Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139379 dokumen yang sesuai dengan query
cover
S M.Yunan
"Pada kontrol proses industri, seperti kontrol proses industri kimia, kontrol proses pengolahan air bersih dan air limbah industri dan lainnya, kontrol merupakan salah satu peralatan yang penting. Kontrol valve perannya menjadi lebih penting lagi bila suatu kontrol proses dijalankan secara otomatis penuh, dimana valve tersebut dirancang sedemikian rupa agar dapat merespon kondisi masukan yang berupa sinyal analog 0 - 10 V atau 4 - 20 mA.
Kontrol valve merupakan suatu peralatan yang dirancang khusus untuk tujuan tertentu pada kontrol proses, sehingga valve seperti itu mempunyai nilai jual yang cukup tinggi, serta memerlukan perawatan yang cukup intens, sehingga diperlukan biaya investasi dan biaya perawatan yang tidak sedikit.
Sebagai alternatip dari penggunaan valve diatas serta untuk mengefisienkan penggunaan biaya investasi dan perawatan pada suatu kontrol proses industri dengan standar tertentu, pengendalian buka-tutup dapat dilakukan dengan menggunakan jenis valve mekanikal standar yang dimodifikasi menjadi motorized valve, dimana pengendalian bukaan valvenya dapat diatur dengan tingkat ketelitian yang tidak jauh berbeda dengan kontrol valve.
Motorized valve tersebut dimodifikasi sedemikian rupa dan dilengkapi dengan perangkat kontrol posisi yang berupa rotary encoder, dan selanjutnya dihubungkan dengan peralatan pengendali terprogram (PLC) dan kondisi bukaan valvenya dapat dikontrol, dimonitor serta diuji performanya melalui komputer menggunakan software SCADA/HMI.

In Industrial process controll, such as chemical Industrial, Industrial waste and clean water treatment, demineralization boiler water etc, controlled valve is very important equipment. Controlled valve is to be more important when it used in process controll that operated fully otomatic, where that valve is designed to respon the analog input condition 0 - 10 V or 4 - 20 mA.
Controlled valve is special designed equipment that is used in process controll, for the reason this valve is sold to be expensive, and need high cost maintenance, so that the cost of investment and maintenance is very high.
As alternative used, controlled valve can be modifying from a manual valve which is designed to be a motorized valve with a certain industrial standard to reduce the investment and maintenance cost,and from that modification the motorized valve can be controlled in the precision level and not so different result than the analog controlled valve.
The modification of motorized valve is controlled using the rotary encoder as positioner equipment, connected to programmable logic controller (PLC) and it's performance can be controlled, monitored and tested via computer which is configured using SCADA/HMI software.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29054
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Iqbal
"Salah satu cara mereduksi bijih besi tersebut dengan menggunakan rotary kiln. Rotary kiln pada umumnya memiliki panjang 100m dan diameter 3m, namun pembangunan rotary kiln tersebut membutuhkan biaya modal serta biaya operasi yang tinggi. Rotary kiln sederhana memiliki panjang 3m dan diameter 40cm. Proses yang berlangsung di rotary kiln sederhana merupakan proses reduksi langsung yang menggunakan arang sebagai reduktor, blower sebagai pensuplai oksigen, rotor sederhana sebagai penggerak. Terdapat beberapa parameter proses reduksi langsung pada rotary kiln salah satunya adalah variasi reduktor. Pada penelitian ini dilakukan investigasi pengaruh perbedaan reduktor terhadap senyawa besi yang dihasilkan pada proses reduksi langsung. Reduktor sebelumnya diukur nilai GCV dengan bomb calorimeter dan analisa proksimat. Reduktor yang digunakan sebagai perbandingan yaitu arang kayu, arang batok, dan briket batubara. Kandungan senyawa besi yang dihasilkan dianalisa menggunakan X-Ray Diffraction (XRD). Hasil pengujian menunjukkan bahwa arang kayu memiliki hasil paling optimal dengan senyawa besi yang terbentuk pada hasil akhir reduksi langsung yaitu hematit (Fe2O3) dan magnetit (Fe3O4).

Rotary kiln is one of many way to process an iron ore. Rotary kilns generally have a length of 100m and 3m in diameter, but the manufacture of the general rotary kiln has high capital and operating costs. Simple rotary kiln has a length of 3m and 40cm in diameter. The process that takes place in a simple rotary kiln is a direct reduction process that uses charcoal as , the blower as a supplier of oxygen, and the rotor as a mover. There are several parameters in the direct reduction process rotary kiln one of which is a variation of reductant. In this research, i investigate the effect of different reductant on iron compounds produced on the direct reduction process. Reductant previously measured value of GCV with bomb Calorimeter and proximate analysis. Reductant are used for comparison, wood charcoal, coconut shell charcoal, and coal briquettes. The content of iron compounds produced were analyzed using X-Ray Diffraction (XRD). The test results showed that charcoal has the most optimal results with iron compounds that are formed on the end result which is a direct reduction of hematite (Fe2O3) and magnetite (Fe3O4)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55794
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Razak
"Sistem keran biasanya digerakkan secara manual oleh manusia dengan cara memutar atau menggerakkan keran ke atas atau ke bawah. Namun sistem keran secara manual ini memiliki kelemahannya yaitu keran yang mudah rusak dan pemborosan air dikarenakan kelalaian menutup keran. Dengan memanfaatkan sensor Passive Infrared (PIR) dan Ultrasonik sebagai pendeteksi objek berupa anggota tubuh manusia dan mengirimkan sinyal tersebut ke Mikrokontroler ATMEGA8535 sebagai pusat pengendalinya. Mikrokontroler ini akan mengirimkan instruksi untuk menggerakkan solenoid valve yang berfungsi sebagai katup aliran air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sensor PIR ini dapat mendeteksi objek dalam jarak maksimum 3 meter dan sensor Ultrasonik mendeteksi jarak sampai 4 meter. Ketika sensor PIR menerima radiasi panas dari objek, maka solenoide valve membuka katu untuk mengalirkan air. Begitu juga dengan Ultrasonik Ketika sensor Ultrasonik menerima pantulan bunyi dari objek didepannya dalam jarak tertentu maka solenoide valve membuka katup untuk mengalirkan air. Di samping itu dibutuhkan debit air tertentu untuk dapat mengaktifkan solenoide valve

Water valve usually manual controlled by human with spin up or spin down but water valve manual system have negative side which this water valve easily destroyed and close the water valve. From that use passive infrared sensor ( PIR ) and Ultrasonic sensor as object detector in human organ and transimite that signal to microcontroller ATMEGA35 as central controller. This Microcontroller will transmit some instruction to spin the solenoid valve which used to water controler. Based on observasion this Passive Infrared sensor can detection motion with the maximum distance 3 meter and ultrasonic sensor detection until 4 meter. When PIR sensor receive calor radiation from object that solenoid valve will be open. Same with solenoid valve the ultrasonic sensor receive signal from in front the sensor. Beside that needed water debit to can make solenoid valve active condition"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aziz Mansykur Lubad
"Dalam industri pengolahan minyak dan gas bumi, istilah relief valve berkaitan erat dengan istilah pressure relief valve (PRV), pressure safety valve (PSV) dan safety valve. Relief valve merupakan jenis valve yang digunakan untuk mengontrol atau membatasi tekanan dalam suatu sistem. Tujuan utama dari relief valve adalah untuk menjamin personal dan peralatan operasi terlindungi dari kondisi tekanan berlebih (overpressure). Relief valve didesain untuk mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara melepas tekanan berlebih yang terjadi selama gangguan proses, kegagalan sistem, dan kebakaran. Perhitungan yang akurat terhadap kapasitas relief valve merupakan salah satu faktor kunci dalam keselamatan kilang. Penentuan kapasitas dan jenis relief valve membutuhkan analisis proses yang mendalam dari sistem yang akan diproteksi. Tujuan dari studi ini adalah menentukan kapasitas dan jenis relief valve berdasarkan analisis proses dengan menggunakan alat bantu simulasi proses dan pemrograman visual basic. Komposisi dan kondisi operasi gas dari salah satu lapangan gas Pertamina Jambi digunakan sebagai studi kasus. Selanjutnya dilakukan analisis proses untuk mengetahui penyebab terjadinya overpressure. Simulasi proses digunakan untuk membuat Process Flow Diagram (PFD) dan menghasilkan neraca massa dan panas sedangkan pemrograman visual basic digunakan untuk menghitung kapasitas relief valve.

In the oil and natural gas processing, the term relief valve is associated with the terms pressure relief valve (PRV), pressure safety valve (PSV) and safety valve. A relief valve is a type of valve used to control or limit the pressure in a system. The primary purpose of the pressure relief system is to ensure that the operation?s personnel and equipment are protected from overpressure conditions. It is designed to avoid accidents by relieving overpressure that happen during process upsets, power failures, and external fires. Accurately calculation for the relief valve capacity is key factor of plant safety. It requires deeply process analysis of system will be protected. The purpose of this study is to determine the relief valve capacity and type base on process analysis using process simulation dan visual basic programming. The gas composition and operating condition from Pertamina Jambi gas field is used as a case study. Then, process analysis is performed to know cause of overpressure. Process simulation is used to create Process Flow Diagram (PFD) and generate heat and material balance while visual basic programming is used to calculate the relief valve capacity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27947
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Robby Novianto
"Latar belakang: Operasi maze untuk mengkoreksi fibrilasi atrium atrial fibrillation, AF bersamaan dengan operasi katup mitral sudah cukup diketahui manfaatnya, akan tetapi keberhasilan operasi maze pada kasus reumatik masih diragukan. Beberapa penelitian tidak menyarankan operasi maze pada kasus reumatik, sedangkan etiologi reumatik merupakan penyebab tersering penyakit jantung katup di Indonesia. Kami mencoba melakukan penelitian untuk melihat pengaruh etiologi reumatik terhadap keberhasilan operasi maze di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Indonesia.
Metode: Penelitian kohort restrospektif dengan mengambil data 55 pasien yang menjalani operasi katup mitral dan maze pada Januari 2012 sampai Januari 2017 secara consecutive sampling. Etiologi penyakit katup mitral dikelompokkan menjadi reumatik 33 sampel dan degeneratif 22 sampel. Kemudian dicatat irama pada 7 hari, 1 bulan, dan 3 bulan pascaoperasi, serta faktor perancu dan karakteristik dasar sampel.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna angka bebas AF pada kedua grup p>0,05 . Perbedaan bermakna ditemukan antara rerata umur dan jenis kelamin pada kedua grup etiologi. Tidak ada perbedaan bermakna pada variabel lain.
Simpulan: Keberhasilan operasi maze sebanding pada kedua etiologi penyakit katup mitral, sehingga dapat diterapkan pada kedua jenis etiologi.

Backgrounds: The benefits of maze surgery to correct atrial fibrillation AF concomittant with mitral valve surgery is well known, but the outcome of maze surgery in rheumatic cases remains in doubt. Some studies do not recommend maze surgery in rheumatic cases, whereas rheumatic etiology is the most common etiology of valvular heart diseases in Indonesia. We are trying to do a research to see the relationship of rheumatic etiology on the outcome of maze surgery at Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Indonesia.
Methods: This is a restrospective cohort study. We collected from medical records of 55 patients underwent mitral and maze valve surgery from January 2012 to January 2017 by consecutive sampling. The etiology of mitral valve disease are grouped into 33 rheumatic samples and 22 degenerative samples. Then we recorded the heart rhythm on 7 days, 1 month, and 3 months postoperatively, as well as confounding factors and basic characteristics of the sample.
Results: There was no significant difference in the freedom of AF in both groups p 0.05 . Significant differences were found between mean age and sex in both etiologic groups. There was no significant difference in other variables.
Conclusions: The outcome maze surgery is comparable in both the etiology of mitral valve disease, thus it can be applied equally to both etiologies.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Hafitara
"Pertumbuhan ekonomi dan populasi penduduk di Indonesia akan menyebabkan pemenuhan kebutuhan terhadap energi terus mengalami peningkatan. Pemilihan jenis bahan bakar dan teknologi yang digunukan akan berdampak pada pertambahannya emisi gas CO2 yang dihasilkan dari pembakaran sumber energi menuju atmosfir dan dalam jumlah tertentu hal tersebut akan berdampak terhadap pemanasan global. Pemanfaatan energi terbarukan seperti biomass langkah pemerintah dalam konservasi bahan bakar dan mengurangi jumlah pemakaian energi fosil agar berkurangnya efek dari rumah kaca. Sumber energi biomassa mempunyai beberapa kelebihan antara lain merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui sehingga dapat menyediakan sumber energi secara berkesinambungan dan dapat mengurangi emisi gas CO2. Biomassa harus mengalami proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai sumber energi. Pada proses pengolahan biomassa, pengeringan merupakan salah satu tahap yang sangat penting untuk menghasilkan kualitas bahan bakar biomassa yang baik. Penelitian ini akan menyelidiki mesin pengering rotari dengan bahan bakar pelet biomassa untuk mengeringkan limbah organik. Variabel yang dilakukan dalam pengujian alat pengering rotari ini menggunakan ukuran pelet kayu diameter 8mm dengan laju konsumsi 123 gram/menit, putaran drum pengering 1; 1.25; dan 1.5 rpm beserta laju aliran udara pengering 33435.8; 57346.1, dan 75139.8 lpm.

Economic growth and population in Indonesia will cause the fulfillment of energy needs to continue to increase. The choice of fuel and technology used will have an impact on the increase in CO2 emissions resulting from the burning of energy sources into the atmosphere and in certain amounts it will have an impact on global warming. Utilization of renewable energy such as biomass is a step of the government in conserving fuels and reducing the amount of fossil energy use so that the greenhouse effect is reduced. Biomass energy sources have several advantages including being a renewable energy source so that it can provide a sustainable energy source and can reduce CO2 gas emissions. Biomass must undergo processing before it can be used as an energy source. In the process of biomass processing, drying is one of the most important steps to produce good quality biomass fuel. This research will investigate a rotary drying machine with biomass pellet fuel to dry organic waste. The variables carried out in this rotary dryer test using a diameter of 8mm wooden pellets with a consumption rate of 123 grams / minute, a drum rotation speed of 1; 1.25; and 1.5 rpm along with a drying air flow rate of 33435.8; 57346.1; and 75139.8 lpm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hidayah
"Industri nikel adalah industry yang memerlukan energy dengan jumlah yang sangat besar. Pada sejarah perkembangan teknologi, Rotary Kiln Nickel merupakan proses inti dari pengolahan nikel. Pada proses ini dibutuhkan jumlah energy yang sangat banyak dimana sumber energy nya berasal dari batubara. Sedangkan ketersediaan batubara semakin lama akan semakin menipis. Apabila ketersediaan nya semakin menipis dan jumlah permintaan selalu meningkat, maka harga batubara pun akan meningkat. Untuk mengatasi krisis ketersediaan bahan bakar, digunakanlah bahan bakar alternative seperti biomassa. Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengatahui kemungkinan dilakukanya diversifikasi bahan bakar tanpa mengurangi jumlah dan kualitas kalsin yang dihasilkan serta mencari potensi penghematan yang dapat dilakukan. Hasil penelitian menunjukan bahwa agar didapatkan jumlah dan kualitas yang sama, diperlukan persamaan terhadap rasio kalori pembakaran dengan mengubah jumlah konsumsi bahan bakar. Potensi penghematan yang akan didapatkan dengan melakukan diversifikasi bahan bakar menggunakan pellet kayu kaliandra merah adalah sekitar 42,94 atau Rp.74,2 Milyar dalam 5 tahun. Sedangkan dengan menggunakan pellet tandan kosong kelapa sawit memiliki potensi sebesar 62,87 dari total penggunaan bahan bakar batubara, atau senilai Rp.108 Milyar dalam 5 tahun. Namun perlu diperhatikan bahwa hasil perhitungan potensi penghematan yang didapatkan menggunakan parameter perhitungan yang terbatas.

The nickel industry is an industry that use large amount of energy. In the history of technology rsquo s development, a rotary kiln nickel is center process nickel plants. In this process requires a large energy where the main source of energy comes from coal. However,the availability of coal is decreasing. If the supply is decreasing and the demand is always increasing, then the price of coal will be increasing. To overcome the fuel availability crisis, alternative fuels such as biomass are used. The goal of this thesis is to know the possibility of diversification of fuel without reducing the quality and the quantity of calcine that produced and to look for some savings potential that can be done. The result showed that in order to get the same quality and quantity, required the calculation of the equation on the calorie ratio of combustion by changing the amount of fuel consumption. The saving potential that can be gained by diversifying fuels using red timber pellets is about 42.94 of total coal fuel consumption or Rp,74 Billion for 5 years .While using the empty palm has potential about 62.87 of total coal fuel consumption or Rp,108 Billion for 5 years. However it should be noted that the calculation of the potential savings calculated using a limited calculation parameters."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galpina Priohardono
"Terdapat serangkaian siklus penanaman di hutan, yakni siklus/fase penanaman, pemeliharaan hutan, eksploitasi, penebangan, pengangkutan hasil hutan dan penanaman kembali (reboisasi). Sejalan dengan siklus kehidupan tersebut diperlukan berbagai peralatan produksi dan eksploitasi. Peralatan-peralatan berat ini sering disebut utility logging heavy equipment. Peralatan tersebut harus memenuhi persyaratan keselamatan kerja yang tinggi, selain harus memenuhi kriteria kekuatan, kecepatan kerja, produktivitas dan kriteria kebutuhan konsumen yang lain. Salah satu peralatan yang sangat diperlukan pada fase penebangan dan pengangkutan kayu adalah rotary log grapple (RLG). Peralatan ini beroperasi bersamaan dengan logging truck dan buldozer. Rotary log grapple yang mempunyai base machine berupa excavator, berfungsi untuk menumpuk kayu dan mengangkut (loading-unloading) kayu ke logging truck, tongkang dan kendaraan angkut lainnya. Desain peralatan RLG ini dibuat mengikuti tahapan-tahapan dan metode desain yang dikembangkan oleh Ulricht-Eppinger. Metode ini secara komprehensif memasukkan pertimbangan desain dari kebutuhan pasar, ergonomi dan manufakturing. Selain itu tahap-tahap desain dan proses pengambilan keputusan diperhitungkan dengan cermat. Rotary log grapple yang innovatif ini sebagai attachment pada excavator base machine mempunyai kapasitas gripping area 1,8 m2 di atas consument requirement 1,5 m2. Komponen utama RLG ini adalah hanger, rotator, box, claw in dan claw out. Dimana digunakan link type connetion diantara kedua claw untuk keseimbangan geraknya (synchronize claws motion). Pada thesis ini penulis membatasi lingkup pekerjaan pada desain Claw-in and Claw-out pada Rotary Log Grapple (Excavator klas 30 ton). Dimana komponen utama ini berfungsi untuk menjepit kayu pada operasi loading dan unloading.

There is a sequence of plantation operation in forest, which is plantation phase, maintenance forest, exploitation, cutting and transporting logging and re-plantation. Correlated with that sequence of forest life, people require various equipments. Those equipments are used for production and exploitation. That heavy equipment is usually called utility logging heavy equipment. The equipment should comply with highest safety regulation, speed of work, productivity and another customer criteria. One of the equipment that require in cutting and transporting logs is Rotary Log Grapple (RLG). This utility is operated concurrently with logging truck and bulldozer. RLG utilize base machine excavator model, have function to stacking logs and loading-unloading logs to trucks, phonton and another transporting utility and vice versa. Design of RLG equipment is made refer to step and design method, which developed, by Ulrich-Eppinger. This method is comprehensively inputting design consideration comes from market needs, ergonomics and manufacturing. Furthermore step of design and decision process is precisely considered. The innovative RLG is utility attachment of hydraulics excavator have gripping area 1.8 m2 is beyond customer requirement 1.5 m2. The main component of RLG is hanger, rotator, box, claw-in and claw-out. Which link type connection is used between claw pairs to synchronize claws move. In this thesis designer is define scope of work in Claw-in and Claw-out design of Rotary Log Grapple (Excavator 30 tonne class). The main claw function is gripping log in loading-unloading operation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16158
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wirya Ayu Graha
"Latar belakang: Salah satu terapi fibrilasi atrium adalah ablasi bedah yang disebut Cox-maze IV yang dilakukan bersamaan dengan operasi katup mitral (concomitant cox-maze IV). Keberhasilan Cox-maze IV di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah RSJPD Harapan kita cukup tinggi yaitu 88,13%. Penelitian ini untuk menilai faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan concomitant Cox-maze IV pada pasien dengan fibrilasi atrium dan penyakit katup mitral di RSJPD Harapan Kita, Indonesia.
Metode: Desain penelitian adalah cross sectional. Pasien dengan penyakit katup mitral dan fibrilasi atrium diperiode Januari 2012 sampai Desember 2017 dilakukan operasi katup mitral dan Cox-maze IV kemudian dievaluasi irama jantung 6 bulan pasca operasi. Irama yang dinilai adalah bebas fibrilasi atrium dan dinilai faktor-faktor yang berhubungan.
Hasil: Total subjek adalah 115 pasien dengan prevalensi bebas fibrilasi atrium 6 bulan pascabedah adalah 81.5%. Pascabedah mortalitas sebanyak 7 pasien (6,1%). Diameter atrium kiri lebih dari 60 mm memiliki odds ratio 2,91 artinya, pasien dengan diameter atrium kiri lebih dari 60 mm memiliki peluang 2,91 kali irama tetap fibrilasi atrium dibanding dengan pasien dengan diameter atrium kiri kurang dari 60 mm.
Simpulan: Faktor yang berhubungan dengan keberhasilan concomitant Cox-maze IV pada pasien dengan fibrilasi atrium dan penyakit katup mitral adalah diameter atrium. Pasien dengan diameter atrium kiri lebih dari 60 mm memiliki OR 2,91 tetap FA.

Introduction: One of the therapies for atrial fibrillation is surgical ablation that is known as Cox-maze IV, that is performed together with mitral valve operation (concomitant cox-maze IV). The success rate of Cox-maze IV in RSPJD Harapan Kita is quite high, which is 88.13%. This study is aimed at understanding the factors that attribute to the success of concomitant Cox-maze IV on atrial fibrillation and mitral valve disease patients in RSJPD Harapan Kita, Indonesia.
Method: The study design is cross sectional. Patients with mitral valve disease and atrial fibrillation within the period of January 2012 to December 2017 were given mitral valve operation and Cox-maze IV, then the cardiac rhythm was evaluated for 6-months post-surgery. The examined rhythm is atrial fibrillation free and we evaluated the associating factors.
Results: Total subject was 115 patients with the prevalence of atrial fibrillation free for 6-months post-surgery was 81.5%. Post-surgery mortality rate was 7 patients (6.1%). A larger than 60 mm left atrium diameter had an odds ratio of 2.91, which meant that patients with a left atrium diameter larger than 60 mm had a 2.91 higher risk of having atrial fibrillation rhythm than those with a smaller than 60 mm left atrium diameter.
Conclusion: Factors associated with the success of concomitant Cox-maze IV on atrial fibrillation and mitral valve disease patients is atrium diameter. Patients with a left atrium diameter larger than 60 mm has an OR of 2.91 to have atrial fibrillation. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail
"Penggantian katup aorta dengan katup mekanik memerlukan biaya mahal, meningkatkan risiko endokarditis dan tromboemboli, serta memerlukan antikoagulan seumur hidup. Perikardium autolog merupakan alternatif untuk penggantian katup aorta. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan luaran penggantian katup aorta antara katup mekanik dan perikardium autolog dengan teknik strip tunggal perikardium. Penelitian ini merupakan uji klinis terandomisasi di Pelayanan Jantung Terpadu Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (PJT-RSCM). Subjek dibagi ke dalam 2 kelompok berdasarkan jenis katup yang diterima, yaitu katup mekanik (kelompok mekanik) dan strip perikardium (kelompok strip). Luaran left ventricular reverse remodeling (LVRR), 6 minute walking test (6MWT), dan kadar soluble suppression of tumorigenicity-2 (sST-2) diperiksa preoperasi, 3 bulan, dan 6 bulan pascabedah. Terdapat 34 subjek yang ikut serta dari Juli 2016-Februari 2022, 17 subjek pada masing-masing kelompok. Tidak terdapat beda kejadian LVRR pada kedua kelompok, yaitu 26,7% pada kelompok mekanik dan 29,4% pada kelompok strip (p = 0,703). Pada pemeriksaan jarak 6 minute walking test (6MWT) tidak terdapat perbedaan bermakna jarak 6MWT antara kelompok strip perikardium dan kelompok mekanik pada 6 bulan pascabedah, yaitu 431,93 (SB 93,41) m vs. 404,28 (SB 79,25) m, p = 0,427 pascabedah. Kadar sST-2 kelompok mekanik 16,12 (SB 5,92) pg/mL secara bermakna lebih tinggi dibandingkan kelompok strip 11,52 (SB 6,96) pg/mL, p = 0,023) pada 6 bulan pascabedah. Disimpulkan teknik strip tunggal perikardium memiliki luaran yang sebanding dengan katup mekanik sehingga dapat digunakan sebagai alternatif penggantian katup aorta.

Aortic valve replacement with mechanical valves are quite expensive, increased the risk of adverse events such as endocarditis and thromboembolism, and requires patients to take anticoagulants for the rest of their life. Autologous pericardium is an alternative for aortic valve replacement. This study aims to compare outcomes of aortic valve replacement using mechanical valve and prosthetic valve with single-strip pericardium technique. This was a randomized clinical trial conducted at the Cipto Mangunkusumo Hospital (PJT-RSCM). Eligible subjects were randomized to either receive mechanical valve (mechanical group) or single-strip pericardium (single-strip group). Outcome assessments of left ventricular reverse remodeling (LVRR), 6 minute walking test (6MWT), and soluble suppression of tumorogenicity-2 (sST-2) were carried out at preoperation, 3 months, and 6 months postoperation. There were 34 subjects recruited from July 2016 to February 2022, 17 subjects in each groups. There was no difference in postoperative LVRR incidence between both groups, 26.7% in mechanical group vs. 29.4% in single strip group (p = 0.703). There was no significant difference of 6MWT between the mechanical and pericardial strip at six months post-operation, 404.28 (SD 79.25) m vs. 431.93 (SD 93.41) m, p = 0.427. The sST-2 level is significantly higher in mechanical group 16.12 (SD 5.92) pg/mL compared to single strip group 11.52 (SD 6.96) pg/mL, p = 0.023 at six months post-operation. We concluded that single strip pericardium technique showed comparable outcomes to mechanical valve and is considered a feasible alternative for aortic valve replacement."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>