Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90089 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jefri Ferliande
"Ekosistem DAS terdiri atas komponen bio-fisik yang dapat terganggu akibat erosi. Prediksi erosi tanah dalam penelitian dilakukan di pertanian tanah kering DA Ci Kapundung menggunakan model USLE. Parameter yang digunakan antara lain erosivitas (R), erodibilitas (K), panjang lereng (LS) dan pengelolaan jenis tanaman (C) dan teknik konservasi (P). Dalam penelitian ini, pengelolaan jenis tanaman (C) dan teknik konservasi (P) diinformasikan secara spesifik melalui pengolahan citra quickbird dan survey lapang berbasis raster. Hasil penelitian menunjukkan erosi sangat berat terjadi di bagian hulu dengan pola mengelompok dan di bagian tengah dengan pola memanjang. Sementara erosi ringan ataupun normal umumnya tersebar di bagian hulu DAS.

Due to erosion, watershed ecosystem that consists of bio-physical components can be disrupted. Soil erosion prediction in this research conducted on dryland agricultural in Ci Kapundung watershed using USLE (Universal Soil Loss Estimate) model. The parameters used include erosivity (R), erodibility (K), slope length (LS), crop management (C) and conservation techniques (P). In this research, crop management (C) and conservation techniques (P) are informed specificly based on raster using quickbird?s image which verified with field survey. Based on the research known to occur very severe erosion. Its spread quite widely on the upper watershed with clumped patterns and in the middle with elongated pattern. Meanwhile, normal or mild erosion generally spread on the upper watershed."
2011
S613
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Restu Adjie Rivanda
"Erosi merupakan salah satu proses geomorfologi yang berperan dalam perkembangan bentuklahan. Peristiwa erosi dikendalikan oleh kekuatan eksogen melalui agen geomorfologi. Laju erosi tanah pada setiap ekosistem berbeda-beda tergantung seberapa kuat faktor erosi mempengaruhi kondisi tanah. Laju erosi akan sangat berbahaya jika erosi terjadi pada erosi yang besar dan pada daerah yang luas. Hal ini akan mengakibatkan terganggunya aktivitas manusia dan merugikan masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui laju erosi tanah dan variabel-variabelnya agar dapat dimanfaatkan dalam melaksanakan pembangunan dan agar tidak merugikan masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memetakan luasan erosi tanah yang terjadi di DA Ci Lutung dan seberapa besar erosinya serta untuk mengetahui seberapa efektif konservasi tanah terhadap erosi yang terjadi. Dalam penelitian ini digunakan metode RUSLE (Revised Universal Soil Loss Equation) sebagai persamaan untuk menentukan besarnya erosi dan sebaran erosi di DA Ci Lutung.

Erosion is one of the geomorphological processes that play a role in the development of landforms. Erosion events are controlled by exogenous forces through geomorphological agents. The rate of soil erosion in each ecosystem varies depending on how strongly erosion factors affect soil conditions. The rate of erosion will be very dangerous if erosion occurs in large erosion and over large areas. This will result in disruption of human activities and harm the community. Therefore, it is important to know the rate of soil erosion and its variables so that it can be used in carrying out development and so as not to harm the community. The purpose of this study was to map the extent of soil erosion that occurred in the Ci Lutung DA and the extent of the erosion and to find out how effective soil conservation was against erosion that occurred. In this study, the RUSLE (Revised Universal Soil Loss Equation) method was used as an equation to determine the magnitude of erosion and the distribution of erosion in the Ci Lutung DA."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Tua Rohot
"Prakiraan laju erosi permukaan dengan mengg-u-nakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) adalah rrerupakan hasil perkalian dari variabelvariabel erosi yaitu indeks erosivitas hujan, indeks erodibilitas tanah, indeks panjang dan lemiringan lereng, indeks pengelolaan tanaman serta indeks pengelolaan dan konservasi lahan. Penentuan indeks-indeks USLE membutuhkan parameter sebaran spasial morphologi, topgrafi, jenis penutup tanah dan data pengelolaan tanaman serta konservasi tanah dirnana data-data tersebut diolah dari peta-pets tematik tercetak. Pembuatan peta tematik membutuhkan waktu yang relatif lama, apalagi untuk suatu cakupan daerah aliran sungai yang luas.
Karena sulitnya penentuan indeks-indeks metode USLE, maka dicari suatu alterneif yaitu dengan memanfaatkan indeks-indeks morphometry. Indeks morphometry adalah suatu besaran geometris yang menggambarkan karakteristik morphologi dan topografi suatu daerah aliran sungai sedangkan indeks-indeks USLE adalab merupakan besaran morphologi, topografi dan jenis penutup tanah dengan demikian indeks-indeks morphometri berpotensi untuk dapat me.-iggantikan indeks-indeks USLE.
Untuk menentukan indeks morphometry yang potensial untuk menggantikan indeks USLE adalah dengan membuat grafik hubungan dan dinilai sejauh mana hubungannya berdasarkan bentuk grafik yang ter adi, yaitu ; grafik berbentuk garis lures dengan suatu kemiringan dinilai "terlihat jelas sekali", grafik berbentuk garis ekponensial dinilai "terlihat jelas", grafik berbentuk garis hiperbola dinilai "terlihat cukup jelas" dan grafik berbentuk garis tegak lurus terhadap sumbu X atau sumbu Y dinilai "tidak ada hubungan". Dari hasil penilaian tersebut dicari indeks morphometry yang mempunyai hubungan dengan indeks USLE dimana dalam menentukan indeks morphometry tersebut tidak terlalu sulit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S35647
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaenal Mutaqin
"Besarnya erosi yang terjadi pada daerah aliran sungai bagian hulu akan menyebabkan infiltrasi terbatas, terjadi degradasi lahan serta pendangkalan sungai pada badan dan muara sungai. Salah satu DAS yang telah mengalami degradasi akibat perubahan penggunaan lahan adalah DA Ci Liwung Hulu. Tingginya degradasi yang terjadi di DA Ci Liwung Hulu diindikasikan oleh semakin tingginya tingkat erosi pada wilayah tersebut terutama pada wilayah budidaya pertanian. Dalam hal ini budidaya pertanian yang dimaksud adalah lahan pertanian yang sudah diterapkan teknik konservasi. Penelitian ini dilakukakn untuk mengetahui besaran laju erosi dengan mengkaji Hidrologic Response Unit (HRU) pada lahan budidaya pertanian yang terdapat di DA Ci Liwung Hulu dengan menggunakan Soil and Water Assessment Tool (SWAT). Teknik konservasi yang diterapkan di DA Ci Liwung Hulu antara lain terassering, agroforestry dan teras gulud. Didapatkan kesimpulan bahwa teknik konservasi agroforestry menunjukkan nilai erosi paling baik (paling rendah) dibandingkan teknik konservasi lainnya dengan kontribusi erosi sebesar 25,22 ton/ha/tahun. Hasil kalibrasi antara debit model dengan debit observasi yaitu R² = 0,9014 dan NS = 0,79 menunjukan bahwa model ini dapat diterima dan layak diaplikasikan pada DA Ci Liwung Hulu.
The level of erosion that occurs in the upsteam watersheed will lead to limited infiltrattion, land degradation and river trivialisation and estuaries in the body. One of the watesheed that has been degraded caused by using land is the DA Ci Liwung Upstream. The high degradation that occurs in the DA Ci Liwung upstream is indicated by the hugher rate of erosion on the region, especially in the area of agriculture. In this case, agriculture cultivation intent to the agricultural land that has been applied conservation techniques. This study is applied to determine the quantity of erosion by reviewing Hidrologic Response Unit (HRU) in agricuktural cultivation land which is contained in DA Ci Liwung upstream by using the Soil and Water Assessmen Tool (SWAT). Conservation techniques applied are terracing, agroforestry and gulud terrace. It was concluded that agroforestry conservation techniques show the best value of erosion (lowest) compared with other conservation techniques with the contribution of erosion of 25.22 tonnes / ha / year. The results of the calibration between the discharge flow models with the observation that R² = 0.9014 and NS = 0.79 indicates that this model is acceptable and feasible applied to the Ci Liwung Hulu watershed."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65257
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Rakasiwi
2007
T39426
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada tanah-tanah berlereng erosi menjadi persoalan yang serius dimana kemiringan dan panjang lereng adalah dau unsur lereng yang berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Jika kecepatan aliran meningkat dua kali ,maka jumlah butir-butir tanah yang tersangkut menjadi 32 kali lipat ,bila panjang lereng menjadi dua kali lipat , maka umumnya erosi yang terjadi akan meningkat 1,5 kali
"
JJJ 25:1 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyadi Cokroharjono
"ABSTRAK
Tanah longsor sebagai gejala alam merupakan salah satu penyebab yang bisa merusak hutan lindung pada kawasan Taman Nasional gunung Gede-Pangrango (Tamnas GEPANG).
Sehingga sangat relevan, suatu penelitian untuk menentukan teknik mengidentifikasi lokasi tanah longsor potensial, agar bisa diambil sikap yang tepat.
Tanah longsor berkait erat dengan stabilitas lingkungan alami. Stabilitas lingkungan alami terpengaruh oleh beberapa aspek gejala atau fenomena alami. Maka untuk mengidentifikasi potensi lokasi tanah longsor, perlu diungkap lebih dahulu gejala-gejala alami yang mempengaruhi stabilitas lingkungan.
Untuk itu dikembangkan konsep Potensi Kerapuhan Lingkungan Alami (PKLA), yaitu himpunan dalam kesatuan ruang dari kekuatan, sifat, dan keadaan gejala alam yang secara potensial mempunyai daya merusak terhadap lingkungan hidup.
Ada empat variabel yang secara potensial mempengaruhi stabilitas lingkungan, yaitu keterjalan lereng (XI), intensitas hujan (X2), tekstur tanah (X3), dan tutupan vegetasi (X4).
Da1am rangka menelaah bahwa PKLA merupakan indikator lokasi tanah longsor potensial, dilakukan dengan pendekatan ilmu lingkungan. Pendekatan yang dikembangkan dari kombinasi pendekatan ekologi dengan pendekatan geografi ini, bertumpu pada prinsip interdisiplin, prinsip spatial, serta prinsip orientasi kedepan.
Prinsip interdisiplin mengakomodasikan konsep-konsep yang ada pada geografi fisik, geologi, geomorfologi, ilmu tanah, ekologi, dan klimatologi.
Prinsip spatial atau prinsip ruang menghendaki digunakannya peta sebagai alat analisis.
Prinsip orientasi kedepan menghendaki dilakukannya peramalan wilayah (regional forecasting).
Nilai PKLA (pkla) atau nilai kumulatifnya dihitung dengan menggunakan teori himpunan (set theory), yang aplikasinya menggunakan diagram Venn. Dengan teknik tumpang tindih {super impose), nilai-nilai PKLA (pkla) secara hierarkis dikembangkan dari PKLA (pkla) berdimensi satu, menjadi PKLA (pkla) berdimensi dua, lalu meningkat menjadi PKLA (pkla) berdimensi tiga, dan terakhir menjadi PKLA (pkla) berdimensi empat. Dari proses ini akan diperoleh jumlah konstribusi PKLA (pkla) elemen dari masing-masing dimensi terhadap pembentukan PKLA universe. Di samping itu dapat pula dihitung bobot konstribusi relatif pkla masing-masing himpunan bagian (sub-das). Ternyata hanya sub-das yang mempunyai bobot konstribusi surplus yang mempunyai potensi tanah longsor.
Tanmnas GEPANG yang terbentuk oleh 40 sub-das, ternyata 26 sub-das diantaranya, mempunyai potensi tanah longsor; sepuluh sub-das mempunyai potensi tanah longsor tinggi, dua belas sub-das nempunyai potensi tanah longsor menengah, empat sub-das mempunyai potensi tanah longsor rendah.
Potensi tanah longsor bisa menjadi faktual atau menjadi kenyataan bila rezim hujan menunjukkan sifatnya yang ekstrim. Ini bisa terjadi pada bulan-bulan Desember atau Januari yaitu pada saat terjadi hujan maksimum. Dan lebih besar kemungkinannya untuk terjadi pada bulan-bulan Maret atau April yaitu pada saat hujan maksimum sekunder.
Namun ada fakta lingkungan yang menarik, yaitu pada tempat-tempat di mana hujan menunjukkan peranan kuat untuk menjadikan massa tanah tidak stabil yang di satu pihak memungkinkan terjadinya longsoran,maka peranan tutupan vegetasi di tempat itu dalam menjaga kestabilan massa tanah, yang di pihak lain mencegah terjadinya longsoran juga kuat.
Ini menunjukkan bahwa lingkungan alami pada hakekatnya selalu menjaga keseimbanganya sendiri.
Dalam hal ini sikap mendasar yang perlu diambil adalah minimal menjaga keseimbangan yang ada.
Namun lebih bijaksana bila keseirrbangan itu diubah dengan kecenderungan peranan tutupan vegetasi sebagai faktor yang menjaga kestabilan massa tanah diperkuat fungsinya. Ini berarti bahwa. wi.layah hutan lindung perlu diperluas, terutama pada sub-das - sub-das yang mempunyai potensi tanah longsor tinggi.

ABSTRACT
Potential Natural Environment Fragility As An Indicator For Potential Landslide Location:The case of Mount Gede-Pangrango National ParkAs a natural phenomenon, landslide is one of the causes which is capable of damaging the protected forest in the area of Mount Gede-Pangrango National Park {Tamnas GEPANG). It is so relevant that a research should be conducted for discover a technique of identifying the potential landslide location in order to be to take correct measures.
Landslide is closely related to natural environment stability. Several indicative aspects or natural phenomena influence the natural environment stability. Therefore, in order to identify potential landslide location, it is necessary to reveal the national-phenomena, which influence the environment stability.
Therefore, a concept of Potential Natural Environment Fragility - (PNEF), whish is a system of power, character, and a state of natural phenomena having potentially damaging force against environment, is developed.
There are four variables viz.; slope steepness (X1), rainfall intensity (X2), soil texture (X3), and vegetation covering (X4).
In analyzing that PNEF is used as an indicator for potential landslide location, an approach using environmental science is conducted. The approach, which is developed from ecological a geography cal approach, is based-on interdisciplinary principles, spatial principle, and future-oriented principle.
The interdisciplinary principle constitutes concepts prevailing in physical geography, geology, geomorphology, pedology, ecology and climatology.
The spatial principle needs the use of maps as means of analysis. The future-oriented principle calls for regional forecasting complementation.
M EE' value or its cumulative value is calculated by using a set theory whose application uses Venn's Diagram- By employing superimpose technique, the PNEF values are hierarchically developed from PNEF of one dimension to PNEF of two dimension, then increased to PNEF of three dimension, and finally to PNEF of four dimension.
From this process, total contribution of elemental PNEF from respective dimension to the formation of universal PNE will be obtained. Apart from that, the relative contribution quality of PNEF from each sub catchments area can be calculated. It appears that only sub-catchments area having the surplus contribution quality- has landslide potential.
GEPANG National Park comprising 40-sub catchments area, 26 out of with have landslide potential. The have high landslide potential; the other twelve have medium, and the other four low landslide potential.
The landslide potential may turn into reality when rainfall shows its extreme characteristics. Under the circumstances it can hap pen in the month of December or January when the rainfall reaches its peak. And more likely, it can take place in the month of March or April at the time when the rainfall is at its secondary maxi nun.
Nevertheless, there is an-interesting environmental feature, that at places where on the hand rainfall plays an important role in forming unstable mass of land, landslide is likely occur, but on the other hand the vegetation covering at the identical places keeps the stability of the mass of land and thus prevents landslide-probability.
This shows that natural environment, properly speaking, always keeps its own equilibrium.
For this reason, a fundamental attitude towards this particular case necessarily to be taken is at least to keep the existing equilibrium.
However, it will be recommendable if the equilibrium is altered to an inclination that the role of vegetation covering as a functional factor which preserves-the land mass stability is stimulated.
Consequently, it means that protected forest areas should be enlarged, especially in the catchments areas which have high landslide potential.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Irawan
"
ABSTRAK
Pada masa mendatang, pengembangan wilayah/perkotaan di DKI Jakarta
bertendensi ke arah Utara Pengembangan kota Jakarta yang bergerak ke arah
Utara dengan cara melakukan reklamasi, diharapkan akan mampu membantu
mengatasi permasalahan kecenderungan perkembangan kota yang selama ini
bergerak ke arah Selatan.
Sesuai dengan konsep pengendalian banjir DKI Jakarta, sungai-sungai yang
berhulu di wilayah Jawa Barat dan alurnya melintasi wilayah DKI, berubah fungsi
menjadi bagian dari sistem drainase kota. Sistern drainase wilayah DKI tidak dapat
dipisahkan dari sistem drainase alamiahnya, yang terdiri dari sungai-sungai yang
mengalir melalui wilayah DKI dan bennuara di Teluk Jakarta
Wilayah DKI Jakarta termasuk dalam DAS Sistem Aliran Cengkareng
Drain yang meliputi sebagian wilayah DKI, sebagian Tangerang dan sebagian
wilayah Bogor. Pada saat sekarang ini, wllayah DKI sebagian besar sudah berubah menjadi daerah pemukiman dan perkantoran sedangkan di wilayah Tangerang dan
Bogor sedang terjadi perubahan tata guna Iahan dari daerah yang hijau menjadi
pemukiman. Perubahan tata guna lahan dari daerah yang hijau menjadi daerah
pemukiman menyebabkan erosi yang tenjadi semakin besar akibat dari permukaan
tanah yang tidak terlindung.
Perkiraan erosi yang terjadi pada suatu DAS dapat diketahui dengan
menggunakan Metode USLE ( Universal Soil Loss Equation ). Dalam
menggunakan Metode USLE ini dibutuhkan data - data mengenai curah hujan, jenis
tanah, panjang sungai, jenis tata guna Iahan dan kemiringan lereng.
Lahan pada DAS yang bermacam-macam fungsinya mempunyai pengaruh
yang berbeda terhadap besarnya erosi. Tata guna lahan yang berubah secara cepat
dari lahan yang semula berupa hutan menjadi sawah, kebun dan akhirnya menjadi
daerah pemukiman pada saat sekarang ini sebagai akibat dari pertambahan
penduduk, telah menyebabkan erosi yang terjadi Iebih besar dibandingkan dengan
erosi yang terjadi di waktu lampau.
Skripsi ini membahas mengenai perkiraan erosi yang terjadi akibat
perubahan tata guna lahan dengan menggunakan Metode USLE.
"
1997
S34657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawan Ramadhan
"Penggunaan lahan memiliki peran vital yang memengaruhi perpindahan massa air dalam siklus hidrologi. Di sekitar Sub DA Ci Catih Hulu dalam kurun waktu 10 tahun terakhir mulaiberkembang berbagai macam industri mulai dari yang relatif besar hingga industri dalamskala yang relatif kecil. Perkembangan lahan terbangun khususnya permukiman dan industri secara masif dapat meningkatkan besar limpasan permukaan yang berdampak pada terjadinya degradasi lahan seperti erosi. Fokus penelitian ini adalah melakukan pemodelan hidrologi dengan model SWAT Soil Water Assesment Tools dan prediksi penggunaan lahan denganmetode CA-Markov Cellular Automata-Markov Chain untuk mengetahui pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap perubahan laju besaran erosi dan kemudian memprediksi perubahan laju besaran erosi tahun 2032 berdasarkan prediksi perubahan penggunaan lahan Sub DA Ci Catih Hulu pada tahun tersebut.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat keberagaman unit respon hidrologi URH memengaruhi laju besaran erosi tiap Sub-DAS. Hasil uji akurasi dan kalibrasi model adalah memuaskan dengan nilai NS dan R2untuk validasi model SWAT masing-masing sebesar 0,69 dan 0,71, dan nilai kappa untuk validasi model CA-Markov sebesar 0,89. Perubahan penggunaan lahan terutama penggunaan lahan hutan FRST dan sawah irigasi RICE diprediksi pada tahun 2032 mengalami penurunan luas di setiap Sub-DAS yang diikuti dengan peningkatan luas lahan terbangun permukiman dan industri dan pertanian campuran AGRL. Perubahan penggunaan lahan tersebut diprediksi akan memberikan kontribusi terhadap rata-rata kenaikan laju erosi disebesar 15 dari besar laju erosi tahun 2017.

Landuse has a vital role that affects the movement of water on hidrological cycle. Around Upper Ci Catih Catchment Area in the past 10 years, many of various industries ranging from smal scale industries to large scale industries have increased. Increasing built up area, especially settlements and industries can increase runoff that have an impact on land degradation such as erosion. This study focuses on the hydrological modelling made by SWAT Soil Water Assesment Tools and land use change prediction using CA Markov Cellular Automata Markov Chain to find the effects of land use changes on the erosion rate changes, and predict the erosion rate changes in 2032 based on land use changes prediction in Upper Ci Catih Catchment Area in that year.
This study shows that variations of Hydrologic Response Unit HRU conditions affects the erosion rate in every sub watershed. The result of accuracy and calibration test satisfied, which NS and R2 mark for SWAT validation is 0,69and 0,71, and kappa coefficient value for CA Markov model validation by 89. The changes of land use especially forest FRST and irrigated rice fields. RICE is predicted in 2032 will decrease in every Sub basin. That matter will affect the increase of average erosion rate by 15 of the erosion rate in 2017 on Upper Ci Catih Catchment Area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Winata
"ABSTRAK
Konservasi tanah dan air, khususnya dalam kaitannya dengan pertanian lahan kering di daerah hulu sungai, telah lama menjadi salah satu pusat perhatian yang sangat menonjol dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Cara pemanfaatan yang kurang bijaksana terhadap sumber daya ini telah ditandai oleh laju erosi yang tinggi bahkan di banyak tempat laju erosi ini jauh melampaui daya pemulihan atau pembentukan lahan secara alamiah. Keadaan ini telah menimbulkan penurunan produktivitas yang sangat nyata karena produktivitas yang diusahakan sangat tergantung pada lapisan lahan yang terkuras oleh erosi tersebut.
Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk akan meningkatkan pula kebutuhan air, dan juga akan menuntut bertambahnya penyediaan sandang, pangan dan perumahan. Oleh karena itu, untuk memenuhi keperluan hidupnya maka tuntutan akan kebutuhan lahanpun menjadi semakin luas. Manusia mulai mengusahakan lahan-lahan miring sebagai lahan pertanian tanaman pangan tanpa memperhatikan konsep pengawetan lahan dan air. Karena lokasi kegiatan tersebut pada umumnya berbukit-bukit dan gunung-gunung maka pengaruh banjir dan erosi sangat besar.
Daerah Aliran Sungai dari Ci Liwung Hulu terbagi atas beberapa Sub Daerah Aliran sungai, di antaranya Sub Daerah Aliran Sungai dari Ci Bogo. Daerah ini merupakan salah satu sumber air bagi Ci Liwung, serta sumber tanaman palawija dan sayuran bagi kehidupan daerah Kabupaten dan Kotamadya Bogor serta sebagian besar wilayah DK1 Jakarta. Kerusakan dan kemunduran sistem daerah aliran sungai ini mempunyai akibat yang bisa mengkhawatirkan kehidupan yang ditopangnya, tidak hanya sosial ekonominya, namun juga nilai strategisnya.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas maka penelitian ini dilakukan untuk:
1. Mengetahui keadaan tingkat erosi yang terjadi di Sub Daerah Aliran Sungai dari Ci Bogo.
2. Mengetahui keadaan penggunaan lahan sehubungan dengan terjadinya erosi di Sub Daerah Aliran Sungai dari Ci Bogo.
3. Mengetahui keadaan sosial ekonomi masyarakat sekitar Sub Daerah Aliran Sungai dari Ci Bogo sehubungan dengan terjadinya erosi.
Penelitian ini dilakukan dengan cara :
1. Pendugaan erosi dengan menggunakan rumus USLE dan pengukuran langsung di lapangan.
2. Analisis korelasi dengan regresi linear sederhana untuk mengetahui hubungan penggunaan lahan dan status penguasaannya dengan tingkat erosi yang terjadi.
3. Analisis ekonomi sederhana untuk mengetahui pengaruh alihguna lahan tehadap tingkat erosi yang terjadi.
Tingkat erosi di Sub Daerah Aliran Sungai dari Ci Bogo sudah pada tingkat menghawatirkan. Dengan menggunakan rumus USLE tingkat erosi yang terjadi sebesar 141,13 ton/ha/th. Hasil pengukuran langsung di lapangan untuk lahan pertanian erosi yang terjadi sebesar 132,44 ton/ha/th. Sedangkan batas erosi maksimal yang masih dapat dibiarkan sebesar 11,2 ton/ha/th.
Meningkatnya laju erosi terutama disebabkan telah terjadinya perubahan penggunaan lahan yang menjurus kearah penggarapan lahan kritis. Salah satu faktor yang menyebabkan perubahan penggunaan lahan adalah tekanan penduduk terhadap lahan yang merupakan akibat naiknya kebutuhan lahan-lahan untuk berbagai peruntukan. Perubahan penggunaan lahan ini meliputi alih guna lahan perkebunan menjadi tegalan, alih guna lahan sawah menjadi tegalan dan alih guna lahan tegalan, sawah serta perkebunan menjadi pemukiman.
Hubungan antara lahan yang mempunyai kemiringan lebih besar dari 40% mempunyai hubungan positif nyata dengan lahan perkebunan teh (r = 0,56), dengan lahan perkebunan cengkeh (r = 0,49) dan tegalan (r = 0,54). Begitu pula, lahan tersebut mempunyai hubungan positif nyata dengan lahan milik Negara (r = 0,56) dan lahan milik Badan Usaha (r = 0,49), dan lahan yang status penguasaannya milik perorangan mempunyai hubungan positif sangat nyata (r = 0,95). Berarti lahan-lahan tersebut mempunyai potensi untuk meningkatkan laju erosi yang terjadi sehingga melebihi batas yang masih dapat dibiarkan sehingga dalam pengolahannya perlu diadakan konsevasi dan pengawetan lahan.
Kecenderungan alih guna sawah menjadi tegalan lahan kering, beralasan karena di samping adanya tekanan penduduk, disebabkan pula bahwa tanaman palawija dan sayuran lebih menguntungkan dibandingkan tanaman padi, apalagi untuk daerah ini kondisi alamnya cukup mendukung. Tetapi akibat alih guna lahan tersebut, mempunyai dampak yang besar terhadap peningkatan laju erosi sehingga dalam penggarapannya harus memperhatikan faktor konservasi dan pengawetan lahan.

ABSTRACT
Land and water conservation, in terms of dry fields? agriculture in the upper riches of the river, has long been the major focus of renewable natural resources management and utilization. Improper utilization of these resources causes increased erosion rate, even in some areas increasing erosion rate has gone far beyond the limit of possible rehabilitation either by human being or by nature. Such a situation resulted in apparent decrease of productivity which usually depends heavily on the eroded areas of the watershed.
Increasing population rate directly causes increased needs for water, food, clothing, and housing area. In order for the farmers to be able to fulfill their basic needs, they need larger piece of agricultural land. Therefore, many of them have tried to cultivate the slope areas as agricultural fields without considering the principles of water and land agricultural fields without considering the principles of water and land conservation. Since such slope areas are usually hilly and mountainous, then flood and erosion rate is increasing greatly.
The watershed of Ci Liwung Hulu is divided into several sub watersheds, among other the sub watershed of Ci Bogo. The sub watershed of Ci Bogo is one of the water sources for Ci Liwung, for vegetables and crops grown to supply the needs of people in Bogor and those majorities of Jakarta. The damaged and decreased watershed system has serious effect on the supporting life systems, in terms of its economic as well as its strategic values.
Based on the above situation, this research was carried out. It was aimed primarily to:
1. Identify the erosion rate in the sub watershed of Ci Bogo.
2. Identify the utilization of the sub watershed of Ci Bogo in relation to its erosion.
3. Identify the socio-economic status of residents (farmers) around the area of the sub watershed of Ci Bogo in relation to its erosion.
The research was conducted following a set of systematic procedures as follows:
1. Estimation (measurement) of the erosion using LISLE formula and direct site measurement.
2. Simple correlation and linear regression analysis to identify the relationship between the utilization of .the land, ownership status and erosion rate.
3. Simple economic analyses to identify the effect of changing pattern of land utilization on the erosion rate.
The erosion rate of the sub watershed of Ci Bogo has reached up to the critical level. Using the USLE formula, it is estimated that the erosion rate has reached 141,13 ton/ha/year. The maximum tolerable erosion rate is actually 11,2 ton/ha/year.
The increasing erosion rate is caused by the changing pattern of land utilization which leads to cultivation of critical land. One factor which causes the changing pattern of land utilization is the farmers' pressure on the land to meet their multipurpose needs. The changing pattern of land utilization includes the conversion of the plantation areas into dry and, the rice fields into dry fields, and the dry fields, rice fields and plantation areas into settlement areas.
There is a significant positive relationship between slope areas (more than 40% angle) and tea plantation areas (r = 0,56), and dry fields (r = 0,54). At the same time, the land has a significant positive relationship with state-owned land (r = 0,56), private company-owned land (r = 0,49) and individually owned land (r = 0,95).
The above measures indicate that those areas are highly potential in increasing erosion beyond the tolerable limit, so that it is necessary to make special effort in conserving and preserving the land and its utilization.
Increasing effort in converting rice fields into dry fields is caused not only by the population growth, but also by the fact that crops and vegetables are more profitable than rice, especially when the climate is very supporting. However, the changing pattern of land utilization has an immense impact on the increase of erosion rate. Therefore principles of land conservation and preservation must be considered in its cultivation.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>