Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182621 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tri Sutrisno
"Skripsi ini membahas tentang perkiraan perubahan parameter hidrologis (nilai CN dan Tc) di Kampus Universitas Indonesia Depok akibat adanya rencana pengembangan lingkungan kampus yang mengubah beberapa area hijau pada tahun 2010 menjadi kawasan terbangun pada tahun 2025. Untuk studi ini, daerah tangkapan air Kampus UI Depok dibagi menjadi 12 sub-area dimana 5 di antaranya ditentukan sebagai sub-area prioritas karena rasio perubahan tata guna lahannya yang relatif tinggi. Masing-masing karakteristik tata guna lahan setiap sub-area dimodelkan bentuk hidrograf limpasan dan parameter hidrologisnya (debit puncak, volume limpasan, dan tinggi limpasan) menggunakan metode SCS TR-20 dengan kurva massa hujan FDOT 4-hour dan hidrograf satuan Standar SCS dibantu aplikasi HydroCAD v8.50.
Pendekatan low-impact development (LID) adalah untuk meniru kondisi hidrologis pascapembangunan seperti kondisi prapembangunan. Penelitian ini mengasumsikan bahwa kondisi pascapembangunan adalah saat terbangunnya Kampus UI sesuai Rencana Induk tahun 2025, sementara kondisi eksisting pada tahun 2010 sebagai kondisi prapembangunan. Selisih volume dari kedua kondisi tersebut dapat dijadikan dasar perancangan teknik pengendalian limpasan berbasis LID seperti bioretensi, buffer/filter strip, saluran berumput, tong hujan, dan tangki hujan. Praktik LID yang biasa disebut sebagai best management practices (BMPs) ini direncanakan akan dipasang pada sub-area prioritas tersebut pada kondisi tahun 2025; dan kondisi ini selanjutnya dimodelkan kembali untuk diketahui kondisi hidrologisnya. Perubahan yang terjadi diperbandingkan dan dianalisis dan dapat digunakan sebagai dasar menentukan rekomendasi bersamaan dengan implementasi rencana induk tersebut.
Akibat perubahan nilai CN dan Tc, bentuk hidrograf akan berubah. Pada area terbangun, peningkatan CN dan pemendekan Tc menghasilkan debit puncak yang lebih tinggi dan volume limpasan yang lebih besar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa BMP yang terpasang pada sub-area ternyata mampu menurunkan debit puncak maupun volume limpasan. Bentuk hidrograf limpasan pada kondisi tahun 2025 dengan penerapan BMP relatif mendekati bentuk hidrograf untuk kondisi prapembangunan pada tahun 2010.

This undergraduate thesis estimated the changes of hydrological parameters (CN and Tc) at the Universitas Indonesia Campus at Depok as a result of the campus development plan that would alter some of the green areas in 2010 to developed areas in 2025. The catchment of campus area is divided into 12-subcatchments where there are chosen 5 priority subcatchments based on the highest development areas. Characteristic of each land-use subcatchment is modeled by HydroCAD v8.50 using SCS TR-20 method with FDOT 4-hour rainfall mass curve and standard SCS-UH for routing the flood hydrographs which describe the peak discharge, volume, and the depth of runoff on subcatchments.
The low-impact development (LID) approach is to mimic the hydrological conditions of post-development into pre-development. This study set the post-development condition based on the UI?s 2025 Master Plan whereas the pre-development established as the existing year of 2010. The difference of the runoff volume can be used as a basis for designing runoff control techniques based on LID such bioretention, buffer/filter strips, grassed swale, rain barrel, and cistern. The application of LID techniques as commonly referred to best management practices (BMPs) are planned to be installed in the priority subcatchments. Thus, on these priority subcatchments are modeled using the installed BMPs design for year of 2025 condition. The changes are compared and then analyzed for yielding recommendations for the implementation of the Master Plan.
Due to the change of CN values and Tc, the hydrograph shapes transformed. In the developed areas, increasing of CN and shortening of Tc resulted in higher runoff peak discharge and bigger runoff volume. The installed BMP promotes to lower peak discharge and lesser volume as shown by this study. The results are showed by the hydrographs of the 2025 with installed BMPs which is attempting to the 2010.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1019
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rakhmat Hadikusumah
"Rencana pengembangan fasilitas di Kampus UI Depok pada tahun 2025 untuk menunjang sarana pendidikan mengakibatkan perubahan jenis penutup lahan dan pengurangan lahan lulus air. Pengelolaan limpasan hujan yang tepat dan berwawasan lingkungan di Kampus UI Depok dibutuhkan untuk menjaga kondisi hidrologis pra-pengembangan.
Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk memberikan rekomendasi pengelolaan limpasan hujan terpadu untuk menjaga kondisi hidrologis tahun 2011 dalam bentuk luasan Best Management Practice (BMP) yang dibutuhkan. Metode perhitungan penentuan luasan BMP yang dibutuhkan untuk menjaga kondisi hidrologis pra-pengembangan fasilitas pada tahun 2011 dengan menggunakan metode Low Impact Development (LID) yang memiliki tujuan untuk menyerupai kondisi hidrologis pra-pengembangan dengan menggunakan sarana BMP yang dapat menyimpan, menyerap, dan menahan limpasan hujan.
Hasil yang didapat yaitu penentuan Curve Number (CN) dan luasan BMP di daerah tangkapan hujan Kampus UI pada tahun 2011 dan 2025. Rekomendasi hasil penelitian adalah pemasangan sarana BMP sesuai dengan ketersediaan lahan yang ada.

Facility development plans on Campus UI Depok in 2025 to support educational facilities resulting in changes in land cover types and reduction of pervious area. Proper management of rainfall runoff and environmentally sound in the Campus UI Depok required to maintain pre-development hydrological conditions.
The goal of research is done is to provide an integrated rain runoff management recommendations for maintaining the hydrological year 2011 in the form of an area of Best Management Practice (BMP) is needed. Calculation method of determining the extent of BMP required to maintain pre-development hydrological conditions of the facility in 2011 using the Low Impact Development (LID) which has the purpose to resemble pre-development hydrological conditions by means of BMPs that can store, absorb, and retain runoff.
The results of the determination of the Curve Number (CN) and the extent of BMP in the catchment of rain on the UI campus in 2011 and 2025. Recommendations of research results is the installation of BMP facilities in accordance with the availability of existing land.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S111
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Luluk Azkarini
"Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan tutupan lahan pada suatu daerah akan semakin besar. Pada tahun 2017, presentase lahan yang sudah terbangun di DTA UI pada bagian luar kamus UI Depok mencapai 95 dan pada bagian dalam kampus UI mencapai 20 yang selalu bertambah setiap tahunnya. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan volume limpasan permukaan. LID adalah salah satu metode untuk mengelola limpasan hujan untuk kawasan skala mikro. Bangunan LID dirancang untuk mengelola hujan dengan spektrum ringan sampai sedang. Salah satu alat yang dapat mensimulasikan peletakan bangunan LID adalah BMP Siting tool. Penelitian terdahulu sudah menghasilkan suatu usulan terapan berbagai bangunan LID-BMP di DTA UI Depok dengan menggunakan bantuan BMP Siting Tools.
Pada penelitian ini bertujuan untuk membandingkan volume limpasan permukaan tanpa dan dengan adanya bangunan LID pada DTA UI Depok serta menghitung efektifitas bangunan LID untuk berbagai spektrum hujan. Dengan menghitung nilai CN yang terjadi akibat adanya perubahan tata guna lahan setelah penerapan bangunan berkonsep LID di DTA Kampus UI Depok maka akan mempengaruhi besar volume limpasan di DTA tersebut.
Bangunan berkonsep LID yang digunakan adalah bioretention, porous pavement, infiltration trench, infiltration basin, vegetated filterstrip, sand filter nonsurface, sand filter surface, rain barrel dan grassed swales. Sand filter merupakan bangunan termudah dan terbanyak yang dapat dibangun di DTA UI menurut BMP Siting Tools. Efektifitas penurunan volume limpasan setelah peletakkan bangunan LID-BMP terhadap kondisi eksisting bervariasi dari 3-30 dengan efektifitas terbesar menggunakan teknologi sand filter surface/nonsurface.

High population growth rate will increased the impervious land cover in a certain area will be greater. In 2016, the percentage of impervious area in DTA UI Depok has reached 95 on the outside Campus UI and on the inside reaches 20 which is always increasing every year. This condition causes the surface runoff volume will increase. LID is a new paradigm for stormwater management in micro scale areas. LID infrastructure is designed to manage stormwater for light to moderate rainfall spectrum. Previous research has produced an applied proposal of various LID BMP infrastructure in UI catchment area, Depok, by using BMP Siting Tools.
This study aims to compare the volume of surface runoff without and with the LID infrastructures on UI catchment area, Depok, and to calculate the effectiveness of LID infrastructure for various spectrum of rainfall. By calculating the CN value that occurs due to the change of land use after the implementation of LID concept building in DTA UI Depok Campus it will affect the volume of runoff at the DTA.
The LID infrastructures used are bioretention, porous pavement, infiltration trench, infiltration basin, vegetated filterstrip, nonsurface sand filter, sand filter surface, rain barrel, green roof and grassed swales. By applying said infrastructures, the reduction of peak flow on various rain spectrums various from 3 30 with the greatest effectiveness using sand filter surface nonsurface technology.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizaldy
"Penelitian ini membahas tentang pemanfaatan proses digital dalam pengelolaan air hujan berbasis low impact development. Penyelidikan awal terhadap wilayah studi Sub-DAS Sugutamu membutuhkan pemetaan sebagai Identifikasi karakteristik lahan sub-DAS dan impact analysis dari pembangunan yang telah terjadi di Sub-DAS tersebut. Namun peta yang dipakai masih berupa peta manual (peta tematik) yang terpisah-pisah yang memiliki banyak kekurangan. Untuk menggabungkan berbagai informasi yang kini terpisah-pisah dalam beberapa peta manual, kini tersedia alat bantu (tools) dengan metode Geographic Information System (GIS) yang disebut peta digital.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat pemetaan digital sistem informasi pengelolaan air hujan di Sub DAS Sugutamu dengan teknologi GIS, untuk mengetahui manfaat yang diperoleh dari proses digitasi yang dilakukan terhadap analisis rainfall-runoff model pada Sub-DAS Sugutamu, sehingga kemudian dapat menghasilkan data siap hitung dalam kaitannya dengan penerapan konsep Low Impact Development. Data-data yang dipakai adalah data sekunder yang sebagian berupa data hipotetikal.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa langkah-langkah yang telah dilakukan dalam proses digital pada sistem informasi pengelolaan air hujan di suatu sub DAS bisa dilakukan analisis untuk tiap satuan raster sebagai luasan parsial. Dengan demikian hal ini akan membuka kemungkinan analisis lebih lanjut dengan melakukan penerapan konsep low impact development untuk berbagai aplikasi Best Management Practices (BMPs) atau pun Integrated Management Practices (IMPs). Penelitian ini mengarahkan bahwa untuk melakukan pengelolaan air hujan dengan konsep LID perlu ditinjau secara mikro dari segi luas lahan yang dikelola. Untuk itulah perlu dilakukan proses digital, karena untuk mengetahui perubahan secara cepat akan lebih akurat dengan menggunakan simulasi komputer sebagai impact analysis dari pembangunan yang ada.

This study discusses the use of digital processes in the low impact development-based rain water management. Initial investigation of the sub-watershed study in Sugutamu requires mapping as characteristics identification of land and the impact analysis of development that has occurred in the sub-watershed. But the maps used was still manual thematic maps which was fragmentary with a lot of shortages. To combine the various information that is now fragmentary in some of the maps, now available tools with the method of Geographic Information System (GIS) called digital map.
This research aims to create a digital mapping of information system in rain water management in Sugutamu Sub-Watershed with GIS technology, for the benefit obtained from the digitation process to the analysis of rainfall-runoff model in the Sugutamu Sub-Watershed, so the data can then be calculated in the ready relation to the implementation of the concept of Low Impact Development. The data used is secondary data with some form of hypothetical.
The results of research concluded that the steps that have been made in the digital processes of the rain water management information system in a sub watershed analysis can be done for each of the raster as the partial area. Thus, this will open the possibility of further analysis with the application of the concept of low impact development for various applications of Best Management Practices (BMPS) or Integrated Management Practices (IMPS). This research that lead to do the rain water management with LID concept needs to be reviewed in terms of micro-managed area. Therefore, the digital process needs to be done, due to learn quickly changes to be more accurate by using computer simulation as an analysis of the impact of development.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50452
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muchamad Wahyu Trinugroho
"ABSTRAK
Curah hujan merupakan salah satu faktor penting dalam aliran limpasan. Jumlah dan sebaran stasiun curah berperan dalam analisis transformasi aliran limpasan dalam suatu model hidrologi, maka analisis data hujan perlu dilakukan secara teliti. Namun, dalam suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) memiliki jumlah dan sebaran stasiun yang bervariasi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh jumlah dan sebaran stasiun terhadap hujan transfromasi dalam bentuk aliran limpasan menggunakan model hidrologi, HEC‐HMS. Lokasi kajian di DAS Mae Chaem Thailand Utara seluas 3.826 km2. Model HEC HMS digunakan untuk kalibrasi parameter model curah hujan limpasan dengan menggunakan keseluruhan stasiun hujan yang ada sejumlah 13 stasiun (kondisi 1), dengan menggunakan curah hujan wilayah metode polygon thiessen. Untuk penyederhanaan, parameter terkalibrasi sebagai input untuk simulasi 6 stasiun hujan dengan nomor stasiun 1, 2, 5, 8, 11, dan 13 (kondisi 2), dan 3 stasiun hujan dengan 3 posisi stasiun yang berbeda (kondisi 3, 4, dan 5). Hasil penelitian menunjukkan kalibrasi dari 13 stasiun mempunyai kriteria sangat baik dengan nilai Nash koefisien 0,826. Setelah dilakukan simulasi, kondisi 2 memberikan hasil yang paling baik mendekati nilai pengamatan, dengan R2 = 0,927, sedang nilai korelasi paling rendah kondisi 5 (nomor stasiun 1, 6, dan 11), R2 = 0,795. Sedangkan dari hasil debit hidrograf, kondisi 1 lebih tinggi daripada kondisi 2, baik pola maupun debit puncaknya. Hasil lain menunjukkan simulasi debit puncak kondisi 3 (nomor stasiun 2, 5, dan 13) memiliki overestimate terhadap debit observasi sedang kondisi 5 menunjukkan hasil underestimate terhadap debit observasi. Secara kesuluruhan hasil simulasi telah memenuhi persyaratan Nash, sedang hasil yang paling baik pada simulasi dengan 6 stasiun (kondisi 2). Dengan demikian jumlah dan posisi stasiun curah hujan memberikan pengaruh dalam pemodelan curah hujan limpasan di Sungai Ping, DAS Mae Caem."
Bandung: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2018
551 JSDA 14:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Laudza Ulayya Ghani
"Timbulan sampah elektronik (e-waste) akan mengalami peningkatan sebanyak 4-5 persen setiap tahunnya. Pada tahun 2016, sebanyak 44,7 juta ton sampah elektronik, hanya 8,7 juta ton yang dapat didaur ulang, sedangkan sisanya menjadi sampah residu. Perguruan tinggi sebagai pengguna Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) terbanyak, menjadi salah satu penyumbang sampah elektronik terbesar terhadap timbulan sampah elektronik. Pelaksanaan pengelolaan sampah elektronik di lingkungan kampus masih menghadapi beberapa tantangan dari aspek kebijakan, aspek kelembagaan, aspek keuangan, dan aspek sarana prasarana. Jika tantangan ini tidak segera diatasi, visi perguruan tinggi dalam mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) untuk memberikan pengetahuan, inovasi, dan solusi untuk SDGs akan terhambat. Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman yang dihadapi oleh pihak kampus dari aspek-aspek terkait untuk menerapkan pengelolaan sampah elektronik di lingkungan kampus. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam para stakeholder Direktorat Operasi dan Pemeliharaan Fasilitas serta data sekunder berupa laporan yang dimiliki oleh Kampus UI. Analisa data dilakukan dengan pendekatan analisis SWOT yang merupakan alat dalam formulasi strategis, melalui perhitungan bobot dan rating pada indikator kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman untuk menghasilkan alternatif usulan perencanaan strategik berdasarkan model pengelolaan sampah elektronik terintegrasi yang dapat memiliki manfaat untuk menyempurnakan sistem pengelolaan sampah elektronik yang sudah diterapkan. Hasil perhitungan analisa SWOT diperoleh nilai IFAS 0,94 dan nilai EFAS adalah 1,21 yang artinya bahwa Direktorat Operasi dan Pemeliharaan Fasilitas (DPOF) Universitas Indonesia (UI) berada pada posisi kuadran 1 yang mana alternatif strategi yang perlu diterapkan adalah strategi agresif untuk memanfaatkan peluang dengan menggunakan keunggulan DPOF UI dalam hal kekuatan dari segi aspek kelembagaan, aspek kebijakan dan aspek sarana prasarana.

Every year, the total amount of e-waste generated increases to 4-5 percent. In 2016, only 8.7 million tons of e-waste could be recycled from a total of 44.7 million tons of electronic waste, while the rest became residual waste. Educational institutions, as the majority of users from the Information and Communication Technology (ICT), are one of the largest contributors of the electronic waste stream. Educational institutions, as a leading actor of the sustainable development movement, in which electronic waste management is considered to be an important aspect, still face challenges in implementing e-waste management, especially in institutional aspect, technical aspect and legal aspect. Potential environmental problems associated with management practices will hamper SDGs target. This study aims to identify the strengths, weaknesses, opportunities and threats faced by institutional education to manage e-waste. Data were collected through in-depth interviews with stakeholders of the Directorate of Operations and Facility Maintenance and official reports published by the UI Campus. Data analysis was conducted using a SWOT analysis approach as a tool of strategic formulation by calculating weights and ratings on indicators of strengths, weaknesses, opportunities and threats to initiate alternative strategies based on an integrated electronic waste management model. The result showS that the IFAS value is 0.94 and the EFAS value is 1.21. It presents that the Directorate of Facility Operations and Maintenance (DPOF) Universitas Indonesia (UI) position is in quadrant 1. The alternative strategy defining DPOF position is an aggressive strategy to utilize opportunities by using the advantages they have."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The purpose of this study describe the condition of the management, educators, and infrastructure of public primary schools in Banten province based on the parameters of national education standarts. The samples of this study consisted of 78 in many schools under studied. The standards that were achieved in the areas of management such as self-evaluation and its utilization for school development planning do not apply optimally. Also teacher educational qualifications and in-job-training, and infrastructure or facilities. The study recommended that those specific matters would be the main concern in future educational improvement in Banten province."
JPUT 11:1 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alexander Tianara
"ABSTRACT
Cendawan polypore merupakan kelompok cendawan yang memiliki binding dan skeletal hyphae dengan himenium yang umumnya berpori. Cendawan tersebut memiliki manfaat tinggi pada sisi ekologis dan antroposentris. Akan tetapi, sampai dengan tahun 2018, keanekaragaman cendawan di Kampus UI Depok, khususnya cendawan polypore, belum pernah terdata. Hal tersebut perlu menjadi perhatian besar mengingat berbagai peningkatan jumlah sarana-prasarana telah dan sedang dilakukan di kawasan kampus sehingga dapat mengancam keberadaan cendawan polypore. Penelitian bertujuan untuk menginventarisasi dan mendeskripsikan, membandingkan keanekaragaman taksonomi, dan menyediakan koleksi spesimen cendawan polypore di Kampus UI Depok. Sampling spesimen dilakukan di seluruh kawasan urban dan hutan Kampus UI Depok menggunakan metode jelajah bebas. Karakterisasi, identifikasi, dan penyusunan deskripsi spesies menggunakan pendekatan morfologi, baik makroskopis maupun mikroskopis. Diperoleh 70 spesimen cendawan polypore dari kawasan tersebut yang terdiri atas 34 spesies yang berasal dari 22 genus, 7 famili (1 incertae sedis),  dan 4 ordo.  Sebanyak 82,35% cendawan polypore berasal dari ordo Polyporales GA um. Sementara itu, famili dan genus terbesar adalah Polyporaceae dan Trametes. Sebanyak 17 spesies yang terdeteksi sebagai spesies new record di Pulau Jawa dan 11new record di Indonesia. Penelitian menunjukkan bahwa kawasan hutan memiliki keanekaragaman taksonomi lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan urban. Hal tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan ketersediaan substrat tumbuhan dan kondisi abiotik pada kedua kawasan yang dapat memengaruhi dispersi dan pertumbuhan cendawan polypore.

ABSTRACT
The polypore mushrooms or polypores are distinguished by their binding and skeletal hyphae and typical poroid hymenophore. Huge beneficial ecological and anthropocentric values can be obtained from them. Unfortunately, there have never been any mushroom diversity record on site, including polypores, though Universitas Indonesia has been established in Depok for 31 years. Moreover, campus facilities development which is ongoing may threaten their existence. The study was aimed to list and describe polypores of UI Depok Campus which then collected as specimen for further studies. Taxonomic diversity in urban and forest area were then compared. Sampling had been conducted using broad survey method. Characterization, identification, and species description were done using morphological approach, both macroscopic and microscopic. Seventy specimens which were collected consisted of 34 species from 22 genera, 7 families (1 incertae sedis), and 4 orders. Polyporales GA um is the largest order (82,35% from all species found) with Polyporaceae and Trametes as the largest in rank family and genus respectively. It is then known that 17 species are new record in Java and 11 among them are new to Indonesia. The study shows that taxonomical diversity is higher in forest area compared to urban area. It was possible due to the differences in plant availability as substrate and abiotic factors those affect polypores dispersion and growth."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yessika Indarini
"Kampus UI-Depok memiliki berbagai masalah sekuriti, akibat penerapan dualisme tujuan UI, yaitu sebagai lembaga penyedia jasa pendidikan tinggi dan kampus rakyat. Masalah sekuriti yang kemudian muncul harus ditangani secara sistematis dalam bentuk manajemen sekuriti, supaya sivitas akademika dan tamu UI dapat merasa aman beraktivitas di kampus UI Depok. Pembahasan manajemen sekuriti di kampus UI-Depok dilakukan terhadap keempat elemen manajemen sekuriti, yaitu organisasi, personil, perlengkapan dan lingkungan (fisik dan sosial). Pelaksanaan manajemen sekuriti turut pula dilihat. Namun solusi mendalam hanya diberikan pada dua dari keempat elemen manajemen sekuriti, yaitu organisasi dan lingkungan. Diharapkan solusi yang ditawarkan dapat memperbaiki masalah sekuriti di kampus UI-Depok. Dua teori utama yang dipergunakan untuk menganalisis manajemen sekuriti yang dilakukan UI di kampus UI-Depok, adalah teori Pencegahan Kejahatan Situasional (Situational Crime Prevention) dari Ronald V. Clarke, dan teori Manajemen Sekuriti yang diungkapkan ahli Manajemen Sekuriti dari UI, Hadiman. Manajemen sekuriti yang kini diterapkan UI dibahas secara mendalam, dan pelaksanaan dari manajemen sekuriti ini juga di analisis dengan menggunakan ke-25 teknik pengurangan kejahatan dari teori Pencegahan Kejahatan Situasional milik Clarke. Meski penelitian ini bersifat kualitatif, data temuan dari penelitian lapangan dan wawancara mendalam, turut diperkuat dengan survei rasa takut akan kejahatan (fear of crime) mahasiswa di 10 fakultas dalam kampus UI-Depok.
Dalam penelitian ditemukan, bahwa persepsi UI terhadap sekuriti masih sebagai suatu biaya, menyebabkan sekuriti mendapat prioritas rendah dalam kepentingan UI sebagai organisasi. Persepsi ini berdampak pada rendahnya posisi dan otoritas UPT PLK UI sebagai pelaksana sekuriti dalam organisasi UI. Tak lengkapnya peralatan dan personil sekuriti, serta tidak terlibatnya sivitas akademika UI terhadap sekuriti, menambah panjang daftar masalah sekuriti dalam kampus UI- Depok.
Pemecahan yang ditawarkan untuk mengatasi masalah sekuriti di kampus UIDepok, adalah merombak semua elemen manajemen sekuriti yang saat ini sudah diberlakukan di UI, baik di bidang organisasi, personil, perlengkapan dan lingkungan fisik dan sosial. Sebagai organisasi, UI harus menentukan tujuan organisasi dan mengubah persepsi sekuritinya. Penempatan UPT PLK UI dalam struktur organisasi UI harus diubah, yang diperkuat dengan ketetapan dan aturan sekuriti baku bagi UI. Personil dan perlengkapan sekuriti perlu ditambah dan dibenahi, serta lingkungan fisik perlu ditata dan dirawat. Lingkungan sosial pun perlu dilibatkan dalam menjaga sekuriti di kampus UI-Depok, dengan cara pemolisian komunitas (community policing) dan pengembangan masyarakat (community development).

The University of Indonesia campus in Depok is plagued by security problems, due to its dualism role, as the provider of higher learning education, and the people's campus. In taking care of the security problems, UI must have a working security management, to make Depok campus safe for civitas academica and guests. Security management in UI includes four elements, organization, personnel, equipment and environment (physically and socially). The implementation of security management in Depok campus is also being noted. Based on these, a solution is found, but only 2 out of 4 security management's elements that are being discussed in depth, the organization and environment.
This solution is then hoped can improve the security problems faced by UI in Depok campus. Two major theories used to analyze security management implemented by UI in Depok campus, are the Situational Crime Prevention theory by Ronald V. Clarke, and the Security Management Diagram by a prominent Security Management expert, Hadiman. Although this is a qualitative research, data from the field research and in-depth interviews are also supported by fear of crime survey on 200 students from 10 faculties located in Depok campus. This research then found that UI still hold firm to the belief that security is only cost, putting security as a low priority in the organization. This perception has a great impact, putting UPT PLK UI, the institution responsible for security, at the lowest rung of authority ladder. This position allows UPT PLK UI the barest minimum of space and authority, while at the same time it has great responsibilities and tasks. The list of security problems in Depok campus continues with minimal security equipment and personnel, and civitas academica's ignorance in security.
The solutions for these problems are many, designed to improve the security management implemented in Depok campus. As an organization, UI have to decide its goals and change its security perception. UPT PLK UI has to be put at the top-level management, strengthened with the Chancellor's decree in security and authority of UPT PLK UI. Increased the security equipment and personnel, and re-arranging and tending the physical environment. Social environment also have to be involved in security, through community policing and community development program."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2007
T19225
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andya Primanda
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S31206
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>