Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143360 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ninny Soesanti Tedjowasono
"Langkah pembaharuan yang dilakukan oleh raja Airlangga semenjak ia naik takhta tahun 941 Saka(1019 M) adalah memberi perhatian besar pada aspek perekonomian negara. Perbaikan aspek ekonomi dianggap dapat menjadi dasar dari proses perbaikan ketiga aspek kehidupan bernegara lainnya, yaitu politik, agama dan sosial. Karena itu ia mengembangkan landasan perekonomian pada sektor perdagangan di samping pertanian yang sudah sejak lama dijalankan. Kedua sektor yang merupakan landasan perekonomian negara sangat diperhatikan dan diupayakan berkembang secara maksimal.N Ciri-ciri umum kerajaan-kerajaan kuna di Indonesia tidak banyak berubah dari abad ke abad, yang disebabkan oleh faktor geografi wilayah Indonesia. Kondisi tanah dan iklim dan geografi dianggap sebagai faktor penting yang menentukan landasan pereko_nomian yaitu pertanian dan perdagangan. Di sepanjang Jawa terda_pat sederetan gunung berapi yang berjajar memanjang membentuk tulang punggung dari timur ke barat. Gunung-gunung dan dataran tinggi membantu membentuk wilayah pedalaman menjadi kawasan_kawasan yang kebetulan sangat cocok bagi pengolahan sawah.Jalur perhubungan yang utama di Jawa adalah sungai-sungai yang sebagian besar relatif pendek. Sungai yang paling cocok untuk hubungan transportasi jarak jauh hanya sungai Brantas dan bengawan Solo, sehingga tidak mengherankan apabila lembah-lembah kedua sungai tersebut merupakan pusat-pusat kerajaan besar sejak..."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
D1845
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Alnoza
"Tulisan ini membahas secara kritis gaya pemerintahan Airlangga dengan menggunakan pendekatan analisis fungsional yang dikemukakan oleh Robert K. Merton. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana Airlangga menjalankan fungsinya sebagai
raja dalam struktur pemerintahan kerajaannya. Masalah tersebut berusaha dijawab dalam rangka mengetahui fungsi manifes, fungsi laten, dan aspek disfungsional dari Airlangga melalui kebijakan yang dikeluarkannya. Metode yang digunakan dalam penelitian kualitatif
ini terdiri atas pengumpulan data melalui studi kepustakaan dan pengolahan data dengan melakukan analisis dan interpretasi. Melalui kajian yang dilakukan dengan membandingkan kebijakan Airlangga dan konsep aṣṭabrata, dapat diketahui bahwa Airlangga menjalankan fungsi manifes dalam bidang bidang militer dan ekonomi, sedangkan fungsi laten dilakukan di bidang hubungan internasional. Aspek disfungsional Airlangga ditunjukkan melalui kurang berfungsinya Airlangga sebagai simbol kejayaan suatu negara dan penjaga kestabilan internal kerajaan. Oleh karena itu, kebaruan dari penelitian ini terletak pada pemosisian Airlangga sebagai sosok raja yang disfungsional di salah satu aspek yang harusnya dimiliki seorang raja."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2022
900 HAN 5:2 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ninny Soesanti Tedjowasono
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ninny Soesanti Tedjowasono
Jakarta : Komunitas Bambu, 2010
930.159 8 NIN a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ninny Soesanti Tedjowasono
"Biography of Airlangga, king of Kahuripan Kingdom"
Jakarta: Komunitas Bambu, 2010
959.82 NIN a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Adytio Hardianto
"Prasasti merupakan sumber primer dalam mempelajari kehidupan masyarakat Jawa Kuno pada masa Hindu-Buddha. Dalam prasasti disebutkan secara langsung akan kontak dengan orang-orang asing yang disebut dalam prasasti sebagai wka kilalan. Penyebutan tersebut pertama kali dilakukan pada prasasti-prasasti Airlangga (abad ke-11) hingga masa Majapahit (abad ke-15). Orang-orang asing tersebut disebutkan dalam prasasti berdatangan ke Jawa dari berbagai daerah-daerah Asia hingga Afrika. Dalam masyarakat Jawa dikenal akan adanya sistem penggolongan berupa sistem kasta yang memisahkan masyarakat menjadi beberapa golongan berupa brahmana, ksatriya, waisya, dan sudra. Menurut prasasti diketahui kerajaan-kerajaan Jawa Kuno memberi peraturan khusus untuk orang asing yang berupa larangan dan pajak tambahan. Peraturan yang ditetapkan dalam prasasti terhadap orang asing memberi gambaran seakan-akan orang-orang asing yang berkunjung ke Jawa hanyalah pedagang. Menurut berita asing dan naskah kuno dapat diketahui motivasi, peran, dan kedudukan dari orang-orang asing yang berkunjung ke Jawa bukan hanya pedagang. Motivasi kedatangan mereka dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu motivasi agama, politik, dan ekonomi. Ketiga jenis motivasi tersebut dapat memberi gambaran peran-peran orang asing yang berkunjung ke Jawa, contohnya sebagai seorang prajurit, pendeta, utusan, dan pedagang. Dari peran-peran tersebut dapat diketahui kedudukan peran orang-orang asing dalam masyarakat Jawa beragam.

Inscriptions serve as primary sources for studying the ancient Javanese society during the Hindu-Buddhist period. These inscriptions directly mention contacts with foreigners referred to as "wka kilalan." This reference is used first in the Airlangga inscriptions (11th century) and continues through the Majapahit era (15th century). The inscriptions state that these foreigners arrived in Java from various regions in Asia to Africa. Within Javanese society, a caste system was recognized, dividing the population into distinct groups such as brahmana, ksatriya, waisya, and sudra. According to the inscriptions, ancient Javanese kingdoms implemented specific regulations for foreigners, including prohibitions and additional taxes. The regulations outlined in the inscriptions portray the foreigners' visits to Java as primarily involving trade. Contrary to the notion of foreigners merely being traders, insights from foreign accounts and ancient manuscripts reveal that their motivations, roles, and positions were not limited to commerce. The motivations for their visits can be categorized into three types: religious, political, and economic. These motivations provide a comprehensive view of the various roles undertaken by foreigners in Java, including as warriors, priests, envoys, and traders. Understanding these roles helps illustrate the diverse positions held by foreigners within Javanese society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Tambos
"Penelitian mengenai sifat ideal raja Jawa Kuno dilakukan dengan mengamati keterangan-keterangan yang tertulis pada 23 (dua puluh tiga) buah prasasti yang berasal dari masa pemerintahan Airlanga sampai masa Ka_diri. Tujuannya ialah untuk mengetahui pandangan masyarakat kerajaan Jawa kuno mengenai kedudukan seorang raja yang berkuasa. Selain itu jugs untuk mengetahui perkembangan konsepsi tersebut khususnya pads masa (pe_riode) yang diteliti. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan se_jumlah transkripsi prasasti dari masa Airlangga - Kadiri yang telah diterbitkan/dipublikasikan. Uraian mengenai sifat ideal raja yang disebutkan di dalam prasasti-pra_sasti tersebut kemudian dipisahkan dan dianalisa lebih jauh melalui pemeriksaan (pembacaan) ulang kepada pra_sasti aslinya dan interpretasi terhadap isinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat kekuasaan Raja-raja Jawa kuno sering digambarkan seperti sifat_-sifat yang dimiliki oleh dewa-dewa. Dan khusus pada masa Airlanga - Kadiri, dewa Wisnu merupakan dewa yang paling sering dihubungkan dengan raja. Pandangan menurut mitologi Hindu yang menganggap dewa Wisnu sebagai dewa penyelamat dunia setelah masa kehancuran (pralaya), kemungkinan besar mendasari konsep pemikiran tersebut. Hal ini dapat dilihat dari keterangan-keterangan yang tertulis di dalam beberapa prasasti dan karya-karya sastra. Namun demikian dewa yang dihubungkan dengan seorang raja tidak hanya satu dewa (dewa Wisnu) saja, me-lainkan juga bersama-sama dengan dewa-dewa lainnya, se_perti dewa Suryya, Siwa dan Buddha. Hal ini diketahui berdasarkan keterangan sumber-sumber prasasti yang ber_asal dari masa sebelumnya, yaitu masa kerajaan Taruma_nagara dan Mataram Kuno dan juga dari masa sesudahnya yaitu masa kerajaan Sinhasari - Majapahit. Uraian mengenai sifat ideal raja tersebut ternyata tidak hanya terapat di dalam prasasti-prasasti saja, melainkan juga di dalam karya-karya sastra seperti kakawin-kakawin dari masa Kadiri. Apabila uraian dari ke_dua sumber tersebut dibandingkan, maka akan terlihat adanya perbedaan di dalam penekanan sifat raja tersebut. Pada prasasti-prasasti yang sering dikemukakan adalah sifat murah hati sang raja, sementara di dalam karya-karya sastra umumnya lebih menekankan sifat keperwiraan dari rajanya. Perbedaan tersebut kemungkinan disebabkan oleh perbedaan tema atau isi dari kedua sumber itu. Prasasti umumnya bertujuan untuk penetapan suatu daerah perdikan sehingga akan lebih tepat jika mengemukakan sifat murah hati seorang raja. Sementara itu kakawin-kakawin umumnya mengisahkan tentang cerita-cerita kepahlawanan, sehingga akan lebih tepat jika sifat ideal raja yang dikemukakan adalah sifat keperkasaannya di medan pertempuran."
1989
S11977
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hariani Santiko
"Dewa-dewa dalam agama Hindu, khususnya dewa-dewa tertinggi, digambarkan memiliki suatu kekuatan (tenaga) yang diperlukan untuk melakukan semua "tugas" yang harus mereka jalankan. Kekuatan atau tenaga ini disebut Sakti, dan seringkali diwujudkan sebagai dewi pasangan dewa-dewa tersebut. Dalam aliran Vaisnava, Sakti Visnu diwujudkan sebagai Laksmi, dan dalam aliran 3aiva, Sakti Siva disebut Devi.Menurut beberapa kitab Purina, Sakti Siva atau Devi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
D1820
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vernika Hapri Witasari
"Pada beberapa prasasti batu di kawasan Indonesia dijumpai pahatan gambar. Pahatan gambar tersebut ada yang memiliki nilai lambang raja. Prasasti berlambang raja hanya dijumpai pada kawasan Indonesia dan India. Lambang raja ada yang dituliskan pada isi prasasti maupun dipahatkan pada prasasti batu berupa visualisasi dari pahatan gambar tersebut. Visualisasi tanda khusus pertama kali ditemukan pada masa pemerintahan Raja Airlaṅga yang kemudian berlanjut hingga sekitar abad XV Masehi pada masa pemerintahan Girīndrawardhana. Beberapa pahatan gambar ditemukan berbeda di hampir setiap raja yang memerintah. Hal itu membawa suatu persepsi bahwa pahatan gambar tersebut digunakan untuk membedakan seorang raja dengan raja lainnya, dengan kata lain sebagai lambang raja. Pahatan gambar yang dipilih untuk dijadikan lambang raja tentu ada maknanya. Penelitian ini mencoba untuk merekonstruksi makna lambang raja, selain memiliki makna yang tampak juga memiliki makna lain berdasarkan penggunaan dan fungsinya saat itu.

In some stone inscriptions in the area of Indonesia has carved an image. Sculptured images have value as a symbol of the king. Inscription bearing the king?s only found in Indonesia and India region. King?s emblem there is an inscription written on the content and the inscription engraved on stone sculpture in the form of visualization of the image. Visualization special mark was first discovered in the reign of King Airlaṅga which continues until around the XV century A.D during the reign Girīndrawardhana. Some of the sculptured images found to differ in almost every king who ruled. It brings a perception that the sculptures were used to distinguish the image of a king with the other kings, in other word as a symbol of the kings. Sculptured images selected to be the king of meaningless symbols. This study attempts to reconstructed the meaning of the symbol of the king, beside having the meaning which seems also to have different meanings based on the use and function of the time."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T29226
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Randu Andreanto
"Prasasti adalah salah satu peninggalan yang merupakan sumber penting bagi penulisan sejarah kuno Indonesia, berupa putusan resmi yang tertulis di atas batu atau logam yang dirumuskan berdasarkan kaidah-kaidah tertentu, berisi anugerah dan hak yang dikaruniakan dengan berbagai upacara. Dari prasasti dapat diperoleh informasi tentang struktur kerajaan, struktur birokrasi, perekonomian, agama, sistem sosial kemasyarakatan dan adat istiadat masyarakat Indonesia Kuna (Boechari, 1977b:22). Bagian yang cukup penting dalam prasasti adalah penanggalan. Penentuan penanggalan harus dilakukan oleh seorang ahli astrologi istana atau wariga, dengan mengikuti ilmu dan ajaran-ajaran Hindu seperti yang terdapat dalam kitab-kitab Bh_skar_c_rya atau S_ryasiddh_nta (Bakker, 1972: 16). Tanggal, selain mempunyai arti sebagai penunjuk waktu juga mempunyai arti magis, yaitu suatu kekuatan tertentu yang dimiliki tanggal-tanggal itu dan biasanya dihubungkan dengan pengaruh baik atau buruk hari jika kemudian hari itu akan digunakan untuk suatu kegiatan. Kebiasaan itu ternyata masih digunakan hingga masa modern ini, seperti juga kitab S_ryasiddh_nta yang hidup terus dalam primbon-primbon Palintangan dan Pawukon. Hingga masa kini masyarakat Jawa masih memakai kitab-kitab primbon untuk mencari _hari baik_ guna melakukan suatu kegiatan, agar kegiatan itu bisa berjalan dengan lancar dan tanpa gangguan. Perhitungan _hari baik_ itu dilakukan karena raja sebagai pemberi keputusan bukan orang sembarangan, raja adalah penjelmaan Dewa di dunia (Sumadio, 1993: 191). Penelitian ini melihat apakah masyarakat Jawa kuno sudah mengenal konsep _hari baik_ itu dan melihat alasan-alasan pemilihan tanggal-tanggal yang tercantum dalam prasasti-prasasti Jawa kuno abad ke-9 & ke-10 M. Untuk melihat hal itu digunakan penghitungan pada unsur-unsur penanggalan yang ada pada pasasti. Ternyata setelah dihitung nilai harinya didapatkan prasasti-prasasti Jawa kuno abad ke-9 dan ke-10 M, banyak yang mempunyai nilai hari buruk. Hal ini menimbulkan kecurigaan apakah masyarakat Jawa kuno belum mengerti mengenai nilai-nilai hari atau cara penghitungan yang digunakan berbeda dengan yang digunakan sekarang dan sudah hilang"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S11879
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>