Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170966 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fariz Ammar Bujakesuma
"ABSTRAK
Batasan rasio komposisi Cu : Mg yang mengalami fenomena rapid hardening pada paduan Al-Cu-Mg masih belum diketahui secara pasti. Selain itu juga, pengaruh komposisi Cu dan Mg pada rentang yang lebar terhadap respons penuaan belum pernah diamati dengan rinci. Penelitian ini mengamati pengaruh variasi komposisi Cu dan Mg pada fenomena rapid hardening dan respons penuaan pada paduan Al-Cu-Mg. Karakterisasi meliputi pengujian kekerasan Vickers dan pengamatan mikrostruktur dengan menggunakan mikroskop optik, SEM/EDS (Scanning Electron Microscopy/Energy Dispersive Spectroscopy), dan TEM (Transmission Electron Microscopy). Hasil menunjukkan bahwa peningkatan komposisi Cu dan Mg memperkecil ukuran butir dan meningkatkan fraksi volume partikel intermetalik yang terbentuk. Pada rentang komposisi Cu (1.1-3.0 at.%) dan Mg (1.7-3.5 at.%) yang lebar, pada paduan Al-Cu-Mg, batas rasio terjadinya fenomena rapid hardening belum dapat ditentukan dengan tepat. Komposisi dimana terjadi fenomena rapid hardening pada penuaan temperatur 170 oC ternyata fluktuatif. Pada saat rapid hardening (waktu penuaan 60 detik), loop dislokasi merupakan satu-satunya mikrostruktur yang ditemukan, sementara pada saat kekerasan puncak, ditemukan presipitat fasa S.

ABSTRACT
The range of Cu : Mg ratio in Al-Cu-Mg alloy which undergoes rapid hardening has not been clearly understood. The ageing response on this alloy with wide Cu : Mg ratio has not been fully evaluated. This study observed the effect of Cu : Mg ratio on rapid hardening and ageing response of Al-Cu-Mg alloys. Characterization included Vickers Hardness Testing and Microstructural Observation by using Optical Microscope, SEM/EDS (Scanning Electron Microscopy/Energy Dispersive Spectroscopy), and TEM (Transmission Electron Microscopy). The results showed that the higher the Cu and Mg content, the smaller the grain size and the higher the volume fraction of intermetallic particles. Within the range of 1.1-3.0 at.% Cu and 1.7-3.5 at.% Mg, the Cu : Mg ratio at which rapid hardening occurred, was not able to define. The data was fluctuative at the ageing temperature of 170 oC. After rapid hardening (for 60 seconds of ageing), dislocation loops were observed. While at the peak hardness, the microstructure was strengthened by S precipitates."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S380
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"The present work observed the evolution of microstructure in an Al-4Cu-0.3Mg-0.5Cd (wt. %) alloy
aged at 200 °?C. The precipitation sequence in this alloy was found to be dominated by the binary Al-Cu
alloy classical transformation, ie: GP zones -> 0" -> 0' -> ) Analytical transmission electron microscope
revealed that elemental Cd precipitates formed at later stages of ageing. These precipitates were
associated with the 6' platelets, both on the rim and the broad facet of the precipitates. Small precipitates
with similar morphology with the Cd precipitates were also observed at the early stages of ageing. These
suggest that the Cd precipitates provide sites for 8' to nucleate, resulting in an increased dispersion of 6'.
On the other hand these also suggest that Cd nucleates heterogeneouslv at the 0 / a interface.
"
Jurnal Teknologi, Vol.15 (2) Juni 2001 : 214-221, 2001
JUTE-15-2-Jun2001-214
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bondan Tiara Sofyan
"ABSTRAK
Paduan serbuk Cu-Sn merupakan paduan yang abnyak digunakan untuk bantalan berpori karena sifat-sifatnya yang tahan aus dan mudah diproduksi. Kandungan timah putih (Sn) pada paduan dapat mempengaruhi sifat-sifat paduan tersebut seperti porositas dan kekerasannya. Proses metalurgi serbuk mencakup pecampuaran dan pengadukan, kompaksi dan sinter.
Timah putih yang dipadu bervariasi pada 5, 10, dan 15%. Sedangkan tekanan kompaksi yang dikenakan sebesar 300MPa dan temperatur sinter 850°C. Sementara tu pengujian yang dilakukan meliputi densitas (kerapatan), porositas, kekerasan makro dan mikro dan kausan (wear). Kemudian produk sinter difoto mikro.
Pada penelitian ini diperoleh porositas terbuka produk sinter semakin banyak dan laju keausan semakin menurun dengan semakin tingginya kandungan Sn yang terdapat dalam paduan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Abdan Syakuura
"Paduan aluminium-seng-magnesium-tembaga memiliki peranan penting dalam industri penerbangan. Pada penelitian ini dilakukan investigasi sistematis untuk mengeksplorasi evolusi mikrostruktur paduan Al-Zn-Mg-Cu dengan beberapa variasi komposisi (kisaran konsentrasi Cu 0,4-1,6 at. % dan Zn (= konsentrasi Mg) 1,7-3,0 at. %) selama ageing pada temperatur 120 °C dan 190 °C. Melalui investigasi ini didapatkan pengaruh tiap elemen penyusun paduan yang dapat digunakan untuk memberikan gambaran mengenai kombinasi komposisi yang optimum pada pengerasan selama ageing. Selain itu fenomena rapid hardening, yang umumnya terjadi pada paduan aluminium seri 2xxx dan 7xxx juga berusaha diungkap dalam penelitian ini. Rapid hardening merupakan fenomena pengerasan yang terjadi pada saat awal proses ageing akibat adanya clustering atom terlarut. Unit dapur induksi vakum baru di University of Sydney digunakan untuk mempersiapkan semua paduan. Mikrostruktur hasil pengecoran diamati dengan mikroskop optik. Billet hasil pengecoran dirol menjadi pelat yang lebih tipis dengan ketebalan 1.5-2 mm. Pelat ini kemudian diberikan perlakuan panas solution treatment-ageing. Pengukuran kekerasan dilakukan pada sampel pada beberapa variasi waktu ageing untuk mendapatkan kurva age hardening dan mengungkap efek rapid hardening. Karakterisasi TEM dilakukan untuk memahami evolusi mikrostruktur presipitat. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kekerasan paduan semakin meningkat dengan penambahan Zn dan Mg karena adanya pembentukan presipitat halus MgZn2 dan Mg3Zn3Al2 yang bebentuk spherical. Penambahan Cu memberikan efek peningkatan kekerasan cukup signifikan hingga komposisi Zn dan Mg mencapai 2.5 at. %. Fenomena rapid hardening ditemukan dalam paduan Al-Zn-Mg-Cu selama ageing pada temperatur 190 °C.

Aluminium-zinc-magnesium-copper alloys have an important role in aerospace industry. A systematic investigation has been done to explore microstructural evolution in Al-Zn-Mg-Cu alloys with the variation in composition (range of concentration of Zn (= Mg concentration) is 1.7-3.0 at. % and Cu in the range of 0.4-1.6 at. %) during ageing at temperature of 120 °C dan 190 °C. Following this investigation, the role of each element remains to be established for describing the optimum combination of composition during age hardening. Aside from that, rapid hardening (RH) phenomenon, which is commonly happened in the aluminium 2xxx and 7xxx series is also revealed through this research. Rapid hardening is the hardening phenomena which is occured in the early stage of ageing treatment due to clustering of solute atom. A new induction vacuum casting unit at the University of Sydney was employed to prepare all Al alloys. Casting microstructures was evaluated using optical microscopy. The cast billets were then further rolled into strips with a thickness of 1.5-2 mm. These strips were solution treated and aged. Hardness test was performed on these aged samples in order to reveal hardening effect. TEM characterization was performed to understand the precipitation microstructure evolution. The results show that the hardness of the alloy increases with the addition of Zn and Mg concentration due to the formation of nano-spherical precipitates MgZn2 and Mg3Zn3Al2. Copper addition gives a significant effect on the increasing of the hardness up to 2.5 at. % of Mg and Zn. Rapid hardening phenomenon was revealed in the Al-Zn-Mg-Cu alloys during ageing at 190 °C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S156
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyono
"Variasi komposisi penambahan Trass dan Limestone sebagai material suplemen Ordinary Portland Cement dilakukan pada penelitian ini dengan tujuan untuk menurunkan harga tanpa mengurangi sifat kuat tekan. Kuat tekan yang diharapkan dari variasi material pada penelitian ini bisa melebihi kuat tekan Ordinary Portland Cement. Trass dan limestone divariasi dengan jumlah total substitusi 21% berat, dan semen dipertahankan pada 79% berat. Hasil pencampuran trass, limestone dan semen dipertahankan pada kehalusan 5000 cm²/gram. Semen hasil variasi ini dipilih yang terbaik berdasarkan hasil pengujian kuat tekan, kemudian dibandingkan dengan hasil kuat tekan semen yang tidak ditambahkan trass dan limestone. Perubahan mineralogi atau kristal akibat variasi komposisi material akan diamati dengan X-RD dan SEM.. Kalsium Silikat Hidrat (CSH) sebagai produk utama yang memberikan kontribusi terhadap kuat tekan, diharapkan terindentifikasi pada pengamatan ini. Hasil penelitian menunjukkkan kuat tekan dari variasi dengan komposisi trass 14% dan limestone 7% lebih tinggi dari variasi komposisi trass dan limestone yang lain, baik pada umur pengujian 3, 7 dan 28 hari. Kuat tekan variasi komposisi trass 14% dan limestone 7% berturut turut untuk umur 3, 7 dan 28 hari adalah 224 kgf/cm², 282 kgf/cm², dan 365 kgf/cm². Berturut-turut untuk umur 3, 7 dan 28 hari, kuat tekan semen tanpa penambahan trass dan limestone adalah 261 kgf/cm², 352 kgf/cm², dan 448 kgf/cm². Hasil diatas disebabkan pada semen tanpa penambahan trass dan limestone terbentuk kristal CSH jenis kristal Rosenhandrite yang cukup banyak daripada pada semen dengan tambahan trass dan limestone. Kristal Rosenhandrite ini mempunyai kontribusi terhadap kuat tekan lebih tinggi daripada CSH yang lain seperti C2SH alpha, C6S3H gamma delaite, dan afwillite. Pengamatan SEM pada sampel semen tanpa trass dan limestone terlihat adanya kristal CSH yang berbentuk plat dengan bulu-bulu lembut yamg dihubungkan jarum-jarum kecil (ettringite), sedang pada semen variasi trass dan limestone berbentuk plat tanpa bulu-bulu dan tanpa jarum-jarum kecil.

Composition Variation of Trass and Limestone addition as supplement material in Ordinary Portland Cement is done in the research with the goal to reduce cost without decreasing compressive strength. It is even expected that the compressive strength of cement added with suitable variation of trass and limestone wiil exceed that of Ordinary Portland Cement . Trass and limestone is varied with a total substitution of 21% wt, and cement is kept 79% wt. The fineness Trass, Limestone and Cement mixture is kept on 5000 cm²/gram Optimum variation of Trass and Limestone addition is determined by compressive strength compared to OPC without additives, and the mineralogy and crystalline phase is like CSH as observed using XRD and SEM. The research results showed that compressive strength of composition variation of 14% Trass and 7% Limestone has compressive strength higher than others. The compressive Strength of optimum variation are 224 kgf/cm², 282 kgf/cm² and 365 kgf/cm for samples tested at 3, 7, and 28 days respectively .The compressive strength of cement without additive are 261 kgf/cm², 352 kgf/cm² and 448 kgf/cm² for samples tested 3, 7, and 28 days respectively. The difference in compressive strength between cement with and without additive is attributed to the formation of Rosenhandrite, which is a crystalline CSH. Large quantity of Rosenhandrite is formed in cement without addition of trass and limestone. It is assumed that Rosenhandrite is the dominant phase that contribute to compressive strength relative to the other CSH phases as like C2SH Alpha, C6S3H Gamma Dellaite, and Afwillite. Under the SEM, CSH phases in cement without additive showed plate shape with smooth hairy which is connected with small needles (ettringite), while for cement with composition variation of Trass and Limestone showed plate shape without smooth hairy and small needle."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T39866
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyono
"Variasi komposisi penambahan Trass dan Limestone sebagai material suplemen Ordinary Portland Cement dilakukan pada penelitian ini dengan tujuan untuk menurunkan harga tanpa mengurangi sifat kuat tekan. Kuat tekan yang diharapkan dari variasi material pada penelitian ini bisa melebihi kuat tekan Ordinary Portland Cement. Trass dan limestone divariasi dengan jumlah total substitusi 21% berat, dan semen dipertahankan pada 79% berat. Hasil pencampuran trass, limestone dan semen dipertahankan pada kehalusan 5000 cm²/gram. Semen hasil variasi ini dipilih yang terbaik berdasarkan hasil pengujian kuat tekan, kemudian dibandingkan dengan hasil kuat tekan semen yang tidak ditambahkan trass dan limestone. Perubahan mineralogi atau kristal akibat variasi komposisi material akan diamati dengan X-RD dan SEM.. Kalsium Silikat Hidrat (CSH) sebagai produk utama yang memberikan kontribusi terhadap kuat tekan, diharapkan terindentifikasi pada pengamatan ini. Hasil penelitian menunjukkkan kuat tekan dari variasi dengan komposisi trass 14% dan limestone 7% lebih tinggi dari variasi komposisi trass dan limestone yang lain, baik pada umur pengujian 3, 7 dan 28 hari. Kuat tekan variasi komposisi trass 14% dan limestone 7% berturut turut untuk umur 3, 7 dan 28 hari adalah 224 kgf/cm², 282 kgf/cm², dan 365 kgf/cm². Berturut-turut untuk umur 3, 7 dan 28 hari, kuat tekan semen tanpa penambahan trass dan limestone adalah 261 kgf/cm², 352 kgf/cm², dan 448 kgf/cm². Hasil diatas disebabkan pada semen tanpa penambahan trass dan limestone terbentuk kristal CSH jenis kristal Rosenhandrite yang cukup banyak daripada pada semen dengan tambahan trass dan limestone. Kristal Rosenhandrite ini mempunyai kontribusi terhadap kuat tekan lebih tinggi daripada CSH yang lain seperti C2SH alpha, C6S3H gamma delaite, dan afwillite. Pengamatan SEM pada sampel semen tanpa trass dan limestone terlihat adanya kristal CSH yang berbentuk plat dengan bulu-bulu lembut yamg dihubungkan jarum-jarum kecil (ettringite), sedang pada semen variasi trass dan limestone berbentuk plat tanpa bulu-bulu dan tanpa jarum-jarum kecil.

Composition Variation of Trass and Limestone addition as supplement material in Ordinary Portland Cement is done in the research with the goal to reduce cost without decreasing compressive strength. It is even expected that the compressive strength of cement added with suitable variation of trass and limestone wiil exceed that of Ordinary Portland Cement . Trass and limestone is varied with a total substitution of 21% wt, and cement is kept 79% wt. The fineness Trass, Limestone and Cement mixture is kept on 5000 cm²/gram Optimum variation of Trass and Limestone addition is determined by compressive strength compared to OPC without additives, and the mineralogy and crystalline phase is like CSH as observed using XRD and SEM. The research results showed that compressive strength of composition variation of 14% Trass and 7% Limestone has compressive strength higher than others. The compressive Strength of optimum variation are 224 kgf/cm², 282 kgf/cm² and 365 kgf/cm for samples tested at 3, 7, and 28 days respectively .The compressive strength of cement without additive are 261 kgf/cm², 352 kgf/cm² and 448 kgf/cm² for samples tested 3, 7, and 28 days respectively. The difference in compressive strength between cement with and without additive is attributed to the formation of Rosenhandrite, which is a crystalline CSH. Large quantity of Rosenhandrite is formed in cement without addition of trass and limestone. It is assumed that Rosenhandrite is the dominant phase that contribute to compressive strength relative to the other CSH phases as like C2SH Alpha, C6S3H Gamma Dellaite, and Afwillite. Under the SEM, CSH phases in cement without additive showed plate shape with smooth hairy which is connected with small needles (ettringite), while for cement with composition variation of Trass and Limestone showed plate shape without smooth hairy and small needle."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T25260
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyo Antarikso
"Karakteristik strain aging pelat baja canai panas dari dua tipe C-Mn-Ti, yang dalam aplikasinya digunakan sebagai bahan baku tabung gas elpiji telah diamati melalui percobaan simulasi laboratorium. Pemberian regangan plastis pada spesimen uji tarik diikuti dengan pemberian temperatur pemanasan menunjukkan pengaruhnya terhadap sifat mekanik baja, khususnya kekuatan luluh dan elongasi.Regangan plastis sebesar 3, 8 dan 12% yang diberikan terhadap spesimen uji menggambarkan besarnya deformasi yang dialami lembaran baja saat mengalami proses pembuatan tabung gas (deep drawing). Sedangkan untuk menggambarkan kejadian static strain aging, spesimen yang telah dideformasi tersebut kemudian dipanaskan pada temperatur 100, 120, dan 160°C dengan waktu tahan 60 menit. Perubahan sifat mekanik yang terjadi merupakan bukti adanya peristiwa strain aging pada baja. Regangan plastis memberikan pengaruh yang paling signifikan terhadap berkurangnya elongasi (loss of ductility). Elongasi sisa terendah yang masih dimiliki sebesar 15% untuk baja tipe C-0.BMn-Ti dan 14% untuk baja C- 1.4Mn-Ti. Sedangkan peninpkatan kekuatan luluh terbesar akibat strain hardening hingga mencapai 20kg/mm untuk baja tipe C-0.BMn-Ti dan 18kg/mm2 untuk baja C-1.4Mn-Ti. Meskipun memberikan perubahan terhadap kekuatan luluh dan elongasi, namun temperatur pemanasan yang diterapkan tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Pengukuran dengan metode pelebaran garis difraksi sinar-x memberikan gambaran adanya peningkatan kerapatan dislokasi akibat pemberian regangan plastis, yang ditunjukkan dengan peningkatan lebar garis difraksi. Sedangkan akibat pemberian temperatur pemanasan pada selang 100° - 160°C, tampak adanya fenomena recovery, yang ditunjukkan oleh adanya penurunan lebar garis difraksi pada bidang (110)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T39705
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizal Zuchri
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S41071
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikri Akbar
"Aluminium paduan seri 5083 banyak digunakan pada aplikasi perkapalan karena ketahanan korosinya yang baik di lingkungan laut dan kekuatan spesifik yang baik. Namun pada proses pengelasannya, aluminium sering terdapat porositas di daerah lasannya. Salah satu cara untuk mengurangi porositas dalam pengecoran aluminium adalah dengan memberikan getaran saat pengecoran dilakukan dan ini coba diterapkan pada pengelasan aluminium. Hasil penelitian tidak menunjukkan pengaruh yang berarti pada jumlah porositas yang terbentuk. Untuk nilai rata-rata uji tarik yang tertinggi terdapat pada spesimen yang tidak digetarkan, dengan nilai 231 Mpa. Sedangkan nilai rata-rata kekerasan tertinggi pada weld metal terdapat pada spesimen yang digetarkan dengan nilai 81,68 HVN.

Aluminum alloy 5083 series is widely used in marine applications due to good corrosion resistance in marine environments and good specific strength. But in the process of welding, porosity is often found in the weldment of aluminum. One way to reduce porosity in the aluminum casting is to provide a vibration when casting is performed so it is trying to be applied to the welding of aluminum. The results of the study showed no significant effect on the amount of formed porosity. The highest average value of tensile strength is in the specimens that are not vibrated, with a value of 231 MPa. While the highest average value of hardness in weld metal is in the specimens that vibrated with a value of 81.68 HVN.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57491
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>