Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 221767 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian L. Izwar
"ABSTRAK
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang
ditandai dengan pembahan secara fisik, kognitif dan sosial emosional (Santrock, 1990).
Masa ini dikenal juga sebagai masa pubertas yang ditandai terutama dengan perkembangan
karakteristik seks primer dan sekunder (Turner & Helms, 1987). Masa pubertas ini secara
intrinsik berkaitan dengan seksualitas (Tolan & Cohler, 1993) sehingga pada masa ini remaja
mulai tertarik pada Iawan jenisnya. Dalam perkembangan psikososial, remaja mulai memasuki
tahap heterosociality dimana ia mendapatkan kesenangan dalarn berhubungan dengan
teman dari jenis kelamin yang sama atau lawan jenisnya (Rice, 1990). Dalam salah satu
tugas perkembangan yang dikemukakan oieh Havighurst (dalam Turner & Helms, 1987)
remaja juga diharapkan untuk dapat membina hubungan yang lebih matang baik dengan
teman Iaki-laki maupun dengan perempuan dan mempersiapkan diri untuk menikah. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa hubungan antara remaja pria dan wanita merupakan hal
yang wajar.
Dewasa ini fenomena pacaran pada remaja awal yang berusia antara 12-15 tahun
semakin sering ditemui. Beberapa remaja putri yang masih duduk di bangku SLTP
mengatakan bahwa mereka telah punya pacar. Pada penelitian ini batasan pacaran yang
digunakan adalah hubungan yang tetap antara remaja putri dan remaja putra yang ditandai
dengan adanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama namun belum ada komitmen
untuk menikah. Rice (1990) mengemukakan tujuh tujuan pacaran, yaitu rekreasi, persahabatan tanpa adanya tanggung jawab untuk menikah, status dan prestasi, sosialisasi,
memperoleh pengalaman dan kepuasan seksual, memilih teman hidup dan mendapatkan
keintiman. Sementara kegiatan pacaran pada penelitian ini dlkelompokkan menjadi kegiatan
bersama hanya dengan pasangan, kegiatan bersama pasangan dalam kelompok dan
kegiatan yang mengarah pada tingkah Iaku seksual.
Masalah yang kemudian muncuI adalah pandangan orang tua yang berbeda terhadap
masalah pacaran ini. Penelitian Gunawan (1983) menunjukkan bahwa para ibu tidak setuju
jika remaja putri mereka yang berusia antara 12-15 tahun berpacaran. Sementara penelitian
Winarini (1980) mengemukakan bahwa masalah yang paling banyak dialami remaja dalam
hubungan heteroseksual adalah tidak punya pacar. Tema mengenai hubungan seksual ini
juga merupakan tema yang sering muncul dalam fantasi anak usia puber berdasarkan
penelitian Soegiharto (1986). Dari ketiga penelitian ini dapat dikatakan bahwa ibu umumnya
tidak setuju remaja putri mereka berpacaran sedangkan remaja ingin punya pacar. Mengingat
persepsi menentukan bagaimana individu harus menghadapi lingkungannya dan
mendefinisikan situasi yang ada maka perlu diketahui bagaimana persepsi ibu dan remaja
putri mengenai pacaran ini agar konflik-konflik yang mungkin timbul dapat dihindari. Yang
dimaksud dengan persepsi di sini adalah kategorisasi dan interpretasi terhadap suatu stimulus
yang dilakukan secara selektif oleh individu untuk memberi makna pada Iingkungannya.
Dengan demikian masalah pada penelitian ini adalah : Bagaimanakah persepsi ibu dan
remaja putri usia 12-15 tahun terhadap tujuan dan bentuk tingkah Iaku pacaran yang
dilakukan oleh remaja putri usia 12-15 tahun ?
Penelitian ini bersifat deskriptif dan alat pengumpul data yang digunakan adalah
itemized rating scales unluk mengukur persepsi terhadap tujuan dan bentuk tingkah Iaku
pacaran pada 50 orang ibu dengan pendidikan minimal SLTA dan 50 orang remaja putri usia
12-15 tahun.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa baik ibu maupun remaja putri mempersepsi
tujuan pacaran dan remaja putri usia 12-15 tahun adalah untuk belajar mengenai aturan-
aturan sosial dan bagaimana berhubungan dengan orang lain. Di samping itu bagi remaja
putri kegiatan pacaran juga merupakan salah satu sarana bagi remaja putri untuk memenuhi
keinginan berada bersama-sama dengan Iawan jenis, menerima afeksi dan cinta,
mengembangkan keterbukaan, saling percaya dan saling menghargai. Ibu maupun remaja
putri tidak mempersepsi bahwa tujuan remaja putri usia 12-15 tahun berpacaran adalah untuk memilih teman hidup. Sementara itu baik ibu maupun remaja putri tidak mempersepsi
kegiatan bersama hanya dengan pasangan, kegiatan bersama pasangan dalam kelompok
dan kegiatan yang mengarah pada tingkah Iaku seksual sebagai bentuk tingkah laku pacaran
yang dilakukan oleh remaja putri usia 12-15 tahun. Hasil yang menarik adalah remaja putri
yang pernah punya pacar mempersepsi bahwa kegiatan hanya bersama dengan pasangan
dan kegiatan bersama pasangan dalam kelompok merupakan kegiatan remaja putri usia 12-
15 tahun pada waktu berpacaran sementara remaja putri yang belum pernah punya pacar
tidak mempersepsi demikian. Hasil Iain menunjukkan bahwa hampir semua ibu
mengemukakan bahwa putri mereka yang saat ini berusia antara 12-15 tahun belum punya
pacar dan hampir semua ibu tidak mengizinkan putri mereka tersebut untuk punya pacar saat
ini.
Sehubungan dengan hasil di atas hal-hal yang dapat disarankan adalah ibu dapat
lebih peka terhadap perilaku putrinya, khususnya yang berkaitan dengan hubungan pria dan
wanita serta membuka komunikasi dengan putrinya dan dapat menerima perasaan-perasaan
remaja tersebut sehingga remaja putri dapat memperoleh arahan untuk menghadapi berbagai
hal yang ditemuinya dalam menginjak masa remaja. Pendidikan seks yang benar dan orang
tua diharapkan dapat rnembantu individu Iebih siap untuk memasuki masa remaja. Untuk
kepentingan ilmu pengetahuan dapat dilakukan penelitian Ianjutan mengenai tujuan dan
bentuk kegiatan pacaran yang dilakukan oleh remaja pada sampel yang Iebih Iuas sehingga
dapat diperoieh gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan pacaran yang mereka
Iakukan."
1996
S2849
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nursetyo Nugroho
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas peran Parental Control terhadap kekerasan pacaran remaja
putra di Kecamatan Kebumen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh tingkat Parental Control terhadap kekerasan dalam pacaran pada remaja
putra di Kecamatan Kebumen. Studi ini memakai pendekatan kuantitatif dengan
menggunakan kuesioner, serta diperkuat dengan wawancara. Hasil studi ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dari tingkat Parental
Control terhadap kekerasan pacaran pada remaja putra di Kecamatan Kebumen.
Serta memiliki arah hubungan negatif. Berdasarkan hasil analisis terdapat
kecenderungan dari responden dengan Parental Control rendah untuk melakukan
kekerasan dalam pacaran tinggi, dan sebaliknya bagi responden dengan Parental
Control tinggi cenderung untuk menghindari kekerasan dalam pacaran.

ABSTRACT
This paper discusses the role of Parental Control againts teen dating violence in
the District of Kebumen. The purpose of this study was to determine the effect of
Parental Control to dating violence the young men in the district of Kebumen. The
study uses a quantitative approach using a questionnaire, and is reinforced by
interviews. The results of this study indicate that there is a significant correlation
of the level of Parental Control against dating violence in young men in the
district of Kebumen. As well as having a negative direction of the relationship.
Based on analysis of the inclination of the respondents with low Parental Control
for violence in dating is high, and vice versa for respondents with high Parental
Control tends to avoid violence in courtship."
2017
S65838
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Roosdiana
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1988
S2058
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Suryadi
Depok: Universitas Indonesia, 1993
S2165
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erynda Trihardja
"Kecemasan sosial pada anak usia sekolah perlu mendapatkan penanganan. Penelitian ini menggunakan desain single-case untuk mendapatkan gambaran penerapan intervensi Theraplay dalam mengatasi masalah kecemasan sosial dan Parent-Child Relational Problems pada anak. Partisipan penelitian adalah anak perempuan berusia sembilan tahun dengan masalah kecemasan sosial dan didiagnosis parent-child relational problems, bersama dengan kedua orangtuanya. Sesi terapi dilakukan sebanyak delapan sesi selama ±60 menit setiap sesinya.
Hasil yang diperoleh penelitian ini adalah kecemasan sosial pada K sudah dapat diatasi namun belum sepenuhnya. Berdasarkan Child?s Behavior Checklist, terjadi penurunan skor pada skala masalah perilaku internalizing dan pada aspek anxious/depressed. Berdasarkan Social Anxiety Scale for Children Revised, terjadi penurunan skor total dan skor pada komponen fear of negative evaluation. Interaksi orangtua-anak yang teramati melalui Marschack Interaction Method pada dimensi structure, engagement, nurture, dan challenge meningkat lebih positif.

Social anxiety in middle childhood needs immediate treatment. This study conducted a single-case research in order to get an overview of the application of Theraplay in treating child?s social anxiety and parent-child relational problems. A nine year old girl with social anxiety and is diagnosed with parent-child relational problems was selected as participant along with her parents. A total of eight treatment sessions for ±60 minutes each were conducted in this study.
The result indicated that Theraplay could be applied to treat social anxiety in child with parent-child relational problems. The score of internalizing and anxious/depressed problem scales in Child?s Behavior Checklist were decreased. The total score and the score of fear of negative evaluation component in Social Anxiety Scale for Children Revised was decreased as well. Parent-child interaction, measured with Marschack Interaction Method, was found to increase according to its four dimensions, which is structure, engagement, nurture, and challenge.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46572
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pristine Rulyta
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran proses dukacita
(grief) dan dukungan sosial vang terjadi pada ibu vang mengalami kematian
anaknya. Hal ini menarik karena kematian anak bagi orangtua dianggap sebagai
sesuatu yang mengejutkan dan traumatik. Harapan yang biasa timbul dari
orangtua adalah anak akan hidup lebih lama daripada mereka. Dalam hal ini,
keberadaan anak sangat diharapkan untuk melanjutkan keabadian dari
orangtuanya. Bagi ibu ekspresi kehilangan terhadap anak lebih terlihat dan lebih
ekspresif sifatnya. Penelitian mengatakan bahwa reaksi emosional ibu terhadap
kematian anaknya besar atau lebih besar dibandingkan dengan reaksi akibat
kehilangan pasangan. Pada saat seseorang mengalami tekanan, terutama
menghadapi kematian seseorang yang disayangi atau orang terdekat, orang
tersebut memerlukan cara untuk mengatasi hal tersebut. Ibu akan berpaling pada
orang lain untuk mendapatkan pertolongan, dukungan, kenyamanan dan
mengekspresikan rasa sedihnya saat berada di bawah tekanan.
Penelitian yang dilakukan terhadap tiga orang partisipan ini menggunakan
pendekatan kualitatif yaitu studi kasus. Data yang telah berhasil dikumpulkan
melalui wawancara yang mendalam (in-depth interview) dianalisis dengan menggunakan berbagai teori tentang kematian dan proses dukacita, nilai seorang
anak bagi ibu, dan dukungan sosial.
Proses dukacita yang terjadi pada partisipan dalam penelitian ini adalah
numbness, realization, yearning, disorganization & despair, dan reorganization.
Hal ini tidak berbeda dengan yang ditemukan pada penelitian lain. Namun
perbedaan antar subyek tampak dalam ekspresi dan perilaku mereka Pada tahap
numbness, perbedaan yang terjadi adalah munculnya anticipatory grief, yaitu rasa
duka yang telah muncul sebelum kematian terjadi pada seorang yang dikasihi
pada partisipan M. Pada tahap realization, semua partisipan menyadari bahwa
anak tidak akan dapat hidup kembali, dan kematian itu merupakan hal yang nyata
dan harus dihadapi. Pada tahap yearning, tingkah laku yang muncul pada ketiga
partisipan adalah mengumpulkan barang-barang kepunyaan anak yang telah
meninggal, rasa marah kepada Tuhan yang telah memanggil anak mereka, juga partisipan. Pada V dan Y timbul pikiran yang jauh kemana-mana (wandering
mind), balikan Y seakan-akan melihat dan mendengar suara anaknya. Sedangkan
pada M timbul penyakit fisik yaitu lever yang sudah lama dideritanya dan tekanan
darah yang menurun. Pada tahap disorganizalion and despair, ketiga partisipan
menghadapi perasaan longing, rasa sakit karena rindu kepada anak mereka yang
telah meninggal. Namun reaksi yang terjadi dalam menghadapi perasaan itu
berbeda-beda. Di tahap reorganization, ketiga partisipan mulai kembali
bersosialisasi dengan masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
dukacita ibu, pertama adalah penyebab kematian anak, kedua adalah nilai anak
bagi ibu, faktor terakhir adalah dukungan sosial. Keseluruhan faktor ini saling
berkaitan mempengaruhi proses dukacita yang teijadi pada ibu.
Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan wawancara juga
dengan orang-orang terdekat {significant others) seperti orang-orang yang tinggal
bersama dengan partisipan yaitu suami dan anak-anak, serta orang-orang dari
lingkungan sekitar/tetangga untuk mendapat gambaran proses dukacita yang
terjadi dan dukungan sosial pada ibu yang mengalami kematian anaknya dapat
menyeluruh, lengkap dan jelas; menggunakan teori yang merupakan hasil-hasil
penelitian para ahli yang digunakan sebagai sumber data dalam penelitian
metaanalisis;cakupan penelitian yang lebih sempit dengan memfokuskan pada
faktor dan dampak tertentu akan membuat pengumpulan dan analisis data dapat
lebih mendalam. Penelitian secara khusus yang dapat diteliti pada penelitian
selanjutnya adalah konsekuensi/dampak grief pada seorang ibu ataupun ayali yang
kehilangan anaknya. Kehilangan di sini dapat dikarenakan kematian, penculikan,
atau menyerahkan ke panti asuhan."
2004
S3347
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ami Puspasari
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3436
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Sofya Innayati
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara dukungan sosial dan pola pengasuhan (otoritatif, otoriter, dan permisif). Pengukuran dukungan sosial menggunakan alat ukur Interpersonal Social Evaluation List (ISEL) (Cohen, Mermelstein, Karmack, & Hoberman, 1985) dan pengukuran pola pengasuhan menggunakan alat ukur Parenting Style and Dimension Questionnaire (PSDQ) (Robinson, Mandelco, Olsen & Hart, 1995). Partisipan pada penelitian ini berjumlah 92 orang ibu dari keluarga miskin di Kota Jakarta.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dan pola pengasuhan ibu terhadap remaja dari keluarga miskin. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan mean yang signifikan antara dukungan sosial yang ditinjau dari usia dan tingkat pendidikan. Adapun, jumlah saudara, status pernikahan, dan status pekerjaan tidak memberikan perbedaan mean yang signifikan dari hasil analisisnya terhadap dukungan sosial. Sementara itu, tidak terdapat kecenderungan pola pengasuhan tertentu yang diterapkan oleh partisipan ditinjau dari tingkat pendidikan.

The aim of this research is to get a description on the relationship between social support and parenting styles (authoritative, authoritarian, permissive). The measurement of social support was using Cohen, Mermelstein, Karmack, & Hoberman’s (1985) Interpersonal Social Evaluation List (ISEL) and the measurement of parenting styles was using Robinson, Mandelco, Olsen & Hart’s (1995) Parenting Style and Dimension Questionnaire (PSDQ). The respondents in this research are 92 mothers from poor family in Jakarta.
The result of the research shows that there is no significant relationship between social support and mother’s parenting styles toward adolescent from poor family. Furthermore, this research also shows that there is a significantly difference in the mean between social support which reviewed from age and level of education. Meanwhile, number of siblings, marital status and employment status didn’t give a significantly difference in the mean from the result of analysis toward social support. Meanwhile, there is no particular tendency of parenting styles applied by participants viewed from the educational level.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S44985
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Pangarsi Dyah Kusuma Wardani
"Mahasiswa yang melakukan pacaran berisiko menunjukkan bahwa bentuk pacaran dari mahasiswa saat ini telah mengalami suatu perubahan dalam tujuannya (memilih pasangan). Kejadian kehamilan yang tidak diinginkan di kalangan mahasiswa STIKes "X" sebagai dampak dari perilaku pacaran berisiko, meskipun ada peraturan larangan hamil saat kuliah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran perilaku pacaran, determinan perilaku pacaran mahasiswa STIKes "X" Jakarta Timur Tahun 2016, dan variabel yang paling dominan dengan menggunakan teknik penelitian kuantitatif dan desain cross sectional. Hasil penelitian diperoleh 87,1% mahasiswa memiliki perilaku pacaran berisiko. Status tempat tinggal, komunikasi dengan orang tua, dan paparan media pornografi memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku pacaran. Status tempat tinggal memiliki nilai p 0,020 dan OR 12,508; komunikasi dengan orang tua memiliki nilai p 0,001 dan OR =254,09; dan paparan media pornografi memiliki nilai p 0,001 dan OR = 3,440 (artinya mahasiswa yang terpapar media pornografi berpeluang 3 kali lebih besar melakukan perilaku pacaran berisiko dibandingkan dengan yang tidak terpapar pornografi). Paparan media pornografi memiliki hubungan paling dominan dengan perilaku pacaran. Penelitian ini menyimpulkan bahwa sebagian besar perilaku pacaran mahasiswa STIKes "X" adalah berisiko.

Students who play out risky dating shows that the shape of the current student's dating behavior has undergone a change in its objectives (choosing a partner). The incidence of unwanted pregnancies among the students Health Science Institute of "X" as the impact of risky dating behavior though there is legislation prohibiting pregnant while in college. The purpose of this study was to determine the description of dating behavior, dating behavior determinant students Health Science Institute of "X" East Jakarta 2016, and the most dominant variables using quantitative research techniques and cross-sectional design. The results showed that 87.1% of students had a risky dating behavior. Residence status, communication with parents, and exposure to pornographic media has a significant relationship with courtship behavior. Status residence has a p-value of 0.020 and OR 12,508; communication with parents has a p-value of 0.001 and OR = 254,09; and media exposure to pornography has a p-value of 0.001 and OR = 3.440 (students who are exposed to pornographic media three times greater chance of doing courtship behavior risk compared with those not exposed to pornography). Media exposure to pornography has the most dominant relationship with courtship behavior. The study concluded that most of the dating behavior of students Health Science Institute of "X" is risky.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46543
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>