Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107059 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional, 2011
959.8 RUT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Roto Soewarno
Jakarta: Yayasan Kembang Mas, 1986
923.292 ROT p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Abdul Haris, 1918-2000
Jakarta: Yayasan Kasih Adik , 2008
320.5 NAS m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Abdul Haris, 1918-2000
Jakarta: Yayasan Kasih Adik , 2008
320.5 NAS m I
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Abdul Haris, 1918-2000
Jakarta: Delegasi, 1964
320.959 8 NAS m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Abdul Haris, 1918-2000
Jakarta: Gunung Agung, 1983
923.2 NAS m II (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Abdul Haris, 1918-2000
Jakarta: CV. Haji Masagung, 1989
923.2 NAS m II
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Kurniati
"Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, begitu banyak masalah yang harus dihadapi dan diselesaikan, diantaranya masalah diplomasi modern yang sama sekali baru bagi bangsa Indonesia. Meskipun menurut ukuran kondisi dan situasi waktu itu masalah mempertahankan kelangsungan hidup negara lebih banyak menyangkut bidang kesiap-siagaan fisik, namun unsur diplomasi sebagai salah Satu alat untuk mempertahankan negara menduduki tempat yang juga sangat menentukan. Oleh karena itu, tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk melihat sejauh mana keberhasilan perjuangan diplomasi Indonesia di forum PBB. terutama setelah agresi militer II Belanda hingga pengakuan kedaulatan. Pengumpulan data dilakukan dengan penelitian kepustakaan, berupa buku-buku, dokumen, artikel majalah, Surat kabar, hasil-hasil sidang PBB, Serta wawancara. Masalah pertikaian Indonesia dengan Belanda telah masuk agenda PBB sejak: bulan Juli 1947 hingga bulan Desember 1949. Pengajuan masalah ini ke forum EBB, karena Pemerintah Indonesia beranggapan, bahwa masalah pertikaiannya dengan Belanda tenting siapa yang berdaulatan terhadap wilayah Indonesia, tidak dapat lagi diselesaikan melaui perundingan bilateral dengan Pemerintah Belanda. Dari hasil panelitian penulis, penulis melihat bahwa ada dua tahap perjuangan diplomasi Indonesia di PBB. Tahap pertama dari bulan Juli 1947 hingga Juli 1948, yang ternyata tidak berhasii. Ketidakberhasilan tersebut disebabkan adanya Perang Dingan antara Amerika Serikat dengan sekutu-sekutunya yang beraliran demokrasi berhadapan dengan Uni Soviet dan kelompoknya, yang berpahamkan komunis, yang melanda juga situasi persidangan di PBB. Akibatnya, usaha Indonesia untuk menggunakan PBB sebagai media panyelesaian pertikaiannya dengan Belanda dalam prakteknya selaluterbentur oleh kepentingan nasiona1 dari kedua negara adikuasa, tersebut, dan pada akhirnya juga mempengaruhi sikap yang harus diambil negara-negara anggota PBB 1ainnya. Dalam perkembangan kemudian, terutama setelah Belanda melancarkan agresi militernya yang kedua dan kemampuan Indonesia menumpas pemberontakan komunis di Madiun, Indonesia baru dapat menggunakan forum PBB secara efektif. Keberhasilan tersebut juga dipengaruhi oleh kemampuan delegasi Indonesia di luar negeri, khususnya di Amerika Serikat (PBB) membentuk suatu pendapat masyarakat dunia yang mendukung perjuanggan Indonesia melawan Belanda. Serangan Umum 1 Maret 1949 yang mengejutkan dunia internasional. Dan tak kalah pentingnya adalah kemampuan Indonesia memanfaatkan situasi Penang Dingin yang mengakibatkan perubahan sikap Amerika Serikat dari pasif' menjadi lebih aktif mendukung Indonesia dan mendesak Belanda agar mau berunding kembali kesemua faktor di atas akhirnya memudahkan Indonesia menggunakan PBB sebagai media diplomasina, guna menyelesaik.an pertikaiannya dengan Belanda rea1isasinya adalah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada bulan Desember 1949 melalui konperensi Meja Bundar yang diadakan di negeri Belanda."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S12178
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anto Dwiastoro Slamet
"Aksi-aksi gerilya dan anti-gerilya dari dua kekuatan yang bertarung merebut dominasi tidak bisa dilepaskan dari sebuah perang revolusioner. Fenomena demikian turut mewar_nai perjalanan sejarah Perang Kemerdekaan RI (1945-1949). Aksi-aksi gerilya RI, bagaimanapun, menampilkan suatu kecenderungan unik, yakni aspek pertempuran yang merupakan sisi yang tidak terlalu menonjol ketimbang aspek psikologis yang diwujudkan sebagai sebuah senjata nasional. Perbenturan senjata-senjata psikologis antara RI dan Belanda tampaknya menjadi dampak sampingan dari kegagalan--kegagalan di bidang strategi militer dan diplomasi. Perang urat-syaraf lantas menggeser dan menempatkan dirinya sebagai medium alternatif yang membelah perbedaan-perbedaan kepentingan antara penomorsatuan diplomasi atau, sebalik_nya, mengutamakan konflik bersenjata."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S12114
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurrabbi Mufid
"Skripsi ini membahas tentang Koninklijk Nederlands Indisch Leger KNIL pada masa kemerdekaan hingga Agresi Militer I. KNIL sebelumnya merupakan tentara bentukan pemerintah kolonial yang berfungsi untuk mengamankan dan menaklukan wilayah nusantara sejak awal pembentukannya di tahun 1830-1942. Pada tahun 1942 ketika wilayah Hindia Belanda jatuh ke tangan Jepang, KNIL dibubarkan. Sebagian besar prajuritnya ditahan dan sebagian perwiranya berhasil melarikan diri ke Australia. Lalu pada tahun 1945 setelah Jepang kalah dalam Perang Pasifik, Belanda berkeinginan untuk menjajah kembali wilayah Indonesia. Salah satu caranya adalah dengan membentuk kembali tentara KNIL. Selama proses pembentukan itu berbagai kebijakan dilakukan seperti reorganisasi, dan perekrutan kembali. Setelah berhasil membangun kembali KNIL, Belanda melanjutkan aksi nyata penjajahan dengan tindakan agresi militer pertamanya pada tahun 1947 di wilayah Jawa dan Sumatera.

This thesis discusses the Royal Netherlands East Indies Army KNIL at the time of independence to Colonial Army Military Aggression I. Firstly, an army formed by the colonial government serves to secure and conquer the archipelago since the beginning of its establishment in the year 1830 to 1942. In 1942 when the Dutch East Indies fell to the Japanese, KNIL was disbanded. Most of the soldiers were detained and some officers managed to escape to Australia. Then, in 1945 after Japan 39 s defeat in the Pacific War, the Netherlands wishes to re colonize Indonesia. One way is to reshape the Colonial Army soldiers. During the process of formation, various policies carried out such reorganization and recruitment back. After successfully rebuild KNIL, the Dutch continued occupation of real action with his first act of military aggression in 1947 in Java and Sumatra."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S66433
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>