagi media-media yang mempopulerkannya termasuk disini adalah media cetak. Fenomena AFI yang awalnya diproduksi Indosiar akhirnya menarik minat Tabloid Gaul sebagai anak perusahaan Indosiar untuk memberitakan berbagai berita tentang para bintang AFI beserta gaya hidupnya.
Menyikapi kemunculan fenomena pemilihan para bintang AFI tersebut yang ternyata sebagai pengerukan keuntungan bagi media yang meliputnya maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tentang mengapa Tabloid Gaul melakukan komodifikasi atas gaya hidup para bintang AFI tersebut dan ada tidaknya eksploitasi atas mereka dan juga pertimbangan-pertimbangan ekonomi politik serta landasan ideologis yang menjadi latar belakang komodifikasi tersebut.
Merujuk ke-concern-an tesis ini yaitu berusaha membongkar praktik-praktik komodifikasi dalam perspektif ekonomi politik media komunikasi media dan mencoba mengungkap motiftersembunyi dibalik itu semua.
Penelitian ini dilakukan dengan analisis wacana dari Norman Fairclough untuk melihat mengapa Tabloid Gaul melakukan komodifikasi gaya hidup para bintang AFI (Akademi Fantasi Indosiar) ini. Bagi Fairclough suatu teks yang diproduksi dan dikonsumsi tidak terlepas dari faktor praktek-praktek wacana ( discourse practice) yang menjadi mediasi antara teks itu sendiri dengan praktek sosiokultural(sociocultural practice). Pendekatan framing analysis dari Gamson dan Modigliani, pada level teks dipilih mengingat penulis yakin bahwa dengan adanya representasi makna dalam teks di Tabloid Gaul dapat menimbulkan wacana menarik tentang munculnya komodifikasi gaya hidup pars bintang API tersebut apabila dikaji dari sudut komunikasi.
Berdasarkan temuan data penelitian antara lain berisi bahwa, Pertama komodifikasi yang dilakukan Tabloid Gaul terhadap para bintang terutama para bintang AFI (Akademi Fantasi Indosiar sesungguhnya merupakan fenomena industri media sebagai industri bisnis yang berorientasi pada keuntungan. Kedua, upaya keras dari para bintang AFI sendiri dalam mempertahankan kepopuleran atas nama identitas yang telah diperoleh untuk dapat terus digunakan ataupun laku dipasar tetap saja melanggengkan adanya eksploitasi atas diri mereka untuk terus bertahan dalam dunia hiburan yang terus bergerak dengan penuh persaingan. Apa yang ditampilkan media juga telah melanggengkan banalitas media dimana para artis dan para bintang dikupas demi keuntungan semata. Ada kepentingan ekonomi politik yang dilakukan oleh para pemilik modal yang mendominasi yang notabene adalah sebuah kekuatan bisnis besar yang kuat di bidang media yaitu dari kelompok Salim Group sebagai pemilik Indosiar dengan anak perusahaan Tabloid Gaul ini, Ketiga, landasan ideologis yang mendasarinya tentu saja adalah landasan ideologi pasar yang mendasarkan pada logika M-C-M (Money-Commodities-Mare Money) sebagai kepentingan utama. sehingga Tabloid Gaul apabila dipandang dari sudut pandangan kritis dapat dilihat sebagai suatu yang lahir dari adanya dominasi atas kelompok yang satu terhadap kelompok yang lain yaitu adanya kekontrolan demi keuntungan dan menjadi agen kapitalis.
Implikasi hasil penelitian ini nantinya dapat memperkaya studi-studi kajian kritikal dengan ekonomi politik media yaitu komodifikasi dengan menyertakan secara lengkap dua enlrypoint Masco yaitu strukturasi dan spasialisasi untuk membedah sejumlah fenomena yang berkaitan dengan bintang dan gaya hidupnya. Sehingga untuk masa mendatang media dapat dirnanfaatkan secara maksimal tidak hanya sisi komersialisasi belaka dengan star fetihism dapat dikurangi dan para khalayak akan lebih merasakan manfaatnya."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T22184
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Windriani
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4546
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4522
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natalia Wulandari
"Komunikasi pemasaran memiliki peran sangat vital bagi pemasaran suatu produk, tak terkecuali produk industri pers. Elemen-elemen komunikasi pemasaran yang sering digunakan antara lain: selling, advertising, sales promotion, direct marketing, publicity and public relations, sponsorship, exhibition, corporate identity, packaging, point of sale and merchandising, dan word of mouth, atau yang lazim disebut marketing communication mix. Tesis ini berusaha membahas strategi, alasan-alasan dan pelaksanaan berbagai elemen marketing communication mix itu dengan mengambil obyek penelitian Tabloid Cek & Ricek. Untuk sampai pada pembahasan tersebut digunakan metode penelitian studi kasus dengan teknik pengumpulan data: wawancara, observasi dan dokumentasi, dengan teknik analisis data pattern matching (penjodohan pola) yang dilengkapi dengan analisis evaluatif kualitatif-deskriptif. Hasil studi kasus secara umum menunjukkan kesesuaian antara pola-pola konseptual yang diprediksikan berdasarkan teori-teori yang relevan dengan pola-pola temuan empirik studi kasus, baik yang menyangkut profil organisasi Cek & Ricek secara keseluruhan maupun yang spesifik mengenai komunikasi pemasaran Cek ,& Ricek. Dari kesesuaian pola-pola tersebut diperoleh dua kesimpulan pokok, yakni: Pertama, strategi komunikasi pemasaran yang diterapkan Tabloid Cek & Ricek adalah penerapan bauran komunikasi pemasaran (marketing communication mix) yang dilakukan secara kurang terencana dan terpadu dengan lebih menonjolkan event-event khusus sebagai ajang atau medium untuk menjalin relasi sosial dan pubiik dalam rangka memperkenalkan dan mendekatkan Cek & Ricek dengan khalayak pembacanya dan sekaligus memperluas jaringan pembacanya. Namun, keberhasilan komunikasi pemasaran yang diterapkan Cek & Ricek tidak terlepas dari brand equity yang tercipta berkat tayangan Cek & Ricek di RCTI yang lebih dulu hadir setahun sebelumnya. Kedua, pelaksanaan kegiatan komunikasi pemasaran Cek & Ricek melibatkan sponsor (mitra kerja), mengikutsertakan artis, ditangani oleh tim khusus (project officer), serta diliput dan disiarkan oleh media cetak dan media elektronik (televisi). Dengan kesimpulan-kesimpulan tersebut, disarankan agar manajemen Cek & Ricek mempertimbangkan pola komunikasi pemasaran secara terpadu; dan dalam rangka itu terlebih dahulu perlu dilakukan riset pemasaran yang terfokus pada elemen-elemen komunikasi pemasaran.

Marketing Communication Strategy of Tabloid (Case Study of Cek & Ricek Tabloid)Marketing communication has a very vital role for marketing of " product, not exception to press industrial products. The marketing communication elements that often used among others are selling, advertising, direct marketing, public relation, sponsorship, exhibitions, corporate identity, packaging, point of sales and merchandising, word of mouth or commonly called as marketing communication mix. This thesis attemps to discuss strategy, reasons and implementation of various elements of marketing communication mix by studying the case of Cek & Ricek Tabloid. In order to discuss matter, case study research method is used with data colection through interview, observation and documentation, by using data analisys technique of pattern matching and supplemented with evaluative qualitative-descriptive analysis. The result of study case generally indicates that there is compatibility between conceptual patterns based on empirical case study, both regarding the organization profile of the Cek. and Ricek Tabloid as a whole and specifically marketing communication of Cek & Ricek. From compatibility of patterns we obtain two major conclusions; First, marketing communication strategy applied by Cek and Ricek Tabloid is application of marketing communication mix, which is done with less planning and not integrated, in a sense.that it focused specially only in promotional and publicational events, by effort to maintain social and public relation in order to introduce and bring Cek & Ricek Tabloid to the audience and broaden the network of Its readership. Successfull marketing communication strategy of Cek and Ricek Tabloid is a part of brand equity that positioned by on air program on RCTI which has been existed one year before. Second, implementation of marketing communication of Cek & Ricek Tabloid involved a sponsor, recruited actress, handled by special team (project officer), and covered and broadcasted by print and electronic media (television). With such conclusions it sugested to the management of Cek & Ricek to consider integrated marketing communication, and for that purpose a focused marketing research needs to be done on elements of marketing communications.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T9931
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ambar Susatyo Murti
"Media televisi biasanya mencari keuntungan dari tayangan-tayangan yang dipertontonkan kepada khalayak melalui iklan atau sponsor. Dari situlah media televisi dapat menghidupi karyawan yang berjurnlah ribuan, tentunya juga guna kelangsungan perusahaan media televisi tersebut.
Motif mencari keuntungan yang dilakukan media televisi seperti tersebut diatas bertolak belakang dengan realitas tayangan pagelaran wayang kulit purwa Indosiar. Indosiar belum mendapatkan keuntungan profit dari tayangan pagelaran wayang kulit purwa. Jangankan uang dari iklan atau sponsor, kenyataannya setiap episode tayangan pagelaran wayang kulit purwa yang biasa di tayangkan setiap Sabtu malam Minggu, Indosiar diperkirakan rugi ratusan juta rupiah.
Indosiar tidak pernah merasa rugi dengan ditayangkannya pagelaran wayang kulit purwa. Bagaimana mungkin stasiun televisi mau merugi dalam produksi tayangannya? Bukankah keuntungan profit menjadi tujuan stasiun televisi didirikan? Jawabnya adalah, tentu ada sesuatu yang menguntungkan yang disembunyikan Indosiar dalam tayangan pagelaran wayang kulit purwa ini.
Untuk itulah maka penulis menetapkan tujuan penelitian tesis ini untuk menjelaskan komodifikasi isi tayangan pagelaran wayang kulit purwa Indosiar dan mengungkap motif komodifikasi isi tayangan pagelaran wayang kulit purwa di televisi Indosiar. Selain itu juga mengungkap ideologi atau kekuatan tersembunyi yang berrnain dalam komodifikasi isi tayangan pagelaran wayang kulit purwa Indosiar.
Dalam penelitian ini penulis mengunakan paradigma kritis yang pada dasarnya adalah sebagai suatu proses yang secara kritis berusaha mengungkap "the real structures" dibalik kenyataan yang nampak. Pendekatan yang penulis gunakan adalah kualitatif. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah analisis wacana Fairclough, yang menyatakan bahwa lahirnya sebuah teks adalah melalui sebuah rangkain, mulai rencana hingga teks terwujud dengan tiga dimensi analisis yaitu; teks, discourse practice, dan sociocultural practice.
Sifat dalam penelitian ini ialah bersifat deskriptif, metode pegumpulan data dilakukan dengan dengan record, relics dan wawancara. Sumber data penulis dapatkan dan data primer berupa teks dan wawancara, sedangkan data sekunder berupa situs internet, buku kepustakaan yang mendukung data primer. Dalam analisis data penulis menggunakan tiga tahap analisis yang digunakan Norman Fairclough, yaitu dekripsi, interpretasi dan eksplanasi.
Dari seluruh proses penelitian yang dilakukan didapatkan hasil, bahwa dalam tataran teks yang diteliti menunjukkan terjadinya perubahan-perubahan yang signifikan terhadap tayangan pagelaran wayang kulit purwa Indosiar. Perubahan-¬perubahan tersebut mengarah kepada perubahan karakter pagelaran wayang panggung menjadi "karakter wayang tayangan televisi". Karakter wayang televisi memiliki kecenderungan bersifat padat, ringkas dan menghibur. Dalam tataran discorse practice ditemukan bahwa, meskipun Indosiar tidak mendapatkan keuntungan profit dalam tayangan pagelaran wayang kulit purwa, Indosiar mendapatkan keuntungan lain dalam bentuk kedekatan dengan pemirsanya. Indosiar menjadi diminati kalangan menengah kebawah yang sebelumnya sulit dijangkau, disukai karena tayangan wayangnya menghibur dan ditonton khalayak Jawa maupun luar Jawa. Dan memang itulah yang menjadi tujuan Indosiar dalam tayangan pagelaran wayang kulit purwa. Tayangan wayang yang padat, ringkas dan menghibur menjadi jalan bagi kepentingan Indosiar, Indosiar diminati semua orang "Indosiar Memang Untuk Anda".
Dalam tataran sociocultural terkait dengan perkembangan dunia pewayangan, Indosiar telah memberikan warna tersendiri. Wayang televisi menjadi fenomena baru dalam dunia pewayangan. Indikasi munculnya "pakem wayang gaya televisi" yang dimotori Indosiar semakin memperkaya "polemik" nilai guna wayang bagi masyarakat.
Implikasi terhadap hasil penelitian yang didapat, bahwa tayangan kebudayaan tradisional dalam hal ini tayangan pagelaran wayang kulit purwa tetap menjadi ancaman bagi para pemirsanya. Penonton disuguhi dengan tayangan wayang yang padat, ringkas dan menghibur sesuai dengan karakter televisi. Semua itu tentu memberikan makna tersendiri bagi isi kepada penonton. Bukankah dalam pagelaran wayang kulit purwa menurut Woro Aryandini salah satu tujuannya adalah penonton mendapatkan pelajaran kehidupan setelah selesai menontonnya, artinya penonton harus mencari dan mendapatkan makna/nilai sebagai pegangan kehidupan dalam tayangan wayang tersebut.
Karakter wayang televisi masih sangat terbuka untuk didiskusikan, namun sebaik-baiknya hasil diskusi yang dilakukan harus tetap mengedepankan kepentingan khalayak penonton. Salah satu tugas media menurut Mc Quail adalah sebagai jendela (a window on event and experience), "membuka cakrawala pemirsa tentang berbagai hal diluar dirinya". Dengan tayangan wayang, kita berharap televisi mampu memfasilitasi kepentingan penonton dan pemirsa untuk membuka cakrawala positif kehidupannya.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19924
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4903
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prita Hersty Imaningtyas
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5208
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Aria Florani
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4430
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>