Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129962 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Stevanus Tofan Laksmana
"Telah dilakukan penelitian mengenai lama waktu pemangsaan dan ukuran lubang pengeboran Chicoreus capucinus terhadap Cerithidea cingulata, pada bulan Juni--Desember 2010. Tujuan penelitian untuk mengetahui lama waktu pemangsaan Chicoreus capucinus terhadap Cerithidea cingulata dan mengetahui ada tidaknya hubungan antara ukuran cangkang Chicoreus capucinus dengan ukuran lubang pengeboran pada Cerithidea cingulata. Hasil analisis regresi linear menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara ukuran cangkang Chicoreus capucinus dengan luas lubang pengeboran pada Cerithidea cingulata. Berdasarkan perbandingan rata-rata lama waktu pemangsaan dan rata-rata jeda waktu antar pemangsaan, Chicoreus capucinus yang memiliki cangkang berukuran 5--6 cm paling efisien dalam memangsa Cerithidea cingulata. Tetapi berdasarkan jumlah dan ukuran Cerithidea cingulata yang dimakan, Chicoreus capucinus dengan kisaran ukuran cangkang 4--5 cm, 5--6 cm dan 6--7 cm dapat digunakan sebagai pengontrol populasi Cerithidea cingulata.

Research about the time spent and the drill hole size predation of Chicoreus capucinus to Cerithidea cingulata has been studied. The aim of a research is about to know the time spent predation of Chicoreus capucinus to Cerithidea cingulata and determine whether there is a relationship between Chicoreus capucinus? s shell size and Cerithidea cingulata?s drill hole size. The regresi linier test result showed that the shell size of Chicoreus capucinus and the drill hole size of Cerithidea cingulata had not significantly relationship. Based on the comparison of the average length time spent predation and the rest time interpredation, a Chicoreus capucinus which has shell size range about 5--6 cm most efficient in prey. However, based on the number and the size of edible Cerithidea cingulata, a Chicoreus capucinus which has shell size range about 4--5 cm, 5--6 cm, 6--7 cm can use to population control of Cerithidea cingulata."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S614
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tatang Mitra Setia
"ABSTRAK
Penelitian ini di lakukan di Pusat Penelitian Ketambe, Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh Tenggara dari bulan November 1988 hingga Oktober 1991 dan dilanjutkan lagi bulan Januari-Februari 1993 dan bulan Juni-Juli 1993. Penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana hirarki pada orangutan jantan dewasa serta pengaruhnya terhadap perilaku betina dewasa dan mengetahui bagaimana tanggapan orangutan jantan dan betina dewasa setelah mendengar suara seruan panjang dari jantan dewasa lain. Orangutan yang diamati terdiri dari 6 ekor jantan dewasa dan 5 ekor betina dewasa. Pencatatan data secara focal animal instantaneous per menit dan ad libitum. Hirarki dan peringkat ditentukan berdasarkan kalah dan menang setelah terjadi pengejaran dan perkelahian. Perilaku betina yang diamati adalah: inisiatif betina mendekati jantan; jumlah betina di sekitar jantan dan lamanya betina bersama jantan. Data seruan panjang yang diamati adalah laju seruan panjang orangutan jantan dewasa dan tanggapan orangutan terhadap seruan panjang berupa arah pergerakan individu setelah 30 menit mendengar seruan panjang. Hasil menyimpulkan ada hirarki dominansi non-linier di antara jantan dewasa dan hanya ada satu jantan dewasa dominan dengan peringkat paling atas. Orangutan betina dewasa: lebih berinisiatif mendekati; lebih banyak di sekitar; dan lebih lama menggunakan waktunya bersama orangutan jantan dewasa peringkat atas. Orangutan jantan dewasa peringkat atas lebih sering mengeluarkan seruan panjang. Orangutan jantan dewasa pada umumnya menjauhi sumber seruan panjang sedangkan orangutan betina dewasa akan mendekati sumber seruan panjang."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Tryana
"Kucing bakau (Prionailurus viverrinus Bennett, 1833) merupakan satwa endemik dari Famili Felidae yang dilindungi oleh negara. Adanya perubahan fungsi lahan, perburuan liar, dan konflik dengan masyarakat menyebabkan penurunan jumlah kucing bakau yang memiliki status konservasi dalam kategori vulnerable. Gembira Loka Zoo merupakan salah satu lembaga konservasi ex situ yang melakukan pemeliharaan terhadap kucing bakau. Telah dilakukan penelitian mengenai perilaku harian dan tingkat kesejahteraan kucing bakau di Gembira Loka Zoo, Yogyakarta. Penelitian bertujuan untuk menganalisis perilaku harian kucing bakau, baik dari perilaku umum maupun perilaku stereotip di dalam kandang peraga. Tingkat kesejahteraan kucing bakau juga dianalisis dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi prinsip lima kebebasan (Five Freedoms). Pengamatan kedua ekor kucing bakau dilakukan selama 180 jam atau 10.800 menit secara bergantian, dengan metode focal animal sampling dan ad libitum sampling. Hasil penelitian yang didapat adalah persentase perilaku kucing bakau dari yang tertinggi, yaitu perilaku inactive (68,77%), locomotion (13,82%), maintenance (8,81%), exploratory (5,29%), calm (2,10%), feeding (0,88%), out of sight (0,21%), dan vocalization (0,12%). Penilaian terhadap kesejahteraan kucing bakau mendapatkan skor sebesar 79,04 dari 100. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perilaku harian kucing bakau di Gembira Loka Zoo didominasi oleh kegiatan resting dan tidak teramati adanya perilaku stereotip. Tingkat kesejahteraan kucing bakau termasuk dalam klasifikasi baik karena adanya penerapan dan pelaksanaan prinsip Five Freedoms of Animal Welfare dengan baik.

Fishing cat (Prionailurus viverrinus Bennett, 1833) is an endemic species from the Family Felidae that is protected by the state. Land use changes, illegal hunting, and human-wildlife conflict have led to a decline in the population of fishing cat, which are classified as vulnerable in conservation status. Gembira Loka Zoo is one of the ex situ conservation institution that maintains fishing cats. Research has been conducted on the daily behavior and welfare level of fishing cats at Gembira Loka Zoo, Yogyakarta. The study aimed to analyze the daily behavior of fishing cats, including both general and stereotypic behaviors within the exhibit enclosure. The welfare level of fishing cats was also assessed by identifying factors influencing the Five Freedoms principle. Observations of the two fishing cats were carried out alternately for a total of 180 hours, or 10,800 minutes, using focal animal sampling and ad libitum sampling methods. The research findings indicate the percentage of fishing cat behaviors as follows: highest inactive behavior (68.77%), locomotion (13.82%), maintenance (8.81%), exploratory (5.29%), calm (2.10%), feeding (0.88%), out of sight (0.21%), and vocalization (0.12%). The assessment of the fishing cats welfare scored 79.04 out of 100. The conclusion from this research is that the daily behavior of fishing cats is dominated by resting activities, and no stereotypic behaviors were observed. The welfare level of fishing cats is classified as good due to the effective implementation and execution of the Five Freedoms of Animal Welfare principles."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fir Abdurrahman
"Amphidromus, a genus of arboreal pulmonate land snails belong to the family Camaenidae, is found in Indonesia. The total species of Amphidromus in Indonesia are almost half of the total number of species in the world. Most of these species were described before 1900. The collections of Amphidromus at the Museum Zoologicum Bogoriense, were collected after 1900.
Shell of subgenus Amphidromus rather stout, either dextral or sinistral, usually solid, and with periodical colour-stripes or varix, and shell of subgenus Syndromus always sinistral, usually thin, never marked with varix, the varietals callus usually thin and transparent.
The aim of the study is to know the diversity and distribution of Amphidromus in Indonesia based on the specimen of Museum Zoologicum Bogoriense, and also to study the difference of morphometric and genitals between subgenus Amphidromus and Syndromus. This study was carried out in the period of May - October 1996 at the Laboratory of Malacology, Museum Zoologicum Bogoriense, Bogor.
Each species was measured and described the shell measurement, shell colour, locality and the date of specimen collection. Morphometric data consist of high, diameter, and high of aperture of adult shells. Cluster analysis of morphometric data is primarily dissimilarity index Bray - Curtis's method. The difference of penial complex of genitals is counted based upon the length of epiphalic flagellum and length of epiphallus.
The result of this study showed that the Museum Zoologicum Bogoriense has 67,57 % (25 species) of total species from Indonesian Amphidromus. One of those species has never been collected, Amphidromus (Syndromus) annae, which might be endemic species located in Selayar island. The specimen from Mount Buntung, East Kalimantan, will be described as a new species in separate publication.
The new record for their distribution of Amphidromus javanicus was recognized from Jambi, A. sumatranus from Siberut island, and A. contrarius from Alor island. The subgenus Syndromus in Indonesia is distributed in Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Bali, NTB, NTT, Timor island, Wetar island, Roma island, and Tanimbar islands. While subgenus Amphidromus dispersed in Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, and Bali. Based on the data collections, Amphidromus palaceus was found through out the years.
The epiphallic flagellum of subgenus Amphidromus, is longer than epiphallus, while subgenus Syndromus, is shorter. Cluster analysis showed that only 92 % of subgenus Amphidromus and Syndromus has morphometric differences."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apri Utami Parta Santi
"Research of freshwater Mollusca in Wonogiri was conducted in November 2010 in six rivers which estuary in Gajah Mungkur Dam. The Mollusca specimens was collected from Keduang river, Tirtomoyo river, Temon river, Solo Hulu river, Ngunggahan river and Wuryantoro river. A kuadrat transect method was used from area which have 1 kilometer in distance from estuary. The kuadrat transect was systematically located every 1 kilometer in 3 sampling sites. The specimens categorized in 13 spesies and there are one spesies have dominated in each river. The distribution of Mollusca in Solo Hulu and Ngunggahan river were random, whereas in Keduang, Tirtomoyo, Temon and Wuryantoro river were clumped. Mollusca commonly found in river which have mud substrate. The highest diversity index found in Ngunggahan river and the lowest was found in Wuryantoro river."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T29596
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Salsabilla Utami Wikan Ndari Supono
"Pengunjung dapat memberikan pengaruh pada perilaku satwa di kebun binatang. Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh pengunjung yang difokuskan pada kepadatan pengunjung terhadap perilaku gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) di Kebun Binatang Gembira Loka. Penelitian bertujuan untuk menganalisis perilaku individu dan sosial gajah sumatra dikaitkan dengan keberadaan pengunjung. Fokus penelitian yaitu pada dua ekor gajah betina Gilang (25 tahun) dan Cempaka (33 tahun) dan tidak berkerabat. Penelitian dilakukan selama tujuh pekan dari April sampai Mei 2023 mulai pukul 09.00––14.00 WIB. Metode focal sampling digunakan untuk mencatat perilaku gajah dalam interval 15 menit secara kontinu tanpa jeda. Perilaku yang diamati terbagi menjadi dua kategori, yaitu individu dan sosial. Kondisi pengunjung dibagi menjadi dua kategori, yaitu kepadatan pengunjung rendah dan kepadatan pengunjung tinggi. Hasil penelitian menggunakan uji t independen dengan α = 0,05 yaitu pada perilaku individu 0,457 (P > 0,05) dan pada perilaku sosial 0,005 (P < 0,05) menunjukkan kepadatan pengunjung memberi pengaruh terhadap perilaku sosial gajah sumatra. Berdasarkan penelitian pada 9 perilaku (makan, minum, bergerak, istirahat, grooming, kontak belalai, kontak fisik, trunk slap dan mendorong), perilaku dengan rerata durasi tertinggi yaitu perilaku makan pada gajah Gilang dan gajah Cempaka saat kondisi kepadatan pengunjung rendah masing-masing 130,23 ± 20,17 menit dan 115,31 ± 24,02 menit saat kondisi kepadatan pengunjung tinggi masing-masing 145,96 ± 18,98 menit dan 136,40 ± 17,24 menit. Rerata durasi perilaku terendah yaitu perilaku sosial kontak fisik pada gajah Gilang dan gajah Cempaka saat kondisi kepadatan pengunjung rendah masing-masing 0,67 ± 0,63 menit dan 0,86 ± 0,80 menit saat kondisi kepadatan pengunjung tinggi masing-masing 0,91 ± 0,42 menit dan 0,94 ± 0,40 menit. Kesimpulan penelitian yaitu pengunjung tidak memberikan pengaruh terhadap perilaku individu namun, memberikan pengaruh terhadap perilaku sosial.

Visitor’s can have an impact on animal’s behavior in the zoo. Research has been carried out on the influence of visitors focused on visitor density on the behavior of the Sumatran elephant (Elephas maximus sumatranus) at the Gembira Loka Zoo. The research aims to analyze the individual and social behavior of Sumatran elephants associated with the presence of visitors. The research focuses on two female elephants, Gilang (25 years) and Cempaka (33 years), and they are unrelated. The research was conducted for seven weeks from April to May 2023 starting at 09.00––14.00 WIB. The focal sampling method continuously recorded the elephant's behavior in 15 minutes intervals without interlude. The observed behavior is divided into two categories, namely individual and social. Visitor conditions are divided into two categories, namely low visitor density and high visitor density. The results of the study used an independent t-test with α = 0.05 on individual behavior 0.457 (P > 0.05) and on social behavior 0.005 (P < 0.05) showing that visitor density influences the social behavior of sumatran elephants. Based on research on 9 behaviors (eating, drinking, moving, resting, grooming, trunk contact, physical contact, trunk slap and pushing), the highest average duration of behavior was feeding behavior in Gilang elephants and Cempaka elephants when the visitor density was low, respectively 130,23 ± 20,17 minute and 115,31 ± 24,02 minute when the visitor density was high, respectively 145,96 ± 18,98 minute and 136,40 ± 17,24 minute. The lowest average duration of behavior is social physical contact behavior on Gilang elephants and Cempaka elephants when the visitor density is low, respectively 0,67 ± 0,63 minute and 0,86 ± 0,80 minute when the visitor density is high, respectively 0,91 ± 0,42 minute and 0,94 ± 0,40 minute. The study concludes that visitors do not influence individual behavior but do influence social behavior."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Legina Aditya
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, ], 2010
S31614
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Laju pemangsaan dan hubungan antara ukuran predator dan mangsa telah diteliti di
laboratorium. Chicoreus capucinus dibagi ke dalam tiga kelompok, yakni A (4--5
cm), B (5--6 cm), dan C (6--7 cm). Cerithidea cingulata dibagi ke dalam tiga
kelompok, yakni X (1--2 cm), Y (2--3 cm), dan Z (3--4 cm). Rerata laju pemangsaan
Chicoreus capucinus adalah 1,49 individu/hari dan 0,391 gram/hari. Chicoreus
capucinus memakan daging Cerithidea cingulata sebanyak ± 10,10% per hari dari
massa total tubuhnya. Hasil Uji H (Kruskal-Wallis) menunjukkan tidak ada
perbedaan yang nyata antara laju pemangsaan Chicoreus capucinus kelompok A, B,
dan C dengan nilai H = 5,235 (n = 15,ά = 0,05, H < 5,991). Hasil Analisis Regresi
menunjukkan hubungan yang relatif kecil antara ukuran Chicoreus capucinus dengan
laju pemangsaan (R2 = 0,4213). Hasil Uji Korelasi Spearman menunjukkan keeratan
yang sangat kecil antara ukuran Chicoreus capucinus dengan laju pemangsaan (sig. S
= 0,119). Hasil Analisis Regresi menunjukkan tidak adanya hubungan antara ukuran
Chicoreus capucinus dengan ukuran Cerithidea cingulata yang dimangsa (R2 ±
0,0068). Urutan ukuran Cerithidea cingulata yang paling banyak dimangsa adalah Y
(48,21%), X (29,26%), dan Z (22,32%)."
Universitas Indonesia, 2010
S31601
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatin Nabilah
"Pertahanan hidup dilakukan oleh tiap organisme agar dapat terhindar dari kepunahan. Pada organisme laut, bentuk pertahanan diri ada tiga macam, dimana khususnya pada hewan dari filum Echinodermata yang menggunakan senyawa metabolit sekunder sebagai bentuk pertahanan dirinya. Tujuan dari penelitian berikut untuk mengetahui perilaku makan spesifik ikan karang terhadap pakan uji yang mengandung ekstrak Holothuria atra yang berbeda konsentrasinya telah dilakukan pada tanggal 8-14 November 2018 di Perairan Pulau Pramuka, Taman Nasional Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Proses yang dijalani yaitu ekstrasi menggunakan metanol dan menghasilkan persentase ekstrak kasar sebesar 0,56% dan memiliki konsentrasi fisiologis yang mengacu pada penelitian terdahulu yaitu 8 mg/mL. Proses pengujian dilakukan dengan memberikan pakan uji yang mengandung ekstrak kasar Holothuria atra yang telah dicampur oleh jeli dan pelet ikan sebanyak 4 set dengan komposisi set terdiri dari kontrol, pakan dengan ekstrak 0,5% dari konsentrasi fisiologis, pakan dengan ekstrak 1% dari konsentrasi fisiologis dan pakan dengan ekstrak 2% dari konsentrasi fisiologis. Uji perilaku makan ikan karang dilakukan di rataan terumbu karang pada tujuh titik berbeda di kedalaman 3-5 meter. Hasil uji statistik Chi-Kuadrat pada taraf signifikasi (α) 0,01 menyatakan bahwa ada perbedaan perilaku makan ikan karena perbedaan konsentrasi pakan yang digunakan dan untuk membuktikan keeratan hubungan, digunakan uji Cramer yang menunjukkan bahwa dengan nilai 0,316 dan uji ANOVA sebagai uji akhir yang pula menyatakan bahwa perilaku makan ikan karang berbeda pada masing-masing pakan yang berbeda konsentrasinya.

Life defense is carried out by each organism in order to avoid extinction. In marine organisms, there are three types of self-defense, especially in animals from phylum Echinodermata that use secondary metabolites as a form of defense.The research was purposed to know specific fish feeding behavior towards the fish food that contains different concentrations of crude extract of Holothuria atra. It was conducted on 8th until 14th November 2018 in Pramuka Island Waters, Kepulauan Seribu National Park, DKI Jakarta. The process begun with extractions of specimen using methanol to yield the 0,56% of crude extract that is equal to 8 mg/mL of physiological concentration. The fish feeding behavior assay was conducted by using artificial foods which is contained Holothuria atras crude extract mixed with jelly and fish pellets and it is made into 4 sets. Those sets composed with control, fish pellet mixed with 0,5% crude extract from physiological concentration, fish pellet mixed with 1% crude extract from physiological concentration and fish pellet mixed with 2% crude extract from physiological concentration. This field experiment conducted above the coral reefs on 7 different spots at 3-5 meter depth. Chi-square analysis (α=0,01) showed that there is difference feeding behaviour of reef fishes based on different of concentration in fish pellet. Another test used as in Cramer test to see the close relation and the result showed 0,316 and for ANOVA test showing that there is also different fish feeding behaviour as well."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>