Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 234178 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Puji Astuti
"Intervensi keperawatan berupa edukasi preoperasi terstruktur berdasarkan teori kognitif sosial (SCT) diharapkan dapat meningkatkan self-efficacy dan perilaku latihan post operasi. Penerapan SCT meliputi penguatan pada empat tahap yaitu vicarious experiences (pemodelan dengan menggunakan video durasi 12 menit), mastery experience, verbal persuasion dan somatic and emotional states. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh edukasi pre operasi terstruktur terhadap self-efficacy dan perilaku latihan post operasi.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen dengan rancangan pre-test and post-test with control group design dan post-test only with control group design. Jumlah sampel 44 orang terbagi atas 22 orang pada kelompok control dan 22 orang pada kelompok intervensi.
Hasil penelitian didapatkan adanya pengaruh yang bermakna edukasi preoperasi terstruktur terhadap self-efficacy (p= 0.00; α=0.05) dan perilaku latihan post operasi (p= 0.00; α=0.05). Berdasarkan penelitian ini edukasi preoperasi terstruktur dengan SCT dapat dilakukan sebagai intervensi keperawatan secara optimal dengan memperhatikan kemampuan pasien post operasi agar dapat melakukan manajemen keperawatan sebaik mungkin.

Nursing intervention in the form of structured education preoperatively based on social cognitive theory (SCT) is expected to increase self-efficacy and post operative exercise behavior.The application of SCT involved the strengthening of four stages, including vicarious experiences (modeling using 12-minute video), mastery experience, verbal persuasion, as well as somatic and emotional states. The purpose of this study was to identify the effects of structured preoperative education on self-efficacy and post operative exercise.
This study was a quantitative research with a quasi-experimental design done by using a pre-test and post-test with control group design and post-test only with control group design. The number of samples was 44 people was divided into 2 groups: 22 people in the control group and 22 people in the intervention group.
The result showed a significant influence of structured preoperative education on both self-efficacy p = 0.00 and the post operative exercise behavior p = 0.00. Based on this study, the structured preoperative education shoul be provided by nurses optimally as a part of nursing interventions by focusing on the post-operative patients? abilities in order to perform the nursing management well.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annisya Sekar Suryati
"Kemampuan sosial-emosional adalah salah satu aspek perkembangan yang sering terganggu pada anak berkebutuhan khusus. Mereka memiliki kebutuhan sosial-emosional yang sama dengan anak-anak pada usia mereka. Namun, dengan keterbatasan mereka, membuat mereka lebih sulit untuk menyampaikan dan mengungkapkan kebutuhan mereka secara optimal. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana fungsi keluarga dapat mempengaruhi kemampuan sosial-emosional melalui parental self-efficacy. Penelitian ini melibatkan 291 peserta, yang merupakan orang tua dari anak-anak dengan kebutuhan khusus di tingkat sekolah dasar.
Hasilnya diproses menggunakan model persamaan struktural dalam program R. Model penelitian ini fit. Fungsi keluarga memiliki efek signifikan pada parental self-efficacy tetapi tidak sebagai mediasi. Namun disisi lain, parental self-efficacy secara signifikan mempengaruhi hubungan antara fungsi keluarga dan kemampuan sosial-emosional pada anak-anak dengan kebutuhan khusus. Berdasarkan hasil ini, itu menunjukkan hubungan lain antara variabel yang diteliti, yang menarik jika diperiksa lebih lanjut.

Social-Emotional ability is one aspect of development that is often disrupted in children with special needs. They have the same social-emotional needs as typical children of their age. However, with their limitations, it makes more difficult for them to convey and express their needs optimally. This research was conducted to find out how family functioning can affect social-emotional ability through parental self-efficacy. This study involved 291 participants, who are parents of children with special needs at the elementary school level.
The results are processed using the structural equation model in the R program. The research model is fit Family functioning has a significant effect on parental self-efficacy but not as mediation. In the other hand, Parental self-efficacy significantly influence the relationship between family functioning and social-emotional abilities in children with special needs. Based on these results, it indicates another relationship among the variables studied, which is interesting if examined further.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T55114
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arsyiana Komala Dewi Nasrun
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dukungan atasan dan trait competitiveness terhadap self-efficacy dan work engagement karyawan di rumah sakit kusta Dr. Sitanala Tangerang. Dari hasil data dan pengujian hipotesis yang menggunakan uji analisis SEM, diperoleh hasil bahwa dukungan atasan dan trait competitiveness secara signifikan berpengaruh positif terhadap self-efficacy dan work engagement yang terdiri dari vigor, dedication dan absorption. Self-efficacy secara signifikan berpengaruh negatif terhadap dimensi work engagement yang terdiri dari vigor, dedication, dan absorption. Metode penelitian ini menggunakan kuantitatif eksplorasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan stratified sampling proporsional. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menyebarkan kuesioner ke setiap divisi yang telah ditetapkan jumlah sampelnya. Peneliti menyarankan agar RSK. Dr. Sitanala Tangerang menciptakan budaya pembelajaran dalam organisasi yang bersifat terbuka, memberikan penghargaan kepada karyawan yang memiliki prestasi, semangat dan dedikasi dalam pekerjaan dan meningkatkan dukungan atasan melalui pelatihan mentoring dan coaching.

The purpose of this research is to examine the effect supervisor support and trait competitiveness on self-efficacy and work engagement employee at leprosy hospital Dr. Sitanala Tangerang. From the results of the data and hypothesis testing using SEM analysis, obtained the result that supervisor support and trait competitiveness significant positive impact on self-efficacy and work engagement consists of vigor, dedication and absorption. At self-efficacy variable significant negative on work engagement consists of vigor, dedication and absorption. This research is quantitative eksplanative. Sampling technique using proporsional stratified sampling. Data collection methods used in this study go round each division through the questionnaire. The researcher suggests that creating a learning culture in the organization is open, give awards to employees who have the achievements, spirit and dedication in their work and enhance employer support through mentoring and coaching training."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S44611
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susanti Niman
"Banjir musiman menjadi stressor yang dialami oleh remaja yang tinggal di daerah rawan bencana banjir. Remaja merasakan ansietas sebagai dampak psikologis akibat banjir. Self efficacy dibutuhkan oleh remaja dalam menghadapi banjir musiman. Disertasi ini membahas pengembangan model koping untuk meningkatkan self efficacy dan mengatasi ansietas yang selanjutnya diimplementasikan pada remaja usia 13 – 18 tahun di daerah rawan bencana banjir Kabupaten Bandung Jawa Barat. Tujuan penelitian menganalisis model koping untuk meningkatkan Self efficacy dan mengatasi ansietas pada remaja di daerah rawan bencana banjir. Metode penelitian exploratory sequential mixed methods dengan dua tahap. Tahap 1 penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi dan pengembangan model. Partisipan pada penelitian kualitatif berjumlah 15 remaja usia 13-18 tahun. Kriteria sampel tinggal di daerah rawan banjir dengan kriteria sedang-tinggi dan pernah mengalami banjir. Tahap 2 penelitian kuantitatif dengan desain kuasi eksperimen pre and post test control group design. Sampel penelitian masing – masing kelompok 104 responden yang dipilih secara purposive sampling. Kriteria inklusi usia 13-18 tahun, tinggal di daerah rawan banjir dengan kriteria sedang-tinggi, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR/Pramuka, bersedia mengikuti kegiatan secara lengkap. Kegiatan penelitian dilaksanakan selama 1 bulan dan alat ukur yang digunakan menggunakan instrumen coping self efficacy dan Screen for Children Anxiety Related Emotion Disorder. Analisa data dilakukan menggunakan uji bivariat dan multivariat. Hasil penelitian tahap 1 didapatkan 5 tema utama dan hasil tahap 2 terdapat perubahan self efficacy dan ansietas pada kelompok yang mendapatkan intervensi model koping dukungan remaja.Penelitian menyarankan bahwa model koping dukungan remaja dapat diaplikasikan oleh dinas kesehatan, badan penanggulangan bencana daerah, perawat puskesmas, guru bimbingan konseling, orang tua dan remaja; Penelitian lanjutan dibutuhkan untuk menguji model dukungan remaja pada kondisi bencana alam yang lain.

Seasonal floods are a stressor experienced by adolescents who live in flood-prone areas. Adolescents feel anxiety as a psychological impact due to flooding. Adolescents need self-efficacy in dealing with seasonal floods. This dissertation discusses the development of coping models to increase self-efficacy and overcome anxiety which will then be implemented in adolescents aged 13-18 years in flood-prone areas, Bandung Regency, West Java. The research objective is to analyze coping models to increase self-efficacy and overcome anxiety in adolescents in flood-prone areas. The exploratory sequential mixed methods research method with two stages. Phase 1 qualitative research with phenomenological design and model development. The participants in the qualitative study were 15 adolescents aged 13-18 years. The criteria for the sample live in flood-prone areas with medium-high criteria and have experienced flooding. Phase 2 is a quantitative study with a quasi-experimental design with pre and post-test control group design. The research sample for each group is 104 respondents selected by purposive sampling. Inclusion criteria are 13-18 years old, living in a flood-prone area with medium-high criteria, participating in PMR/Scout extracurricular activities, and being willing to participate in the full activity. The research activity was carried out for one month, and the measurement tools used were coping self-efficacy instruments and the Screen for Children Anxiety Related Emotion Disorder. Data analysis was performed using bivariate and multivariate tests. The results of the first phase of the research found five main themes. The results of the second stage showed changes in self-efficacy and anxiety in the group that received the intervention of the adolescent support coping model. Research suggests that health offices can apply the coping model for youth support, regional disaster management agencies, primary health nurses, guidance and counselling teachers, parents and adolescents; Further research is needed to test the model of youth support in other natural disaster conditions."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afini Mutiara Aulia
"Dewasa muda dituntut untuk mampu beradaptasi pada berbagai perubahan dalam hidupnya sehingga fleksibilitas kognitif penting untuk mereka miliki. Tujuan penelitian ini adalah melihat apakah efikasi diri kreatif dapat menjadi prediktor bagi fleksibilitas kognitif pada dewasa muda. Efikasi diri kreatif diukur instrumen yang dikembangkan oleh Tierney dan Farmer (2002) sedangkan fleksibilitas kognitif diukur dengan Cognitive Flexibility Inventory (CFI) oleh Dennis dan Vander Wal (2010). Total partisipan penelitian ini adalah 226 orang yang merupakan dewasa muda berusia 18-25 tahun. Hasil penelitian yang pertama menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara efikasi diri kreatif dan fleksibilitas kognitif. Kedua, efikasi diri kreatif paling mampu memprediksi dimensi alternatif dari fleksibilitas kognitif. Effect size pada temuan pertama termasuk ke dalam large effect dan yang kedua medium effect. Hasil penelitian ini menambah wawasan mengenai topik fleksibilitas berpikir pada dewasa muda dan dapat menjadi bahan pertimbangan pengembangan intervensi peningkatan fleksibilitas kognitif dan efikasi diri kreatif pada orang dewasa muda berusia 18-25 tahun.

Emerging adults are urged to be able to adapt to the various changes in their lives so it is important for them to have cognitive flexibility. This research was conducted to investigate the potentiality of creative self-efficacy as a predictor to cognitive flexibility among emerging adults. Creative self-efficacy is assessed with a measurement invented by Tierney and Farmer (2002) and cognitive flexibility is measured by Cognitive Flexibility Inventory (CFI) developed by Dennis and Vander Wal (2010). The total data we analyzed came from 226 Indonesian emerging adults ranging from age 18-25. This study revealed two important results. First, there is a positive and significant relationship between creative self-efficacy and cognitive flexibility among emerging adults. Second, creative self-efficacy predicts the “alternatives” dimension of cognitive flexibility better. The effect size we found in the first result can be categorized as large effect while the second one is medium effect. The results of this research could become a contribution in cognitive flexibility literature and a suggestion for the authority to improve emerging adults’ creative self-efficacy in order to raise their cognitive flexibility respectively."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrianto Ramadhan
"ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara efikasi-diri dalam berkendara dan perilaku berkendara berisiko pada pengendara sepeda motor usia remaja. Partisipan penelitian ini adalah 130 pengendara sepeda motor yang merupakan siswa SMA berusia 15 sampai 18 tahun remaja, dan berdomisili Jabodetabek. Pengukuran efikasi-diri dalam berkendara menggunakan alat ukur yang diadaptasi dari Adelaide Driving Self-Efficacy Scale ADSES yang dikembangkan oleh George, Clark dan Crotty 2007. Sedangkan untuk pengukuran perilaku berkendara berisiko menggunakan alat ukur yang diadaptasi dari alat ukur Risky Driving Behavior Questionnaire yang dikembangkan oleh Chang dan Yeh 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara efikasi diri dalam berkendara dan perilaku berkendara berisiko pada pengendara sepeda motor usia remaja. Dengan demikian, semakin tinggi efikasi-diri berkendara individu, maka semakin tinggi pula kecenderungan individu untuk melakukan perilaku berkendara berisiko pada pengendara sepeda motor usia remaja.

ABSTRACT
This research aimed to examine the relationship between Driving Self Efficacy and Risky Driving Behavior Among Adolescent Motorcyclists. Participants are 130 high school students in Greater Jakarta, aged 15 to 18 years adolescence, motorcyclists. The measurement of Driving Self Efficacy using adaptation of Adelaide Driving Self Efficacy Scale ADSES developed by George, Clark and Crotty 2007 while for Risky Driving Behavior measurement using adaptation of Risky Driving Behavior Questionnaire developed by Chang and Yeh 2007 . The results showed that there are positive and significant correlation between driving self efficacy and risky driving behavior among adolescent motorcyclists."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Diba Putri
"Cara terbaik untuk tetap bertahan hidup di tengah masa pandemi COVID-19 ini adalah dengan sama sekali tidak tertular melalui pemberlakuan protokol kesehatan, namun pada kenyataannya masih banyak individu yang lalai melaksanakan protokol kesehatan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran perceived threat dan self-efficacy dalam perilaku sehat pencegahan COVID-19 terhadap kemunculan perilaku sehat pencegahan COVID-19 pada mahasiswa di Indonesia. Penelitian ini melibatkan 372 partisipan mahasiswa melalui accidental sampling. Data penelitian ini diambil secara daring selama pandemi berlangsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived threat dan self-efficacy berhubungan secara signifikan dengan perilaku sehat pencegahan COVID-19, yang dimana pengaruh yang lebih besar diberikan oleh perceived threat pada kemunculan perilaku sehat anti COVID-19.

The best way to survive in the COVID-19 pandemic is not being infected at all through the enforcement of health protocols, but there are still many individuals who neglect to implement these health protocols. This study aims to determine the role of perceived threat and self-efficacy in the COVID-19 preventive health behavior to the emergence of COVID-19 preventive health behavior among college students in Indonesia. This study involved 372 college students through accidental sampling. The research data was collected online during the pandemic. The results showed that perceived threat and self-efficacy were significantly related to COVID-19 preventive health behavior, which greater effect was caused by the perceived threat"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriana Trihandini Waskitajati
"ABSTRAK
Kekerasan dalam hubungan pacaran dapat terjadi dalam bentuk kekerasan seksual, fisik, maupun psikologis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh investasi dan self-efficacydalam hubungan romantis terhadap komitmen korban kekerasan dalam hubungan berpacaran. Investasi dan komitmen diukur dengan menggunakan Investment Model Scale(IMS) milik Rusbult, Martz, dan Agnew (1998), sedangkan self-efficacydalam hubungan romantisdiukur dengan alat ukur Self-efficacy in Romantic Relationship(SERR) milik Riggio et al. (2011). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 190 orang yang merupakan perempuan berusia 18-25 tahun,sedang menjalani hubungan pacaran minimal enam bulan, dan mengalami kekerasan dalam hubungan berpacarannya. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investasi dan self-efficacydalam hubungan romantis memprediksi komitmen dalam hubungankorban kekerasan secara positif.

ABSTRACT
Abusive behavior in a relationship can occur in the form of sexual, physical, and psychological abuse. This research was conducted to determine the effect of investment and self-efficacy in romantic relationship on the commitment of victims in an abusive relationship. Investment and commitment are measured by the Investment Model Scale (IMS) from Rusbult, Martz, and Agnew (1998), while self-efficacy in romantic relationships is measured by the Self-Efficacy in Romantic Relationship (SERR) from Riggio et al. (2011). The number of participants involved is 190 people, that consists of women aged 18-25 years old, who are in a relationship with a minimum duration of six months, and currently a victim in an abusive relationship. This research used multiple regression analysis. The result shows that investment and self-efficacy in a romantic relationshippredict commitment of the victims in abusive dating relationship."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Ramadhanti
"Dewasa muda, khususnya mahasiswa sedang dalam kondisi dimana mereka memiliki sistem kekebalan tubuh yang prima sehingga mereka seringkali mengabaikan penerapan gaya hidup sehat. Tetapi, apakah dengan adanya faktor risiko seperti adanya kerabat yang mengidap penyakit kanker membuat mereka menata kembali gaya hidup untuk menjadi lebih sehat? Oleh karena itu menjadi penting adanya untuk menguji faktor apa saja yang berkontribusi dalam penerapan perilaku sehat pada mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara perceived threat dan self-efficacy dalam perilaku sehat dengan perilaku sehat pada mahasiswa yang memiliki kerabat dengan riwayat kanker. Studi ini berhasil menghimpun 138 partisipan mahasiswa Universitas Indonesia yang memiliki kerabat dengan riwayat kanker. Mahasiswa UI mengisi kuesioner secara daring yang mengukur tentang perceived threat, self-efficacy, dan perilaku sehat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived threat tidak signifikan terhadap perilaku sehat pada kedua faktornya yaitu perceived susceptibility (r = -0,03, p = 0,72) dan perceived seriousness (r = -0,015 p = 0,86). Hasil lainnya menunjukkan bahwa self-efficacy (r = 0,26, p = 0,02) memiliki hubungan dengan perilaku sehat. Penjelasan lebih lanjut mengenai hasil penelitian didiskusikan.

Young adults, especially college student is going through a condition where their immune system, has reached its peak. The problem is, they tend to be not putting too much attention on practicing healthy lifestyle behavior. Would they change their health behavior, if they have a cancer fighter relative? Therefore, it is important to examine what factors that contribute on practicing health behavior on college student. This research aims to examine the relationship between perceived threat and health behavior self-efficacy with health behavior on college student whose having familial risk of cancer. 138 students of Universitas Indonesia with a familial risk of cancer were involved in this research. UI student fill out the online questionnaires that measure perceived threat, self-efficacy and health behavior. The results indicate that the relationship between perceived threat on cancer and health behavior was not significant both on perceived susceptibility (r = -0,03, p = 0,72), and perceived seriousness (r = -0,015 p = 0,86). Other results shows that health behavior self-efficacy and health behavior were positively correlated and significant (r = 0,26 , p = 0,02). Further explanation about the results is discussed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhaniar Gusna Fatimah
"Dalam proses pemilihan karier, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa efikasi-diri keputusan karier dapat diprediksi dari gaya berpikir. Namun, efikasi-diri keputusan karier dapat berbeda antara laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini ingin melihat peran gender sebagai moderator pada hubungan gaya berpikir dengan efikasi-diri keputusan karier siswa SMA. Jumlah responden penelitian ini adalah 353 siswa SMA. Selanjutnya variabel diukur dengan menggunakan kuesioner penelitianya itu skala Career Decision Self-Efficacy-Short Form dan Thinking Style Inventory-Revised II yang sudah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia. Data dianalisis menggunakan program macro PROCESS dari Hayes yang terdapat dalam SPSS. Hasil menunjukkan bahwa gender hanya dapat memoderasi hubungan gaya berpikir tipe I dengan efikasi-diri keputusan karier pada siswa SMA (b3 -0,24, t-2,51, p 0,05); sedangkan gender tidak menjadi moderator pada hubungan gaya berpikir tipe II dengan efikasi-diri keputusan karier siswa SMA (b3 -0,12, t-1,28, p 0,5). Limitasi dan saran untuk penelitian selanjutnya didiskusikan.

In the career selection process of high school students, previous research has shown that career decision self-efficacy can be predicted from thinking styles. However, the self-efficacy of career decisions can differ between men and women. Therefore, the purpose of this study is to look at the role of gender as a moderator in the relationship of thinking styles with the self-efficacy of career decisions of high school students. The number of respondents in this study were 353 high school students. Furthermore the variables were measured using a research questionnaire namely the Career Decision Self-Efficacy-Short Form (CDSE-SF) scale and Thinking Style Inventory-Revised II (TSI-R2) which had been adapted into Indonesian. Data were analyzed using PROCESS macros program from Hayes that contained in SPSS. The results show that gender can only moderate the relationship of type I thinking styles with career decision self-efficacy in senior high school students (b3 -0,24, t-2,51, p 0,05); while gender doesnt become a moderator in the relationship of type II thinking styles with career decision self-efficacy of high school student (b3 -0,12, t -1,28, p 0,5). Limitation and suggestions for further research are discussed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T55167
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>