Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193296 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Turina Farouk
"ABSTRAK
Public Relations merupakan salah satu aspek kebijaksanaan organisasi, berfungsi menggerakkan/menghidupkan komunikasi dengan masyarakat sekelilingnya, ke arah usaha yang menunjang tercapainya sasaran/tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Saat ini persepsi masyarakat mengenai Public Relations sudah rancu. Hal ini disebabkan karena banyaknya sebutan atau istilah yang salah kaprah, operasionalisasi pekerjaan PR yang cenderung tidak sesuai dengan konsep PR, serta gencarnya tulisan di media massa yang turut memperkuat opini masyarakat akan kesalahkaprahan tersebut. Dengan didasarkan atas alasan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh bagaimana sebenarnya praktisi PR menggunakan konsepsi PR, serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mungkin berperan, baik internal maupun eksternal dalam mempengaruhi pelaksanaan konsep ini. Untuk hal ini, metode penelitian kualitatif dengan wawancara dan studi kepustakaan sebagai teknik pengumpulan datanya, menjadi pilihan penulis dalam upaya mendapatkan data dan informasi yang lengkap serta pemahaman yang jelas. Dalam penelitian ini yang memilih sample secara sengaja/purposive terhadap 5 perusahaan besar di Jakarta dan secara snowball untuk 5 praktisi senior ditemukan bahwa pada dasarnya seluruh responden paham dan mengerti akan konsepsi PR. Namun ternyata dalam prakteknya di lapangan sering kali tidak mengacu pada konsepsi tersebut atau bahkan berbeda. Hal ini tidak terlepas dari faktor-faktor eksternal lain yang berpengaruh terhadap berbagai program, posisi, pekerjaan, dan tujuan PR. Temuan penelitian ini juga mengungkapkan bahwa seluruh praktisi berpendapat walaupun banyak kendala yang dihadapi, sampai saat ini pelaksanaan konsepsi PR di Indonesia sudah mengarah ke positif dan ideal. Yang harus terus dibina oleh para praktisi ini dalam waktu dekat guna mencapai arah positif adalah tingkat keprofesionalan serta memperhatikan moral dan tingkah laku sebagai wujud citra dari perusahaan yang diwakili."
1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Vriella Dasanty
"Public Relations merupakan suatu fungsi strategis dalam manajemen yang dapat diterapkan di lingkungan pemerintahan maupun swasta . Public itu sendiri adalah merupakan penerapan dari konsep komunikasi, oleh karenanya Public Relations bisa tampak dimana-mana. Sebagian masyarakat memberikan pendapat yang berbeda-beda tentang Public Relations . Demikian halnya dengan komunitas ilmiah melalui mahasiswa. Komunikasi dan mahasiswa non komunikasi di Indonesia. Berdasarkan perbedaan pendapat, maka yang menjadi masalah adalah bagaimana dan seberapa jauh mahasiswa komunikasi dan non komunikasi memberikan opini dengan mengidentifikasi aktivitas-aktivitas serta memberikan rekomendasi dan target yang akan dicapai dari Public Relations itu sendiri. Dari hasil penelitian, pengolahan dan analisa data, maka direkomendasikan bahwa : Public Relations tidak hanya memelihara komunikasi keluar, tetapi juga komunikasi kedalam perusahaan sehingga dapat memberikan citra dan kualitas fungsi dari Public Relations itu sendiri. Selanjutnya, responden menganggap Public Relations sebagai unsur yang vital. Dengan demikian posisi Public Relations harus lebih diberdayakan; tidak hanya pada penampilan tisik tetapi lebih menekankan pada segi keahlian dan ketrampilan ."
2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elfiandri
Depok: Rajawali Press, 2018
659.2 ELF p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Zimmerman, L.J.
Bandung: Vorkink-Van Hoeve, 1955
330.9 ZIM s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nunki Loany HS
"Secara garis besar PR dalam organisasi/perusahaan terbagi dalam dua tingkatan yaitu PR Teknisi dan PR Manajer. Kedua tingkatan ini menuntut peran yang berbeda-beda dari para praktisi PR-nya. Perbedaan mendasar dan antara kedua peran tersebut adalah pada keterlibatan praktisi PR dalam proses pengambilan keputusan di tingkat korporat. PR Teknisi memiliki peran yang terbatas hanya pada penyediaan layanan teknis komunikasi untuk kepentingan organisasi. PR Teknisi tidak terlibat dalam pengambilan keputusan pada tingkat korporat. Praktisi PR yang menjalankan peran manajerial (PR Manajer) memiliki peran yang lebih luas. PR Manajer terlibat dalam proses pengambilan keputusan mengenai perencanaan strategis. Mengingat pentingnya fungsi dan peran yang harus dilakukan oleh PR tersebut maka idealnya posisi PR ditempatkan pada tingkat yang strategis yaitu dekat dengan manajemen puncak. Hal ini akan membuat PR dapat bekerja dengan lebih leluasa dan efektif. Departemen PR perlu ditempatkan pada suatu posisi dan jabatan resmi yang cukup tinggi agar setiap saat dapat dengan mudah berhubungan dengan pihak manajemen, termasuk dengan para kepala bagian atau pimpinan semua departemen dari organisasi/perusahaan yang bersangkutan. Untuk dapat mencapai posisi yang ideal, praktisi PR harus memenuhi kualifikasi — kualifikasi tertentu. Penelitian ini akan mencari tahu faktor — faktor apa sajakah yang mempengaruhi tingkat peran praktisi PR tersebut. Menurut Jo Proctor, kualitas PR yang sukses terdiri dan 4 variabel (Skill, Knowledge, Ability dan Quality) dan 15 dimensi (Effective Writing, Persuasive Speaking, In-dept Knowledge of Various Media, Understanding of Management Process, Business, Financial Acumen, Problem Solver, Deft-in Handling People, Generates Confidence, Decision Maker, Assumes responsibility, Stability and Common Sensense, Drive and Enthusiasm, Wide ranging Interest and Intellectual Curiosity, Good Listener, Tolerance for Frustration, dan Style). Selain itu peneliti juga menambahkan variabel lain yaitu Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Pengalaman yang diprediksi turut juga mempengaruhi tingkat peran praktisi. Jenis penelitian ini adalah eksplanatif korelasional dengan teknik analisa data menggunakan multiple regression. Reliabilitas data variabel independen diuji dengan menggunakan alpha cronbach, dan uji validitas dengan menggunakan faktor analisis. Sedangkan reliabilitas dan Validitas variabel dependen diuji dengan menggunakan Coefficient of Reproducibility (CoR). Populasi dan penelitian ini adalah organisasi/perusahaan yang memiliki departemen Public Relations. Sampelnya adalah organisasi/perusahaan terbuka yang memiliki departemen PR yang bertempat di Jakarta. Peneliti mengumpulkan data dengan metode survey. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Jugdement —Purposive Sampling berdasarkan pemilihan secara random dan kerangka sampel beruba daftar 321 perusahaan terbuka(Tbk). Unit analisa dari penelitian ini adalah individu. Kesimpulan yang didapat adalah bahwa Umur, Pendidikan, Pengalaman, Skill, Knowledge, Ability, dan Quality dapat menjelaskan tingkat peran PR sebesar 78,1%. Variabel yang memberikan kontribusi secara signifikan terhadap Peran PR adalah Knowledge (36,5%), Ability (33,1%) dan Quality (32%). Dimensi dan variabel Knowledge yang paling besar memberikan kontribusi terhadap peran PR adalah Special Knowledge of Vaious Media yaitu sebesar 61,9%."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4339
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Mochthar Ngabalin
"Mengharapkan hadimya seorang Tokoh yang didengar, dihormati, dan disegani, adalah suatu dambaan tersendiri bagi masyarakat di Maluku saat ini. Betapa tidak, negeri yang terkenal, toleran dan konpromis, dalam nuansa heterogenitas masyarakat yang kental tersebut, kini diporak-porandakan oieh konfiik, dan tidak ada seorang pun yang mampu menyelesaikannya. Koniiik yang telah berlangsung lebih dari dua tahun ini, hampir dapat dikata berhasil meluluh-lantakan semua tatanan sosial Iokal yang selama ini terbangun mapan di masyarakat meialui proses-proses kultural. Dengan kata lain, pemirnpin dan kepemimpinan di Maluku dalam skala kecil (in grup), maupun masyarakat secara luas, saat ini dipertanyakan.
Padahal, berbicara mengenai pemuka pendapat di Maluku, tidak kurang banyaknya orang yang memiliki kapasitas dan kapabilitas sebagai pemuka pendapat. Berbagai pengalaman telah membuktikan bahwa Iewat kepemukaannya, para pemuka pendapat memperiihatkan peranannya yang dominan dan signiiikan, di masyafakat. Kepemukaan mereka telah banyak dibuktikan dalam hai penyelesaian konfiik yang terjadi di masyarakat, dimana tidak periu mengikutsertakan pihak Iuar (termasuk TNI dan Polri).
Dalam sejarah perjalanan masyarakat di Maluku, kemampuan pemuka pendapat dalam mengelola konflik terlihat sedemikian rupa, sehingga konflik dengan dampak yang negatif sekalipun, mampu dikelola menjadi kekuatan yang positif. Hasilnya adalah, terbangunnya relasi-relasi sosial, kohesi sosial bahkan integrasi sosial. Kenyataan ini yang melahirkan hubungan-hubungan seperti, Pela dan Gandong.
Ketika konflik terus berlanjut, orang lalu menanyakan dimana peran pemuka pendapat yang selama ini ada ? siapa-siapa saja yang dapat dikategorikan sebagai pemuka pendapat, dan bagaimana perannya saat ini? Pertanyaan-pertanyaan ini yang mendorong dilakukannya studi ini.
Dari hasil studi di lapangan, ditemukan seiumlah fakta berkaitan dengan permasalahan sebagaimana diajukan di atas. Pertama, konfiik yang terjadi sejak 19 Januari 1999, adalah konflik yang direncanakan, dengan memanfaatkan sejumlah persoalan sosial seperti, masalah mayoritas- minoritas, masalah kebijakan politik pemerintahan Orde Baru, masalah kesenjangan sosial, ekonomi antara pusat dan daerah, masalah imigran dan penduduk asli, serta masalah politisasi agama. Kedua, Konfiik berhasil membangun fanatisme kelompok yang sempit, dimana setiap orang mengidentifikasi dirinya secara subyektif berbeda dengan orang lain di Iuar kelompoknya. Dengan demikian, kepemukaan seseorang sering mengalami gangguan komunikasi dalam berhadapan dengan kelompok di Iuamya (out group). Ketiga, Masuknya kelompok Iuar dalam jumlah besar dengan kekuatan dan kekuasaan yang besar, adalah faktor kendala tersendiri bagi berperannya seorang-pemuka pendapat secara signiikan di Maluku.
Untuk maksud studi ini, maka tipe penelitian yang digunakan adalah diskriptif kualitatif. Dengan metode ini diharapkan akan dapat dituliskan secara sistimatis semua fenimena konflik yang terjadi di masyarakat pada Iatar alamiahnya, dan bagaimana peran pemuka pendapat dalam upaya penyelesaian konflik tersebut.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T4904
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Supriyati Widyaningsih
"Penelitian ini didasari pada suatu anggapan bahwa setiap individu yang terlibat dalam suatu kegiatan organisasi (karyawan) secara otomatis akan membuat perjanjian psikologis sebagai pelengkap perjanjian ekonomis. Artinya jika mereka mencurahkan tenaga dan loyalitasnya dalam kadar tertentu akan menuntut lebih dari hanya sekedar imbalan ekonomi atau gaji. Hal inilah yang merupakan indikasi dan adanya kepuasan kerja bagi karyawan di sebuah perusahaan.
Berangkat dari anggapan diatas, permasalahan pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini menyangkut seberapa jauh faktor komunikasi, yang tercakup dalam iklim komunikasi, turut mempengaruhi kepuasan kerja karyawan di kalangan ?public relations officer? (PRO) di Jakarta. Dipilihnya kalangan PRO yaitu dengan asumsi bahwa PRO mempunyai posisi strategis dalam melaksanakan komunikasi internal dan eksternal sehubungan dengan menciptakan citra positif dari suatu organisasi.
Untuk kebutuhan itu penulis mewawancarai 128 responden sebagai sampel yang ditarik dengan cara kuota. Dan responden dipilih dengan cara accidental, yakni mewawancarai PRO baik dan perusahaan semi pemerintah atau swasta yang ditemui di Jakarta. Sedangkan tipe penelitian ini adalah eksplanatif, yakni untuk melihat secara lebih jauh keterkaitan variabel-variabel komunikasi dan juga non komunikasi dengan variabeI kepuasan kerja. Dan analisis data dilakukan dengan 2 tahap, yakni analisis deskriptif dan analisis diskriminan (inferensial). Analisis deskriptif dimaksudkan untuk melihat tingkat signifikansi perbedaan melalui penghitungan "chi square" (X2) dengan level p< 0.05. Dan analisis diskriminan dimaksudkan untuk melihat perbedaan 2 kelompok (kepuasan dan ketidak puasan) dikaitkan dengan beberapa variabel secara bersamaan.
Dari hasil analisis deskriptif, diketahui bahwa yang mempunyai signifikansi perbedaan kuat terhadap kepuasan kerja secara keseluruhan berasal dari faktor komunikasi. Namun jika dilihat secara parsial, faktor-faktor tersebut tidak selalu memberikan signifikansi yang cukup kuat terhadap masing-masing indikator kepuasan, kecuali untuk kepuasan akan tugas dan kepuasan akan kecocokkan pekerjaan.
Berdasarkan hasil klasiflkasi analisis diskriminan, ke 16 variabel diskriminan tetah membedakan secara benar antara kelompok yang puas dan tidak puas dari kepuasan kerja secara keseluruhan. Berdasarkan F rasio, terdapat 8 variabel yang dengan nyata membedakan tingkat kepuasan responden. Dari 8 variabel tadi hanya 2 variabel komunikasi (kejelasan tujuan dan daya dukungan) yang memberikan kontribusi paling nyata.
Kecenderungan di atas terjadi pula jika dilihat dari setiap indikator kepuasan kerja. Namun demikian tidak semua dari 16 variabel diskriminan memberikan kontribusi pada masing-masing indikator kepuasan. Untuk kepuasan tugas, dari 7 variabel yang signifikan, hanya 2 variabel (tujuan organisasi dan kepercayaan) yang mempunyai kontribusi yang paling nyata. Untuk kepuasan disiplin, dari 5 variabel yang membedakan kepuasan, hanya 2 variabel yang secara nyata memberikan kontribusi. Pada kepuasan kecocokkan kerja, dari 7 yang signifikan, 5 diantaranya memberikan kontribusi yang kuat. Dan untuk kepuasan pemecahan masalah, hanya 1 variabel (promosi jabatan) yang membedakan dan memberikan kontribusi yang kuat.
Dan temuan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor komunikasi, antara lain mencakup variabel kepercayaan, daya dukungan, kejelasan tujuan dan penghargaan, dapat menjadi prediktor terhadap kepuasan kerja para PRO. Disamping itu ada pula faktor non komunikasi yang turut serta mempengaruhi kepuasan kerja para PRO tersebut, antara lain adalah gaji, promosi jabatan, kesesuaian peran dan budaya organisasi. Hal ini sejalan dengan model yang dikemukakan oleh Herzberg bahwa kepuasan kerja ditentukan oleh 2 faktor, yaitu faktor satisfiers dan dissatisfiers. Jadi dapat dikatakan bahwa kepuasan kerja ini banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor komunikasi. Sementara faktor-faktor non komunikasi tetap memberi dukungan dan merupakan faktor pemelihara terhadap kepuasan kerja karyawan."
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4842
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>