Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167794 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Herwini Astuti Martoyo
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S4401
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Natalia
"ABSTRAK
Keanekaragaman jenis komik merupakan faktor keberhasilan komik Jepang. Tidak hanya di Jepang, komik-komik ini juga membanjiri Indonesia, bahkan menjadi tuan rumah bacaan anak-anak Indonesia. Keberhasilan komik Jepang di Indonesia juga diikuti dengan pemutaran serial animasi di stasiun televisi dan penjualan merchandise-nya. Salah satunya adalah komik Crayon Shinchan. Komik ini bercerita tentang keluarga tipikal Jepang tahun 70-an yang memiliki seorang anak laki-laki bernama Crayon Shinchan. Ia berumur lima tahun dan masih besekolah di TK. Crayon Shinchan digambarkan sebagai anak yang nakal dan suka menyusahkan orang lain. Hobinya adalah melihat perempuan cantik dan seksi serta membuka celana sembari menggoyangkan pantatnya. Ia menaruh perhatian pada dada, pantat, dan alat kelamin. Ia menganalogikan alat kelamin laki-laki sebagai hewan gajah, yang kerap ia perlihatkan ke orang-orang. Dalam semiotika aliran Charles Sanders Peirce, melalui hubungan triangular antara sign, inferpretant, dan object, maka ditemukan makna denotasi dan konotasi dalam komik Crayon Shinchan. Komik Crayon Shinchan merupakan teks. Teks ini dapat berupa sekumpulan tanda-tanda verbal, non verbal atau gabungan keduanya dalam gambar dan tulisan pada setiap frame. Para ahli semiotika tidak berpegang pada makna primer (denotasi) tanda-tanda dalam komik Crayon Shinchan, melainkan berusaha untuk mendapatkan makna sekunder (konotasi) yang juga dipunyai oleh tanda tersebut. Wilayah konotasi ini disebut sebagai ideologi. Berdasarkan denotatum dan sifat penghubungan tanda, Peirce membagi tanda menjadi tiga kategori, yaitu: ikon, indeks dan simbol, dimana ketiga kategori ini dapat ditemukan dalam komik Crayon Shinchan. Menurut Peirce, sebuah tanda dapat menjadi ikon, indeks atau simbol, bahkan gabungan kedua atau ketiganya, tergantung dari bagaimana tanda tersebut digunakan dalam setiap frame komik Crayon Shinchan. Dari analisis semiotika yang dilakukan dalam komik Crayon Shinchan, ditemukan bahwa bukanlah bacaan anak-anak yang sehat dan mendidik. Dengan penggunaan tandatanda yang berbeda, hampir seluruh komik Crayon Shinchan bermakna masalah seks. Komik Jepang merupakan hasil ekspresi budaya Jepang. Komik ini mengandung makna konotasi bahwa budaya Jepang menganut nilai-nilai seks yang bebas dan terbuka, berbeda dengan Indonesia. Cara pandang mengenai seks yang berbeda disebabkan oleh perbedaan budaya antara Jepang dan Indonesia. Bagi orang Jepang, nilai seks bukanlah hal yang tabu untuk dibicarakan. Dengan mudahnya, seorang anak melihat bacaan berbau seks, termasuk pornografis yang dijual bebas di Jepang. Budaya Jepang mempengaruhi penggunaan tandatanda sekaligus pemaknaannya. Tanda-tanda yang bermaknakan seks merupakan ritual budaya Jepang. Komik Crayon Shinchan merupakan sekumpulan tanda yang menunjukkan makna konotasi, yaitu budaya Jepang yang patriarki dengan dikenalnya konsep giri di kalangan keluarga Jepang. Bacaan anak-anak, termasuk komik diam-diam menampilkan nilai-nilai yang mate biased. Ideologi patriarki yang tampak bahwa adanya pembagian peran gender antara laki-laki dan perempuan. Komik memainkan fungsinya sebagai agen sosialisasi terhadap anak-anak. Komik Jepang sebagai budaya populer karena sifatnya mass production, menghibur, dan disukai oleh banyak orang. Sebagai kecenderungan budaya populer, komik melekatkan seks dengan perempuan. Perempuan dilekatkan dengan stereotip sebagai obyek seks, selain sebagai ibu rumah tangga."
2001
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Il Mahnun
"ABSTRAK
Cerita bergambar yang kini lebih dikenal dengan sebutan komik telah
berkembang dengan pesat. Produk ini kini menjadi suatu alternatif bacaan bagi
masyarakat dan merupakan produk yang sudah diperdagangkan secara internasional. Di
Indonesia sendiri, komik?komik terjemahan tersebut sudah sangat akrab dengan
konsumen, bahkan sebagaimana disebutkan dalam Wirausaha edisi February 1998,
sebesar 70 % pangsa pasar komik di Indonesia diisi oleh komik?komik terjemahan
tersebut.
Perkembangan komik Jepang sebagai salah satu komik terjemahan menarik
untuk diamati, mengingat umur keterlibatan komik Jepang ke dunia komik Indonesia
yang masih relatif muda, namun sangat disukai dan mampu meraih pangsa pasar yang
tinggi.
Di Indonesia, komik-komik Jepang ini awa!nya ditujukan penerbit bagi anak-anak
dan remaja, karena segmen ini dinilai merupakan pasar yang sangat potensial bagi produk
komik Jepang. Target merupakan usia sekolah dasar sampai sekolah menengah tingkat
atas. Hal ini sesuai dengan cara penyajian dan tema cerita yang menarik dan ringan untuk
dibaca. Namun kini, mulai terlihat adanya kecenderungan pembaca dewasa mulai turut
mengkonsumsi komik-komik Jepang sebagai alternatif bacaan.
Penulisan karya akhir ini bertujuan untuk: (1) menganalisa bagaimana proses
pengambilan keputusan pembelian komik Jepang pada segmen dewasa dan (2)
menganalisa tingkat kepentingan atribut komik Jepang yang berpengaruh dalam proses
pengambilan keputusan konsumen dewasa.
Penelitian menggunakan metode pengambilan sampel convenience sampling
dengan responden adalah konsurnen komik Jepang berusia diatas 18 tahun. Metode
analisis data yang digunakan adalah analisa deskriptif, analisa asosiatif dan analisa
inferensial.
Dari hasil penelitian, didapat kesimpulan bahwa motivasi utama konsumen
membeli komik Jepang adalah (1) untuk rnelengkapi koleksi yang telah mereka miliki
dan (2) ingin mencoba judul baru.
Seleksi yang paling banyak dilakukan adaiah dengan cara membaca Sinopsis
cerita yang terdapat pada cover belakang kornik dan melihat gambar dari komik tersebut.
Penelitian juga menunjukkan bahwa ada beberapa atribut yang dianggap sangat
penting dan penting dalarn rnemilih komik Jepang.
"
2001
T4827
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bobby Pramita Wahyu Y.
"Komik terjemahan luar negri dari Jepang adalah yang mendominasi dan menjadi market leader pada saat ini. Seperti yang di muat dalam Koran Tempo bahwa saat ini pasar komik di Indonesia didominasi oleh komik-komik terjemahan dari Jepang, manga. Komik Indonesia yang diterbitkan oleh PT Gramedia ada pada posisi market nichers. Dari penelitian yang dilakukan, mengangkat kasus pemasaran komik di indonesia dengan studi kasus pada studi komparasi komik terjemahan Jepang dengan komik Indonesia di PT Gramedia, terungkap bahwa komik terjemahan jepang memiliki beberapa keunggulan dari beberapa faktor.
Kesimpulan akhimya adalah ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa komik terjemahan Jepang dapat menjadi market leader, dibandingkan dengan komik Indonesia adalah, pertama karena perbedaan kualitas dari kedua komik tersebut yang dilihat komik sebagai media hiburan secara keseluruhan. Yang kedua adalah perbedaan dalam berpromosi secara intern yang telah dilakukan oleh PT Gramedia untuk kedua komik tersebut dari sisi informasi yang dibutuhkan dan nilai bagi konsumen komik. Dan secara ektemal secara tidak langsung dengan adanya anima pada tahun 1982 dan penayangan serial animasi secara nasional juga memberikan pengaruh pada penjualan komik yang bertemakan Jepang. Selain itu juga didukung dengan merchandise karakter komik terjemahan jepang yang scat ini mudah dijumpai di pasar.
Signifikansi akademis jawaban analisa faktor-faktor yang mempengaruhi pemasaran komik di Indonesia yang ditinjau dengan konsep 4P. Dengan uraian pertama yaitu produk dimana perbandingan secara mendetail mulai dari proses produksi hingga kekuatan produk tersebut sebagai media hiburan. Komparasi harga yang terkait dengan proses produksi dan sumber daya. Promosi untuk produk yang dirancang secara sengaja oleh internal perusahaan untuk mendukung produk terkait maupun secara eksternal yang secara tidak lansung mendukung promosi produk, dan yang terakhir adalah ternpat Asumsi tentang komparasi yang telah dilakukan oleh penulis dapat menjadi input untuk penelitian selanjutnya.
Sedangkan Signifikansi praktis output penelitian sebagai masukan dalam memproduksi komik dengan memperhatikan konsep produk yang sangat essensial dengan acuan komik adalah sebagai media hiburan untuk konsumsi masyarakat. Sebagai masukan dalam merancang hal terkait untuk mempromosikan produk komik baik secara internal perusahaan dan eksternal dengan asumsi yang perlu dibuktikan lebih Ianjut."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T21999
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The Japanase style comics began its popularity in Indonesia in 1991. The Indonesians are attracted to the translated Japanese comics and Japanese style drawing. This phenomenon is visible according to the increasing numbers of schools and books which offer courses on Japanese style comic's creation. In order to join in a comic competition, a comic artist has to deliver great efford and motivation. Effort and motivation are important part in self-efficacy. This research is a qualitative description study and the data were gathered through depth-interview which was delivered to five experienced comic artist whose comics have been published. The research results showed that personal and others' experiences are the most unfluential factor for self-efficacy. Most comic artists perceived that their starting point and or deeper self-efficacy were from others' success. Other's failure (as models), however, also shape the artist's get less social persuasion as another factor of self-efficacy. Temporarily though, the artists' self-efficacy also shaped by physical and psychological situations. Further considerations are advisable for diverse artists and delivery of this research findings to young comic artist to improve their self-efficacy efficiently."
PSJUILP 1:3 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Frisanti Karlina
"Pos Kota merupakan surat kabar harian yang mempunyai target pembaca bergolongan C, yaitu masyarakat kalangan bawah.Ada komponen yang menarik dari Pos Kota yaitu komik strip Doyok. Pada komik strip ini tokoh utamanya adalah Doyok seorang rakyat kecil, yang berpakaian tradisional Jawa dan di dalam penggambarannya terjadi ketimpangan antara strata sosial yang tinggi dengan strata sosial rendah.Walaupun berstrata rendah Doyok ikut serta memberikan informasi dan kritikan mengenai masalah sosial politik yang berlangsung di Indonesia.Oleh karena itu penulisan skripsi ini bertujuan untuk menganalisis representasi penggambaran isu-isu politik selama Pilpres 2004 dikomik strip Doyok Pos Kota. Kerangka pemikiran yang digunakan dari penulisan skripsi ini adalah, pengertian komunikasi politik, struktur masyarakat dan bahasa, teori informasi, Konstruksi realitas sosial, fungsi sosial media, medium is the message dan semiotika Saussure untuk menganalisis data. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu untuk menggambarkan atau mengetahui pemahaman makna dari objek yang ditelitinya, dimana dalam hal ini objek yang diteliti adalah komik strip Doyok di surat kabar harian Pos Kota. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap ketujuh edisi komik strip Doyok mengenai representasi penggambaran isu-isu politik selama Pilpres 2004,hasil yang di dapat dari analisis adalah kritikan dan sindiran yang dilontarkan Doyok, mengindikasikan bahwa Pos Kota telah melakukan fungsinya sebagai pilar keempat demokrasi dan melakukan fungsi pengawasan,dimana bertujuan untuk menciptakan kesadaran bagi khalayaknya, Prilaku politik yang dilakukan elit seperti lobi-lobi politik, adanya money politic, dan prilaku elit seperti seorang penipu, merupakan fenomena dan mengindikasikan adanya prilaku politik yang tidak sehat, dan ini berlangsung dari zaman orde lama sampai dengan reformasi.Doyok sebagai komunikator politik berusaha mengkomunikasikan isu-isu politik kepada khalayaknya, dengan menggunakan bahasa, lambang atau simbol-simbol yang dapat dipahami khalayaknya yaitu masyarakat golongan bawah.

Pos Kota is one of daily news paper that have segmented on C readers, which is low in economic status. There is a component that attract those readers, Comic Strip Doyok, whom the main character being describe as urban people, has low in economic status, wearing Javanese traditional dress and furhermore have imbalance status between the rich and the poor. Eventhough Doyok has been describe as urban and low in sosial strata, Doyok being participated in giving those critical and sinism about social and political issues in Indonesia, so that the writer want to analyze the representation of political issues description during presidential election 2004 in comic strip Doyok Pos Kota. The main theory in these thesis are political communication, the stucture of Indonesian people and the language, social reality construction, the function of media, medium is the message, and Saussure semiotic to analyze the data. The approach of these thesis using qualitative descriptive, which's use to describe or to know the meaning of object, comic strip Doyok in Pos Kota. The interpretation which is being analyze to eight edition in comic strip Doyok are the critical and sinism from Doyok, indicate that Pos Kota has doing the function of media as fourth democracy state and survaillance, which is aim to give the understanding for the readers. Political behaviour such as politics loby, money politics, the behavior of elite like deviant, indicate negative behaviour without any changing from the elite, this behaviour always on and on from Soekarno era until reformation era. Doyok as communicator trying to communicate political issues using language, symbol that can be understood by its reader, whom low in economical and social status.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4157
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yolana Wulansuci
"Skripsi ini membahas budaya populer manga dan anime sebagai soft power Jepang. Pembahasan ini menggunakan konsep budaya populer oleh John Storey dan konsep soft oleh Joseph S. Nye Jr. Penelitian ini difokuskan pada manga dan anime Doraemon serta menggunakan metode kualitatif dengan teknik deskriptif analisis. Perhatian pemerintah Jepang terhadap budaya populer yang dimanfaatkan menjadi soft power salah satunya dapat dilihat dari ditunjuknya Doraemon menjadi Duta Budaya Animasi Jepang pertama pada tahun 2008 yang memiliki misi diplomasi khusus. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman mengenai budaya populer manga dan anime yang dimanfaatkan Jepang sebagai soft power negara tersebut dalam menjalin hubungan dengan dunia internasional.

This thesis is about popular culture manga and anime as Japan_s soft power. The research is using the concept of popular culture by John Storey and soft power_s concept by Joseph S. Nye Jr. The focus of this thesis is on Doraemon_s manga and anime. The Japanese government concerns on make use of popular culture as soft power can be seen from Doraemon_s appointment as the first Anime Cultural Ambassador in 2008 which has a special diplomatic mission. This thesis uses qualitative descriptive analysis methode. The purpose of this study is to understand the use of popular culture as soft power for Japan on making relationship with the international world.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S13904
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Frieda Rizqi Agustin
"Karaoke merupakan sebuah kegiatan yang diikuti oleh hampir seluruh masyarakat Jepang, bahkan kegiatan karaoke telah dikenal hampir di seluruh dunia. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk membuktikan bahwa karaoke merupakan salah satu kebudayaan populer Jepang. Dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan studi kepustakaan. Teori yang digunakan adalah kriteria tentang kebudayaan popular yang dikemukakan oleh Yoshio Sugimoto dalam bukunya An Introduction to Japanese Society.
Dari penulisan skripsi ini dapat disimpulkan bahwa karaoke merupakan kebudayaan yang muncul pada era Jepang kontemporer dan sejak itu terus berkembang dan semakin diminati oleh berbagai lapisan masyarakat. Oleh karena itu, kegiatan karaoke memenuhi kriteria mengenai kebudayaan populer yang dikemukakan oleh Yoshio Sugimoto, sehingga karaoke dapat dikategorikan sebagai kebudayaan populer.

Karaoke is an activity done by almost all members of Japanese Sociey, moreover today karaoke is known worldwide. The purpose of this study is to prove that karaoke is one of Japanese popular culture. This study used analytical descriptive and literature methods. The theory that is used in this study is the popular culture's criteria started by Yoshio Sugimoto in his book An Introduction to Japanese Society.
It can be concluded from the analysis that karaoke is a culture which born in the Japanese contemporer era and since then had grwn and well-liked by all. Therefore, karaoke passed all criteria about popular culture started by Yoshio Sugimoto and could be categorized as popular culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13644
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Amae memiliki berbagai pengaruh dalam kehidupan keluarga di Jepang, terutama dalam hubungan suami-istri. Hal ini dapat dilihat dalam manga, sebagai salah satu perwujudan kebudayaan Jepang. Serial manga Mimi dan Shuusei karya Sakai Miwa turut menunjukkan pengaruh-pengaruh amae dalam hubungan suami-istri ini dengan cukup jelas. Konsep amae, yang menurut Doi menunjukkan ketergantungan orang Jepang terhadap kelompok atau lingkungannya seperti ketergantungan seorang bayi pada ibunya, melandasi tindakan serta sikap orang Jepang dalam hubungannya dengan orang lain, termasuk dalam hubungan suami dan istri. Amae memiliki berbagai pengaruh pada hubungan ini, baik pengaruh negatif maupun pengaruh positif Pengaruh negatif amae disebabkan oleh adanya gangguan pada hubungan amae antar suami-istri itu sendiri, yang mengakibatkan suami-istri turut bertindak negative, sedangkan pengaruh positif amae berakibat mengeratnya dan makin harmonisnya hubungan suami-istri tersebut. Setelah dilakukan analisa pada manga ini, ditemukan hasil berupa: pengaruh-_pengaruh negatif amae adalah sikap merajuk (suneru), yang dapat mengakibatkan munculnya sikap mendengki (futekusareru) dan putus asa serta lepas kontrol (yakekuso ni naru), sikap tidak puas dan tidak percaya (higamu), sikap mengekang diri secara terus_ menerus (kigane), kemarahan di dalam hati (wadakamari), sikap berpura-pura puas pada hal yang tidak memuaskan (amanzuru), perasaan menyesal (kuyamu atau kuyashii), sikap mengganggu karena perhatian teralih pada hal-hal kecil (kodawaru), dan kegelisahan serta kegugupan (toraware). Semua pengaruh ini mengakibatkan munculnya gangguan pada hubungan suami-istri, dari yang ringan sampai yang berat. Sedangkan pengaruh positif amae muncul karena lancarnya hubungan amae yang terjadi antara suami-istri. Hubungan amae ini muncul sejak adanya omoiyari (empati) diantara calon suami dan calon istri saat mereka masih menjalani proses pemilihan jodoh. Amae makin berkembang setelah pernikahan, dan dapat berupa hubungan ketergantungan, baik yang searah maupun yang dua arah, serta berupa kasih sayang yang diungkapkan dalam gurau dan canda diantara suami-istri."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S13967
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Klinken, Gerry van
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2023
323.6 KLI k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>