Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3743 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan, 1997
615.1 IND k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Moh. Anief
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2000
615.1 MOH p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Moh. Anief
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1990
615.1 MOH p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sriana Azis
Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2005
615 SRI k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle Nur Aura Islami
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah peusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. PT SamMarie Tramedifa mengacu pada CDOB dalam pembuatan Prosedur Operasional Baku untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang terkait pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat. PT SamMarie Tramedifa melaksanakan pengadaan dengan melakukan perencanaan pembelian berdasarkan Panduan Pengadaan MDC yang dimiliki PT SamMarie Tramedifa yang berisi data jumlah stok minimal, stok maksimal, dan reorder point (ROP) untuk masing-masing sediaan farmasi. Dalam suatu pengadaan sediaan farmasi, stok minimal dan stok maksimal suatu sediaan farmasi perlu menjadi perhatian khusus untuk mencegah terjadinya kelebihan stok (overstock) atau kekurangan stok (stock out). Hal tersebut dapat diantisipasi dengan melihat nilai ROP yang merupakan suatu titik di mana harus diadakan pemesanan lagi sedemikian rupa agar kedatangan sediaan farmasi yang dipesan berada pada waktu yang tepat. Laporan praktik kerja profesi apoteker ini bertujuan untuk melakukan evaluasi ketidaksesuaian stok obat di gudang dengan ROP pada Panduan Pengadaan Obat di PT SamMarie Tramedifa. Berdasarkan hasil evaluasi stok akhir obat harian bulan Februari 2023 PT SamMarie Tramedifa terhadap ROP, persentase stok akhir obat yang kurang dari ROP berada pada rentang 30,08- 39,09% dengan rata-rata sebesar 33,55% atau sekitar 228 item dari total 678 item. Sedangkan persentase stok akhir obat yang lebih dari ROP berada pada rentang 30,08-39,09% dengan rata-rata sebesar 33,55% atau sekitar 280 item dari total 678 item.

Pharmaceutical Wholesalers (PBF) are companies in the form of legal entities that have permits to procure, store, distribute medicines and/or medicinal substances in large quantities in accordance with statutory provisions. PT SamMarie Tramedifa refers to CDOB in creating Standard Operational Procedures to carry out activities related to the procurement, storage and distribution of medicines. PT SamMarie Tramedifa carries out procurement by planning purchases based on the MDC Procurement Guide owned by PT SamMarie Tramedifa which contains data on minimum stock quantities, maximum stock and reorder points (ROP) for each pharmaceutical preparation. In the procurement of pharmaceutical preparations, the minimum stock and maximum stock of a pharmaceutical preparation need special attention to prevent overstock or stock out. This can be anticipated by looking at the ROP value, which is the point at which another order must be made in such a way that the arrival of the ordered pharmaceutical preparation is at the right time. This pharmacist professional work practice report aims to evaluate the discrepancy between drug stock in the warehouse and the ROP in the Drug Procurement Guide at PT SamMarie Tramedifa. Based on the results of the evaluation of PT SamMarie Tramedifa's daily final stock of medicines for February 2023 against the ROP, the percentage of final stock of medicines that is less than the ROP is in the range of 30.08-39.09% with an average of 33.55% or around 228 items of the total 678 items. Meanwhile, the percentage of final stock of drugs that is more than the ROP is in the range of 30.08-39.09% with an average of 33.55% or around 280 items out of a total of 678 items."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran, 1991
615.1 IPI (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Putriana
"Fasilitas pelayanan kesehatan merupakan tempat melakukan segala upaya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Namun, di fasilitas pelayanan kesehatan dapat menjadi sumber penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam upaya preventif adalah dengan cara memberikan edukasi terkait bagaimana cara membuang sampah obat dengan bijak, baik dan benar. Faktor yang perlu diperhatikan saat pembuangan obat adalah persiapan lokasi pembuangan obat. Puskesmas memiliki kewajiban untuk melakukan pengelolaan limbah farmasi. Pengelolaan limbah farmasi dapat dilakukan secara mandiri maupun bekerjasama dengan pihak ketiga berizin. Pengelolaan limbah farmasi berupa obat rusak dan kadaluarsa di puskesmas berdasarkan jenis sediaan dan karakteristiknya. Gema cermat merupakan kegiatan untuk mewujudkan kepedulian, kesadaran, pemahaman dan keterampilan masyarakat dalam menggunakan obat secara tepat dan benar serta meningkatkan kemandirian masyarakat dalam memilih, mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan memusnahkan obat secara tepat dan benar sehingga meningkatkan penggunaan obat secara rasional. Dampak negatif dari hal ini adalah kesalahan dalam menggunakan hingga membuang limbah obat. DAGUSIBU bertujuan untuk memberikan pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan obat dengan benar. Minimnya rasa ingin tahu masyarakat terkait pengelolaan obat mulai dari mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat secara benar sangatlah berbahaya.

Health service facilities are places where all health service efforts can be carried out, whether promotive, preventive, curative or rehabilitative. However, health care facilities can be a source of disease transmission and allow environmental pollution. One of the efforts that can be made as a preventive measure is by providing education regarding how to dispose of medicinal waste wisely, properly and correctly. The factor that needs to be considered when disposing of drugs is the preparation of the drug disposal location. Community Health Centers have an obligation to manage pharmaceutical waste. Pharmaceutical waste management can be carried out independently or in collaboration with licensed third parties. Management of pharmaceutical waste in the form of damaged and expired medicines at community health centers based on the type of preparation and its characteristics. Echo careful is an activity to create concern, awareness, understanding and skills in the community in using medicines appropriately and correctly as well as increasing people's independence in selecting, obtaining, using, storing and disposing of medicines appropriately and correctly so as to increase the rational use of medicines. The negative impact of this is errors in using and disposing of drug waste. DAGUSIBU aims to provide public understanding and awareness of the correct use of drugs. The lack of public curiosity regarding drug management, starting from obtaining, using, storing and disposing of drugs correctly, is very dangerous.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sopiyatul Marwa
"Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009, pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1148/MENKES/PER/VI/2011, pedagang besar farmasi (PBF) merupakan perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai dengan ketentuan dan standar yang terdapat dalam cara distribusi obat yang baik (CDOB). PBF Kimia Farma Trading and Distribution merupakan perusahaan milik negara, namun sebagai pelaku ekonomi KFTD tidak dapat lepas dari kondisi globalisasi ekonomi. Era globalisasi akan meningkatkan persaingan-persaingan diantara perusahaan sehingga perlu adanya kebijakan yang menyangkut efisiensi untuk menjaga keberlangsungan hidup dari PBF. Menghadapi hal ini, berbagai kebijakan dan strategi terus diterapkan dan ditingkatkan. Kebijakan yang ditempuh manajemen antara lain meningkatkan pengawasan dalam perusahaan melalui pengendalian intern. Adapun kegiatan pengendalian persediaan yang dilakukan oleh KFTD yaitu melalui stock opname yang dilakukan empat kali dalam setahun dan uji petik yang dilakukan setiap hari. Uji petik merupakan pengecekan kesesuaian antara stok fisik dengan komputer dengan cara melakukan sampling setiap hari.

According to Government Regulation Number 51 of 2009, pharmaceutical work is manufacturing including quality control of pharmaceutical preparations, security, procurement, storage and distribution or distribution of drugs, drug management, drug services on doctor's prescription, drug information services, and development of drugs, medicinal materials and drugs. traditional. Based on the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia No.1148/MENKES/PER/VI/2011, pharmaceutical wholesalers (PBF) are companies in the form of legal entities that have permits for the procurement, storage, distribution of drugs and/or medicinal ingredients in large quantities in accordance with the provisions and standards contained in good drug distribution practices (CDOB). PBF Kimia Farma Trading and Distribution is a state-owned company, but as an economic actor, KFTD cannot be separated from the conditions of economic globalization. The era of globalization will increase competition between companies so that it is necessary to have policies related to efficiency to maintain the survival of PBF. Facing this, various policies and strategies are continuously implemented and improved. The policies pursued by management include increasing supervision within the company through internal control. The inventory control activities carried out by KFTD are through stock taking which is carried out four times a year and picking tests which are carried out every day. The picking test is a conformity check between the physical stock and the computer by means of sampling every day."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Elly Sobariah
"Telah dilakukan penelitian untuk memeriksa obat-obat
(go-iongahtranquilizer) dan Tnetabolitnya dari urine.
Penelitian mi bertujuan untuk mencari cara isolasi dan
peniurnian yang terbaik terhadap metabolit obat dari urine.
Selain itu,"jugainenoániCara identifikasi yang cepat, sederhaiia
dan ekonomis.
Dengan métode mi urine dapat dianalisatanpa dihidrolisa
le'bih dahulu, tetapi dapat langsung diisoiasi dengan pelarut
organik (chloroform) dalamsuasana basa untuk obat-obat
yang bersifat basa dan dalam suasana asain untuk obatobat
yang bersifat asam, sedangkan untuk -pemurnian d.ilakukan
ekstraksi kembali dengan asam atau basa dengan tehnik
kertas saring.
Pada penelitian mi identifikasi metabolit obat dilakukan
denganara reaksi warna dan khromatograf I lapisan tipis.
Ternyata ekstrak yang diperoleh dari urine memberikan hacii
yang dapat ditentukan scara kwalitatif.
Disarankan pemeriksaan lebih lanjut dilakukan secara kwantitatif,
juga terhadap metabolit obat dari jaringan tubuh
lain secarakwlittif dan kwantitatifdegafl metode yang
sama.

An investigation to determine tranquilizer drugs and
their metabolites in urine has been carried out.
The objective of this investigation is to find the best method
of isolation and purification of drug metabolites in
urine, besides a rapid, simple and economical.
In this method, the urine can be analyzed without prior
hydrolisis.
Basic drugs can be isolated directly by organic solvent
(chloroform) in alkaline medium, where acid drugs in acid
medium. . . . .
Purification can be done by back-extraction with acid or
alkaline using filter paper.
In this work, identification of drug .metabolites were qualitatively
determined by colour reaction and thin layer
chromatography.
It is suggested to do the same method further examination
quantitatively and also to drug metabolites from other body
tissues.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1982
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Della Rosalynna Stiadi
"Hipertensi dan diabetes melitus menjadi salah satu faktor risiko kejadian kardiovaskuler. Tidak terkontrolnya hipertensi dapat menyebabkan perburukan kesehatan dan ekonomi pada penderitanya. Kombinasi terapi antihipertensi dinilai adekuat untuk mencapai target tekanan darah <140/90 mmHg. Obat antihipertensi golongan ACEI, ARB, dan CCB merupakan terapi yang sesuai untuk pasien dengan diabetes melitus tipe 2 dan harganya bervariasi. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa golongan ARB lebih cost-effective dibandingkan yang lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas biaya dari kombinasi terapi amlodipin-kandesartan dibandingkan dengan amlodipin-ramipril pada pasien hipertensi dengan diabetes melitus tipe 2. Penelitian cross-sectional ini dilakukan di RSUPN dr. Cipto mangunkusumo dengan menggunakan rekam medis pasien tahun 2017-2019. Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 87 pasien. Pasien dibagi menjadi dua kelompok: kelompok yang mendapat terapi amlodipin-kandesartan dan kelompok yang mendapat terapi amlodipin-ramipril. Analisis efektivitas biaya diperoleh dari perhitungan biaya medik langsung, menghitung efektivitas terapi berdasarkan jumlah pasien yang mencapai target tekanan darah <140/90 mmhg, serta menghitung nilai ACER. Kombinasi amlodipin-kandesartan memiliki efektivitas terapi 48.9%, sedangkan efektivitas terapi amlodipin-ramipril 45,2%. Nilai ACER kelompok amlodipin-kandesartan dan kelompok amlodipin-ramipril adalah Rp. 1.604.736,2 per efektivitas and Rp 1.811.278,8 per efektivitas. Dapat disimpulkan bahwa amlodipin-kandesartan lebih cost-effective dibandingkan amlodipin-ramipril.

Hypertension and diabetes mellitus are risk factors for cardiovascular events. Uncontrolled hypertension can cause health and economic burdens in patients. The combination of antihypertensive therapy is considered adequate to achieve the targeted blood pressure <140/90 mmHg. Antihypertensive drugs class such as ACEIs, ARBs, and CCBs are appropriated therapies for patients with type 2 diabetes mellitus and the price differences. Previous studies have shown that the ARBs are more cost-effective than others. The aim of this study was to analyze the cost-effectiveness of combination of amlodipine-candesartan compared to amlodipine-ramipril in hypertensive patients with type 2 diabetes mellitus. This cross-sectional study was conducted at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital by using patient medical records in 2017-2019. Research subjects who met the inclusion criteria were 87 patients. Patients were divided into two groups: group receiving amlodipine-candesartan and group receiving amlodipine-ramipril. Cost effectiveness analysis obtained from the calculation of direct medical costs, calculated the effectiveness of therapy based on the number of patients who reached the target blood pressure <140/90 mmHg, and calculated the value of ACER. Amlodipine-candesartan has a therapeutic effectiveness of 48.9%, while the effectiveness of amlodipine-ramipril is 45.2%. The ACER value of the amlodipine-candesartan group and the amlodipine-ramipril group were Rp 1,604,736.2 per effectiveness and Rp 1,811,278.8per effectiveness. To conclude, amlodipine-candesartan is more cost-effective than amlodipine-ramipril."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T55093
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>