Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9908 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Ufuk Press, 2010
333.33 STR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Remi Fitriadi Kurnia
"Pembangunan jalan tol dengan skema penugasan di Indonesia memiliki beberapa tantangan baik dari sisi keterbatasan penyediaan pendanaan, masih rendahnya traffic yang melintas dibandingkan perencanaan bisnis awal serta belum optimalnya implementasi land value capture. Hal ini berdampak pada terhambatnya penyelesaian pembangunan Proyek Strategis Nasional dan kinerja perusahaan pengembang jalan tol menurun bahkan terancam bangkrut. Oleh karena itu, pengembangan model bisnis berbasis land value capture pada pengusahaan jalan tol penugasan sangat diperlukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi model bisnis pengusahaan jalan tol penugasan di Indonesia dan memberikan rekomendasi improvement model bisnis berupa Road Plus Property Developer (RPPD) yang dapat meningkatkan kinerja investasi proyek serta perbaikan kinerja Perusahaan pengembang Jalan tol. Model bisnis RPPD mengintegrasikan antara pengusahaan jalan tol dan pengembangan asset atau properti dalam satu hak pengusahaan jalan tol skema penugasan. Metode Relative Importance Index (RII), Structural Equation Modelling (SEM), Business Model Canvas (BMC), Life Cycle Cost (LCC) dan Soft System Methodology (SSM) telah digunakan dalam mengembangkan model bisnis RPPD pada pengusahaan jalan tol penugasan. Model bisnis RPPD ini mampu memberikan nilai tambah bagi Perusahaan pengembang jalan tol maupun bagi Pemerintah sebagai pemilik proyek. Berdasarkan pada studi kasus perhitungan kinerja investasi melalui evaluasi kelayakan finansial pada Jalan Tol Ruas Bakauheni-Terbanggi Besar terbukti bahwa integrasi bisnis pengusahaan jalan tol dengan pengembangan Kawasan Industri mampu meningkatkan kelayakan dengan IRR sebesar 14,07% meningkat sekitar 25% dibandingkan dengan IRR pengusahaan jalan tol eksisting sebesar 11,18%, hal ini disebabkan karena adanya bangkitan traffic dari aktivitas industry. Selain itu, pengelolaan bisnis properti seperti Rest Area, Billboard dan Fiber Optic mampu menghasilkan IRR sebesar 15,82%. Peningkatan kinerja investasi tersebut berdampak langsung secara positif yang dibuktikan melalui temuan dan teori yang dihasilkan. Temuan akhir mengindikasikan bahwa cara meningkatkan kinerja investasi pada pengusahaan Jalan Tol skema penugasan dapat dicapai melalui penerapan model bisnis Road Plus Property Developer.

The construction of toll roads with an assignment scheme in Indonesia has several challenges, both in terms of limited funding, low traffic compared to the initial business plan, and the low implementation of land value capture. This has an impact on the delay in the completion of the construction of the National Strategic Project and the performance of toll road developer companies has decreased and even threatened with bankruptcy. Therefore, the development of a business model based on land value capture in the management of toll roads with assignments is very necessary. The purpose of this study is to identify the business model of toll road management with assignments in Indonesia and to provide recommendations for business model improvement in the form of Road Plus Property Developer (RPPD) which can improve project investment performance and improve financial performance in toll road development companies. The RPPD business model integrates toll road management and asset or property development in one toll road management right with an assignment scheme. The Relative Importance Index (RII), Structural Equation Modeling (SEM), Business Model Canvas (BMC), Life Cycle Cost (LCC) and Soft System Methodology (SSM) methods have been used in developing the RPPD business model in the management of toll roads with assignments. This RPPD business model will be able to provide added value for the toll road developer company and for the government as the project owner. Based on case studies calculating investment performance through financial feasibility evaluations on the Bakauheni-Terbanggi Besar Toll Road, it is proven that the integration of the toll road business with the development of Industrial Areas is able to increase feasibility with an IRR of 14.07%, an increase of around 25% compared to the existing of toll road operations with IRR 11.18%, due to the generation of traffic from industrial activities. Besides that, property business management such as Rest Areas, Billboards and Fiber Optic is able to produce an IRR of 15.82%. This investment performance increase has a direct positive impact as proven through the findings and theories produced. The final findings indicate that the way to improve investment performance in toll road concession schemes can be achieved through implementing the Road Plus Property Developer business model."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuh Satryo Haryosetyo
"Penelitian ini membahas tentang Penerapan Ketentuan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri yang dilakukan oleh developer industry properti, dalam hal ini studi kasus dilakukan pada salah satu perusahaan developer PT. X. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa masih ada wajib pajak yang mempertanyakan dasar dari pemajakan pasal 16C undang-undang PPN, kemudian dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan atas kegiatan membangun sendiri yang dilakukan oleh PT. X terdapat perbedaan pemahaman definisi bangunan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 39/PMK.03/2010, perbedaan terjadi antara fiskus dengan pihak PT. X. Kemudian kendala juga timbul dalam hal penyerahan jasa membangun kepada kontraktor Non-PKP.

This research discusses the implementation of theValue Added Tax rules activities undertaken by the developer of the property industry, in this case study conducted in one of the developer Company PT. X. The approach used in this research is a qualitative approach with a descriptive method. The results of this study stated that there are tax payers who ask the basis of taxation of Article 16C VAT law, then the implementation of tax obligations on building your own activity conducted by PT. X there is a different understanding of the definition of the building in the Minister of Finance No.39/PMK.03/2010, differences occur between the tax authorities with the PT. X.Then another problem from the delivery of services to a contractor to build with non-PKP contractor."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apollonius Thomas Alexander
"ABSTRAK
PT. PETRIMEQ adalah perusahaan yang bergerak dalam industri jasa yang dijual kepada perusahaan real estate, yang dalam inti bisnisnya adalah perusahaan desain dan kontruksi. PT. PETRIMEQ melihat peluang pasar di bisnis property management. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan strategi bisnis PT. PETRIMEQ dalam mengembangan bisnis pengelolaan pemukiman real estate di wilayah Jabodetabek. Formulasi yang disusun berdasarkan identifikasi masalah eksternal meliputi suku bunga bank dan perilaku masyarakat atas pembelian aset property dan kondisi persaingan industri jasa property. Pada analisis ini didapatkan peluang dan acaman yang berpengaruh kepada perkembangan industri konstruksi dan property untuk mendapatkan KSF. Selain analisis eksternal, dilakukan pula analisis internal untuk mendapatkan kekuatan dan kelemahan. Berdasarkan analisis eksternal dan internal tersebut dilakukan analisis EFE dan IFE and SWOT.
Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa faktor-faktor eksternal berupa peluang dan ancaman yang berpengaruh kepada formulasi strategi PT. PETRIMEQ adalah (1) Peluang yang berpengaruh diantaranya adalah :
(a) Tingginya pertumbuhan pasar property; (b) Bergesarnya perilaku pembelian masyarakat untuk membeli aset property; (c) Tingginya aktivitas kerja masyarakat sehingga terbatasnya waktu mereka untuk mengelola kawasan hunian; (d) Terbukanya diversifikasi produk yang lebih beragam pada manajemen property dan (e) Pengembang yang menyerahkan pengelolaan kepada penghuni.
Sedangkan ancaman yang berpengaruh meliputi a) Jika pengembang membuat unit bisnis property management; (b) Masuknya beberapa pemain besar seperti Jardine ke segmen hunian; (c) Masuknya para pemain baru dari industri outsourcing ke bisnis property management; (d) Berubahnya keinginan pengguna jasa property management.
Untuk faktor-faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan yang berpengaruh kepada formulasi strategi PT. PETRIMEQ (1) Kekuatan yang berpengaruh meliputi : (a) Kemampuan dan pengalaman dalam mengelola property kawasan hunian; (b) Kredibilitas perusahaan yang telah dikenal oleh beberapa pengembang; (c) Kemampuan perusahaan dalam mengembangkan keragaman produk jasa pengelolaan property; (d) Tersedianya sistem dan prosedur jasa manajemen property; (e) Memiliki modal yang memadai; (f) Harga yang terjangkau; (g) Memiliki jaringan kerja sama kepada mitra kerja dengan baik;
Sedangkan (2) kelemahan yang berpengaruh meliputi : (a) Informasi perusahaan belum di kenal luas; (b) Manajemen keluarga atau perkawanan; (c) Keterbatasan jumlah SDM yang memiliki kapabilitas dalam jasa manajemen property; (d) Belum standarisasi layanan marketing; (e) Tidak fokus karena pengembangan bisnis; (f) Belum mempunyai pimpinan marketing.
Strategi bersaing dengan analisa SWOT adalah SO merebut peluang pengelolaan kawasan untuk cluster baru serta kawasan yang akan di tinggalkan pengembang. Dengan memanfaatkan pengalaman, kredibilitas, aset SDM, sistem dan prosedur serta harga yang terjangkau. BO fokus kepada terget yang benar-benar sangat membutuhkan dan mempunyai ketertarikan kepada PT. PETRIMEQ. Serta memanfaatkan keragaman produk yang di jual untuk menambah peluang penjualan. ST harga yang terjangkau serta memanfaatkan pengalaman kredibilitas perusahaan untuk mengatasi ancaman dari pemain yang akan masuk di sekmen low end. WT fokus pada segmen low end saja. Saran yang perlu dilakukan untuk implementasi strategi adalah sebagai berikut : (1) Bisnis property manajemen sebagai pengembangan bisnis dari design dan build harus tetap fokus untuk mencapai target perusahaan di bidang property manajemen; (2) Merekrut pimpinan marketing untuk membuat program-program marketing, promosi, website, target penjualan; (3) Mengirim staf untuk training property manajemen dan membuat menajemen trainee.

ABSTRAK
PT. PETRIMEQ is a company who has business in service industry that will be sold to real estate company which is the main business is design and construction company. PT. PETRIMEQ look at the big opportunity in property management business. This research was aimed to formulate business strategy of PT. PETRIMEQ to improve its business in residential real estate company in Jabodetabek areas.
Formulations were constructed bases on opportunity identification as external issue such as bank interest and competition in property management business. At this point, opportunities and threats which had influences toward the development of construction and property industry to get KSF were detected. Moreover, internal analysis was also conducted to find the strength and weakness. Analysis then was followed by implementing EFE and IFE and SWOT. Results showed that the external analysis yielded opportunity and threat influenced the formulation strategy of PT. PETRIMEQ, the opportunity as follows : the big growth of property management business, people eager to buy property as their asset, people do not have time to manage their residential area, the variety of services provided, the developer over handle their estate management to the residence. The threat aspects that should be noted as follows : the developer make property management business, the big property management company to the low end area, the outsourcing company would like to participate in this business, the changing of property management?s customer.
Internal analysis yielded strength and weakness. Strength of a company was the ability in management, credibility, product knowledge, procedures, human resources capabilities, track record, and good partnership. The weakness are the market information, customer relationship, limitation of human resources, no such well-established standards, operation range and marketing weakness.
Action strategies obtained from SWOT analyst, SO take the opportunity to manage the new cluster and the area that will be hand over by the developer. With the experiences they already had, credibility, human resources asset, system and procedures and the good prices. BO is focus on the target which is really needed and interested in PT. PETRIMEQ. And sell he variety product to make the opportunity for marketing / sales. ST is good prices and make the credibility of the company to manage the threats from other company that would like to compete. WT is focus on the low end segment.
Suggestions for strategy implementation were as follows : business directions of property management as the expansion of business design and construction company, should be focused to meet the sales target in property management business; hire the marketing supervisor to make a marketing programs, promotion, website, sales target; train the staff for property management training and make the management trainee program.
"
2007
T22919
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan Sanjaya
Jakarta: Elex Media Komputindo, 2009
658.05 WIS m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Purba, Sirman
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2013
320.959 8 SIR e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Gunarti
"Isu yang banyak berkembang di tengah masyarakat adalah pertumbuhan pasar modern (dalam hal ini hypermarket asing) yang seolah-olah mematikan usaha kecil. Banyak dari pelaku dunia usaha skala kecil mendapat imbas langsung dengan kehadiran pasar modem seperti hypermarket.
Permasalahan yang muncul yaitu lemahnya posisi tawar dari pemasok terhadap peritel besar sehingga mengakibatkan perilaku yang tidak adil bagi pemasok tersebut (abuse of dominant position). Kekuatan pasar (market power ) yang dimiliki peritel asing menimbulkan ketergantungan bagi para pemasok untuk masuk ke gerai mereka.
Dominasi peritel asing terhadap pemasok dilakukan melalui cara hubungan usaha jual beli produk yang menggunakan sistem jual putus. Hubungan usaha tersebut dituangkan dalam perjanjian tertulis yang dinamakan National Contract yang memuat syarat perdagangan (trading terms) yang dapat dinegosiasikan dengan pemasok, antara lain listing fee, fixed rebate, minus margin, term of payment, regular discount, common assortment cost, opening cost/new store.
Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam penelitian ini akan dilakukan kajian terhadap kompleksitas strategi aliansi yang dilakukan peritel asing dan bagaimana pengaruhnya terhadap tingkat komitmen kerjasama pemasok UKM sebagai mitra dalam membangun bisnis ritel di Indonesia.
Hubungan antara strategi aliansi dengan komitmen kerjasama diungkapkan oleh Caughlan et al (2001:316). Menurut Caughlan di dalam strategi aliansi, dua atau lebih organisasi yang memiliki hubungan (hukum, ekonomi atau interpersonal) diantara mereka akan memiliki persepsi terhadap kepentingan pribadi yang berkaitan dengan kerjasama mereka. Di dalam aliansi dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, termasuk di dalamnya hubungan yang erat (close relationship), rekanan (partnerships), hubungan kepemerintahannya (relational governance), hybrid governance, vertical quasi-integration, dan komitmen kerjasama (committed relationship). Di dalam industri distribusi, aliansi antara perusahaan diwujudkan dalam sebuah wujud komitmen yang tulus (genuine commitment). Artinya komitmen muncul ketika sebuah perusahaan merasakan hubungan kerjasama yang tidak terbatas. Sehingga, komitmen kerjasama merupakan sebuah wujud yang dihasilkan dari aliansi yang dibentuk dari dua atau lebih organisasi.
Penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis pelaksanaan strategi aliansi peritel asing dengan komitmen kerjasama pemasok lokal skala UKM, dilakukan dengan menggunakan metode survey kepada 100 responden pemasok lokal skala UKM yang berlokasi di DKI Jakarta.
Sedangkan teknik penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada responden dan dianalisa dengan analisis statistik korelasi Product Moment dan Regresi untuk mengetahui derajat hubungan dan tingkat perubahan variabelnya. Analisis Hasil Penelitiannya yaitu:
1. Pelaksanaan strategi aliansi yang dilakukan oleh peritel asing begitu kompleks dan memberatkan pemasok yang berskala kecil. Artinya peritel asing belum memiliki konsep strategi aliansi kepada UKM dalam membangun bisnis ritel di Indonesia. Peritel asing menempatkan mitra bisnisya (dalam hal ini adalah UKM) bukan sebagai mitra strategik yang turut mendukung pertumbuhan dan pengembangan bisnis retail di Indonesia. Melainkan mereka hanya menempatkan UKM sebagai bagian kecil sebagai pemasok sebagai rangkaian hubungan jangka pendek saja;
2. Tingkat komitmen kerja sama pemasok UKM kepada peritel asing telah cukup tinggi. Namun konsep kerja sama yang dijalankan saat ini belum memberikan hasil yang baik bagi UKM;
3. Pelaksanaan strategi aliansi yang dijalankan oleh Peritel Asing memberikan hubungan dan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat komitmen kerjasama UKM kepada Peritel Asing. Semakin baik pelaksanaan strategi aliansi yang diterapkan peritel asing maka akan semakin tinggi tingkat komitmen kerjasama yang akan dilakukan pemasok skala UKM, dan demikian sebaliknya. Sehingga saat ini pemasok kecil dalam menjalankan kerjasama dengan peritel asing dengan unsur keterpaksaan karena kurangnya jalur pemasaran produk mereka, bukan karena mereka memang berkeinginan untuk menjalin kerjasama dengan peritel asing.

A popular oppinion currently evolving within our community is that foreign hypermarkets are to blame for taking businesses away from small scale retailers. Many small scale retailers suffers significant loss in their revenues due to this.
Other problems arises from this is the weakening of suppliers bargaining position relative towards major suppliers resulting in a phenomena called the abuse of dominant position. Market power possessed by foreign retailers created a high dependency of suppliers on foreign retailers demand.
The domination of foreign retailers towards their suppliers takes form in the written purchase agreement called National Contract signed by both parties which incorporate negotiable trading terms covering listing fee, fixed rebate, minus margin, term of payment, regular discount, common assortment cost, opening cost/new store and penalty.
In relation to the fact outlined above, this study is aimed to identify strategies adopted by foreign retailer and their impact on the level of partnership commitment of SME scale suppliers.
The relationship between alliance strategy and partnership commitment was introduced by Caughlan et al (2001:316). According to Caughlan in an alliance, two or more organizations having relationship with one another (legal, economic or interpersonal) will possess perception of their own self interest in relation to their partnership. Alliance can be forged into a variety of forms including close relationship, partnership, relational governance, hybrid governance, vertical quasi-integration and commited relationship. In the distribution industry, alliance between companies take the form of genuine commitment, a commitment that is born when a company felt the need to establish and maintain an unlimited partnership with its counterpart. Therefore partnership commitment is the product of an alliance forged between two or more organizations.
This research is aimed to analyze the implementation of an alliance strategy initiated by a foreign retail company and its impact on the company's SME scale supplier's partnership commitment. The research is conducted using a survey method with a sample of 100 local suppliers located within DKI Jakarta.
The results of this are describe as follows :
1. The implementation of alliance strategy by the company is perceived to be complex and burdening by small and medium scale suppliers. This entail a lack of alliance strategy concept applicable in Indonesia. Foreign retailer placed their small and medium scale suppliers not as strategic partners in developing its business in Indonesia but merely as suppliers who play a small and relatively short term role;
2. Partnership commitment of small and medium scale suppliers towards their foreign counterpart receive a significant score, meaning that most small and medium scale suppliers possess a high level of commitment in developing partnership with foreign retailers, although the partnership concept currently exist does not yield a significant returns to the small and medium scale suppliers;
3. A significant relationship and influence exist between the implementation of alliance strategy by a foreign retailer and the partnership commitment level of a small and medium scale suppliers. The better implementation of alliance strategy by foreign retailer the higher the level of commitment relationship by Small Medium Entreprise Supplier and vice versa. However at present the small supplier is doing bossiness with foreign retailer because the lag of distribution channel not because they want to have bussiness relation with foreign retailer.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21973
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Role of agricultural development communications is important tp build food self - suffiency and diversification as the main base of food independency and food security. Food indenpendency will be accomplished if its development comes from people initiative as an awarenes to build modern farm industry with effective and efficient communicaton strategy support..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>